Rabu, 30 Desember 2015

Syahrizal: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2015, hal. 1-12

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PENDIDIKAN KEPALA KELUARGA  TERHADAP KESIAPSIAGAAN  RUMAH TANGGA DALAM MENGHADAPI
 RESIKO BENCANA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN
MEURAXA KOTA BANDA ACEH

Oleh:
Syahrizal

ABSTRAK
Tsunami raksasa paling mematikan yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang menewaskan sekitar 165.708 korban jiwa dan nilai kerusakan yang ditimbulkan mencapai lebih dari Rp 48 triliun. Desa Ulee Lheue merupakan salah satu desa yang hancur akibat gelombang tsunami yang terletak di kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh yang menyebabkan ribuan  penduduk kehilangan tempat tinggal, korban jiwa dan kerugian harta benda. Jenis penelitian menggunakan explanatory research. Populasi dalam penelitian seluruh kepala keluarga di Desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa sebanyak  278 KK. Sampel penelitian sebanyak 66 KK yang diambil dengan menggunakan teknik proportional sampling. Hasil penelitian setelah dilakukan uji statistik terhadap variabel pengetahuan, sikap dan pendidikan kepala keluarga terdapat hubungan yang signifikan artinya ada pengaruh terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami, sedangkan sebagai variable predictor atau variabel  yang paling dominan merupakan variabel pengetahuan yang sangat berpengaruh terhadap kesiapsiagaan rumah tangga. Adapun saran kepada Kepala Keluarga gampong Ulee Lheu perlu diberikan pelatihan, simulasi bencana tsunami, mencari informasi tentang bencana untuk menambah wawasan terhadap dirinya ataupun keluarganya dan  bersifat positif (menerima, merespon dan bertanggung jawab) untuk meningkatkan kesiapsiagaan sebagai upaya mengurangi resiko bencana  tsunami.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Kesiapsiagaan, Tsunami

THE INFLUENCE OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND EDUCATION
OF HEAD OF FAMILY ON THE HOUSEHOLD PREPAREDNESS IN
DEALING WITH TSUNAMI RISK AT ULEE LHEUE VILLAGE,
MEURAXA SUBDISTRICT, THE  CITY OF BANDA ACEH

By:
Syahrizal

ABSTRACT
The most deadly gigantic tsunami occured in Aceh on December 26, 2004 killed about 165.708 people and caused a damage up to more than Rp. 48 trilions. Ulee Lheue is one of the villages in Mauraxa Subdistrict, the city of Banda Aceh which was damaged by the tsunami which left thousands homeless, casualties and property losses. The purpose of this study was to analyze the influence of knowledge, attitude and education of head of family on the household preparedness in dealing with tsunami risk at Ulee Lheue Village, Meuraxa Subdistrict, the  City of Banda Aceh.The population of this explanatory study was all of the heads of 278 households living in Ulee Lheue Village, and 66 of them were selected to be the samples for this study through proportional sampling technique. Statistically, the result of this study showed that the variables of knowledge, attitude and education of heads of households had a significant relationship with and influence on the household preparedness in dealing with tsunami risk. Knowledge was the most dominant variable influencing the household preparedness. The community members of Meuraxa Subdistrict and the Heads of Families in Ulee Lheue Villages is suggested to should actively participate in any training and simulation on tsunami disaster provided to improve their and their families’insights, and they should positively respond, accept and be responsible for the training and simulationprovided as a form of household preparedness in an effort to reduce the risk of tsunami disaster.

Keywords: Knowledge, Attitude, Education, Preparedness, Tsunami



PENDAHULUAN
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu   dapat    menghambat pembangunan nasional11
Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana dan memiliki jumlah penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam maupun akibat dari ulah manusia. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah kejadian bencana setiap tahunnya. Bencana seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin topan, letusan gunungapi, kebakaran, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan transportasi, dan kecelakaan industri sering kali menjadi ancaman yang serius bagi peduduk Indonesia. Ancaman bencana dapat menyebabkan korban         jiwa dan kerusakan harta benda4
Indonesia terletak pada zona batas empat lempeng bumi yang sangat aktif sehingga memiliki aktivitas tektonik dan vulkanik yang sangat tinggi, oleh karena itu Indonesia mempunyai banyak zona-zona patahan aktif dan sebaran gunung api. Sebagian patahan dan gunung api berada di bawah laut sehingga kejadian gempa dan letusan gunung apinya berpotensi membangkitkan tsunami. Selain dua sumber utama tsunami ini, peristiwa longsoran bawah laut yang sering dipicu oleh kejadian gempa dan letusan gunung api juga dapat menimbulkan tsunami8
Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR, 2009), suatu badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana. Berbagai bencana alam mulai gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan rawan terjadi di Indonesia. Peringkat pertama pada dua bencana alam yakni tsunami dan tanah longsor, peringkat ketiga pada gempa bumi, dan peringkat keenam pada banjir. Hanya di dua bencana alam yakni kekeringan dan angin topan Indonesia absen. Bencana alam Tsunami adapun  dari 265 negara Indonesia peringkat pertama dengan 5.402.239 orang terkena dampaknya mengalahkan Jepang 4.497.645 korban, Bangladesh 1.598.546 korban, dan India 1.114.388 korban1
Bencana yang paling mematikan pada awal abad XXI juga bermula dari Indonesia. Pada tanggal 26 Desember 2004 sebuah gempa bumi besar terjadi di dalam laut sebelah barat pulau Sumatra di dekat pulau Simeuleu berada di Aceh. Gempa bumi ini memicu tsunami yang menewaskan lebih dari 225.000 jiwa di sebelas negara dan menimbulkan kehancuran hebat di banyak kawasan pesisir di negara-negara yang terkena. Di Indonesia sendiri gempa bumi dan tsunami mengakibatkan sekitar 165.708 korban jiwa dan nilai kerusakan yang ditimbulkannya mencapai lebih dari Rp 48 triliun3
Panjang pesisir pantai wilayah Provinsi Pemerintah Aceh sepanjang 1.660 km dengan luas perairan laut 295.370 km² terdiri atas luas wilayah perairan (teritorial dan kepulauan) seluas 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 238.807 km². Dari 1.660 km panjang garis pantai, 800 km di antaranya rusak diterjang gelombang tsunami tahun 20042
Kota Banda Aceh sebagai Ibukota dari Provinsi Pemerintah Aceh memiliki kondisi geografis, hidrologi dan domografis yang rawan terhadap bencana10
Kota Banda Aceh terbagi dalam         3 wilayah yakni wilayah yang mengalami kerusakan terparah, wilayah dengan tingkat kerusakan sedang  dan wilayah yang tidak terkena wilayah tsunami. Wilayah yang mengalami kerusakan terparah adalah yang berada di wilayah pesisir meliputi kecamatan Meuraxa, kecamatan Jaya Baru dan Kuta Raja. Untuk mengendalikan daerah rawan bencana pemerintah kota Banda Aceh membuat kebijakan yaitu dengan menurunkan tingkat pelayanan di wilayah tersebut hingga 3 km dari garis pantai. Sebelum tsunami kawasan ini merupakan sub pusat pelayanan pemerintahan kota Banda Aceh yang berpusat di daerah Ulee Lheue yang merupakan kawasan pelabuhan, wisata dan pemukiman, pasca tsunami kawasan ini diturunkan kawasan ini menjadi kawasan biasa tidak direkomendasikan lagi untuk kegiatan palayanan. Meskipun kawasan pusat barat yakni di Desa Ulee Lheue dan sekitarnya merupakan kawasan rawan bencana namun masyarakat disana masih tetap bermukim di daerah ini sehingga pemerintah menyediakan jalur – jalur evakuasi dan escape building sehingga diperlukan persiapan jika terjadi bencana tsunami.
Ulee Lheue atau sering juga di sebut ulee lhee adalah sebuah desa atau gampong di kecamatan Meuraxa yang berjarak sekitar 10 km dari pusat kota. Ulee Lheue, merupakan salah satu desa terparah terkena dampak tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 dan juga pusat keramaian dan perhatian setiap orang yang berkunjung ke Banda Aceh. Di daerah ini juga terdapat sebuah pelabuhan yang dijadikan pusat transportasi laut menuju pulau weh dan pulo aceh.
Pakar penanggulangan bencana alam dari Jepang Dr Yozo Goto, Yamamoto Hiroyuki Phd serta Nishi Yoshimi PhD (2009),  guru besar Universitas Nagoya Jepang yang melakukan penelitian bencana di Aceh menyimpulkan, bahwa Aceh termasuk daerah rawan bencana. Potensi bencana itu terlihat di sepanjang garis Bukit Barisan, namun demikian, masyarakat Aceh tidak perlu khawatir berlebihan terhadap potensi bencana tersebut. Hanya saja diharapkan warga Aceh dapat belajar dari setiap bencana alam yang sudah pernah terjadi, termasuk tsunami yang menghancurkan kawasan pesisir Aceh, tanggal 26 Desember 2004 lalu, yang paling penting kita harus selalu membangun kesadaran dan kesiapan bila sewaktu-waktu terjadi bencana. 5
Menurut LIPI (2006) terdapat tujuh stakeholders yang  berkaitan  erat  dengan  kesiapsiagaan masyarakat, yaitu: individu dan rumah tangga, instansi pemerintah yang berkaitan dengan  pengelolaan  bencana, komunitas  sekolah,  lembaga  swadaya masyarakat (LSM), kelembagaan masyarakat, kelompok profesi dan pihak swasta. Dari ke tujuh stakeholders tersebut, tiga stakeholders, yaitu: rumah tangga, pemerintah dan komunitas sekolah, disepakati sebagai stakeholders utama, dan empat   stakeholders  lainnya sebagai stakeholders pendukung dalam kesiapsiagaan bencana. 7
Kesiapsiagaan yang perlu dilakukan  oleh masyarakat  dan di rumah tangga, adalah (a) Memahami bahaya yang timbul oleh bencana, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana perlu memahami bahaya yang mungkin dialami ketika bencana datang, kapan  bencana  tersebut  datang  di daerah  tersebut,  daerah  mana saja  yang  aman  untuk  menghindari bencana. (b) Menyiapkan peta daerah rawan bencana; peta daerah rawan bencana didasarkan pada berbagai penyebab dan risiko bencana (geologis dan klimatologis) sebagai salah pertimbangan perencanaan pembangunan dan  penanggulangan untuk  pencegahan bencana. Adapun kemampuan yang harus dimiliki kepala keluarga sebagai wujud dari kesiapsiagaan adalah mempunyai pengetahuan, sikap dan pendidikan terhadap bencana seperti keterampilan pertolongan pertama, menggerakkan anggota keluarga untuk mengikuti latihan dan keterampilan evakuasi,  menyiapkan  kebutuhan  makanan  yang dapat disimpan dan tahan lama, menyiapkan kotak P3K dirumah.7

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survey dengan menggunakan pendekatan explanatory research. yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1996).  Explanatory research untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen yaitu pengaruh pengetahuan, sikap dan pendidikan kepala keluarga terhadap variabel dependen yaitu kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ulee Lheue kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh9
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Ulee Lheue kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari s/d Februari 2014
Populasi dan Sampel.
Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  seluruh  kepala  keluarga (KK)  yang tinggal di desa Ulee Lheue sebanyak 278 KK yang tersebar di 4 dusun yaitu:  Dusun  Tenggiri  128 KK,  Dusun  Bawal 69 KK,  Dusun  Tongkol 37 KK, dan Dusun Kakap 44 KK .Pengambilan sampel dilaku-kan dengan cara stratified proportional random sampling, yaitu populasi yang terdiri dari beberapa dusun diambil sampel secara proporsional,  sedangkan pada setiap dusun sampel diambil menggunakan Simple Random Sampling, agar diperoleh karakteristik populasi lebih tepat dan memuaskan. Besarnya sampel adalah 66 Kepala Keluarga, ditentukan dengan menggunakan rumus Lemenshows (2001), yaitu :
n =
Keterangan:
n  =  Besarnya sampel 
d  = Tingkat kepercayaan (0,1
Po = Proporsi Awal : 55,3 %               
Pa = Proporsi Alternatif : 40 %
Z1 – α = Kemaknaan dua Arah : 1,96
Z1 – β = Power Test 20 %  : 0.84
Lost to follow : 10 %
n =  
n =   66 orang (Jumlah/ Besar sampel dalam penelitian ini yaitu : 66 orang)

 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
            Karakteristik responden menurut kelompok usia terlihat bahwa usia terendah responden yaitu 24 tahun dan usia paling tua yaitu 45 tahun, dengan proporsinya yaitu lebih banyak berusia antara 24 – 35 tahun yaitu 60,6%. Menurut jenis pekerjaan, responden mempunyai beragam jenis pekerjaan yaitu sebagai petani (18,2%), sebagai nelayan (31,8%), sebagai pekerja swasta (34,8%), dan hanya  sebesar 15,2% responden yang berprofesi atau mempunyai pekerjaan sebagai PNS/BUMN/TNI/Polri. Menurut jenis pendidikan maka responden yang pernah menamatkan pendidikan setingkat SMA/MAN dan akademi/PT mempunyai proporsi terbanyak yaitu masing-masing sebesar 30,3%  dan 28,8%.           

Tabel 1.  Distribusi Karakteristik Responden
              Menurut Usia, Pekerjaan Dan Pendidikan 
              Karakteristik Responden
F
%
Usia
-                      24 – 35 tahun
-                      36 – 45 tahun

40
26

60,6
39,4
Pekerjaan
-                      Petani/Buruh
-                      Nelayan
-                      Swasta/ Berdagang
-                      PNS/BUMN/TNI/Polri

12
21
23
10

18,2
31,8
34,8
15,2
Pendidikan
-                      Tidak Sekolah
-                      Setingkat SD/MIN
-                      Setingkat SMP/MTsN
-                      Setingkat SMA/MAN
-                      Setingkat Akademi/PT

5
8
14
20
19

7,6
12,1
21,2
30,3
28,8
Jumlah
66
100,0
Distribusi tingkat pendidikan responden dengan proporsi tertinggi yaitu mempunyai tingkat pendidikan menengah (51,5%), diikuti dengan tingkat pendidikan tinggi (28,8%), dan pendidikan rendah sebesar 19,7%.



Tabel 2.  Distribusi Frekuensi  Responden  
                Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Responden
F
%
Rendah
Menengah
Tinggi
13
34
19
19,7
51,5
28,8
Jumlah
66
100,0
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah

Gambaran distribusi pengetahuan responden tentang kesiapsiagaan rumah tanga dalam menghadapi resiko bencana tsunami lebih banyak yang berpengetahuan baik yaitu sebesar 56,1% dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik (43,9%)

Tabel. 3. Distribusi Frekuensi Responden
 Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan Responden
F
%
Kurang Baik
Baik
29
37
43,9
56,1
Jumlah
66
100,0
Sumber: Hasil Penelitian , data diolah
Distribusi responden menurut sikap dibuat dua kategori dengan menggunakan nilai rata-rata sebagai cut off points, yaitu sikap negatif dan sikap positif. Berdasarkan kategori sikap tersebut, didapatkan gambaran responden yang mempunyai sikap negatif dengan nilai skor < 27,8 yaitu sebanyak 28 orang (42,4%) dan sisanya dengan nilai skor > 27,8 yaitu sebanyak sebanyak 38 orang (57,6%) mempunyai sikap yang positif dalam menghadapi resiko bencana tsunami.

 Tabel 4.  Distribusi Frekuensi Responden
              Berdasarkan  Sikap
Sikap Responden
F
%
Negatif
Positif
28
38
42,4
57,6
Jumlah
66
100,0
Sumber: Hasil Penelitian , data diolah

Distribusi kesiapsiagaan responden dalam menghadapi resiko bencana tsunami lebih banyak yang siap yaitu sebesar 60,6% dan angka tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang tidak siap dalam menghadapi bencana alam yaitu hanya sebesar 39,4%.


Tabel 5.  Distribusi Frekuensi Responden
 Berdasarkan Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan Responden
F
%
Tidak Siap
Siap
26
40
39,4
60,6
Jumlah
66
100,0
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah

Analisis Bivariat
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga.
Hasil penelitian sebagaimana yang disajikan pada tabel 6 terlihat bahwa sebesar 69,2% responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah lebih banyak menyatakan tidak siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami, sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan maka responden di desa Ule Lheue semakin siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami yaitu sebesar 73,7%. Hasil analisis statistik diperoleh bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,040 atau p < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kemaknaan 95%  terdapat   hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ulee Lheue.



Tabel 6.  Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko
              Bencana Tsunami.

Tingkat
Pendidikan
Kesiapsiagaan
Total
P.
Value
Tidak Siap
Siap
f
%
F
%
F
%
Rendah
Menengah
Tinggi
9
12
5
69,2
35,3
26,3
4
22
14
30,8
64,7
73,7
13
34
19
100,0
100,0
100,0
0,040
T o t a l
26
39,4
40
60,6
66
100,0

Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga
Berdasarkan tabel 7, dapat dijelaskan bahwa proporsi responden yang berpengetahuan kurang baik dan tidak siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami yaitu sebesar 55,2%. Angka ini relatif kecil bila dibandingkan responden yang berpengetahuan baik dan siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami dengan proporsi sebesar 73,0% di desa Ulee Lheue
Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Hasil uji statistik dengan Chi-Square Test, diperoleh nilai p-value = 0,039                      (p < 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti bahwa pada CI : 95% terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh



Tabel 7.   Hubungan Pengetahuan Dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana Tsunami
Pengetahuan
Kesiapsiagaan
Total
P.
Value
Tidak Siap
Siap
f
%
F
%
f
%
Kurang Baik
Baik
16
10
55,2
27,0
13
27
44,8
73,0
29
37
100,0
100,0
0,039
T o t a l
26
39,4
40
60,6
66
100,0
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah



Hubungan Sikap Dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga
Hasil penelitian diketahui bahwa proporsi responden yang bersikap negatif  dan tidak siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami yaitu sebesar 57,1%, proporsi ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan responden yang sikapnya negatif dan mempunyai tindakan yang siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ule Lheue  sebesar 73,7%.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,023 atau p < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kemaknaan 95% terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.



Tabel  8. Hubungan Sikap dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana Tsunami

Sikap
Kesiapsiagaan
Total
P.
Value
Tidak Siap
Siap
f
%
F
%
F
%
Negatif
Positif
16
10
57,1
26,3
12
28
42,9
73,7
29
37
100,0
100,0
0,023
T o t a l
26
39,4
40
60,6
66
100,0
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah



Analisis Multivariat
Pada penelitian ini dipergunakan uji regresi linier berganda untuk mencari faktor yang paling dominan terhadap kesiapsiagaan responden. Adapun tahap analisis multivariat adalah sebagai berikut :
a.    Melakukan analisa pada model univariate pada setiap variabel dengan  tujuan untuk mengestimasi peranan masing-masing variabel.
b.    Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan kedalam model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap signifikan adalah variabel yang mempunyai nilai  p < 0,25.
c.    Pembuatan model faktor (variabel independen) terhadap kesiapsiagaan, variabel yang akan dimasukkan didalam model adalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,05.
Ada 3 (tiga) variabel yang diduga berhubungan dengan kesiapsiagaan responden yaitu variabel tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap. Untuk membuat model mutivariat, variabel tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan variabel kesiapsiagaan (variabel dependen), seperti terlihat pada tabel 6, 7, dan 8. Berdasarkan analisis bivariat, ternyata terdapat 3 (tiga) variabel yang memiliki nilai p-value < 0,25 yaitu variabel tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap. Tahap selanjutnya ketiga variabel ini dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan analisis multivariat.



Tabel  9. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Untuk Identifikasi Variabel Yang Akan Masuk Dalam Model Faktor Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana Tsunami

Variabel Independen
  B
P-Value
OR
95% CI
Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Constant
0,912
1,404
1,293
-1,988
0,036
0,018
0,027
2,488
4,073
3,644
1,060 – 5,839
1,276 – 13,007
1,162 – 11,430
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah


Dalam proses pemodelan ini juga dilakukan uji interaksi antara kombinasi terhadap variabel bebas yang secara substansi/ biologis berinteraksi. Interaksi yang memiliki nilai p < 0,05 akan masuk dalam model. Variabel ini akan diikut sertakan dalam model analisis regresi logistik ganda.




Tabel 10. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Pemodelan Faktor Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana Tsunami

Variabel
B
SE
Wald
df
Sig.
Exp
 (B)
95% CI for Exp (B)
Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Constant

0,912
1,404
1,293
-1,988

0,435
0,592
0,583
0,743

4,388
5,622
4,914
7,157

1
1
1
1

0,036
0,018
0,027
0,007

2,488
4,073
3,644
0,137

1,060 – 5,839
1,276 – 13,007
1,162 – 11,430

Sumber: Hasil Penelitian, data diolah

Berdasarkan tabel 10 diatas, maka diperoleh  model   regresi    dalam      bentuk
persamaan sebagai berikut :



Y = -1,988 + 1,404 Pengetahuan + 1,293 Sikap + 0,912 Tingkat Pendidikan

Uji statistic untuk koefesien regresi diketahui bahwa setiap variabel mempunyai nilai p-value dengan masing-masing       yaitu untuk variabel pengetahuan                          (p = 0,018 dengan OR = 4,1), variabel sikap    (p = 0,027 dengan OR = 3,6), dan variabel tingkat pendidikan (p = 0,036 dengan        OR = 2,5).
Jadi pada alpha 5% ada hubungan linier antara aspek pengetahuan, sikap dan tingkat pendidikan dengan kesiapsiagaan responden dalam menghadapi resiko bencana alam tsunami. Besarnya sumbangan terhadap faktor resiko yaitu responden tidak siap dalam menghadapi bencana tsunami disebabkan sebesar 4,1 kali oleh responden yang mempunyai pengetahuan kurang, sebesar 3,5 kali oleh responden yang mempunyai sikap negatif, serta sebesar 2,5 kali akibat responden yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah di desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.
Dari hasil penelitian setelah dilakukan analisis multivariate dengan uji statistik Binary Logistic Regression, bahwa dijumpai faktor yang berpengaruh secara dominan dalam hubungan terhadap kesiapsiagaan responden adalah faktor pengetahuan responden itu sendiri, karena variabel ini merupakan variable predictor yang paling dominan. Besar nilai OR     (Odds Ratio) variable ini paling tinggi diantara variable lainnya. Makin besar nilai OR, maka makin besar pula kemungkinan faktor resiko tersebut menyebabkan responden tidak siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ule Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.    Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kepala keluarga terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Uleu lheue.
2.    Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kepala keluarga terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Uleu lheue.
3.    Ada hubungan yang signifikan antara sikap kepala keluarga terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Uleu lheue.
4.    Variabel Pengetahuan merupa-kan variabel yang paling dominan diketahui nilai OR = 4,1 artinya makin besar nilai OR makin besar pula kemungkinan faktor resiko yang menyebabkan responden berpengetahuan rendah tidak siap  dalam menghadapi resiko bencana tsunami.
Saran
1.    Kepada Pemerintah Kota Banda Aceh diharapkan dapat memberikan dukungan terlaksananya pendidikan tentang kebencanaan sehingga pada seluruh tingkatan  pendidikan (SD,SMP,SMA) memiliki pema-haman yang sama akan perlunya kesiapsiagaan bencana tersebut.
2.    BPBD beserta Dinas/ instansi teknis terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, SAR, PMI, TNI/Polri dan Dinas PU Kota Banda Aceh agar memfasilitasi pelatihan dan gladi sesuai tupoksi masing – masing dalam penanggulangan bencana pada masyarakat.
3.    Kepala Keluarga gampong Ulee Lheu, agar berperan aktif mengikuti setiap  pelatihan, simulasi bencana tsunami, untuk meningkatkan wawasan terhadap dirinya dan keluarga serta bersifat positif artinya merespon, menerima dan bertanggung jawab  sebagai bentuk kesiapsiagaan rumah tangga dalam upaya meminimalkan resiko bencana  tsunami.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonim, 2013, Indonesia Negara Paling Rawan Bencana Alam, http://www. alamen-dah.Org diakses pada tanggal 22 oktober 2013.
2.      BKPM Provinsi Pemerintah Aceh, 2009, Profil Investasi Pemerintah Aceh.
3.      BNPB, 2010. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014. Jakarta
4.      BNPB, No 8 Tahun 2011 tentang Standardisasi Data Kebencanaan, Jakarta.
5.      Dr Yozo Goto, Yamamoto Hiroyuki Phd, Nishi Yoshimi PhD, 2009 Tsunami Damage to Oil Storage Tanks. Fuji Tokoha University, Fuji City, Shizuoka, Japan
6.      Lemenshow, S, 2001. Sample size Determination in Health Studies; A Practical Manual, WHO, Geneva.
7.      LIPI – UNESCO/ISDR, 2006. Kajian kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta
8.      Puspito, Nanang T, 2010. Mengelola Resiko Bencana Di Daerah Maritim, Jurusan Geofisika dan Meteorologi ITB, Bandung
9.      Singarimbun, 1996. Metoda Penelitian Survey. PT. Gramedia, Jakarta
10.  Qanun Kota Banda Aceh Nomor 3, 2011. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Banda Aceh.
11.  UU RI,  No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar