Rabu, 28 Desember 2016

Yushida: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2016, hal. 59-78

HUBUNGAN DUKUNGAN SITUASIONAL DENGAN KRISIS KEHAMILAN PADA KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN DI  POLI  KEBIDANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015

Oleh:
Yushida
Dosen Prodi Kebidanan Meulaboh Poltekkes Kemenkes Aceh

ABSTRAK
Krisis kehamilan merupakan suatu ketidakseimbangan psikologis yang disebabkan oleh situasi atau oleh tahap perkembangan selama kehamilan. Dukungan situasional pada kehamilan trimester pertama dapat mempengaruhi ada tidaknya krisis kehamilan terlebih lagi pada kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan tidak diinginkan di Poli Kebidanan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak dhien Meulaboh. Desain penelitian  yang digunakan adalah deskriptif korelatif. Metode pemilihan sampel secara sampling aksidental, jumlah sampel 33 responden yaitu ibu hamil dengan kehamilan tidak diinginkan yang melakukan pemeriksaan kehamilan mulai tanggal 1 Nopember s.d 30 Nopember 2015. Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur kuesioner dalam bentuk skala likert yang terdiri dari pertanyaan dukungan keluarga, dukungan teman, dukungan bidan dan krisis kehamilan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS yaitu analisa univariat, analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan formula Chi-Square dan analisa multivariat dengan menggunakan formula Regresi Logistic Ganda. Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata dukungan situasional baik sebanyak 21 orang (63,6 %), kurang 12 orang (36,4 %). Nilai rata-rata ada krisis kehamilan 13 orang  (39,4 %), tidak ada krisis kehamilan 20 orang (60,6 %). Hubungan dukungan situasinal dengan krisis kehamilan ditemukan nilai p-value 0,000 < 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan situasional dengan krisis kehamilan. Hasil analisa multivariat menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan sub variabel yang paling signifikan dengan krisis kehamilan yaitu terdapat nilai P Wald 0,005.  Diharapkan kepada semua pihak yang terkait agar lebih meningkatkan perhatian dalam pemberian dukungan kepada ibu hamil sebagai upaya mengatasi krisis kehamilan pada kehamilan yang tidak diinginkan.

Kata Kunci: Dukungan situasional, krisis kehamilan, kehamilan tidak diinginkan.



PENDAHULUAN
Asuhan kebidanan masa kini menganggap bahwa selama proses kehamilan dan persalinan perlu melibatkan dukungan suami atau keluarga dan memandang calon ibu dalam konteks keluarga serta menganggap pengalaman kehamilan dan melahirkan sebagai peristiwa kehidupan yang bermakna, orang tua berhak untuk  menentukan  pilihan dalam hal   tersebut (Farrer, 1999).
           Kehamilan trimester pertama yaitu umur kehamilan satu sampai dengan tiga bulan. Setelah konsepsi hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh mulai meningkat, sehingga menimbulkan perubahan fisik pada ibu hamil yang ditandai dengan morning sickness, keletihan dan perasaan mual. Perubahan fisik pada ibu hamil dapat mempengaruhi emosi dan umumnya ibu mengalami depresi. Kehamilan trimester pertama merupakan saat-saat krisis, saat terjadinya perubahan fisik ibu, perubahan identitas dan peran bagi ibu, bapak dan anggota keluarga. Krisis kehamilan dapat dialami oleh setiap wanita dalam proses adaptasi dengan kehamilannya (Jumiarni, 1994 ; Hamilton, 1998).
Doenges (2002), menyatakan bahwa kehamilan  adalah  situasi  krisis  bagi ibu hamil yang mengakibatkan ketidakseimbangan dan memerlukan adaptasi pada peran baru dan tanggung jawab. Pada awalnya, sekalipun kehamilan direncanakan,    ibu  hamil  tetap  merasa ambivalen  (Konflik     perasaan     yang simultan    antara    benci    dan    cinta)   karena    tujuan    pribadi   atau   profesi,    masalah   finansial   dan    kemungkinan   harus   berubah   peran   karena    anak.
Menurut Hamilton (1998) ; Bobak (2004), pengertian krisis adalah suatu ketidakseimbangan psikologis yang mungkin disebabkan oleh situasi atau oleh tahap perkembangan. Krisis dibagi dalam beberapa jenis diantaranya adalah krisis maturasi dan krisis situasi. Krisis maturasi merupakan masa perkembangan atau transisi dalam kehidupan seseorang pada saat keseimbangan psikologis terganggu, seperti masa remaja, perkawinan, kehamilan, menjadi orang tua dan pensiun, sedangkan krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal mengganggu keseimbangan psikologis individu atau kelompok, contohnya kekurangan atau kehilangan dukungan finansial, tuntutan pekerjaan atau karir. Pada ibu hamil trimester pertama dapat mengalami  kedua krisis tersebut yaitu krisis maturasi dan  krisis situasi.
Dukungan situasional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ada tidaknya krisis. Dukungan situasional terdiri dari dukungan keluarga, teman dan bidan. Menurut penelitian yang telah dilakukan, dukungan keluarga merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan pada masa kehamilan, namun dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki  perawat dalam memberikan konseling, juga dapat membantu ibu hamil yang tidak mampu menangani krisis dengan usaha sendiri ataupun setelah dibantu oleh keluarga dan temannya  (Bobak, 2004 ; Hamilton, 1998).
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya adalah suami. Semakin  banyak  bukti  menunjukkan  bahwa  wanita  yang   diperhatikan dan dikasihi oleh suaminya  akan  menunjukkan  lebih  sedikit  gejala  emosi  dan fisik. (Bobak, 2004).
           Selama masa krisis berbagai alternatif yang dapat dilakukan oleh ibu hamil seperti aborsi terhadap kehamilannya atau ibu akan tetap menerima kehamilannya, yang dipertimbangkan pada konsekuensi legal, moral dan spiritual. Resolusi krisis biasanya membutuhkan waktu satu sampai dengan enam minggu, namun ada juga yang membutuhkan waktu penyesuaian diri terhadap kehamilan selama masa kehamilan  sembilan bulan. Penyesuaian diri terhadap kehamilan dapat terjadi dengan adanya saran-saran atau dukungan dari luar (Hamilton, 1998).
             Terkadang ada suami yang tidak setuju istrinya hamil. Hal ini tentu tidak boleh. Apapun yang terjadi dengan proses reproduksi istri, suami harus  mendukung seratus persen. Menurut penelitian, kehamilan merupakan masa-masa sulit bagi ibu hamil, jika diambil skala krisis 0-100, maka rata-rata ibu hamil mengalami krisis pada skala 40. Kalau ibu hamil tidak mendapat dukungan lama-lama ibu hamil tidak dapat menerima kehamilannya. Apalagi pada kehamilan yang tidak diinginkan, maka ibu hamil cenderung akan menggugurkan kandungannya (Sugi, 2004).          
            Data Statistik Internasional tahun 1999,  setiap tahun terdapat sekitar 210 juta ibu hamil, dari jumlah tersebut 46 juta ibu hamil melakukan aborsi, sekitar 20 juta ibu hamil melakukan aborsi tidak aman (Fauzi, 2002)
Menurut Bobak (2004), bahwa pada wanita Asia tidak begitu mempermasalahkan tentang kehamilannya, meskipun mengalami perubahan fisik karena mereka menganggap kehamilan sebagai suatu kodrat bagi wanita, sehingga selama kehamilan tidak mengganggu kondisi psikologis ibu hamil.
Melihat fenomena yang ada, pada saat peneliti melaksanakan tugas sebagai bidan di desa Pulo Ie, kecamatan Kuala, kabupaten Aceh Barat tahun 1994. Ibu hamil dan suaminya meminta kepada peneliti agar melakukan aborsi karena tidak sanggup menghadapi perubahan fisik akibat proses kehamilannya dan karena tidak dapat membantu penghasilan tambahan untuk keluarga.  Suaminya sangat mendukung untuk dilakukan tindakan aborsi tersebut, namun penulis memberikan pengarahan kepada ibu hamil dan suaminya agar tidak dilakukan  aborsi terhadap kehamilannya. Selama dalam pemantauan peneliti ibu hamil tersebut dapat beradaptasi dengan kehamilannya sampai melahirkan. Peneliti juga menemukan kondisi yang sama pada ibu hamil yang datang bersama suaminya  meminta dilakukan aborsi  pada  dukun  bersalin  dengan  alasan  tidak sanggup menghadapi perubahan fisik akibat proses kehamilannya. 
Hasil penelitian Pranata S dan Sadewo S dalam buletin penelitian sistem kesehatan tahun 2012, tentang  kejadian kehamilan yang tidak direncanakan, kasus yang ditemukan berkisar antara 1,6% dan 5,8%. Dari semua kejadian kehamilan tidak direncakan, 6,71% di antaranya sengaja digugurkan.
 Hasil survey awal di Poli Kebidanan BLUD RSUD Cut Nyak Dhien dari 43 orang ibu hamil 9 orang dengan kehamilan yang tidak dikehendaki serta diantaranya yaitu 3 orang berkeinginan untuk menggugurkan kandungan. Berdasarkan kompleksitas masalah tersebut di atas peneliti berasumsi bahwa krisis kehamilan ini dapat teratasi bila ibu mendapat dukungan dari keluarga, teman dan bidan, oleh karena itu maka peneliti tertarik   untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan tidak diinginkan di Poli Kebidanan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh”. 
            Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hubungan dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan tidak diinginkan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh”.                                                  
  Tujuan umum penelitian yaitu untuk   mengidentifikasi hubungan   dukungan   situasional  dengan    krisis   kehamilan  pada kehamilan tidak diinginkan  di   Poli  Kebidanan  Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Tujuan Khusus adalah untuk mengidentifikasi  hubungan dukungan keluarga dengan krisis kehamilan, Untuk mengidentifikasi  hubungan dukungan teman dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh, untuk mengidentifikasi hubungan dukungan bidan dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Untuk mengidentifikasi dukungan situasional pada ibu hamil trimester pertama yang paling berhubungan dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Adapun hipotesa pada penelitian ini adalah: Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan tidak diinginkan. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan tidak diinginkan.
Manfaat Penelitian bagi Peneliti adalah peneliti dapat menambah  pengetahuan dan  pengalaman   dalam   melaksanakan penelitian khususnya dalam  mengidentifikasi  hubungan  dukungan situasional dengan krisis kehamilan sehingga krisis pada ibu hamil yang kehamilannya tidak diinginkan dapat teratasi. Bagi Institusi Pendidikan sebagai    bahan     masukan    dalam   mengembangkan   ilmu kebidanan tentang hubungan  dukungan   situasional  dengan krisis kehamilan pada kehamilan yang tidak diinginkan. Bagi Instansi Pelayanan, dapat dijadikan bahan masukan bagi bidan untuk meningkatkan  kualitas asuhan kebidanan dengan memberikan konseling kepada ibu hamil mulai trimester pertama dan dukungan pasangannya dalam mengatasi krisis kehamilan.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Dukungan Situasional
           Menurut Hamilton (1998), pengertian dukungan situasional adalah orang-orang dan sumber yang tersedia untuk memberikan dukungan, bantuan dan perawatan, sedangkan menurut Isaac (2004), dukungan situasional adalah keluarga dan teman yang memberikan dukungan pada individu tersebut.
 Caplan (1989) dikutip oleh Bobak (2004), mengatakan bahwa dukungan situasional adalah orang-orang yang dapat memberikan dukungan dan perawatan pada pasien. Keberhasilan penyelesaian suatu krisis seringkali bergantung kepada dukungan situasional pasien. Pasien yang memiliki dukungan situasional yang kuat mungkin hanya memerlukan intervensi minimum dalam menyelesaikan suatu krisis dan akan kembali ke keadaan tanpa krisis. Apabila pasien memiliki dukungan situasional yang  lemah maka  dapat terjadi  disorganisasi pada  pasien.
Menurut Caplan  (1989), dukungan situasional pasien terdiri dari:
1.    Keluarga
Sistem pendukung dari keluarga terdiri dari pasangan, orang tua dan anggota keluarga yang lain, dalam hal ini dukungan pasangan, orang tua dan anggota keluarga yang lain sangat berperan dalam membantu  resolusi krisis yang dialami pasien.
2.    Teman
Teman merupakan orang yang terdekat yang dapat memberikan dukungan secara moril dan spiritual dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh seseorang, serta tempat orang untuk bercerita tentang masalah yang dihadapinya. Teman juga dapat membantu dalam resolusi krisis yang dialami pasien.
3.    Bidan
Bidan berada pada posisi yang ideal  untuk  menawarkan  bantuan selama siklus kehamilan, persalinan dan post partum. Dengan pengetahuan dan pengalamannya, bidan dapat membantu pasien yang tidak mampu menangani krisis dengan usaha sendiri atau bahkan setelah dibantu oleh keluarga dan temannya. Bantuan yang diberikan dapat berupa penyuluhan atau konseling atau membantu pasien mempelajari prosedur untuk memperoleh bantuan dari lembaga komunitas lain, contohnya bidan telah mengembangkan “program pendidikan orang tua” untuk membekali wanita dan pria dengan ketrampilan untuk mengatasi stress selama kehamilan dan persalinan. Semua faktor kunci, seperti dinamika keluarga, status sosioekonomi, pola budaya dan respon koping harus dipertimbangkan saat perawat merumuskan rencana asuhan kebidanan.
           Menurut Sugi (2004), keluarga merupakan orang yang terdekat bagi ibu hamil dalam memberikan perawatan atau pelayanan yang dibutuhkan. Suami sangat berperan dalam memberikan motivasi selama proses kehamilan. Kehamilan yang seharusnya adalah kehamilan yang direncanakan sehingga suami juga siap dalam memberikan dukungan kepada istri. Namun apapun yang terjadi dengan proses reproduksi istri, suami harus mendukung seratus persen.    
           Dukungan keluarga terutama suami memegang peranan penting dalam perkembangan selama kehamilan sehingga ibu hamil dapat menjalani dengan baik masa-masa sulit akibat proses kehamilan serta dapat mengatasi krisis kehamilan (Cuningham, 1995).     
           Richardson (1983) dalam Bobak (2004) mengatakan bahwa orang yang paling penting bagi seorang ibu hamil biasanya adalah suami. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi suaminya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik atau tidak merasakan gejala tersebut. Selama masa hamil ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan ibu hamil. Kebutuhan pertama ialah menerima tanda tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua adalah merasa yakin akan penerimaan suami terhadap janin yang dikandungnya.
           Menurut Farrer (1999) kegembiraan seorang ibu hamil bukan hanya karena mendapat dukungan keluarga tetapi juga karena kegembiraan dan dukungan yang diperlihatkan oleh teman atau orang-orang dekat dengannya, sedangkan dukungan bidan dalam bentuk penyuluhan atau konseling antenatal merupakan bagian terpenting  pada asuhan maternitas. Setiap kontak dengan ibu hamil dan suaminya petugas harus memberikan pendidikan atau penyuluhan. Kita tidak boleh beranggapan bahwa wanita yang pernah hamil tidak memerlukan petunjuk atau nasehat lagi. Pada kehamilan trimester pertama perlu diberikan penyuluhan tentang tanda atau gejala kehamilan, nutrisi karena berhubungan dengan morning sickness, perawatan diri secara dini dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Cobb  &  Jones  (1984)    dalam    Niven   (2000),    mengatakan     bahwa dukungan   situasional   merupakan   faktor   penting   dalam   manajemen  krisis.
      Dukungan  situasional   dapat   diukur   dengan    melihat    tiga    elemen:
1.    Prilaku suportif aktual dari teman-teman dan keluarga.
2.    Sifat dukungan situasional (bersifat tertutup atau terbuka).
3.    Cara individu merasakan dukungan yang diberikan oleh teman-teman dan keluarganya.
           Hal ini menunjukkan bahwa ada dua perspektif penting dalam dukungan situasional yaitu:

1.    Perspektif individual
Hal ini menampilkan pandangan individu tentang orang-orang yang termasuk dalam dukungan situasional  tersebut. Seseorang dapat merasa aman bila mengetahui bahwa ia mempunyai dukungan situasional yang sangat berfungsi dari teman-teman, keluarga dan perawat yang siap membantu jika kebutuhan itu muncul. Individu juga merasa sangat senang berhubungan dengan mereka karena adanya perhatian-perhatian yang diberikan. 
2.     Perspektif dukungan situasional
Hal ini menampilkan prilaku aktual dari individu yang mendasari dukungan terhadap individu.
           Menurut Cohen & Mc.Kay (1984) dalam Niven (2000), menampilkan model kondisi-kondisi dimana dukungan situasional akan menurunkan atau mencegah krisis pada seseorang. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa dukungan  situasional  memberikan “efek penyangga” terhadap kejadian-kejadian yang menimbulkan krisis. Ada tiga tipe mekanisme dukungan:
1.   Dukungan Nyata
Setiap  orang  dengan   sumber-sumber   yang    tercukupi  dapat   memberikan dukungan dalam bentuk uang atau perhatian. Dukungan nyata merupakan paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat.
2.   Dukungan pengharapan
Dukungan   ini     mempengaruhi     persepsi     individu      akan      ancaman. Dukungan situasional dapat menyangga individu dalam melawan krisis dengan membantu mereka mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil. Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh atau mendapatkan nasehat dan bantuan secara langsung dari  orang  yang telah mengalami situasi yang sama dengan individu yang mengalami krisis.
3.   Dukungan emosional
Jika krisis mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai, dukungan emosional dapat menggantikannya atau menguatkan perasaan-perasaan ini. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorang merasakan kehilangan perasaan memiliki dapat diperbaiki dengan bentuk dukungan yang mengembangkan hubungan personal yang relatif intim.

Krisis
1. Pengertian
           Krisis adalah suatu ketidakseimbangan psikologis yang mungkin disebabkan oleh situasi atau oleh tahap perkembangan (Hamilton, 1998), sedangkan menurut Bobak (2004), krisis dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan kebiasaan: suatu kerusakan dalam cara individu dan keluarga untuk mempertahankan kendali terhadap suatu situasi.
           Isaac (2004), pengertian krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.
           Stuart dan Sundeen (1998), mengatakan krisis adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri seseorang.
2. Jenis – Jenis Krisis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), Jenis-jenis krisis adalah:
a. Krisis Maturasi
Krisis maturasi merupakan masa perkembangan atau transisi dalam kehidupan seseorang pada saat perkembangan psikologis sedang terganggu, seperti pada masa remaja, menjadi orang tua, perkawinan, kehamilan dan pensiun.
b. Krisis Situasi
Krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu mengganggu keseimbangan psikologis individu atau keseimbangan kelompok, contohnya kehilangan pekerjaan, tuntutan profesi, perceraian, kematian, masalah sekolah dan penyakit.
c. Krisis Tak Terduga.
Krisis terjadi tanpa disengaja, tidak umum  dan tidak terduga yang dapat mengakibatkan banyak kehilangan dan perubahan lingkungan seperti karena kebakaran, banjir, nuklir  dan  tragedi  massa. Krisis  ini  tidak  terjadi   dalam kehidupan tiap orang, tetapi bila ini terjadi, dapat mengakibatkan stress yang hebat dan menantang semua kemampuan koping individu.
Bobak (2004), mengatakan bahwa krisis terdiri dari:
a.    Krisis Maturasi
Krisis maturasi terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Secara khas krisis ini berkembang seiring perjalanan waktu dan melibatkan perubahan peran dan status. Krisis ini meliputi  kehamilan, peristiwa kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua. Setiap fase siklus kehidupan keluarga menghasilkan krisis atau kejadian khas yang dapat menimbulkan stres.
b.  Krisis Situasi
Krisis situasi meliputi peristiwa, seperti kehilangan dukungan finansial atau sosial, tuntutan pekerjaan atau karir, kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit mental atau fisik, kelahiran prematur, perubahan citra tubuh, pengalaman tindak kekerasan, perceraian, kematian dan berduka.
3. Faktor Pengimbang
       Menurut Hamilton (1998), cara orang bereaksi terhadap krisis tergantung dari tiga faktor yaitu: persepsi, dukungan situasional dan mekanisme koping. Stuart and Sundeen (1998), mengatakan bahwa dalam menguraikan resolusi krisis, terdapat beberapa faktor pengimbang yaitu faktor persepsi terhadap peristiwa, dukungan situasi dan mekanisme koping.
Aquilera (1994) dalam Bobak (2004), mengatakan bahwa telah menemukan cara untuk mengkaji respon aktual atau potensial keluarga atau individu terhadap krisis,  terdiri dari  tiga  faktor penyeimbang yang mempengaruhi ekuilibrium yaitu: persepsi terhadap peristiwa krisis, sistem pendukung pasien dan mekanisme koping pasien.
4. Tahap – Tahap Krisis
Tahap-tahap krisis menurut Pasquali (1989) adalah:
a. Tahap 1 (satu)
Adanya ancaman yang bertindak sebagai pencetus meningkatnya kecemasan. Mekanisme koping normal diaktifkan, jika tidak berhasil individu menuju ke tahap 2 (dua).
b. Tahap 2 (dua)
Meningkatnya disorganisasi dengan perasaan mudah terluka dan kehilangan kontrol. Berbagai usaha dilakukan untuk mengendalikan kecemasan. Jika tidak berhasil mengatasi kecemasan tersebut individu menuju ke tahap 3 (tiga).
c. Tahap 3 (tiga)
Individu mencoba kembali ke tahap prekrisis. Individu lebih menerima nasehat untuk membantu dalam fase ini. Teknik pemecahan masalah baru merupakan suatu resolusi, tetapi ada kemungkinan juga individu kembali ke tahap prekrisis. Jika pemecahan masalah tidak berhasil, dapat terjadi disorganisasi yang berlanjut dalam fase 4 (empat).
d. Tahap 4 (empat)
Tingkat     berat    dari kepanikan    dan ansietas    dengan  perubahan     kognitif emosional  dan  fisiologi. Pada   tahap   ini   individu   memerlukan tindakan keperawatan lebih lanjut. 
Isaac (2004), mengatakan bahwa urutan perkembangan krisis adalah
a.  Periode pra krisis
Individu memiliki keseimbangan emosional
b.  Periode krisis
Individu memiliki pengalaman subjektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala yaitu gejala fisik, gejala kognitif, gejala prilaku dan gejala emosional.
c.  Periode pasca krisis
Merupakan Resolusi krisis.

5.Gejala umum individu yang mengalami krisis
Gejala umum individu mengalami krisis menurut Isaacs (2004) adalah:
a. Gejala fisik
Keluhan somatik misal: sakit kepala, gejala gastrointestinal, rasa sakit. Gangguan nafsu makan misal: penurunan atau peningkatan nafsu makan yang signifikan.Gangguan tidur misal insomnia, mimpi buruk.Gelisah, iritabilitas dan sering menangis.
b. Gejala kognitif
Konfusi, sulit berkonsentrasi, pikiran yang kejar mengejar dan ketidakmampuan mengambil keputusan.
c. Gejala prilaku
   Disorganisasi, impulsif, ledakan kemarahan, sulit menjalankan  tanggung  jawab dan peran yang biasa serta menarik diri dari interaksi sosial.
d. Gejala emosional
Ansietas, marah, merasa bersalah, sedih, depresi, curiga, putus asa dan tidak berdaya.

C.  Kehamilan Tidak Diinginkan
1.    Pengertian Kehamilan
Kehamilan    adalah    suatu   proses   yang   dimulai   dengan   konsepsi     sampai   dengan     sebelum janin lahir (Hamilton, 1998).
2, Penyesuaian terhadap kehamilan
 Menurut   Hamilton (1998),  penyesuaian    terhadap    kehamilan   terbagi   dalam tiga trimester yaitu:
a. Trimester pertama (1 sampai 3 bulan)
           Wanita pertama kali mengetahui dirinya hamil, akan merasa shock dan menyangkal. Respon yang umum adalah: dengan  anggapan bahwa  suatu hari ia akan hamil tapi tidak sekarang. Tingkatan emosinya yaitu dari meningkat sampai menghilang, walaupun dengan kehamilan yang direncanakan. Periode awal ketidakyakinan adalah hal yang umum terjadi.
           Awal dari shock yang disebabkan karena kehamilan diikuti oleh rasa bingung dengan masalah yang mengganggu, karena setelah konsepsi, estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu hamil meningkat. Ibu hamil mengalami morning sickness, kelemahan, keletihan dan perasaan mual,  sebagian besar wanita merasa tidak sehat benar dan umumnya mengalami depresi. Pada saat krisis awal yang disebabkan oleh kebenaran terjadinya kehamilan teratasi, sebagian besar wanita mengalami kegembiraan tertentu karena mereka telah dapat menyesuaikan diri dengan kehamilannya.
b. Trimester Kedua (4 sampai 6 bulan)
           Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan. Tubuh ibu hamil sudah terbiasa dengan tingkat hormon yang tinggi, morning sickness telah hilang . Ibu hamil sudah dapat menerima kehamilannya dan menggunakan pikiran dan energinya lebih konstruktif. Janin masih kecil dan belum mengganggu kenyamanan ibu hamil dengan ukurannya. Selama trimester ini, ibu hamil mulai merasakan gerakan janin pertama kali. Pengalaman tersebut menandakan pertumbuhan serta akan hadirnya anggota yang baru, hal ini sering menyebabkan ibu hamil memiliki dorongan psikologis yang besar.
b.    Trimester Ketiga ( 7 sampai 9   bulan)
           Trimester ketiga ditandai dengan klimak kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Sekitar bulan ke delapan mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi karena bayi semakin membesar sehingga akibatnya ketidaknyamanan bertambah. Ibu hamil merasakan kelelahan dan kebosanan karena menunggu terlalu lama untuk menghadapi proses persalinan. Sekitar dua minggu sebelum melahirkan, sebagian besar ibu hamil mulai mengalami perasaan senang (Hamilton, 1998) 
           Doenges (2002), mengatakan bahwa kehamilan adalah situasi krisis bagi ibu hamil yang mengakibatkan ketidakseimbangan yang memerlukan adaptasi pada peran baru dan tanggung jawab. Kemampuan ibu hamil beradaptasi positif terhadap krisis tergantung pada dukungan situasional, keyakinan budaya, sumber-sumber dan mekanisme koping yang efektif. Pada awalnya,sekalipun kehamilan direncanakan, ibu mungkin tetap merasa ambivalen terhadap kehamilan karena tujuan pribadi atau profesional, masalah finansial, dan kemungkinan harus berubah peran karena anak. 
                     Farrer (1999), mengatakan bahwa respon ibu hamil terhadap kehamilannya kadang-kadang bersifat ambivalen  (keraguan terhadap penerimaan kehamilan), bahkan pada kehamilan yang sudah direncanakan sekalipun. Dalam masa ini sejumlah implikasi kehamilan yang lebih luas harus dihadapi. Implikasi ini dapat mencakup akibat yang terjadi atas rencana peningkatan karir, pertimbangan finansial, hubungan dengan orang lain khususnya dengan anggota keluarga dan akibat dari proses kehamilan yang tidak bisa dihindari yaitu adanya perubahan dalam tubuh serta gangguan kenyamanan yang dialami oleh ibu hamil.
1.    Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yang tidak diinginkan adalah kehamilan yang diluar kehendak ibu. Reaksi emosi kehamilan yang tidak dikehendaki ialah ibu mudah emosional, seperti gampang marah, rasa benci dan murung, gampang bingung, stres, bahkan bisa depresi atau bunuh diri.
Faktor-faktor penyebab hamil yang tidak dikehendaki yaitu:
a.    Ibu tidak siap dalam menghadapi kehamilan
b.                             Mengikuti pendidikan atau karier
c.    Suami yang tidak menghendaki anak lagi
d.    Kebencian kepada suami akibat perkawinan yang dipaksakan
e.    Hasil perselingkuhan atau korban pemerkosaan
f.     Faktor kesehatan ibu dan ekonomi yang kurang mendukung
g.    Penggunaan alat kontrasepsi yang tidak sesuai (Pieter H dan Lubis N 2011)

Kerangka konsep
Variabel                                Variabel            
Independen                           Dependen
                                                                           Dukungan Situasional:                                
1.Dukungan Keluarga                          Krisis               
2.DukunganTeman                            Kehamilan                                                             


   3.Dukungan bidan

Gambar 2.1 Kerangka konsep identifikasi hubungan dukungan situasional pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis  kehamilan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Lokasi penelitian ini telah  dilaksanakan  di Poli   Kebidanan  BLUD RSU Cut Nyak Dhien  Meulaboh. Adapun  alasan  pemilihan  tempat  di BP RSU CND  Meulaboh didasari oleh beberapa alasan yaitu :
a.    BLUD RSU-CND Meulaboh adalah  rumah sakit yang terbesar di daerah empat Kabupaten Barat dan Selatan.
b.    Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan dukungan situasional  dengan krisis kehamilan pada kehamilan yang tidak dikehendaki di BLUD RSU-CND Meulaboh.
c.    BLUD RSU-CND Meulaboh adalah rumah sakit yang menyediakan beragam pelayanan kesehatan dan kebidanan yang memungkinkan pasien untuk memilih dan mempersepsikan mutu pelayanan yang diterimanya.
Waktu Pelaksanaan Penelitianini dilaksanakan mulai tanggal 1 Nopember s/d  30 November 2015.
 Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner berbentuk angket yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1.    Bagian A, merupakan format untuk mengidentifikasi karakteristik responden berupa identitas responden yang meliputi umur responden, pendidikan terakhir dan pekerjaan responden. Terdiri atas 3 item pertanyaan dalam bentuk “open ended questions” yang digunakan sebagai angket pembuka (Alimul, 2002).
2.    Bagian B, merupakan kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui dukungan situasional pada ibu hamil trimester pertama di Poli Kebidanan Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh RSUD CND Meulaboh yang terdiri dari 18 item  dengan jawaban berbentuk “skala likert ” dengan alternatif  jawaban untuk pernyataan positif adalah    “selalu  (5)”,   “Sering  (4)”,   “kadang  -  kadang   (3)”,  “jarang  (2)”, dan tidak pernah (1)”, sedangkan untuk pernyataan negatif terdiri dari “selalu (1)”, “Sering (2)”, “kadang-kadang (3)”, “jarang (4)”, dan tidak pernah (5)” (Nursalam, 2001). Adapun uraian dari tiap pernyataan dukungan situasional adalah sebagai berikut:
a. Dukungan Keluarga
Pernyataan ini untuk menilai tentang  dukungan dari  keluarga. Jumlah pernyataan 6 item yaitu nomor 1,2,3,5 merupakan pernyataan positif, sedangkan pernyataan nomor 4,6 merupakan pernyataan negatif.
b. Dukungan Teman
Pertanyaan ini untuk menilai tentang dukungan dari teman. Jumlah pertanyaan 6 item yaitu nomor 8,10,11 merupakan pernyataan positif, sedangkan pernyataan nomor 7,9,12 merupakan pernyataan negatif.
c. Dukungan Bidan
Pertanyaan ini untuk menilai tentang dukungan dari bidan. Jumlah pertanyaan 6 item yaitu nomor 13,15,18 merupakan pertanyaan positif, sedangkan pertanyaan nomor 14,16,17 merupakan pertanyaan negatif.
3.    Bagian C, merupakan lembar kuesioner yang diberikan pada ibu hamil. Lembar kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tentang krisis kehamilan pada ibu hamil yang kehamilannya tidak diinginkan di Poli Kebidanan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Pernyataan dengan jawaban berbentuk “skala likert ” dengan alternatif  jawaban untuk pernyataan positif adalah “selalu (5)”, “Sering (4)”, “kadang-kadang (3)”, “jarang (2)”, dan tidak pernah (1)”, sedangkan untuk pernyataan negatif    terdiri     dari    “selalu  (1)”,   “Sering  (2)”,   “kadang - kadang  (3)”, “jarang (4)”, dan tidak pernah (5)”.Jumlah pernyataan 10 item yaitu nomor 2,3,6,7,8 merupakan pernyataan positif, sedangkan nomor 1,4,5,9,10 merupakan pernyataan negatif.
Teknik Pengumpulan Data
1. Uji coba instrumen
           Uji coba instrumen telah dilaksanakan sejak tanggal 2 sampai dengan 18 Oktober 2015 terhadap 10 orang  ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Sehat Meulaboh, yang memiliki   kriteria yang sama dengan kriteria sampel penelitian. Adapun tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui validitas dan reabilitas dari item-item pertanyaan yang ada dalam instrumen. Kedua uji ini dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) (Arikunto, 1998).
a. Validitas
              Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu mengukur apa yang diukur (Singarimbun, 1989). Nilai yang diperoleh dari penyebaran kuisioner per item pernyataan dikorelasikan dengan menggunakan rumus product moment.  Untuk mengetahui apakah nilai korelasi itu signifikan maka perlu dilihat pada table product moment.Uji coba ini dilakukan pada 10 orang responden dengan table taraf signifikansi adalah N-2 sehingga didapat untuk taraf signifikansi 5% titik kritik adalah 0,632. Bila hasilnya sama atau lebih dari angka kritis pada derajat kemaknaan yaitu 0,632 maka kuesioner tersebut dinyatakan valid.
         Uji coba kuisioner untuk penilaian dukungan situasional dengan jumlah pernyataan 30 item, setelah dilakukan uji validitas maka jumlah pernyataan yang valid 19 item yaitu pernyataan dukungan keluarga 6 item terdiri dari  nomor 1,2,4,6,7,10 ; pernyataan dukungan teman 7 item terdiri dari nomor 12,14,15,16,17,18,19 dan pernyataan dukungan perawat 6 item terdiri dari nomor 21,23,24,26,28,29. Dalam hal ini peneliti mengambil 18 item untuk dukungan situasional. Penilaian krisis kehamilan terdiri dari 16 item pernyataan, setelah dilakukan uji validitas maka jumlah pernyataan yang valid yaitu 10 item yang terdiri dari nomor 1,3,5,8,9,10,11,12,13,14.
b. Reabilitas
           Dengan menggunakan SPSS maka nilai reabilitas dapat langsung dilihat. Dalam uji reabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai ALPHA (terletak di akhir out put). Bila r ALPHA lebih besar dari r tabel, maka pernyataan tersebut reliabel. Berdasarkan lampiran 11 maka dapat dilihat ternyata nilai r Alpha untuk dukungan situasional adalah 0,9257 dan untuk penilaian tentang krisis kehamilan adalah 0,8911. Bila dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu 0,632 hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar, maka semua pernyataan dianggap reliabel.  
2. Prosedur pengumpulan data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
           Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi    dengan   cara  mendapatkan  izin  dari  Ketua  Program    Studi Kebidanan Meulaboh dan Izin dari Kepala BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhie Meulaboh.
b. Tahap pengumpulan data
           Tahap pengumpulan data dilaksanakan setelah mendapat izin dari Kepala BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh, kemudian peneliti menghubungi Kepala Poli Kebidanan BLUD-RSUD CND Meulaboh untuk melakukan pengumpulan data. Waktu pengumpulan data, kepada seluruh responden diberikan penjelasan meliputi uraian dan tujuan penelitian, hak subyek penelitian dan kerahasiaan identitas subyek penelitian, selanjutnya menganjurkan responden membaca kembali surat persetujuan sebagai subyek penelitian. Peneliti juga menjelaskan tentang cara pengisian kuesioner. Jika ada hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden dapat ditanyakan langsung pada peneliti.
Setelah data terkumpul, peneliti melaporkan pada Bidang Pendidikan dan Pelatihan untuk memperoleh surat keterangan telah menyelesaikan    pengumpulan    data   di   Poli    Kebidanan   BLUD Rumah Sakit Umum  Cut Nyak Dhien Meulaboh.
         Setelah dilakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data. Teknik pengolahan data-data tersebut dilakukan sesuai dengan langkah-langkah kerja yang sistematis.
           Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk pengolahan data  menurut Arikunto (2002) adalah:
1. Editing
Pada tahap editing, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap angket yang telah diisi responden meliputi kelengkapan pengisian dan kejelasan hasil pengisian.
2. Coding
Tahap coding, peneliti mengklasifikasikan jawaban responden dengan menggunakan kode berupa nomor mulai dari 1 sampai dengan 33 dan nilai jawaban responden berdasarkan jawaban positif dan negatif (1, 2, 3, 4, 5)  pada setiap format tes uji yang diisi responden.
3. Transfering
Tahap transferring, data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan perawat serta variabel krisis kehamilan.                               
4. Tabulating
Tahap tabulating, peneliti mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk sub variabel dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan perawat serta variabel krisis kehamilan.                 
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak komputer yaitu SPSS, dengan tahapan analisa sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
a. Data demografi ibu hamil akan dianalisa dengan distribusi frekuensi yang digunakan  yaitu umur digunakan kategori umur kehamilan yang aman dan tidak aman menurut Manuaba : < 20 tahun, 20 – 35 tahun, > 35 tahun; pendidikan dengan kategori : SD, SMP, SMA/MAN, DII/DIII, Sarjana dan pekerjaan dengan kategori : Ibu Rumah Tangga, Swasta, PNS.
b. Distribusi frekuensi dukungan situasional secara keseluruhan dari tiga komponen  menggunakan nilai  mean (), sehingga diperoleh kategori baik bila nilai lebih besar atau sama dengan mean () dan kurang bila nilai kurang dari mean ().
c. Variabel krisis kehamilan secara keseluruhan menggunakan nilai mean (), sehingga diperoleh kategori ada bila nilai lebih besar atau sama dengan mean () dan tidak ada bila nilai kurang dari mean ().             
2. Analisa Bivariat                                 
           Analisa ini digunakan   untuk   mengetahui   kemaknaan  hubungan  antaradukungan  situasional  dengan  krisis kehamilan pada ibu hamil trimester pertamamaka masing-masing sub variabel independen dan  variabel dependen diuji dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (Arikunto, 2002).
Bila ditemukan nilai frekuensi harapan kurang dari nilai 5 pada contingensi tabel 2 x 2 dapat dikoreksi dengan menggunakan rumus Yates´ Corection for continuity.  Hasil yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan probabilitas dengan keputusan :
a. Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
b. Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
3. Analisa Multivariat
           Analisa ini digunakan untuk melihat komponen-komponen dukungan situasional yang paling berhubungan terhadap krisis kehamilan dengan menggunakan uji statistik regresi logistik ganda. Dengan uji ini diketahui urutan-urutan hubungan dari sub variabel  independen terhadap variabel dependen (Nursalam, 2002).
 Hasil Penelitian
           Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 1 Nopember sampai dengan 30 Nopember 2015 di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh pada 33 ibu hamil sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan dengan menggunakan alat ukur berbentuk angket.
 Analisis Univariat
1.    Dukungan Situasional pada Ibu Hamil

Tabel 5.4
  Distribusi   Frekuensi     Dukungan pada Ibu Hamil di Poli Kebidanan
BLUD-RSU Cut Nyak Dhien    
                MeulabohTahun 2015
No
Kategori
Jumlah
f
%
  1
2
Baik
Kurang
21
12
63,6
36,4
                      Total
33
100
Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui bahwa dari 33 responden terdapat 21 responden (63,6 %) yang menyatakan dukungan situasional baik.




1)  Dukungan Keluarga
Tabel 5.5
Distribusi   Frekuensi   Dukungan   Keluarga   Pada   Ibu   Hamildi  Poli Kebidanan BLUD RSU CND Meulaboh Tahun 2015
No
Kategori
Jumlah
f
%
  1
2
Baik
Kurang
  19
14
  57,6
42,4
                      Total
33
100
Berdasarkan  tabel  5.5  di  atas   diketahui   bahwa   dari   33   responden terdapat  19  responden  (57,6 %)  yang   menyatakan  dukungan  keluarga  baik.
2)  Dukungan Teman
Tabel 5.6
Distribusi    Frekuensi    Dukungan    Teman   Pada    Ibu   Hamil di  Poli Kebidanan BLUD RSU CND Meulaboh Tahun 2015
No
Kategori
Jumlah
f
%
1
2
Baik
Kurang
19
14
57,6
42,4
                      Total
33
100
Berdasarkan tabel 5.6 di atas diketahui bahwa dari 33 responden terdapat 19 responden (57,6 %) yang mengatakan dukungan teman baik.
3) Dukungan Bidan
Tabel 5.7
   Distribusi   Frekuensi   Dukungan Bidan  Pada   Ibu  Hamil di  Poli Kebidanan
BLUD RSU CND
               Meulaboh Tahun 2015
No
Kategori
Jumlah
f
%
1.
2.
Baik
Kurang
18
15
54,5
45,5
                           Total
33
100
       Berdasarkan  tabel  5.7  di  atas   diketahui   bahwa   dari   33   responden terdapat 18 responden (57,6 %) yang menyatakan dukungan bidan baik.
c. Krisis Kehamilan
Tabel 5.8
Distribusi    Frekuensi    Krisis Kehamilan Yang Tidak Diinginkan di Poli Kebidanan BLUD-RSU CND Meulaboh Tahun 2015
No
Kategori
Jumlah
f
%
1.
2.
Ada
Tidak Ada
13
20
39,4
60,6
                           Total
33
100
Berdasarkan    tabel   5.8    di    atas   diketahui    bahwa    dari    33    responden 20   responden     (60,6 %)   yang     menyatakan    tidak    ada     krisis kehamilan.
2. Analisis Bivariat
a..Hubungan Dukungan Situasional dengan krisis kehamilan
           Tabel berikut dianalisis menggunakan formula chi-square dengan tingkat kemaknaan probabilitas nilai = 5 % (0,05) dan derajat kebebasan (df) = 1. Hasil analisis statistik untuk melihat hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel contingensi 2 x 2 berikut ini:
Tabel 5.9
Distribusi  Frekuensi  Hubungan Dukungan Situasional Dengan Krisis   Kehamilan di  Poli Kebidanan BLUD-RSU CND Meulaboh  Tahun 2015
Dukungan Situasional
Krisis Kehamilan
Total
p-value
OR (95 % CI)
Ada
Tidak Ada

Baik
Kurang


3
10

18
2

21
12

0,000

0,033 (0,05- 0,234)
Jumlah

13
20
33


       Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan situasional dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD-RSUD CND Meulaboh.
b.Hubungan Dukungan Keluarga dengan Krisis Kehamilan
           Tabel berikut ini dianalisis menggunakan formula chi-square dengan tingkat  kemaknaan  probabilitas  nilai  = 5 % (0,05)  dan  derajat   kebebasan (df) = 1. Hasil analisis statistik untuk melihat hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel contingensi 2 x 2 berikut ini:
Tabel 5.10
  Distribusi   Frekuensi Hubungan   Dukungan   Keluarga  Dengan Krisis Kehamilan di  Poli Kebidanan  BLUD-RSU CND Meulaboh Tahun 2015
Dukungan Keluarga
Krisis Kehamilan
Total
OR (95 % CI)
CI
Ada
Tidak

Baik
Kurang

  2
11
 17
  3
  19
14
0,000
0,033 (0,05- 0,234)
Jumlah

13
20
33

  Berdasarkan tabel 5.10 didapatkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BP-RSUD CND Meulaboh.
c. Hubungan Dukungan teman pada ibu hamil dengan Krisis Kehamilan
           Tabel berikut ini dianalisis menggunakan formula chi-square dengan tingkat  kemaknaan   probabilitas  nilai  = 5 % (0,05)   dan  derajat  kebebasan (df) = 1. Hasil analisis statistik untuk melihat hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel contingensi 2 x 2 berikut ini:
Tabel 5.11
Distribusi    Frekuensi    Hubungan   Dukungan   Teman
 Dengan Krisis Kehamilan di  Poli   Kebidanan BLUD RSUD CND MeulabohTahun 2015
Dukungan Teman
Krisis Kehamilan
Total
p-value
OR (95 % CI)
Ada
Tidak
Baik
Kurang

  3
10
16
4
  19
14
0,001
0,075 (0,14 - 0,408)
Jumlah

13
20
33


Berdasarkan  tabel 5.11 didapatkan bahwa  nilai p-value 0,000 < 0,05,  sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan teman dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD RSU CND Meulaboh.
d.    Hubungan Dukungan Bidan  dengan Krisis Kehamilan
           Tabel berikut ini dianalisis menggunakan formula chi-square dengan tingkat  kemaknaan  probabilitas  nilai  = 5 %  (0,05)  dan  derajat   kebebasan (df) = 1. Hasil  analisis  statistik  untuk  melihat  hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel contingensi 2 x 2 berikut ini:
     Tabel 5.12
Distribusi   Frekuensi Hubungan   Dukungan   Bidan Dengan Krisis Kehamilan di Poli Kebidanan BLUD-RSU CND Meulaboh Tahun 2015
Dukungan Bidan
Krisis Kehamilan
Total
p-value
OR (95 % CI)
Ada
Tidak

Baik
Kurang


6
7

12
8

18
15

0,000

0,571 (0,135- 2,342)
Jumlah

13
20
33


Berdasarkan tabel 5.12 didapatkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05, sehingga  dapat diketahui bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan bidan dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD-RSU CND Meulaboh.
3. Analisis Multivariat
           Untuk memperoleh jawaban faktor mana yang paling berhubungan dengan ada tidaknya krisis kehamilan pada ibu hamil, maka perlu dilakukan analisis  multivariat. Tahapan  analisis  multivariat   meliputi :  pemilihan  variabel kandidat multivariat dan pembuatan model.
a. Pemilihan Variabel kandidat
    multivariat
           Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diduga berhubungan erat dengan krisis kehamilan pada ibu hamil yaitu dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan bidan. Dalam membuat model multivariat ketiga sub variabel tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen yaitu krisis kehamilan.
           Menurut Mickey dan Greenland (1989) dalam Hastono (2001), variabel yang pada saat dilakukan uji G (Rasio log-likelihood) memiliki p-value < 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel independen dan dependen  yang ditampilkan dalam tabel 5.13 sebagai berikut:
              Tabel 5.13
Hasil Analisis  Bivariat Dukungan Keluarga, Dukungan Teman, Dukungan   Perawat Dengan Krisis  Kehamilan di  Poli Kebidanan BP-RSUD CND Meulaboh Tahun 2015
No
Sub Variabel
Log-
Likelihood
G
p-value

1
2
3

Keluarga Teman
Perawat

27,335
33,326
43,642


16,916
10,926
0,609

0,000
0,001
0,435
           Dari hasil tabel 5.13 terdapat 2 sub variabel yang p-valuenya kurang dari 0,25 yaitu dukungan keluarga dan dukungan teman, sedangkan dukungan perawat p-valuenya lebih dari 0,25. Dengan demikian sub variabel yang terus masuk ke model multivariat adalah sub variabel dukungan keluarga dan dukungan teman. 
b. Pembuatan Model Faktor Penentu     
    Dukungan Situasional .
            Dalam pemodelan ini semua kandidat dicobakan secara bersama-sama. Model terbaik akan mempertimbangkan dua penilaian yaitu nilai signifikansi ratio   log -  likelihood    (p  0,05)    dan    signifikansi    p-wald  ( p    0,05 ).
Pemilihan model dilakukan secara hirarki yaitu semua sub variabel independen  (yang telah lolos sensor) dimasukkan kedalam model, kemudian sub variabel yang p-waldnya tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dengan p-waldnya lebih besar.
           Hasil analisis model faktor penentu hubungan kedua sub variabel dengan krisis kehamilan, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.14
Hasil   Analisis Multivariat  Regresi  Logistik Ganda   Antara  Dukungan Keluarga dan Teman  Dengan Krisis Kehamilandi Poli Kebidanan
BLUD-RSUD CND Meulaboh Tahun 2015
No
Sub Variabel
B
P Wald
OR
     1
2
Dukungan Keluarga
Dukungan Teman
 -2,955
-1,897
0,005
0,071
0,05
0,15
-2 Log Likelihood = 23,990  G = 20,262 p-value = 0,000
           Hasil dari tabel 5.14 diatas diketahui bahwa sub variabel  dukungan keluarga mempunyai p-wald < 0,05 sedangkan dukungan teman mempunyai p-wald > 0,05, berarti sub variabel dukungan keluarga berhubungan signifikan dengan krisis kehamilan.
           Dari keseluruhan proses analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari tiga sub variabel independen dari dukungan situasional yang diduga berhubungan erat dengan krisis kehamilan adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga berpeluang untuk tidak terjadinya krisis kehamilan 0,05 kali dibandingkan dengan dukungan teman. 
Pembahasan
           Dukungan situasional adalah orang-orang dan sumber yang  tersedia untuk memberikan dukungan, bantuan dan perawatan. Dukungan tersebut dapat diberikan oleh keluarga, teman, perawat atau orang –orang yang berada di sekitarnya (Hamilton, 1998).
           Menurut Caplan (1989) dalam Bobak (2004), mengatakan bahwa dukungan situasional adalah orang-orang yang dapat memberikan dukungan dan perawatan pada pasien. Keberhasilan penyelesaian suatu krisis seringkali bergantung kepada dukungan situasional pasien. Pasien yang memiliki dukungan situasional yang kuat mungkin hanya memerlukan intervensi minimum dalam menyelesaikan suatu krisis dan akan kembali ke keadaan tanpa krisis, sebaliknya dengan pasien yang tidak memiliki dukungan situasional yang kuat maka akan menyebabkan krisis kehamilan yang berkepanjangan yang dapat mengganggu kondisi psikis ibu atau pengambilan keputusan untuk tindakan aborsi. 
           Cohen & Mc.Kay (1984) dalam Niven (2000), menampilkan model kondisi-kondisi dimana dukungan situasional akan menurunkan atau mengatasi krisis pada seseorang. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa dukungan situasional memberikan “efek penyangga” terhadap kejadian-kejadian yang menimbulkan krisis. Ada tiga tipe mekanisme dukungan:
4.    Dukungan Nyata
Setiap  orang   dengan  sumber-sumber   yang   tercukupi   dapat   memberikan dukungan  dalam  bentuk uang  atau   perhatian.   Dukungan  nyata  merupakan paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat.
5.    Dukungan pengharapan
Dukungan  ini     mempengaruhi     persepsi     individu      akan      ancaman. Dukungan situasional dapat menyangga individu dalam melawan krisis dengan membantu mereka dengan memberi masukan bahwa situasi tersebut sebagai ancaman kecil. Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh atau mendapatkan nasehat dan bantuan secara langsung dari  orang  yang telah mengalami situasi yang sama dengan individu yang mengalami krisis.
6.    Dukungan emosional
Jika krisis mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai, dukungan emosional dapat menggantikannya atau menguatkan perasaan-perasaan ini. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorang merasakan kehilangan perasaan memiliki, dapat diperbaiki dalam bentuk dukungan dengan mengembangkan hubungan personal yang relatif intim.
           Dari hasil pengolahan data, peneliti mendapatkan 12 responden kurang memperoleh dukungan situasional, dari jumlah tersebut  10 responden mengalami krisis kehamilan dan 2 responden tidak mengalami krisis kehamilan. Sebagian besar responden yaitu 21 responden menyatakan memperoleh dukungan situasional Baik, dari jumlah tersebut 18 responden tidak ada krisis kehamilan, 3 responden mengalami krisis kehamilan (Tabel 5.9).
           Setelah dilakukan analisa pengujian hipotesa dengan uji Chi-square berdasarkan probabilitas,  diperoleh  nilai  Asymp.Sig  adalah  0,000 kurang   dari p-value  =  0,05  (Tabel 5.9).  Hal  ini  berarti  Ho ditolak  sehingga menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan situasional dengan krisis kehamilan.Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan dukungan situasional pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan dapat terbukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menurut Sugi (2004) bahwa dukungan situasional berhubungan dengan krisis kehamilan.
           Kemampuan ibu hamil beradaptasi positif terhadap krisis tergantung pada dukungan situasional, keyakinan budaya, sumber-sumber dan mekanisme koping yang efektif. Pada awalnya,sekalipun kehamilan direncanakan, ibu mungkin tetap merasa ambivalen terhadap kehamilan karena tujuan pribadi atau profesional, masalah finansial, dan kemungkinan harus berubah peran karena anak (Doenges, 2004).
           Menurut Hamilton (1998) bahwa baik kurangnya dukungan yang dirasakan ibu hamil trimester pertama dapat juga dipengaruhi oleh persepsi ibu hamil. Perbedaan persepsi pada ibu hamil terjadi karena perbedaan tingkat pendidikan, pengalaman dan umur ibu hamil. Persepsi terhadap kondisi yang sama akan berbeda-beda antar sesama individu.
           Robbin (2002), mengatakan bila suatu hal dirasa menyenangkan maka individu cenderung untuk mempunyai persepsi yang positif tentang hal yang sedang dinilainya. Namun sebaliknya bila hasil yang didapat kurang menyenangkan maka ia menilai buruk akan hal itu sehingga hasil persepsi pada setiap individu juga akan berbeda-beda.
           Berdasarkan hasil penelitian di Poli Kebidanan BP-RSUD CND Meulaboh, frekuensi tertinggi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan adalah dengan tingkat pendidikan SMA atau jenjang pendidikan menengah dan bekerja sehari-hari sebagai ibu rumah tangga (Tabel 5.2 dan Tabel 5.3), sehingga mereka mempersepsikan baik kurangnya dukungan berdasarkan pengalaman masa lalu yang didapat dan asumsi yang telah mereka pahami. 
           Berikut ini akan dibahas identifikasi hubungan dukungan situasional pada ibu hamil trimester pertama berdasarkan tiga sub variabel dengan krisis kehamilan, yaitu:
1.    Hubungan Dukungan Keluarga Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Dengan Krisis Kehamilan
           Sistem pendukung dari keluarga terdiri dari pasangan, orang tua dan anggota keluarga yang lain, dalam hal ini dukungan pasangan, orang tua dan anggota keluarga yang lain sangat berperan dalam membantu  resolusi krisis yang dialami pasien (Caplan, 1989)
           Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan. Pada tabel 5.10  dinyatakan bahwa 19 responden memperoleh dukungan keluarga dengan baik, dari jumlah tersebut 2 responden mengalami krisis kehamilan dan 17 responden tidak ada krisis kehamilan. Responden yang kurang memperoleh dukungan keluarga yaitu 14 reponden, dari jumlah tersebut 11 responden mengalami krisis kehamilan dan 3 responden tidak mengalami krisis kehamilan. Setelah dianalisis dengan tingkat kemaknaan probabilitas nilai  = 0,05 didapat bahwa p-value berdasarkan Asymp.Sig adalah 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan dukungan keluarga pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menurut Sugi (2004), bahwa dukungan keluarga sangat berhubungan dengan krisis kehamilan.
2.    Hubungan Dukungan  Teman  Pada Ibu  Hamil   Trimester   Pertama  Dengan Krisis Kehamilan.
             Teman   merupakan  orang   yang   terdekat   yang  dapat  memberikan dukungan secara    moril   dan  spiritual  dalam   mengatasi   masalah  yang   dihadapi     oleh     seseorang,    serta    tempat   seseorang    bercerita  tentang   masalah   yang  dihadapinya.  Teman  juga  dapat  membantu  dalam  resolusi krisis yang dialami pasien.
             Hasil analisa berdasarkan tabel 5.11  bahwa 19 responden menyatakan mendapat dukungan baik dari teman, dari jumlah tersebut 16 responden  tidak ada krisis kehamilan dan 3 responden mengalami krisis kehamilan. Responden menyatakan kurang mendapat dukungan teman yaitu 14 responden, dari jumlah tersebut 10 responden mengalami krisis kehamilan dan 4 responden tidak ada krisis kehamilan.
             Tabel 5.11 menggambarkan p-value 0,001 < 0,05 yang berarti Ho ditolak sehingga menunjukkan ada hubungan dukungan teman  pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan.          
            Dukungan teman berhubungan dengan krisis kehamilan karena selain dengan keluarga, ibu hamil juga sangat mengharapkan dukungan dari teman atau orang yang dekat dengannya sebagai tempat berceritera tentang masalah yang dialaminya selama hamil.
3.    Hubungan  Dukungan   Perawat   Pada  Ibu  Hamil  Trimester Pertama Dengan  Krisis Kehamilan.
               Bobak (2004), mengatakan bahwa perawat maternitas berada pada posisi yang ideal  untuk  menawarkan  bantuan selama siklus maternitas. Dengan pengetahuan dan pengalamannya, perawat maternitas dapat membantu pasien yang tidak mampu menangani krisis dengan usaha sendiri atau bahkan setelah dibantu oleh keluarga dan temannya. Bantuan yang diberikan dapat berupa penyuluhan atau konseling.
Hasil analisa berdasarkan tabel 5.12  bahwa 18 responden menyatakan mendapat dukungan perawat baik, dari jumlah tersebut 12 responden tidak ada krisis kehamilan dan 6 responden mengalami krisis kehamilan. Sebaliknya 15 responden menyatakan kurang mendapat dukungan perawat, dari jumlah tersebut 7 responden mengalami krisis kehamilan dan 8 responden tidak ada   krisis kehamilan.
           Sikap empati yang diperlihatkan perawat  akan dirasakan oleh pasien. Perasaan empati dalam pelayanan yang diberikan oleh perawat  bukan karena terpaksa melainkan tugas yang harus dilaksanakan sebagai pemberi pelayanan. Perawat harus merasa empati dengan pasien sehingga pasien merasa mendapat perhatian atau dukungan (Depkes RI, 1994).
        Tabel 5.12. menggambarkan p-value 0,000 < 0,05 yang berarti Ho ditolak sehingga menunjukkan ada hubungan dukungan perawat pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan.
           Selama pengumpulan data peneliti melihat bahwa perawat belum berada dalam  posisi  yang ideal dalam memberikan konseling sesuai yang diharapkan yaitu belum tersedianya program konseling prenatal secara khusus, menurut penjelasan dari perawat, pelaksanaan program konseling prenatal secara khusus dan ideal belum dilaksanakan karena keterbatasan waktu dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang lain. Beberapa pasien juga mengatakan bahwa perawat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari pasien, hal ini dapat  mempengaruhi perbedaan persepsi pasien terhadap dukungan perawat sehingga dukungan perawat tidak masuk dalam pemilihan kandidat model multivariat. 
   Farrer (1999), mengatakan bahwa penyuluhan atau konseling antenatal merupakan bagian terpenting  pada asuhan maternitas. Setiap kontak dengan ibu hamil dan suaminya petugas harus memberikan pendidikan atau penyuluhan. Perawat tidak boleh beranggapan bahwa wanita yang pernah hamil tidak memerlukan petunjuk atau nasehat lagi. Pada kehamilan trimester pertama perlu diberikan penyuluhan tentang tanda atau gejala kehamilan, nutrisi karena berhubungan dengan morning sickness, perawatan diri secara dini dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
            Berdasarkan pemilihan variabel kandidat multivariat, sub variabel yang terpilih untuk model multivariat adalah dukungan keluarga dan dukungan teman. Menurut Farrer (1999) kegembiraan seorang ibu hamil bukan hanya karena mendapat dukungan keluarga tetapi juga karena kegembiraan dan dukungan yang diperlihatkan oleh teman atau orang-orang dekat dengannya.
           Secara  umum  hasil   analisis   multivariat  didapatkan  sub  variabel  yang terpilih  dari  ketiga  sub  variabel  yang  berhubungan  dengan   krisis  kehamilan ternyata yang tingkat hubungannya lebih signifikan adalah dukungan keluarga.
      Hasil analisis multivariat ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa keluarga merupakan orang yang terdekat bagi ibu hamil dalam memberikan perawatan atau pelayanan yang dibutuhkan, terutama suami sangat berperan dalam memberikan motivasi selama proses kehamilan sebagai upaya untuk mengatasi krisis kehamilan  (Sugi, 1994).
      Menurut Cuningham (1995), dukungan keluarga terutama suami memegang peranan penting dalam perkembangan selama kehamilan sehingga ibu hamil dapat menjalani dengan baik masa-masa sulit akibat proses kehamilan serta dapat mengatasi krisis kehamilan.  
       Richardson (1983) dalam Bobak (2004) mengatakan, orang yang paling penting bagi seorang ibu hamil biasanya adalah suami. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi suaminya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik. Selama masa hamil ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan ibu hamil. Kebutuhan pertama ialah menerima tanda tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua adalah merasa yakin akan penerimaan suami terhadap janin yang dikandungnya.
        Menurut penelitian yang telah dilakukan hubungan antara wanita hamil dengan ibunya  terbukti signifikan dengan krisis kehamilan. Jika seorang ibu atau orang tua dari wanita hamil tidak bahagia dengan kehamilannya, maka wanita tersebut akan mulai meragukan kelayakan dirinya dan penerimaan terhadap anaknya (Bobak, 2004).    
PENUTUP
A.  Kesimpulan
           Dari penelitian yang dilakukan, terbukti secara nyata bahwa ada hubungan yang  signifikan  antara  dukungan  situasional  pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan.  Keberadaan  sub-sub variabel dukungan situasional merupakan salah  satu  faktor  penentu  terhadap  ada tidaknya krisis kehamilan. Berdasarkan sub variabel dukungan situasional dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada  hubungan  yang  signifikan  antara  dukungan  keluarga  pada  ibu   hamil trimester  pertama dengan krisis kehamilan.
2. Ada  hubungan  yang   signifikan   antara   dukungan   teman   pada  ibu  hamil trimester  pertama dengan krisis kehamilan.
3. Ada  hubungan   yang  signifikan  antara   dukungan   perawat   pada ibu hamil trimester  pertama dengan krisis kehamilan.
4. Dukungan  keluarga  pada ibu hamil trimester pertama merupakan sub variabel  yang paling berhubungan dengan krisis kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. 2002.  Riset   keperawatan   dan   teknik  penulisan  ilmiah,  Jakarta, Medika Salemba.
Arikunto, S. 2000. Manajemen penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
Arikunto, S 2000. Prosedur  penelitian suatu  pendekatan  praktek,  Edisi Revisi V. Jakarta, Rineka Cipta.
Bobak, IM.Etc. 2004. Alih bahasa: Asih, Y.  Buku  ajar keperawatan maternitas, Edisi IV. Jakarta, EGC.
Cunningham 1995. Obstetri Williams, third edition. St. Louis, Mosby Year  Book Inc
Chandra, B. 1995. Pengantar statistik kesehatan, Jakarta, EGC.
Dempsey, PA. 2002. Alih bahasa: Widiastuti, P. Riset keperawatan buku ajar dan latihan, Jakart, EGC.
Doenges   and  Moorhouse. 2001.  Alih  bahasa  :  Ester, M.   Rencana   perawatan maternal dan bayi, Jakarta, EGC.
Depkes RI. 1994. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta, Direktorat Jenderal Pelayanan Medi
Farrer, H. 1999. Perawatan maternitas, Edisi 2. Jakarta, EGC.
Fauzi, A. Dkk. 2002. Aborsi tak aman penyebab kematian ibu, Http: // situs, Kesrepro, info // KIA /Arsip. Htm
Hamilton, PM. 1998. Alih bahasa: Gede,N. Dasar-dasarkeperawatan maternitas, Jakarta, EGC.
Hastono, S. P. 2001. Modul Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta
Isaacs, A. 2004. Alih  bahasa : Rahayuningsih, DP. Panduan belajar    keperawatandan kesehatan jiwa psikiatrik. Edisi 3. Jakarta, EGC
.Jumiarni. 1994. Asuhan keperawatan perinatal, Jakarta, EGC.
Niven, N. 2002. Psikologi kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2002.  Metodologi  penelitian  kesehatan,  Edisi Revisi. Jakarta,               Rineka Cipta.
Nursalam   &    Pariani, S.   2001.     Pendekatan     praktis     metodologi      risetkeperawatan, Jakarta, Sagung Seto.
Nursalam.   2003.   Konsep     dan    penerapan    metodologi     penelitian    ilmu keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
Pasquali, AD. 1989. Mental  health  nursing  a holistic approach,  Third  Edition.St.Louis, Mosby Company.
Pieter HZ. dan Lubis NL. 2011. Pengantar psikologi untuk kebidanan, Jakarta, Prenada Media Group.
Robin, S. P. 2002. Perilaku organisas,  Edisi   Kedelapan.   Jilid   II. Jakarta , PT.   Prehallindo
Sastroasmoro, S, Ismael, S, 2013. Dasar-dasar metodologi penelitian Klinis.  Binarupa Aksara, Jakarta

Siswanto, Susila dan Suyanto. 2014. Metodologi penelitian kesehatan dan kedokteran, Yogyakarta, Bursa Ilmu.
Stuart   and    Sundeen.   1998. Buku   saku   keperawatan    jiwa,   Jakarta, EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar