PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN
PENDIDIKAN KEPALA KELUARGA TERHADAP
KESIAPSIAGAAN RUMAH TANGGA DALAM
MENGHADAPI
RESIKO BENCANA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE
KECAMATAN
MEURAXA KOTA BANDA ACEH
Oleh:
Syahrizal
ABSTRAK
Tsunami raksasa paling
mematikan yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember
2004 yang menewaskan sekitar 165.708 korban jiwa dan nilai kerusakan yang
ditimbulkan mencapai lebih dari Rp 48 triliun. Desa Ulee Lheue merupakan salah
satu desa yang hancur akibat gelombang tsunami yang terletak di kecamatan
Meuraxa Kota Banda Aceh yang menyebabkan ribuan
penduduk kehilangan tempat tinggal, korban jiwa dan kerugian harta
benda. Jenis penelitian menggunakan explanatory research. Populasi dalam
penelitian seluruh kepala keluarga di Desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa sebanyak 278 KK.
Sampel penelitian sebanyak 66 KK yang diambil dengan menggunakan teknik
proportional sampling. Hasil
penelitian setelah dilakukan uji statistik terhadap variabel pengetahuan, sikap dan
pendidikan kepala keluarga terdapat hubungan yang signifikan artinya ada
pengaruh terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana
tsunami, sedangkan sebagai variable
predictor atau variabel yang paling
dominan merupakan variabel pengetahuan yang sangat berpengaruh terhadap
kesiapsiagaan rumah tangga. Adapun saran kepada
Kepala Keluarga gampong Ulee Lheu perlu diberikan pelatihan, simulasi bencana
tsunami, mencari informasi tentang bencana untuk menambah wawasan terhadap
dirinya ataupun keluarganya dan bersifat
positif (menerima, merespon dan bertanggung jawab) untuk meningkatkan
kesiapsiagaan sebagai upaya mengurangi resiko bencana tsunami.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Kesiapsiagaan, Tsunami
THE INFLUENCE OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND
EDUCATION
OF HEAD OF FAMILY ON THE HOUSEHOLD PREPAREDNESS
IN
DEALING WITH TSUNAMI RISK AT ULEE LHEUE
VILLAGE,
MEURAXA SUBDISTRICT, THE CITY OF BANDA ACEH
By:
Syahrizal
ABSTRACT
The most deadly gigantic tsunami occured in Aceh on
December 26, 2004 killed about 165.708 people and caused a damage up to more
than Rp. 48 trilions. Ulee Lheue is one of the villages in Mauraxa Subdistrict,
the city of Banda Aceh which was damaged by the tsunami which left thousands
homeless, casualties and property losses.
The purpose of this study was to analyze the
influence of knowledge, attitude and education of head of family on the
household preparedness in dealing with tsunami risk at Ulee Lheue Village,
Meuraxa Subdistrict, the City of Banda
Aceh.The population of this explanatory study was all of the heads of 278
households living in Ulee Lheue Village, and 66 of them were selected to be the
samples for this study through proportional sampling technique. Statistically,
the result of this study showed that the variables of knowledge, attitude and
education of heads of households had a significant relationship with and
influence on the household preparedness in dealing with tsunami risk. Knowledge
was the most dominant variable influencing the household preparedness. The
community members of Meuraxa Subdistrict and the Heads of Families in Ulee
Lheue Villages is suggested to should actively participate in any training and
simulation on tsunami disaster provided to improve their and their families’insights,
and they should positively respond, accept and be responsible for the training
and simulationprovided as a form of household preparedness in an effort to reduce the risk of
tsunami disaster.
Keywords: Knowledge, Attitude,
Education, Preparedness, Tsunami
PENDAHULUAN
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan
terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam
maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang
dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional11
Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana
dan memiliki jumlah penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan
oleh faktor alam maupun akibat dari ulah manusia. Hal ini terbukti dengan
semakin meningkatnya jumlah kejadian bencana setiap tahunnya. Bencana seperti
tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin topan, letusan gunungapi,
kebakaran, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan transportasi, dan kecelakaan
industri sering kali menjadi ancaman yang serius bagi peduduk Indonesia.
Ancaman bencana dapat menyebabkan korban jiwa
dan kerusakan harta benda4
Indonesia terletak pada zona batas empat lempeng bumi yang sangat
aktif sehingga memiliki aktivitas tektonik dan vulkanik yang sangat tinggi,
oleh karena itu Indonesia mempunyai banyak zona-zona patahan aktif dan sebaran
gunung api. Sebagian patahan dan gunung api berada di bawah laut sehingga kejadian gempa dan
letusan gunung apinya berpotensi membangkitkan tsunami. Selain dua sumber utama
tsunami ini, peristiwa longsoran bawah laut yang sering dipicu oleh kejadian gempa dan letusan
gunung api juga dapat menimbulkan tsunami8
Menurut United Nations International
Strategy for Disaster Reduction (UNISDR, 2009), suatu badan PBB untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana. Berbagai bencana alam mulai
gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan,
dan kebakaran hutan rawan
terjadi di Indonesia. Peringkat pertama pada dua bencana alam yakni tsunami dan
tanah longsor, peringkat ketiga pada gempa bumi, dan peringkat keenam pada
banjir. Hanya di dua bencana alam yakni kekeringan dan angin topan Indonesia
absen. Bencana alam Tsunami adapun dari
265 negara Indonesia peringkat pertama dengan 5.402.239 orang terkena dampaknya
mengalahkan Jepang 4.497.645 korban, Bangladesh 1.598.546 korban, dan India
1.114.388 korban1
Bencana
yang paling mematikan pada awal abad XXI juga bermula dari Indonesia. Pada
tanggal 26 Desember 2004 sebuah gempa bumi besar terjadi di dalam laut sebelah
barat pulau Sumatra di dekat pulau Simeuleu berada di Aceh. Gempa bumi ini
memicu tsunami yang menewaskan lebih dari 225.000 jiwa di sebelas negara dan
menimbulkan kehancuran hebat di banyak kawasan pesisir di negara-negara yang
terkena. Di Indonesia sendiri gempa bumi dan tsunami mengakibatkan sekitar
165.708 korban jiwa dan nilai kerusakan yang ditimbulkannya mencapai lebih dari
Rp 48 triliun3
Panjang
pesisir pantai wilayah Provinsi Pemerintah Aceh sepanjang 1.660 km dengan luas
perairan laut 295.370 km² terdiri atas luas wilayah perairan (teritorial dan
kepulauan) seluas 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 238.807
km². Dari 1.660 km panjang garis pantai, 800 km di antaranya rusak diterjang
gelombang tsunami tahun 20042
Kota Banda Aceh sebagai Ibukota dari Provinsi
Pemerintah Aceh memiliki kondisi geografis, hidrologi dan domografis yang rawan
terhadap bencana10
Kota Banda Aceh terbagi dalam 3 wilayah yakni wilayah yang mengalami
kerusakan terparah, wilayah dengan tingkat kerusakan sedang dan wilayah yang tidak terkena wilayah
tsunami. Wilayah yang mengalami kerusakan terparah adalah yang berada di
wilayah pesisir meliputi kecamatan Meuraxa, kecamatan Jaya Baru dan Kuta Raja.
Untuk mengendalikan daerah rawan bencana pemerintah kota Banda Aceh membuat
kebijakan yaitu dengan menurunkan tingkat pelayanan di wilayah tersebut hingga
3 km dari garis pantai. Sebelum tsunami kawasan ini merupakan sub pusat
pelayanan pemerintahan kota Banda Aceh yang berpusat di daerah Ulee Lheue yang
merupakan kawasan pelabuhan, wisata dan pemukiman, pasca tsunami kawasan ini
diturunkan kawasan ini menjadi kawasan biasa tidak direkomendasikan lagi untuk
kegiatan palayanan. Meskipun kawasan pusat barat yakni di Desa Ulee Lheue dan
sekitarnya merupakan kawasan rawan bencana namun masyarakat disana masih tetap
bermukim di daerah ini sehingga pemerintah menyediakan jalur – jalur evakuasi
dan escape building sehingga
diperlukan persiapan jika terjadi bencana tsunami.
Ulee
Lheue atau sering juga di sebut ulee lhee adalah sebuah desa atau gampong di
kecamatan Meuraxa yang
berjarak sekitar 10 km dari pusat kota. Ulee Lheue, merupakan salah satu desa
terparah terkena dampak tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 dan
juga pusat keramaian dan perhatian setiap orang yang berkunjung ke Banda Aceh.
Di daerah ini juga terdapat sebuah pelabuhan yang dijadikan pusat transportasi
laut menuju pulau weh dan pulo aceh.
Pakar penanggulangan bencana alam dari Jepang
Dr Yozo Goto, Yamamoto Hiroyuki Phd serta Nishi Yoshimi PhD (2009), guru besar Universitas Nagoya Jepang yang
melakukan penelitian bencana di Aceh menyimpulkan, bahwa Aceh termasuk daerah
rawan bencana. Potensi bencana itu terlihat di sepanjang garis Bukit Barisan,
namun demikian, masyarakat Aceh tidak perlu khawatir berlebihan terhadap
potensi bencana tersebut. Hanya saja diharapkan warga Aceh dapat belajar dari
setiap bencana alam yang sudah pernah terjadi, termasuk tsunami yang
menghancurkan kawasan pesisir Aceh, tanggal 26 Desember 2004 lalu, yang paling
penting kita harus selalu membangun kesadaran dan kesiapan bila sewaktu-waktu
terjadi bencana. 5
Menurut LIPI (2006) terdapat tujuh stakeholders yang berkaitan erat dengan kesiapsiagaan
masyarakat, yaitu: individu
dan rumah tangga, instansi
pemerintah yang berkaitan
dengan pengelolaan bencana, komunitas sekolah, lembaga
swadaya
masyarakat (LSM), kelembagaan masyarakat, kelompok
profesi dan pihak swasta. Dari ke tujuh stakeholders tersebut,
tiga stakeholders, yaitu: rumah tangga, pemerintah dan komunitas
sekolah, disepakati sebagai stakeholders
utama, dan empat
stakeholders lainnya sebagai
stakeholders pendukung dalam kesiapsiagaan bencana. 7
Kesiapsiagaan
yang perlu dilakukan oleh masyarakat dan di rumah tangga, adalah (a) Memahami bahaya yang timbul oleh bencana, masyarakat yang tinggal
di daerah rawan bencana perlu memahami bahaya
yang mungkin dialami ketika bencana datang, kapan bencana tersebut
datang
di
daerah tersebut, daerah mana saja yang aman untuk menghindari
bencana. (b) Menyiapkan peta daerah rawan bencana; peta daerah rawan bencana didasarkan pada berbagai penyebab dan risiko bencana
(geologis dan klimatologis)
sebagai salah pertimbangan perencanaan pembangunan dan penanggulangan untuk pencegahan
bencana. Adapun kemampuan
yang harus dimiliki kepala keluarga sebagai wujud dari kesiapsiagaan adalah mempunyai pengetahuan, sikap dan pendidikan terhadap bencana
seperti keterampilan pertolongan pertama, menggerakkan anggota
keluarga untuk mengikuti
latihan dan keterampilan evakuasi, menyiapkan
kebutuhan
makanan
yang
dapat disimpan dan tahan lama,
menyiapkan kotak P3K dirumah.7
METODE
PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survey
dengan menggunakan pendekatan explanatory research.
yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1996). Explanatory research untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen yaitu
pengaruh pengetahuan, sikap dan
pendidikan kepala keluarga terhadap
variabel dependen yaitu kesiapsiagaan rumah tangga
dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ulee Lheue kecamatan
Meuraxa Kota Banda Aceh9
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Ulee Lheue kecamatan Meuraxa Kota
Banda Aceh. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari s/d Februari 2014
Populasi
dan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kepala keluarga (KK) yang
tinggal di desa Ulee Lheue sebanyak
278 KK yang tersebar di 4 dusun yaitu: Dusun Tenggiri
128 KK,
Dusun
Bawal
69 KK, Dusun Tongkol 37 KK, dan Dusun Kakap 44 KK
.Pengambilan sampel dilaku-kan dengan cara stratified proportional random sampling,
yaitu populasi yang terdiri dari beberapa dusun diambil sampel secara
proporsional, sedangkan pada setiap
dusun sampel diambil menggunakan Simple
Random Sampling, agar diperoleh karakteristik populasi lebih tepat dan
memuaskan. Besarnya sampel adalah 66 Kepala Keluarga, ditentukan dengan menggunakan rumus Lemenshows (2001), yaitu :
n =
Keterangan:
n = Besarnya sampel
d = Tingkat kepercayaan (0,1
Po = Proporsi Awal : 55,3 %
Pa = Proporsi Alternatif : 40 %
Z1 – α = Kemaknaan dua Arah : 1,96
Z1 – β = Power Test 20 % : 0.84
Lost to follow : 10 %
n =
n = 66 orang (Jumlah/ Besar sampel dalam penelitian ini yaitu :
66 orang)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis
Univariat
Karakteristik responden menurut kelompok usia
terlihat bahwa usia terendah responden yaitu 24 tahun dan usia paling tua yaitu
45 tahun, dengan proporsinya yaitu lebih banyak berusia antara 24 – 35 tahun
yaitu 60,6%. Menurut jenis pekerjaan, responden mempunyai beragam jenis
pekerjaan yaitu sebagai petani (18,2%), sebagai nelayan (31,8%), sebagai
pekerja swasta (34,8%), dan hanya
sebesar 15,2% responden yang berprofesi atau mempunyai pekerjaan sebagai
PNS/BUMN/TNI/Polri. Menurut jenis pendidikan maka responden yang pernah
menamatkan pendidikan setingkat SMA/MAN dan akademi/PT mempunyai proporsi
terbanyak yaitu masing-masing sebesar 30,3% dan 28,8%.
Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Responden
Menurut Usia, Pekerjaan Dan Pendidikan
Karakteristik Responden
|
F
|
%
|
Usia
-
24 –
35 tahun
-
36 –
45 tahun
|
40
26
|
60,6
39,4
|
Pekerjaan
-
Petani/Buruh
-
Nelayan
-
Swasta/
Berdagang
-
PNS/BUMN/TNI/Polri
|
12
21
23
10
|
18,2
31,8
34,8
15,2
|
Pendidikan
-
Tidak
Sekolah
-
Setingkat
SD/MIN
-
Setingkat
SMP/MTsN
-
Setingkat
SMA/MAN
-
Setingkat
Akademi/PT
|
5
8
14
20
19
|
7,6
12,1
21,2
30,3
28,8
|
Jumlah
|
66
|
100,0
|
Distribusi
tingkat pendidikan responden dengan proporsi tertinggi yaitu mempunyai tingkat
pendidikan menengah (51,5%), diikuti dengan tingkat pendidikan tinggi (28,8%),
dan pendidikan rendah sebesar 19,7%.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi
Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Responden
|
F
|
%
|
Rendah
Menengah
Tinggi
|
13
34
19
|
19,7
51,5
28,8
|
Jumlah
|
66
|
100,0
|
Sumber: Hasil Penelitian,
data diolah
Gambaran
distribusi pengetahuan responden tentang kesiapsiagaan rumah tanga dalam
menghadapi resiko bencana tsunami lebih banyak yang berpengetahuan baik yaitu
sebesar 56,1% dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik
(43,9%)
Tabel. 3. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan Responden
|
F
|
%
|
Kurang Baik
Baik
|
29
37
|
43,9
56,1
|
Jumlah
|
66
|
100,0
|
Sumber: Hasil Penelitian , data diolah
Distribusi
responden menurut sikap dibuat dua kategori dengan menggunakan nilai rata-rata
sebagai cut off points, yaitu sikap
negatif dan sikap positif. Berdasarkan kategori sikap tersebut, didapatkan
gambaran responden yang mempunyai sikap negatif dengan nilai skor < 27,8
yaitu sebanyak 28 orang (42,4%) dan sisanya dengan nilai skor > 27,8
yaitu sebanyak sebanyak 38 orang (57,6%) mempunyai sikap yang positif dalam
menghadapi resiko bencana tsunami.
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Sikap
Sikap Responden
|
F
|
%
|
Negatif
Positif
|
28
38
|
42,4
57,6
|
Jumlah
|
66
|
100,0
|
Sumber: Hasil Penelitian ,
data diolah
Distribusi
kesiapsiagaan responden dalam menghadapi resiko bencana tsunami lebih banyak
yang siap yaitu sebesar 60,6% dan angka tersebut lebih besar bila dibandingkan
dengan responden yang tidak siap dalam menghadapi bencana alam yaitu hanya
sebesar 39,4%.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan
Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan Responden
|
F
|
%
|
Tidak Siap
Siap
|
26
40
|
39,4
60,6
|
Jumlah
|
66
|
100,0
|
Sumber: Hasil Penelitian,
data diolah
Analisis
Bivariat
Hubungan
Tingkat Pendidikan dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga.
Hasil
penelitian sebagaimana yang disajikan pada tabel 6 terlihat bahwa sebesar 69,2%
responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah lebih banyak menyatakan
tidak siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami, sebaliknya semakin tinggi
tingkat pendidikan maka responden di desa Ule Lheue semakin siap dalam menghadapi
resiko bencana tsunami yaitu sebesar 73,7%. Hasil analisis statistik diperoleh
bahwa nilai probabilitas (p-value)
sebesar 0,040 atau p < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
kemaknaan 95% terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana
tsunami di desa Ulee Lheue.
Tabel 6.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam
Menghadapi Resiko
Bencana Tsunami.
Tingkat
Pendidikan
|
Kesiapsiagaan
|
Total
|
P.
Value
|
||||
Tidak Siap
|
Siap
|
||||||
f
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
||
Rendah
Menengah
Tinggi
|
9
12
5
|
69,2
35,3
26,3
|
4
22
14
|
30,8
64,7
73,7
|
13
34
19
|
100,0
100,0
100,0
|
0,040
|
T o t a l
|
26
|
39,4
|
40
|
60,6
|
66
|
100,0
|
Hubungan
Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga
Berdasarkan tabel 7, dapat dijelaskan bahwa
proporsi responden yang berpengetahuan kurang baik dan tidak siap dalam
menghadapi resiko bencana tsunami yaitu sebesar 55,2%. Angka ini relatif kecil
bila dibandingkan responden yang berpengetahuan baik dan siap dalam menghadapi
resiko bencana tsunami dengan proporsi sebesar 73,0% di desa Ulee Lheue
Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Hasil uji statistik dengan Chi-Square Test, diperoleh nilai p-value = 0,039 (p < 0,05) sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima, hal ini berarti bahwa pada CI : 95% terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan rumah tangga dalam
menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota
Banda Aceh
Tabel 7. Hubungan
Pengetahuan Dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana
Tsunami
Pengetahuan
|
Kesiapsiagaan
|
Total
|
P.
Value
|
||||
Tidak Siap
|
Siap
|
||||||
f
|
%
|
F
|
%
|
f
|
%
|
||
Kurang Baik
Baik
|
16
10
|
55,2
27,0
|
13
27
|
44,8
73,0
|
29
37
|
100,0
100,0
|
0,039
|
T o t a l
|
26
|
39,4
|
40
|
60,6
|
66
|
100,0
|
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah
Hubungan
Sikap Dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga
Hasil penelitian diketahui bahwa proporsi
responden yang bersikap negatif dan
tidak siap dalam menghadapi resiko bencana tsunami yaitu sebesar 57,1%,
proporsi ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan responden yang
sikapnya negatif dan mempunyai tindakan yang siap dalam menghadapi resiko
bencana tsunami di desa Ule Lheue sebesar 73,7%.
Berdasarkan
hasil analisis statistik diperoleh bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,023 atau p < 0,05.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kemaknaan 95% terdapat hubungan
yang bermakna antara sikap responden dengan kesiapsiagaan rumah tangga dalam
menghadapi resiko bencana tsunami di desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota
Banda Aceh.
Tabel 8.
Hubungan Sikap dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko
Bencana Tsunami
Sikap
|
Kesiapsiagaan
|
Total
|
P.
Value
|
||||
Tidak Siap
|
Siap
|
||||||
f
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
||
Negatif
Positif
|
16
10
|
57,1
26,3
|
12
28
|
42,9
73,7
|
29
37
|
100,0
100,0
|
0,023
|
T o t a l
|
26
|
39,4
|
40
|
60,6
|
66
|
100,0
|
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah
Analisis
Multivariat
Pada penelitian ini dipergunakan uji regresi
linier berganda untuk mencari faktor yang paling dominan terhadap kesiapsiagaan
responden. Adapun tahap analisis multivariat adalah sebagai berikut :
a. Melakukan analisa pada model univariate pada setiap variabel
dengan tujuan untuk mengestimasi peranan
masing-masing variabel.
b. Melakukan pemilihan variabel yang potensial
untuk dimasukkan kedalam model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap
signifikan adalah variabel yang mempunyai nilai
p < 0,25.
c. Pembuatan model faktor (variabel independen)
terhadap kesiapsiagaan, variabel yang akan dimasukkan didalam model adalah
variabel yang mempunyai nilai p < 0,05.
Ada 3 (tiga) variabel yang diduga berhubungan
dengan kesiapsiagaan responden yaitu variabel tingkat pendidikan, pengetahuan
dan sikap. Untuk membuat model mutivariat, variabel tersebut terlebih dahulu
dilakukan analisis bivariat dengan variabel kesiapsiagaan (variabel dependen), seperti
terlihat pada tabel 6, 7, dan 8. Berdasarkan analisis bivariat, ternyata
terdapat 3 (tiga) variabel yang memiliki nilai p-value < 0,25 yaitu variabel tingkat pendidikan, pengetahuan dan
sikap. Tahap selanjutnya ketiga variabel ini dimasukkan sebagai kandidat untuk
dilakukan analisis multivariat.
Tabel 9. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Untuk
Identifikasi Variabel Yang Akan Masuk Dalam Model Faktor Kesiapsiagaan Rumah
Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana Tsunami
Variabel
Independen
|
B
|
P-Value
|
OR
|
95% CI
|
Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Constant
|
0,912
1,404
1,293
-1,988
|
0,036
0,018
0,027
|
2,488
4,073
3,644
|
1,060 – 5,839
1,276 – 13,007
1,162 – 11,430
|
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah
Dalam proses pemodelan ini
juga dilakukan uji interaksi antara kombinasi terhadap variabel bebas yang
secara substansi/ biologis berinteraksi. Interaksi yang memiliki nilai p <
0,05 akan masuk dalam model. Variabel ini akan diikut sertakan dalam model
analisis regresi logistik ganda.
Tabel 10. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik
Pemodelan Faktor Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana
Tsunami
Variabel
|
B
|
SE
|
Wald
|
df
|
Sig.
|
Exp
(B)
|
95% CI
for Exp (B)
|
Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Constant
|
0,912
1,404
1,293
-1,988
|
0,435
0,592
0,583
0,743
|
4,388
5,622
4,914
7,157
|
1
1
1
1
|
0,036
0,018
0,027
0,007
|
2,488
4,073
3,644
0,137
|
1,060 – 5,839
1,276 – 13,007
1,162 – 11,430
|
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah
Berdasarkan tabel 10 diatas,
maka diperoleh model regresi dalam
bentuk
persamaan sebagai
berikut :
Y = -1,988 + 1,404 Pengetahuan + 1,293 Sikap + 0,912 Tingkat
Pendidikan
Uji statistic untuk koefesien regresi diketahui
bahwa setiap variabel mempunyai nilai p-value
dengan masing-masing yaitu untuk variabel pengetahuan (p = 0,018 dengan OR =
4,1), variabel sikap (p = 0,027 dengan
OR = 3,6), dan variabel tingkat pendidikan (p = 0,036 dengan OR = 2,5).
Jadi pada alpha 5% ada hubungan linier antara
aspek pengetahuan, sikap dan tingkat pendidikan dengan kesiapsiagaan responden
dalam menghadapi resiko bencana alam tsunami. Besarnya sumbangan terhadap
faktor resiko yaitu responden tidak siap dalam menghadapi bencana tsunami
disebabkan sebesar 4,1 kali oleh responden yang mempunyai pengetahuan kurang,
sebesar 3,5 kali oleh responden yang mempunyai sikap negatif, serta sebesar 2,5
kali akibat responden yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah di desa
Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.
Dari hasil penelitian setelah dilakukan
analisis multivariate dengan uji statistik Binary
Logistic Regression, bahwa dijumpai faktor yang berpengaruh secara dominan
dalam hubungan terhadap kesiapsiagaan responden adalah faktor pengetahuan
responden itu sendiri, karena variabel ini merupakan variable predictor yang paling dominan. Besar
nilai OR (Odds Ratio) variable ini paling tinggi diantara variable lainnya. Makin besar nilai OR, maka
makin besar pula kemungkinan faktor resiko tersebut menyebabkan responden tidak siap dalam menghadapi resiko bencana
tsunami di desa Ule Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan kepala keluarga terhadap
kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Uleu
lheue.
2.
Ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan kepala keluarga terhadap
kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Uleu
lheue.
3.
Ada
hubungan yang signifikan antara sikap kepala keluarga terhadap kesiapsiagaan
rumah tangga dalam menghadapi resiko bencana tsunami di desa Uleu lheue.
4.
Variabel Pengetahuan merupa-kan variabel yang
paling dominan diketahui nilai OR = 4,1 artinya makin besar nilai OR makin
besar pula kemungkinan faktor resiko yang menyebabkan responden berpengetahuan
rendah tidak siap
dalam menghadapi resiko bencana tsunami.
Saran
1. Kepada Pemerintah Kota Banda Aceh diharapkan
dapat memberikan dukungan terlaksananya pendidikan tentang kebencanaan sehingga
pada seluruh tingkatan pendidikan
(SD,SMP,SMA) memiliki pema-haman yang sama akan perlunya kesiapsiagaan bencana
tersebut.
2. BPBD beserta Dinas/ instansi teknis terkait
seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, SAR, PMI, TNI/Polri
dan Dinas PU Kota Banda Aceh agar memfasilitasi pelatihan dan gladi sesuai
tupoksi masing – masing dalam penanggulangan bencana pada masyarakat.
3. Kepala Keluarga gampong Ulee Lheu, agar
berperan aktif mengikuti setiap
pelatihan, simulasi bencana tsunami, untuk meningkatkan wawasan terhadap
dirinya dan keluarga serta bersifat positif artinya merespon, menerima dan
bertanggung jawab sebagai bentuk
kesiapsiagaan rumah tangga dalam upaya meminimalkan resiko bencana tsunami.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Anonim, 2013, Indonesia Negara Paling Rawan
Bencana Alam, http://www. alamen-dah.Org diakses pada tanggal 22
oktober 2013.
2. BKPM Provinsi Pemerintah Aceh, 2009, Profil
Investasi Pemerintah Aceh.
3. BNPB, 2010. Rencana Nasional Penanggulangan
Bencana 2010 – 2014. Jakarta
4. BNPB, No 8 Tahun 2011 tentang Standardisasi
Data Kebencanaan, Jakarta.
5. Dr Yozo Goto, Yamamoto Hiroyuki Phd, Nishi
Yoshimi PhD, 2009 Tsunami Damage to Oil
Storage Tanks. Fuji Tokoha University, Fuji City, Shizuoka,
Japan
6. Lemenshow, S, 2001. Sample size Determination in Health Studies; A Practical Manual,
WHO, Geneva.
7. LIPI – UNESCO/ISDR, 2006. Kajian kesiapsiagaan
Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta
8. Puspito,
Nanang T, 2010. Mengelola Resiko Bencana Di Daerah Maritim, Jurusan
Geofisika dan Meteorologi ITB, Bandung
9. Singarimbun, 1996. Metoda Penelitian Survey.
PT. Gramedia, Jakarta
10. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 3, 2011. Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Banda Aceh.
11. UU RI, No 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar