Rabu, 28 Desember 2016

Wirza: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2016, hal. 85-92


ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DALAM MELAKUKAN SIKAT GIGI  PADA PASIEN RAWAT INAP
 (Studi Kasus Puskesmas Kuta Makmur Aceh Utara)

Oleh:
Wirza
(Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Aceh)

ABSTRAK
Karies gigi adalah hasil interaksi dari plak atau biofilm, diet dan memerlukan cukup waktu sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi. Asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap di Puskesmas Beber belum dilakukan dengan optimal, nilai rata-rata skor OHI-S 4,3 dengan kriteria OHI-S buruk pada saat pasien selesai perawatan diruang rawat inap. Maka perlu dilaksanakan Kebersihan gigi dan mulut berupa asuhan keperawatan gigi dengan intervensi sikat gigi. Untuk menganalisis pengaruh pemberian asuhan keperawatan gigi terhadap peningkatan oral hygiene  pada pasien rawat inap.Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan pendekatan pre and post test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Subjek penelitian menggunakan tekhnik Purposive Sampling berjumlah minimal 20 pasien rawat inap. Dengan memberikan asuhan keperawatan gigi dan diukur menggunakan  OHI-S. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, analisis bivariat menggunakan uji t-test berpasangan untuk membedakan hasil skor rata-rata OHI-S awal dan akhir pada pasien rawat inap setelah dilakukan asuhan keperawatan gigi. Ada perbedaan rerata skor OHI-S awal sebesar 2,52 (SD±1,45) dan akhir sebesar 1,66 (SD±1,13) dengan nilai signifikansi ρ-value 0,001, artinya ada perbedaan yang bermakna rerata skor OHI-S awal dan akhir dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap.

Kata Kunci      : Asuhan Keperawatan Gigi, Oral Hygiene, Pasien Rawat Inap

PENDAHULUAN
Karies gigi adalah hasil interaksi dari plak atau biofilm, diet (khususnya  karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh plak menjadi asam, terutama asam latat dan asetat) dan memerlukan cukup waktu sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya. (1)
Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu gingiva/ gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Tahap awal dari peradangan jaringan pendukung gigi adalah peradangan gingiva (gingivitis) dan berlanjut menjadi periodontitis kronis. (2)
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat gigi, hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa 25,9 persen penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir (potential demand). Diantara mereka, terdapat 31,1 persen yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sementara 68,9 persen lainnya tidak dilakukan perawatan. Secara keseluruhan keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi/EMD hanya 8,1 persen (Depkes, 2013) Penyakit yang terbanyak yang dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi (460 buah gigi per 100 orang) (depkes, 2013) dan penyakit periodontal mencapai 80% dari jumlah penduduk. (3)
Berdasarkan bukti-bukti yang didapatkan dari penelitian mengenai plak gigi, telah disimpulkan bahwa plak memegang peranan penting dalam etiologi dua macam penyakit utama pada gigi dan jaringan pendukungnya, yaitu karies dan penyakit periodontal. (4) Plak merupakan suatu deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi yang terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu metrik interseluler apabila seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulut. (5) Dalam Plak akan terlihat apabila telah diwarnai dengan disclosing atau telah mengalami diskolorasi oleh pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Apabila plak telah menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning. (4)
Menurut penelitian mengenai Oral Care of Hospitalised Older Patients in the Acute Medical Setting menyatakan bahwa perawatan kebersihan mulut merupakan bagian penting dari pengobatan untuk semua pasien. (6), (7) Pasien rawat Inap merupakan awal dari penurunan fungsional dan peningkatan ketergantungan yang dapat menyebabkan seorang individu membutuhkan perawatan jangka panjang. (8), (9) Perawatan mulut yang tidak memadai dapat merusak interaksi sosial, kesejahteraan emosional dan mempengaruhi dengan orang lain. (10) Kebersihan mulut yang buruk juga meningkatkan risiko infeksi, seperti infeksi nosokomial. (11), (12) Risiko ini sering diremehkan signifikan, sehingga prioritas yang lebih rendah untuk perawatan oral dibandingkan dengan kegiatan keperawatan lainnya. (13)
Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa kesehatan gigi mulut memburuk pada pasien rawat inap, infeksi yang sering terjadi pada pasien rawat inap yaitu gingivitis, plak dan mucositis. (14) Mayoritas pasien rawat inap memiliki kebersihan gigi yang buruk sebesar 38 (69%), 58 (98,1%) mengalami gingivitis, 41 (74,5%) penyakit periodontal dan 33 (60%) karies. Lesi Oral terdeteksi pada 30 (36,5%) dan kandidiasis 16 (19,6%), lesi pada mukosa merupakan kejadian yang sering tejadi. (15), (16)
Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu tindakan yang diperlukan untuk menjaga agar mulut terhindar dari infeksi, membersihkan dan menyegarkan mulut. (17), (18) Tidak ada obat yang dapat menggantikan usaha membersihkan rongga mulut secara menyeluruh dan sistematis. (18) Tindakan menyikat gigi dua kali dalam sehari dengan cara benar akan memberikan efek yang sama baiknya bila dilakukan pembersihan plak dengan sempurna. (19)
Asuhan keperawatan gigi dapat diartikan sebagai suatu proses menggunakan pendekatan sistematik dalam pelayanan perawatan gigi. Di dalam pelaksanaannya terdapat beberapa aspek yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan gigi, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Aspek- aspek tersebut merupakan kesatuan yang menyeluruh dalam proses keperawatan gigi sehingga perawat gigi bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ruang lingkup praktek pelayanan asuhan keperawatan gigi. (20)
Implementasi menjaga kebersihan gigi dan mulut sebaiknya dikerjakan oleh dua perawat dan dijadwalkan dua kali dalam sehari didukung oleh permenkes 284 tahun 2006. (21), (22) Dalam melaksanakan praktek sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan gigi, perawat gigi harus memahami proses asuhan keperawatan gigi sehingga mengetahui cara penatalaksanaan yang optimal yang bertujuan untuk menjaga bibir dan mukosa lembut, bersih, utuh dan lembab, dapat mengurangi ketidaknyamanan pada mulut pasien, meningkatkan asupan oral dan mencegah halitosis. (23), (24)
Rumusan Masalah
Ketidakmampuan pasien rawat inap untuk memenuhi kebutuhan oral hygiene dirinya menjadi tanggung jawab perawat gigi. Oral hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan yang diperlukan agar kondisi rongga mulut tetap bersih dan segar sehingga terhindar dari infeksi, tetapi perawat gigi belum melaksanakan tindakan oral hygiene salah satunya tindakan sikat gigi secara optimal pada pasien rawat inap. Kebersihan mulut yang buruk juga meningkatkan risiko infeksi, risiko ini sering diremehkan sehingga prioritas yang lebih rendah untuk perawatan oral dibandingkan dengan kegiatan keperawatan lainnya. (13)
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka peneliti ingin peneliti mengetahui adalah “Bagaimana Peningkatan Oral Hygiene Pasien Rawat Inap Di Puskesmas Kuta Makmur Aceh Utara Setelah Dilakukan Asuhan Keperawatan Gigi?”.
A.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh asuhan keperawatan gigi terhadap peningkatan oral hygiene  pada pasien rawat inap di Puskesmas.
2.      Tujuan Khusus
a.       Menganalisis masalah oral hygiene yang terjadi pada pasien rawat inap Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol.
b.      Menganalisis perbedaan Skor OHI-S awal dan akhir pada pasien rawat inap di Puskesmas.
B.     Hipotesis
1.      Hipotesis Mayor
Ada pengaruh pemberian asuhan keperawatan gigi terhadap peningkatan oral hygiene  pada pasien rawat inap di Puskesmas Kuta Makmur Aceh Utara
2.      Hipotesis Minor
a.       Ada masalah oral hygiene yang terjadi pada pasien rawat inap pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
b.      Ada perbedaan skor plak (OHI-S) awal dan akhir pada pasien rawat inap di Puskesmas Kuta Makmur Aceh Utara

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan pendekatan pre and post test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Subjek penelitian menggunakan tekhnik Purposive Sampling berjumlah minimal 20 pasien rawat inap. Dengan memberikan asuhan keperawatan gigi dan diukur menggunakan  OHI-S. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, analisis bivariat menggunakan uji t-test berpasangan untuk membedakan hasil skor rata-rata OHI-S awal dan akhir pada pasien rawat inap setelah dilakukan asuhan keperawatan gigi.
HASIL PENELITIAN 
Analisis Univariat
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Puskesmas Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan satu kelompok sebanyak 15 orang. Sehingga total sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jumlah Sampel Pasien Rawat Inap

L
P
Kelompok Intervensi
7
8
15
Kelompok Kontrol
6
9
15

1.      Distribusi Frekuensi Oral Hygiene Pasien Rawat Inap
Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi OHIS pada pasien Rawat      Inap Pada Kedua Kelompok

Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa kelompok intervensi asuhan keperawatan gigi yang dilakukan pada pasien rawat inan rata-rata OHIS pre 2,52 dengan kriterianya buruk namun setelah dilakukan asuhan keperawatan gigi rata-rata OHISnya menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan rata-rata 1,6 dengan kriteria sedang sedangkan pada kelompok kontrol pasien rawat inap yang baru dating OHISnya rata-rata 3,05 dengan kriteria buruk dan pada saat kembali ketempat tinggal rata-rata skor OHIS cendrung meningkat (3,97) dengan kriteria buruk.
Analisis Bivariat
Hasil Uji t-test Berpasangan Oral Hygiene Setelah Dilakukan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Rawat Inap
1.      Uji Dependen
Hasil Uji t-test Berpasangan Skor OHIS Setelah Dilakukan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Rawat Inap pada kelompok perlakuan
Tabel 4.3. Hasil Uji T-Tes Dependent Skor OHIS  Pada kedua Kelompok
    
Variabel
Klp. Perlakuan
Klp. Kontrol
Mean±SD
ρ-value
Mean±SD
ρ-value
OHI-S sebelum
OHI-S sesudah
2,52±1,45
1,66±1,13
0,001
3,05±1,08
3,97±1,23
0,001

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata skor OHI-S sebelum pada kelompok intervensi adalah 2,52 (SD 1,45) dan rata-rata skor OHI-S sesudah mengalami perubahan menjadi 1,66 (SD 1,13) dengan nilai ρ-value 0,001 (ρ<0 1="" 3="" ada="" artinya="" bermakna="" dengan="" gigi="" inap="" kebersihan="" kelompok="" kontrol="" pada="" pasien="" penurunan="" perbedaan="" perlakuan="" rata-rata="" rawat="" sebelum="" sedangkan="" span="" style="mso-spacerun: yes;" terjadi="" tingkat="" yang="">  dan rata-rata sesudah 3,97 (SD 1,23) dengan nilai
ρ-value 0,001 (ρ<0 ada="" artinya="" bermakna="" perbedaan="" span="" style="mso-spacerun: yes;" yang="">  terhadap kebersihan gigi dan mulut pasien rawat inap.
2.      Uji Independent (Perbedaan pada kedua kelompok)
Berdasarkan uji normalitas data berdistribusi tidak normal Nilai ρ-value <0 analisis="" antar="" artinya="" berdistribusi="" data="" delta="" i="" kedua="" kelompok="" maka="" menggunakan="" normal="" pada="" semua="" style="mso-bidi-font-style: normal;" tidak="" uji="">Mann Whitney.
Tabel 4.4    Hasil Uji Independen Nilai OHIS Pada Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol
Variabel
Kelompok
ρ-value
Rerata Perlakuan
Rerata
Kontrol
OHIS
1,66
3,97
<0 o:p="">
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat terlihat  bahwa selisih nilai OHIS nilai rerata lebih besar pada kelompok perlakuan dari pada kelompok kontrol dengan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai alpha (p<0,05), maka Ho ditolak artinya ada perbedaan nilai OHIS pada pasien rawat inap kedua kelompok.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian asuhan keperawatan gigi terhadap peningkatan oral hygiene  indek pada pasien rawat inap Puskesmas kutamakmur yang dibagi dalam dua kelompok yang dilaksanakan  pada tanggal  1 s/d 6 Agustus 2016 dengan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Dengan teknik Purposive Sampling sesuai dengan kriteria inklusi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kutamakmur pelayanan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap belum dilakukan, sehingga peran perawat terutama perawat gigi sebagai pelaksana belum terlaksana dengan baik. Hasil studi pendahuluan pada pasien rawat inap memiliki nilai rata-rata OHI-S awal 4,2 dengan kriteria OHI-S buruk pada saat pasien selesai perawatan diruang rawat inap. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kebersihan gigi dan mulut tersebut perlu diberlakukan prosedur tetap tentang pelaksanaan oral hygiene pada pasien rawat inap, agar terciptanya lingkungan yang kondusif terhadap pelaksanaan oral hygiene, penyegaran tentang oral hygiene dan penyajian kasus secara rutin untuk mengetahui berbagai kekurangan dalam pemberian asuhan keperawatan gigi.
Berdasarkan analisis uji t-test berpasangan menunjukan bahwa rata-rata skor OHI-S sebelum pada kelompok intervensi adalah 2,52 (SD 1,45) dan rata-rata skor OHI-S sesudah mengalami perubahan menjadi 1,66 (SD 1,13) dengan perbedaan rata-rata skor OHI-S sebesar -0,86 (SD 0,72). Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi ρ-value pada skor OHI-S sebesar 0,001 (ρ<0 ada="" artinya="" bermakna="" i="" perbedaan="" rerata="" skor="" style="mso-bidi-font-style: normal;" yang="">OHI-S
sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap.
Berdasarkan analisis uji t-test berpasangan menunjukan bahwa rata-rata skor OHI-S sebelum pada kelompok kontrol adalah 3,05 (SD 1,08) dan rata-rata skor OHI-S sesudah mengalami perubahan menjadi 3,97 (SD 1,23) dengan perbedaan rata-rata skor OHI-S sebesar 0,93 (SD 0,55). Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi ρ-value pada skor OHI-S sebesar 0,001 (ρ>0,05), artinya ada perbedaan yang bermakna rerata skor OHI-S sebelum dan sesudah pasien di rawat inap.
Kelompok intervensi yang dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap oleh perawat gigi menunjukan nilai signifikansi (ρ-value) sebesar 0,001 (ρ<0 ada="" berarti="" bermakna="" i="" perbedaan="" rerata="" skor="" style="mso-bidi-font-style: normal;" yang="">OHI-S
sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap artinya terjadi peningkatan tingkat kebersihan gigi pada pasien intervensi. Hal itu sesuai dengan pernyataan para ahli bahwa ketidakmampuan pasien rawat inap untuk memenuhi kebutuhan oral hygiene dirinya menjadi tanggung jawab perawat gigi. 36,37
Oral hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan yang diperlukan agar kondisi rongga mulut tetap bersih dan segar sehingga terhindar dari infeksi, tetapi perawat gigi belum melaksanakan tindakan oral hygiene secara optimal pada pasien rawat inap.22
Berdasarkan penelitian African Journal of Chemical Education menyatakan bahwa pelayanan preventif perawatan mulut yang umum diberikan adalah menyikat gigi (28%), penggunaan obat kumur (24,8%). Mayoritas (96,1%) percaya bahwa perawatan mulut harus diberikan prioritas pada pasien rawat inap agar terjaga kebersihan rongga mulutnya.28 Hasil penelitian tersebut sesuai dengan konsep teori yang dikembangkan oleh wilkins yaitu pada pasien rawat inap perlu dilakukan asuhan keperawatan gigi agar kebersihan mulut tetap terjaga.29
Asuhan keperawatan gigi dapat diartikan sebagai suatu proses menggunakan pendekatan sistematik dalam pelayanan perawatan gigi. Di dalam pelaksanaannya terdapat beberapa aspek yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan gigi, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Aspek- aspek tersebut merupakan kesatuan yang menyeluruh dalam proses keperawatan gigi sehingga perawat gigi bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ruang lingkup praktek pelayanan asuhan keperawatan gigi.30
Implementasi oral hygiene sebaiknya dikerjakan oleh dua perawat dan dijadwalkan dua kali dalam sehari didukung oleh permenkes 284 tahun 2006.35,36,37 Dalam melaksanakan praktek sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan gigi, perawat gigi harus memahami proses asuhan keperawatan gigi sehingga mengetahui cara penatalaksanaan yang optimal yang bertujuan untuk menjaga bibir dan mukosa lembut, bersih, utuh dan lembab, dapat mengurangi ketidaknyamanan pada mulut pasien, meningkatkan asupan oral dan mencegah halitosis.38,39

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai asuhan keperawatan gigi dalam melakukan oral hygiene pada pasien rawat inap   (studi kasus di Puskesmas Kutamakmur kab. Aceh Utara ), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Terdapat perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara pasien yang diberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dengan pasien yang hanya dirawat penyakit umum saja.
2.      Ada perbedaan rerata skor OHI-S awal sebesar 2,52 (SD±1,45) dan akhir sebesar 1,66 (SD±1,13) dengan nilai signifikansi ρ-value 0,001, artinya ada perbedaan yang bermakna rerata skor OHI-S awal dan akhir dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap.
Saran
a.       Dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan pengelola instansi kesehatan untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan gigi pada semua pasien rawat inap.
b.      Asuhan keperawatan gigi perlu dilakukan pada pasien rawat inap dengan implementasi minimal melakukan sikat gigi pada pasien untuk tetap terjaga oral hygiene pasien.
c.       Perlu adanya tenaga perawat gigi minimal 2 (dua) orang disetiap rawat inap pada setiap puskesmas.
d.      Perlu dilakukan Implementasi asuhan keperawatan gigi yang berkelanjutan pada pasien rawat inap berupa pelayanan preventif perawatan mulut yang umum diberikan adalah menyikat gigi dan berkumur menggunakan obat kumur serta tindakan kuratif jika diketahui gigi pasien sudah terindikasi karies.

  i.       
DAFTAR PUSTAKA

1. Stookey, G. The Effect Of Saliva On Dental Caries. . American : Journal Of The Dental Association, 2008. Vol. 5:139. Hal : 11S-17S.

2. Saptrorini. Poket Periodontal Padda Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Wonosari Kota Semarang. Siliwangi : s.n., 2011. 261-265.
3. RI, Kementerian Kesehatan. Laporan Riset Kesehatan Nasianal. Jakarta : Badan Pengembangan Kesehatan Dep. Kesehatan RI, 2014.
4. Putri, MH, Herijulianti, E and Nurjannah, N. Deposit Yang Melekat Pada Permukaan Gigi. In: Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC, 2010. Hal 56-59.
5. Ramadhan, A. Seba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune, 2010. Hal 17-119.
6. E, Heijulianti. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : Buku Kedokteran Gigi EGC, 2002. 15-29.
7. Doenges, Marylin E, Moorhouse, Mary Frances, dan Geissler, Alice C. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing And Documenting Client Care. s.l. : F A Davis Co, 2005. Hal : 205-210.
8. Oral status and the need for oral health care among patients hospitalised with acute medical conditions. Hanne, Konradsen. s.l. : Journal of Clinical Nursing , 2012, Vol. 21:19. Hal : 2851–2859..
9. Classics of Organization Theory. Shafritz, Jay M dan J. Steven Ott. California : Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove, 1987. Hal : 60-101.
10. Oral Care of Hospitalised Older Patients in the Acute Medical Setting. Kathryn Salamone, Elaine Yacoub, Anne-Marie Mahoney, and Karen-leigh Edward. s.l. : Journal of National Center for Biotechnology Information, 2013, Vol. 80:8. Hal : 1-6.
11. Effective mouth care for seriously ill patients. Rawlins, CA, Trueman, IW. USA : US National Library of Medicine National Institutes of Health., 2001, Vol. 16:4. Hal : 1025-8.
12. The impact of hospitalization on dental plaque accumulation: an observational study. Needleman., Ian. s.l. : Journal of Periodontology Clinical, 2012, Vol. 39:11. Hal : 1011-1016.
13. Pentingnya Perawatan Mulut Dalam Mencegah Infeksi. Xavier, G. s.l. : Keperawatan Standar, 2000, Vol. 14:18. Hal : 47–51.
14. Health Education Planning, A Diagnostic Aproach. . Green, Lawrence. s.l. : The John Hopkins University. Myfield Publishing Co , 1990. Hal : 20-52..
15. Hospitalization leads to deterioration in oral health. Terezakis. s.l. : Journal of Periodontology Klinis, 2011, Vol. 38:7. Hal : 628-36.
16. Oral health status among hospitalized patients. Int J Dent HYG. , ,. Neto, CA. Londrina, Parana, Brasil : Universitas Negeri Londrina, 2009, Vol. 9:1. Hal : 21-9.
17. Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. . Edisi 4. Jakarta : Alih Bahasa : Renata Komalasari,EGC, 2005, Vol. 2.
18. Nursing in community. Clark, J. M. s.l. : Conecticut: Appleton & Launge, Prectice Hall, 2003. Hal : 234-41.
19. Dasar-dasar Ilmu Keperawatan,. Wolf, Weitzel and Fuerst. Jakarta : Alih bahasa Kustinyatih Mochtar dan Djamaluddin H. Gunung Agung, 2000. Hal : 67-88.
20. Wilkins, EM. Clinical Practice Of Dental Hygienist 9th edition. Massachusetts-USA. : Lippincot Williams & Wilkins, 2005. Hal : 323-912.
21. Dahlan, Z. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi Berdasarkan Konsep Dental Hygiene Process Of Care. 2010. Hal : 1-25..
22. Santoso, B. Pendampingan Perawat Gigi Pada Tindakan Dental Emergency. Semarang : s.n., 2013. Hal : 1-8.
23. 284/MENKES/SK/IV/2006, Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor. Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta : s.n., 2006.
24. Perawatan Kesehatan Mulut Kebutuhan Tergantung Orang Tua: Tanggung Jawab Perawat Dan Staf Perawatan. Fitzpatrick, J. s.l. : Journal of Advanced Nursing , 2000, Vol. 32:6. . Hal : 1325-1332.
25. Arkell, S., Shinnick, A. Keperawatan Kandidosis Oral. 2003. Vol. 99. Hal : 48, 52-53..
26. Forrest, J.O. Pencegahan Penyakit Mulut. Jakarta : Alih Bahasa : Lilian Yuwono, 1995. Hal : 38-70.
27. Manson J. D, Eley B. M. Outline of Periodontics. 4th ed. s.l. : Butterworth & Co, 2000. Hal : 139-140.
28. Kidd. Essentials Of Dental Caries: The Disease And Its Management. London : IOP Publishing, 2002. Hal:2-9..
29. The Influence Of Suphuric Acid Exposure On The Incidence Of Gingivitis Suplhuric Miner Study At Gunung Welirang, Pasuruan, East Java. Kartiyani, I.Santoso,O. Semarang : Departement Of Oral And Dental Disease Medical Faculty Diponegoro University, 2010. Hal:24-28.
30. Armasastra, Bahar. Paradigma Baru Pencegahan Karies Gigi. Jakarta : Fak.Ekonomi UI, 2011. Hal 21-41.
31. Isolation Of Dental Caries Bacteri From Dental Plaque And Effect Of Tooth Pastes On Acidogenic Bacteria. Chandrabhan, D.dkk. s.l. : Journal Of Medical Microbiologi., 2012. Hal:65-69..
32. Provision of Oral Care for Hospitalized Patients among Nurses. EB Ezeja, CC Azodo, AO Ehizele, CD Odai. s.l. : African Journal of Chemical Education, 2010.
33. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. Riyanti, E. Bandung : Seminar Sehari Kesehatan-Psikologi Anak, 2005. Hal : 28-32.
34. Budiharto. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC, 2010.
35. Eliza, Herijulianti, Sri, Artini and Indrian, Tati Svasti. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC, 2001.
36. Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto, 2011. Hal : 348-351..
37. The Effeck Of Saliva On Dental Caries. Stookey, G. 2011, Journal Of The American Dental Association, pp. 261-265.
38. RI, Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar . Jakarta : s.n., 2014.
40. Green, LW and Kruter, MW. Health Promotion Plaining an Education and Environmental Approach. s.l. : Meyfied Publishing Company, 1991.