HUBUNGAN DUKUNGAN SITUASIONAL DENGAN KRISIS KEHAMILAN PADA KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN DI POLI KEBIDANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM CUT
NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015
Oleh:
Yushida
Dosen Prodi Kebidanan Meulaboh Poltekkes Kemenkes Aceh
ABSTRAK
Krisis kehamilan merupakan suatu ketidakseimbangan psikologis yang
disebabkan oleh situasi atau oleh tahap perkembangan selama kehamilan. Dukungan situasional pada kehamilan trimester pertama dapat mempengaruhi
ada tidaknya krisis kehamilan terlebih lagi pada kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan
situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan tidak diinginkan di Poli Kebidanan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak dhien
Meulaboh. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif korelatif. Metode pemilihan sampel secara sampling aksidental, jumlah sampel 33 responden yaitu ibu hamil dengan kehamilan tidak
diinginkan yang melakukan pemeriksaan kehamilan mulai tanggal 1 Nopember s.d 30
Nopember 2015. Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur kuesioner
dalam bentuk skala likert yang terdiri dari pertanyaan dukungan keluarga,
dukungan teman, dukungan bidan dan krisis kehamilan. Analisa data dilakukan
dengan menggunakan program SPSS yaitu analisa univariat, analisa bivariat
dilakukan dengan menggunakan formula Chi-Square dan analisa multivariat dengan
menggunakan formula Regresi Logistic Ganda. Hasil penelitian diperoleh nilai
rata-rata dukungan situasional baik sebanyak 21 orang (63,6 %), kurang 12 orang
(36,4 %). Nilai rata-rata ada krisis kehamilan 13 orang (39,4 %), tidak ada krisis kehamilan 20 orang
(60,6 %). Hubungan dukungan situasinal dengan krisis kehamilan ditemukan nilai
p-value 0,000 < 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan situasional dengan krisis kehamilan. Hasil analisa multivariat
menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan sub variabel yang paling
signifikan dengan krisis kehamilan yaitu terdapat nilai P Wald 0,005. Diharapkan kepada semua pihak yang terkait
agar lebih meningkatkan perhatian dalam pemberian dukungan kepada ibu hamil
sebagai upaya mengatasi krisis kehamilan pada kehamilan yang tidak diinginkan.
Kata Kunci: Dukungan situasional, krisis
kehamilan,
kehamilan tidak diinginkan.
PENDAHULUAN
Asuhan
kebidanan masa kini menganggap bahwa selama proses kehamilan dan persalinan
perlu melibatkan dukungan suami atau keluarga dan memandang calon ibu dalam
konteks keluarga serta menganggap pengalaman kehamilan dan melahirkan sebagai
peristiwa kehidupan yang bermakna, orang tua berhak untuk menentukan
pilihan dalam hal tersebut
(Farrer, 1999).
Kehamilan
trimester pertama yaitu umur kehamilan satu sampai dengan tiga bulan. Setelah
konsepsi hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh mulai meningkat, sehingga
menimbulkan perubahan fisik pada ibu hamil yang ditandai dengan morning sickness, keletihan dan perasaan
mual. Perubahan fisik pada ibu hamil dapat mempengaruhi emosi dan umumnya ibu
mengalami depresi. Kehamilan trimester pertama merupakan saat-saat krisis, saat
terjadinya perubahan fisik ibu, perubahan identitas dan peran bagi ibu, bapak
dan anggota keluarga. Krisis kehamilan dapat dialami oleh setiap wanita dalam
proses adaptasi dengan kehamilannya (Jumiarni, 1994 ; Hamilton, 1998).
Doenges (2002),
menyatakan bahwa kehamilan adalah situasi
krisis bagi ibu hamil yang mengakibatkan
ketidakseimbangan dan memerlukan adaptasi pada peran baru dan tanggung jawab.
Pada awalnya, sekalipun kehamilan direncanakan, ibu
hamil tetap merasa ambivalen
(Konflik perasaan yang simultan antara
benci dan cinta)
karena tujuan pribadi
atau profesi, masalah finansial
dan kemungkinan harus
berubah peran karena
anak.
Menurut Hamilton (1998) ; Bobak (2004), pengertian krisis adalah suatu
ketidakseimbangan psikologis yang mungkin disebabkan oleh situasi atau oleh
tahap perkembangan. Krisis dibagi dalam beberapa jenis diantaranya adalah
krisis maturasi dan krisis situasi. Krisis maturasi merupakan masa perkembangan
atau transisi dalam kehidupan seseorang pada saat keseimbangan psikologis terganggu,
seperti masa remaja, perkawinan, kehamilan, menjadi orang tua dan pensiun,
sedangkan krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal mengganggu
keseimbangan psikologis individu atau kelompok, contohnya kekurangan atau
kehilangan dukungan finansial, tuntutan pekerjaan atau karir. Pada ibu hamil
trimester pertama dapat mengalami kedua
krisis tersebut yaitu krisis maturasi dan
krisis situasi.
Dukungan
situasional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ada tidaknya krisis.
Dukungan situasional terdiri dari dukungan keluarga, teman dan bidan. Menurut penelitian yang telah dilakukan, dukungan keluarga merupakan
faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan pada masa
kehamilan, namun dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki perawat dalam memberikan konseling, juga
dapat membantu ibu hamil yang tidak mampu menangani krisis dengan usaha sendiri
ataupun setelah dibantu oleh keluarga dan temannya (Bobak, 2004 ; Hamilton, 1998).
Orang yang
paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya adalah suami. Semakin banyak
bukti menunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh suaminya akan
menunjukkan lebih sedikit
gejala emosi dan fisik. (Bobak, 2004).
Selama masa krisis berbagai
alternatif yang dapat dilakukan oleh ibu hamil seperti aborsi terhadap kehamilannya atau ibu akan tetap menerima
kehamilannya, yang dipertimbangkan pada konsekuensi legal, moral dan spiritual.
Resolusi krisis biasanya membutuhkan waktu satu sampai dengan enam minggu, namun
ada juga yang membutuhkan waktu penyesuaian diri terhadap kehamilan selama masa
kehamilan sembilan bulan. Penyesuaian
diri terhadap kehamilan dapat terjadi dengan adanya saran-saran atau dukungan
dari luar (Hamilton, 1998).
Terkadang ada suami yang tidak setuju istrinya hamil. Hal ini tentu
tidak boleh. Apapun yang terjadi dengan proses reproduksi istri, suami
harus mendukung seratus persen. Menurut
penelitian, kehamilan merupakan masa-masa sulit bagi ibu hamil, jika diambil
skala krisis 0-100, maka rata-rata ibu hamil mengalami krisis pada skala 40.
Kalau ibu hamil tidak mendapat dukungan lama-lama ibu hamil tidak dapat
menerima kehamilannya. Apalagi pada kehamilan yang tidak diinginkan, maka ibu
hamil cenderung akan menggugurkan kandungannya (Sugi, 2004).
Data Statistik Internasional tahun 1999,
setiap tahun terdapat sekitar 210 juta ibu hamil, dari jumlah tersebut
46 juta ibu hamil melakukan aborsi, sekitar 20 juta ibu hamil melakukan aborsi
tidak aman (Fauzi, 2002)
Menurut Bobak
(2004), bahwa pada wanita Asia tidak begitu mempermasalahkan tentang
kehamilannya, meskipun mengalami perubahan fisik karena mereka menganggap
kehamilan sebagai suatu kodrat bagi wanita, sehingga selama kehamilan tidak
mengganggu kondisi psikologis ibu hamil.
Melihat fenomena yang ada, pada saat peneliti melaksanakan tugas
sebagai bidan di desa Pulo Ie, kecamatan Kuala, kabupaten Aceh Barat tahun
1994. Ibu hamil dan suaminya meminta kepada peneliti agar melakukan aborsi
karena tidak sanggup menghadapi perubahan fisik akibat proses kehamilannya dan
karena tidak dapat membantu penghasilan tambahan untuk keluarga. Suaminya sangat mendukung untuk dilakukan
tindakan aborsi tersebut, namun penulis memberikan pengarahan kepada ibu hamil
dan suaminya agar tidak dilakukan aborsi
terhadap kehamilannya. Selama dalam pemantauan peneliti ibu hamil tersebut
dapat beradaptasi dengan kehamilannya sampai melahirkan. Peneliti juga
menemukan kondisi yang sama pada ibu hamil yang datang bersama suaminya meminta dilakukan aborsi pada
dukun bersalin dengan
alasan tidak sanggup menghadapi perubahan
fisik akibat proses kehamilannya.
Hasil penelitian Pranata S dan Sadewo S dalam
buletin penelitian sistem kesehatan tahun 2012, tentang kejadian kehamilan yang tidak direncanakan,
kasus yang ditemukan berkisar antara 1,6%
dan 5,8%.
Dari
semua kejadian kehamilan tidak direncakan, 6,71% di antaranya sengaja
digugurkan.
Hasil survey awal di Poli
Kebidanan BLUD RSUD Cut Nyak Dhien dari 43 orang ibu hamil 9 orang dengan
kehamilan yang tidak dikehendaki serta diantaranya yaitu 3 orang berkeinginan
untuk menggugurkan kandungan. Berdasarkan kompleksitas masalah tersebut di atas
peneliti berasumsi bahwa krisis kehamilan ini dapat teratasi bila ibu mendapat
dukungan dari keluarga, teman dan bidan, oleh karena itu maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada
kehamilan tidak diinginkan di Poli Kebidanan Badan Layanan Umum Daerah Rumah
Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh”.
Rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Bagaimanakah Hubungan dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada
kehamilan tidak diinginkan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit umum Cut Nyak
Dhien Meulaboh”.
Tujuan umum penelitian yaitu untuk mengidentifikasi hubungan dukungan
situasional dengan krisis
kehamilan pada kehamilan tidak
diinginkan di Poli
Kebidanan Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Tujuan Khusus adalah untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan krisis kehamilan,
Untuk mengidentifikasi hubungan
dukungan teman dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhien Meulaboh, untuk mengidentifikasi hubungan dukungan bidan
dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Untuk mengidentifikasi dukungan situasional pada ibu hamil trimester pertama
yang paling berhubungan dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD Rumah
Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Adapun hipotesa
pada penelitian ini adalah: Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara
dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan tidak diinginkan. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara
dukungan situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan tidak diinginkan.
Manfaat Penelitian bagi Peneliti adalah peneliti dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman dalam
melaksanakan penelitian khususnya dalam mengidentifikasi hubungan
dukungan situasional dengan krisis kehamilan sehingga krisis pada ibu
hamil yang
kehamilannya tidak diinginkan dapat teratasi. Bagi Institusi Pendidikan sebagai bahan masukan
dalam mengembangkan ilmu kebidanan tentang hubungan dukungan
situasional dengan krisis
kehamilan pada kehamilan yang tidak diinginkan. Bagi Instansi Pelayanan, dapat dijadikan
bahan masukan bagi bidan untuk meningkatkan
kualitas asuhan kebidanan dengan memberikan konseling kepada ibu hamil
mulai trimester pertama dan dukungan pasangannya dalam mengatasi krisis
kehamilan.
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Dukungan Situasional
Menurut Hamilton (1998), pengertian
dukungan situasional adalah orang-orang dan sumber yang tersedia untuk
memberikan dukungan, bantuan dan perawatan, sedangkan menurut Isaac (2004),
dukungan situasional adalah keluarga dan teman yang memberikan dukungan pada
individu tersebut.
Caplan (1989) dikutip oleh
Bobak (2004), mengatakan bahwa dukungan situasional adalah orang-orang yang
dapat memberikan dukungan dan perawatan pada pasien. Keberhasilan penyelesaian
suatu krisis seringkali bergantung kepada dukungan situasional pasien. Pasien
yang memiliki dukungan situasional yang kuat mungkin hanya memerlukan
intervensi minimum dalam menyelesaikan suatu krisis dan akan kembali ke keadaan
tanpa krisis. Apabila pasien memiliki dukungan situasional yang lemah maka
dapat terjadi disorganisasi
pada pasien.
Menurut Caplan (1989),
dukungan situasional pasien terdiri dari:
1.
Keluarga
Sistem pendukung dari keluarga terdiri dari pasangan, orang tua dan
anggota keluarga yang lain, dalam hal ini dukungan pasangan, orang tua dan
anggota keluarga yang lain sangat berperan dalam membantu resolusi krisis yang dialami pasien.
2.
Teman
Teman merupakan orang yang terdekat yang dapat memberikan dukungan
secara moril dan spiritual dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh seseorang,
serta tempat orang untuk bercerita tentang masalah yang dihadapinya. Teman juga
dapat membantu dalam resolusi krisis yang dialami pasien.
3.
Bidan
Bidan berada pada posisi yang ideal
untuk menawarkan bantuan selama siklus kehamilan, persalinan dan
post partum. Dengan pengetahuan dan pengalamannya, bidan dapat membantu pasien
yang tidak mampu menangani krisis dengan usaha sendiri atau bahkan setelah
dibantu oleh keluarga dan temannya. Bantuan yang diberikan dapat berupa
penyuluhan atau konseling atau membantu pasien mempelajari prosedur untuk
memperoleh bantuan dari lembaga komunitas lain, contohnya bidan telah
mengembangkan “program pendidikan orang tua” untuk membekali wanita dan pria
dengan ketrampilan untuk mengatasi stress selama kehamilan dan persalinan.
Semua faktor kunci, seperti dinamika keluarga, status sosioekonomi, pola budaya
dan respon koping harus dipertimbangkan saat perawat merumuskan rencana asuhan
kebidanan.
Menurut Sugi
(2004), keluarga merupakan orang yang terdekat bagi ibu hamil dalam memberikan
perawatan atau pelayanan yang dibutuhkan. Suami sangat berperan dalam
memberikan motivasi selama proses kehamilan. Kehamilan yang seharusnya adalah
kehamilan yang direncanakan sehingga suami juga siap dalam memberikan dukungan
kepada istri. Namun apapun yang terjadi dengan proses reproduksi istri, suami
harus mendukung seratus persen.
Dukungan keluarga
terutama suami memegang peranan penting dalam perkembangan selama kehamilan
sehingga ibu hamil dapat menjalani dengan baik masa-masa sulit akibat proses
kehamilan serta dapat mengatasi krisis kehamilan (Cuningham, 1995).
Richardson (1983)
dalam Bobak (2004) mengatakan bahwa orang yang paling penting bagi seorang ibu
hamil biasanya adalah suami. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang
diperhatikan dan dikasihi suaminya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit
gejala emosi dan fisik atau tidak merasakan gejala tersebut. Selama masa hamil
ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan ibu hamil. Kebutuhan pertama ialah
menerima tanda tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua adalah
merasa yakin akan penerimaan suami terhadap janin yang dikandungnya.
Menurut Farrer
(1999) kegembiraan seorang ibu hamil bukan hanya karena mendapat dukungan
keluarga tetapi juga karena kegembiraan dan dukungan yang diperlihatkan oleh
teman atau orang-orang dekat dengannya, sedangkan dukungan bidan dalam bentuk
penyuluhan atau konseling antenatal merupakan bagian terpenting pada asuhan maternitas. Setiap kontak dengan
ibu hamil dan suaminya petugas harus memberikan pendidikan atau penyuluhan.
Kita tidak boleh beranggapan bahwa wanita yang pernah hamil tidak memerlukan
petunjuk atau nasehat lagi. Pada kehamilan trimester pertama perlu diberikan
penyuluhan tentang tanda atau gejala kehamilan, nutrisi karena berhubungan
dengan morning sickness, perawatan diri secara dini dan tanda-tanda bahaya
kehamilan.
Cobb & Jones
(1984) dalam Niven
(2000), mengatakan bahwa dukungan situasional
merupakan faktor penting
dalam manajemen krisis.
Dukungan situasional
dapat diukur dengan
melihat tiga elemen:
1.
Prilaku suportif aktual dari teman-teman
dan keluarga.
2.
Sifat dukungan situasional (bersifat
tertutup atau terbuka).
3.
Cara individu merasakan dukungan
yang diberikan oleh teman-teman dan keluarganya.
Hal ini
menunjukkan bahwa ada dua perspektif penting dalam dukungan situasional yaitu:
1.
Perspektif individual
Hal ini
menampilkan pandangan individu tentang orang-orang yang termasuk dalam dukungan
situasional tersebut. Seseorang dapat
merasa aman bila mengetahui bahwa ia mempunyai dukungan situasional yang sangat
berfungsi dari teman-teman, keluarga dan perawat yang siap membantu jika
kebutuhan itu muncul. Individu juga merasa sangat senang berhubungan dengan
mereka karena adanya perhatian-perhatian yang diberikan.
2.
Perspektif dukungan situasional
Hal ini menampilkan prilaku aktual dari individu yang mendasari
dukungan terhadap individu.
Menurut Cohen & Mc.Kay (1984)
dalam Niven (2000), menampilkan model kondisi-kondisi dimana dukungan
situasional akan menurunkan atau mencegah krisis pada seseorang. Hal ini
didasarkan pada prinsip bahwa dukungan
situasional memberikan “efek
penyangga” terhadap kejadian-kejadian yang menimbulkan krisis. Ada tiga tipe
mekanisme dukungan:
1.
Dukungan Nyata
Setiap orang
dengan sumber-sumber yang
tercukupi dapat
memberikan dukungan dalam bentuk uang atau perhatian. Dukungan nyata
merupakan paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat.
2.
Dukungan pengharapan
Dukungan ini
mempengaruhi persepsi individu akan
ancaman. Dukungan situasional dapat menyangga individu dalam melawan
krisis dengan membantu mereka mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai
ancaman kecil. Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh atau
mendapatkan nasehat dan bantuan secara langsung dari orang
yang telah mengalami situasi yang sama dengan individu yang mengalami
krisis.
3.
Dukungan emosional
Jika krisis mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki
dan dicintai, dukungan emosional dapat menggantikannya atau menguatkan perasaan-perasaan
ini. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorang merasakan kehilangan perasaan
memiliki dapat diperbaiki dengan bentuk dukungan yang mengembangkan hubungan personal
yang relatif intim.
Krisis
1. Pengertian
Krisis adalah
suatu ketidakseimbangan psikologis yang mungkin disebabkan oleh situasi atau
oleh tahap perkembangan (Hamilton, 1998), sedangkan menurut Bobak (2004),
krisis dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan kebiasaan: suatu kerusakan
dalam cara individu dan keluarga untuk mempertahankan kendali terhadap suatu
situasi.
Isaac (2004),
pengertian krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat
kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya tidak
adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.
Stuart dan Sundeen
(1998), mengatakan krisis adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh
peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri seseorang.
2. Jenis – Jenis Krisis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), Jenis-jenis krisis adalah:
a. Krisis Maturasi
Krisis maturasi merupakan masa perkembangan atau transisi dalam
kehidupan seseorang pada saat perkembangan psikologis sedang terganggu, seperti
pada masa remaja, menjadi orang tua, perkawinan, kehamilan dan pensiun.
b. Krisis Situasi
Krisis situasi
terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu mengganggu keseimbangan psikologis
individu atau keseimbangan kelompok, contohnya kehilangan pekerjaan, tuntutan
profesi, perceraian, kematian, masalah sekolah dan penyakit.
c. Krisis Tak Terduga.
Krisis terjadi tanpa disengaja, tidak umum dan tidak terduga yang dapat mengakibatkan
banyak kehilangan dan perubahan lingkungan seperti karena kebakaran, banjir,
nuklir dan tragedi
massa. Krisis ini tidak
terjadi dalam kehidupan tiap
orang, tetapi bila ini terjadi, dapat mengakibatkan stress yang hebat dan
menantang semua kemampuan koping individu.
Bobak (2004), mengatakan bahwa krisis terdiri dari:
a.
Krisis Maturasi
Krisis maturasi
terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Secara khas
krisis ini berkembang seiring perjalanan waktu dan melibatkan perubahan peran
dan status. Krisis ini meliputi
kehamilan, peristiwa kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, remaja,
dewasa dan masa tua. Setiap fase siklus kehidupan keluarga menghasilkan krisis
atau kejadian khas yang dapat menimbulkan stres.
b. Krisis Situasi
Krisis situasi
meliputi peristiwa, seperti kehilangan dukungan finansial atau sosial, tuntutan
pekerjaan atau karir, kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit mental atau
fisik, kelahiran prematur, perubahan citra tubuh, pengalaman tindak kekerasan,
perceraian, kematian dan berduka.
3. Faktor Pengimbang
Menurut Hamilton
(1998), cara orang bereaksi terhadap krisis tergantung dari tiga faktor yaitu:
persepsi, dukungan situasional dan mekanisme koping. Stuart and Sundeen (1998),
mengatakan bahwa dalam menguraikan resolusi krisis, terdapat beberapa faktor
pengimbang yaitu faktor persepsi terhadap peristiwa, dukungan situasi dan mekanisme
koping.
Aquilera (1994) dalam Bobak (2004), mengatakan bahwa telah
menemukan cara untuk mengkaji respon aktual atau potensial keluarga atau
individu terhadap krisis, terdiri
dari tiga faktor penyeimbang yang mempengaruhi
ekuilibrium yaitu: persepsi terhadap peristiwa krisis, sistem pendukung pasien
dan mekanisme koping pasien.
4. Tahap – Tahap Krisis
Tahap-tahap krisis menurut Pasquali (1989) adalah:
a. Tahap 1 (satu)
Adanya ancaman
yang bertindak sebagai pencetus meningkatnya kecemasan. Mekanisme koping normal
diaktifkan, jika tidak berhasil individu menuju ke tahap 2 (dua).
b. Tahap 2 (dua)
Meningkatnya
disorganisasi dengan perasaan mudah terluka dan kehilangan kontrol. Berbagai
usaha dilakukan untuk mengendalikan kecemasan. Jika tidak berhasil mengatasi
kecemasan tersebut individu menuju ke tahap 3 (tiga).
c. Tahap 3 (tiga)
Individu
mencoba kembali ke tahap prekrisis. Individu lebih menerima nasehat untuk
membantu dalam fase ini. Teknik pemecahan masalah baru merupakan suatu
resolusi, tetapi ada kemungkinan juga individu kembali ke tahap prekrisis. Jika
pemecahan masalah tidak berhasil, dapat terjadi disorganisasi yang berlanjut
dalam fase 4 (empat).
d. Tahap 4 (empat)
Tingkat berat
dari kepanikan dan
ansietas dengan perubahan
kognitif emosional dan
fisiologi. Pada tahap ini
individu memerlukan tindakan
keperawatan lebih lanjut.
Isaac (2004), mengatakan bahwa urutan perkembangan krisis adalah
a. Periode pra krisis
Individu
memiliki keseimbangan emosional
b. Periode krisis
Individu
memiliki pengalaman subjektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme
koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala yaitu gejala fisik, gejala
kognitif, gejala prilaku dan gejala emosional.
c. Periode pasca krisis
Merupakan Resolusi
krisis.
5.Gejala umum individu yang mengalami krisis
Gejala umum individu mengalami krisis menurut Isaacs (2004) adalah:
a. Gejala fisik
Keluhan somatik misal: sakit kepala, gejala gastrointestinal, rasa
sakit. Gangguan nafsu makan misal: penurunan atau peningkatan nafsu makan yang
signifikan.Gangguan tidur misal insomnia, mimpi buruk.Gelisah, iritabilitas dan
sering menangis.
b. Gejala kognitif
Konfusi, sulit berkonsentrasi, pikiran yang kejar mengejar dan
ketidakmampuan mengambil keputusan.
c. Gejala prilaku
Disorganisasi, impulsif,
ledakan kemarahan, sulit menjalankan
tanggung jawab dan peran yang
biasa serta menarik diri dari interaksi sosial.
d. Gejala emosional
Ansietas, marah, merasa bersalah, sedih, depresi, curiga, putus asa
dan tidak berdaya.
C.
Kehamilan
Tidak Diinginkan
1.
Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah
suatu proses yang
dimulai dengan konsepsi
sampai dengan sebelum janin lahir (Hamilton, 1998).
2, Penyesuaian terhadap kehamilan
Menurut Hamilton (1998), penyesuaian
terhadap kehamilan terbagi
dalam tiga trimester yaitu:
a. Trimester pertama (1 sampai 3 bulan)
Wanita pertama
kali mengetahui dirinya hamil, akan merasa shock dan menyangkal. Respon yang
umum adalah: dengan anggapan bahwa suatu hari ia akan hamil tapi tidak sekarang.
Tingkatan emosinya yaitu dari meningkat sampai menghilang, walaupun dengan
kehamilan yang direncanakan. Periode awal ketidakyakinan adalah hal yang umum
terjadi.
Awal dari shock
yang disebabkan karena kehamilan diikuti oleh rasa bingung dengan masalah yang
mengganggu, karena setelah konsepsi, estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu
hamil meningkat. Ibu hamil mengalami morning
sickness, kelemahan, keletihan dan perasaan mual, sebagian besar wanita
merasa tidak sehat benar dan umumnya mengalami depresi. Pada saat krisis awal
yang disebabkan oleh kebenaran terjadinya kehamilan teratasi, sebagian besar
wanita mengalami kegembiraan tertentu karena mereka telah dapat menyesuaikan
diri dengan kehamilannya.
b. Trimester Kedua (4 sampai 6 bulan)
Trimester kedua
biasanya lebih menyenangkan. Tubuh ibu hamil sudah terbiasa dengan tingkat
hormon yang tinggi, morning sickness telah hilang . Ibu hamil sudah dapat
menerima kehamilannya dan menggunakan pikiran dan energinya lebih konstruktif.
Janin masih kecil dan belum mengganggu kenyamanan ibu hamil dengan ukurannya.
Selama trimester ini, ibu hamil mulai merasakan gerakan janin pertama kali.
Pengalaman tersebut menandakan pertumbuhan serta akan hadirnya anggota yang
baru, hal ini sering menyebabkan ibu hamil memiliki dorongan psikologis yang
besar.
b.
Trimester Ketiga ( 7 sampai 9 bulan)
Trimester ketiga ditandai dengan
klimak kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Sekitar bulan ke delapan
mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi karena bayi semakin membesar
sehingga akibatnya ketidaknyamanan bertambah. Ibu hamil merasakan kelelahan dan
kebosanan karena menunggu terlalu lama untuk menghadapi proses persalinan.
Sekitar dua minggu sebelum melahirkan, sebagian besar ibu hamil mulai mengalami
perasaan senang (Hamilton, 1998)
Doenges (2002),
mengatakan bahwa kehamilan adalah situasi krisis bagi ibu hamil yang
mengakibatkan ketidakseimbangan yang memerlukan adaptasi pada peran baru dan
tanggung jawab. Kemampuan ibu hamil beradaptasi positif terhadap krisis
tergantung pada dukungan situasional, keyakinan budaya, sumber-sumber dan
mekanisme koping yang efektif. Pada awalnya,sekalipun kehamilan direncanakan,
ibu mungkin tetap merasa ambivalen
terhadap kehamilan karena tujuan pribadi atau profesional, masalah finansial,
dan kemungkinan harus berubah peran karena anak.
Farrer (1999), mengatakan bahwa
respon ibu hamil terhadap kehamilannya kadang-kadang bersifat ambivalen (keraguan terhadap penerimaan kehamilan),
bahkan pada kehamilan yang sudah direncanakan sekalipun. Dalam masa ini
sejumlah implikasi kehamilan yang lebih luas harus dihadapi. Implikasi ini
dapat mencakup akibat yang terjadi atas rencana peningkatan karir, pertimbangan
finansial, hubungan dengan orang lain khususnya dengan anggota keluarga dan
akibat dari proses kehamilan yang tidak bisa dihindari yaitu adanya perubahan
dalam tubuh serta gangguan kenyamanan yang dialami oleh ibu hamil.
1.
Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yang tidak diinginkan adalah kehamilan yang diluar
kehendak ibu. Reaksi emosi kehamilan yang tidak dikehendaki ialah ibu mudah
emosional, seperti gampang marah, rasa benci dan murung, gampang bingung,
stres, bahkan bisa depresi atau bunuh diri.
Faktor-faktor penyebab hamil yang tidak dikehendaki yaitu:
a.
Ibu tidak siap dalam menghadapi
kehamilan
b.
Mengikuti pendidikan atau karier
c.
Suami yang tidak menghendaki anak
lagi
d.
Kebencian kepada suami akibat
perkawinan yang dipaksakan
e.
Hasil perselingkuhan atau korban
pemerkosaan
f.
Faktor kesehatan ibu dan ekonomi
yang kurang mendukung
g.
Penggunaan alat kontrasepsi yang
tidak sesuai (Pieter H dan Lubis N 2011)
Kerangka
konsep
Variabel Variabel
Independen Dependen
Dukungan
Situasional:
1.Dukungan Keluarga Krisis
2.DukunganTeman Kehamilan
3.Dukungan bidan
Gambar 2.1 Kerangka konsep identifikasi hubungan dukungan
situasional pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Lokasi penelitian ini telah
dilaksanakan di Poli Kebidanan
BLUD RSU Cut Nyak Dhien
Meulaboh. Adapun alasan pemilihan
tempat di BP RSU CND Meulaboh didasari oleh beberapa alasan yaitu
:
a.
BLUD RSU-CND Meulaboh adalah rumah
sakit yang terbesar di daerah empat Kabupaten Barat dan Selatan.
b.
Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan dukungan
situasional dengan krisis kehamilan pada kehamilan
yang tidak dikehendaki di BLUD RSU-CND Meulaboh.
c.
BLUD RSU-CND Meulaboh adalah rumah sakit yang menyediakan beragam pelayanan
kesehatan dan kebidanan yang memungkinkan pasien untuk memilih dan
mempersepsikan mutu pelayanan yang diterimanya.
Waktu
Pelaksanaan Penelitianini dilaksanakan mulai tanggal 1 Nopember s/d 30 November 2015.
Instrumen Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa kuesioner berbentuk angket yang terdiri dari tiga bagian,
yaitu:
1.
Bagian A, merupakan format untuk mengidentifikasi karakteristik responden
berupa identitas responden yang meliputi umur responden, pendidikan terakhir
dan pekerjaan responden. Terdiri atas 3 item pertanyaan dalam bentuk “open ended questions”
yang digunakan sebagai angket pembuka (Alimul, 2002).
2.
Bagian B, merupakan kuesioner yang
akan digunakan untuk mengetahui dukungan situasional pada ibu hamil trimester
pertama di Poli Kebidanan Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak
Dhien Meulaboh RSUD CND Meulaboh yang terdiri dari 18 item dengan jawaban berbentuk “skala likert ” dengan alternatif jawaban untuk pernyataan positif adalah “selalu
(5)”, “Sering (4)”,
“kadang - kadang
(3)”, “jarang (2)”, dan tidak pernah (1)”, sedangkan untuk
pernyataan negatif terdiri dari “selalu (1)”, “Sering (2)”, “kadang-kadang
(3)”, “jarang (4)”, dan tidak pernah (5)” (Nursalam, 2001). Adapun uraian dari tiap pernyataan dukungan situasional adalah sebagai
berikut:
a. Dukungan Keluarga
Pernyataan ini
untuk menilai tentang dukungan dari keluarga. Jumlah pernyataan 6 item yaitu
nomor 1,2,3,5 merupakan pernyataan positif, sedangkan pernyataan nomor 4,6
merupakan pernyataan negatif.
b. Dukungan Teman
Pertanyaan ini
untuk menilai tentang dukungan dari teman. Jumlah pertanyaan 6 item yaitu nomor
8,10,11 merupakan pernyataan positif, sedangkan pernyataan nomor 7,9,12
merupakan pernyataan negatif.
c. Dukungan Bidan
Pertanyaan ini
untuk menilai tentang dukungan dari bidan. Jumlah pertanyaan 6 item yaitu nomor
13,15,18 merupakan pertanyaan positif, sedangkan pertanyaan nomor 14,16,17
merupakan pertanyaan negatif.
3.
Bagian C, merupakan lembar kuesioner yang diberikan pada ibu hamil. Lembar
kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tentang krisis kehamilan pada ibu
hamil yang kehamilannya tidak diinginkan di Poli Kebidanan Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Pernyataan dengan jawaban
berbentuk “skala likert ” dengan
alternatif jawaban untuk pernyataan
positif adalah “selalu (5)”, “Sering (4)”, “kadang-kadang (3)”, “jarang (2)”,
dan tidak pernah (1)”, sedangkan untuk pernyataan negatif terdiri
dari “selalu (1)”,
“Sering (2)”, “kadang - kadang (3)”, “jarang (4)”, dan tidak pernah
(5)”.Jumlah pernyataan 10 item yaitu nomor 2,3,6,7,8 merupakan pernyataan
positif, sedangkan nomor 1,4,5,9,10 merupakan pernyataan negatif.
Teknik Pengumpulan Data
1. Uji coba instrumen
Uji coba instrumen telah
dilaksanakan sejak tanggal 2 sampai dengan 18 Oktober 2015 terhadap 10
orang ibu hamil yang memeriksakan
kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Sehat Meulaboh, yang memiliki kriteria yang sama
dengan kriteria sampel penelitian. Adapun tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui validitas dan
reabilitas dari item-item pertanyaan yang ada dalam instrumen. Kedua uji ini
dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) (Arikunto, 1998).
a. Validitas
Validitas
menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu mengukur apa yang diukur
(Singarimbun, 1989). Nilai yang diperoleh dari penyebaran kuisioner per item
pernyataan dikorelasikan dengan menggunakan rumus product moment. Untuk
mengetahui apakah nilai korelasi itu signifikan
maka perlu dilihat pada table product moment.Uji coba ini dilakukan pada 10
orang responden dengan table taraf signifikansi adalah N-2 sehingga didapat
untuk taraf signifikansi 5% titik kritik adalah 0,632. Bila hasilnya sama atau
lebih dari angka kritis pada derajat kemaknaan yaitu 0,632 maka kuesioner
tersebut dinyatakan valid.
Uji coba kuisioner
untuk penilaian dukungan situasional dengan jumlah pernyataan 30 item, setelah
dilakukan uji validitas maka jumlah pernyataan yang valid 19 item yaitu
pernyataan dukungan keluarga 6 item terdiri dari nomor 1,2,4,6,7,10 ; pernyataan dukungan
teman 7 item terdiri dari nomor 12,14,15,16,17,18,19 dan pernyataan dukungan
perawat 6 item terdiri dari nomor 21,23,24,26,28,29. Dalam hal ini peneliti
mengambil 18 item untuk dukungan situasional. Penilaian krisis kehamilan
terdiri dari 16 item pernyataan, setelah dilakukan uji validitas maka jumlah
pernyataan yang valid yaitu 10 item yang terdiri dari nomor 1,3,5,8,9,10,11,12,13,14.
b. Reabilitas
Dengan menggunakan SPSS maka nilai reabilitas dapat langsung dilihat. Dalam
uji reabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai ALPHA (terletak di akhir out
put). Bila r ALPHA lebih besar dari r tabel, maka pernyataan tersebut reliabel.
Berdasarkan lampiran 11 maka dapat dilihat ternyata nilai r Alpha untuk
dukungan situasional adalah 0,9257 dan untuk penilaian tentang krisis kehamilan
adalah 0,8911. Bila dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu 0,632 hasil
tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar, maka semua pernyataan dianggap
reliabel.
2. Prosedur pengumpulan data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
Tahap persiapan pengumpulan data
dilakukan melalui prosedur administrasi
dengan cara mendapatkan
izin dari Ketua
Program Studi Kebidanan
Meulaboh dan Izin dari Kepala BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhie Meulaboh.
b. Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data dilaksanakan
setelah mendapat izin dari Kepala BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien
Meulaboh, kemudian peneliti menghubungi Kepala Poli Kebidanan BLUD-RSUD CND
Meulaboh untuk melakukan pengumpulan data. Waktu pengumpulan data, kepada
seluruh responden diberikan penjelasan meliputi uraian dan tujuan penelitian,
hak subyek penelitian dan kerahasiaan identitas subyek penelitian, selanjutnya
menganjurkan responden membaca kembali surat persetujuan sebagai subyek penelitian.
Peneliti juga menjelaskan tentang cara pengisian kuesioner. Jika ada hal-hal
yang tidak dimengerti oleh responden dapat ditanyakan langsung pada peneliti.
Setelah data terkumpul, peneliti melaporkan pada Bidang Pendidikan
dan Pelatihan untuk memperoleh surat keterangan telah menyelesaikan pengumpulan data
di Poli Kebidanan
BLUD Rumah Sakit Umum Cut Nyak
Dhien Meulaboh.
Setelah dilakukan
pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data. Teknik
pengolahan data-data tersebut dilakukan sesuai dengan langkah-langkah kerja
yang sistematis.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan untuk pengolahan data menurut
Arikunto (2002) adalah:
1. Editing
Pada tahap
editing, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap angket yang telah diisi
responden meliputi kelengkapan pengisian dan kejelasan hasil pengisian.
2. Coding
Tahap coding,
peneliti mengklasifikasikan jawaban responden dengan menggunakan kode berupa
nomor mulai dari 1 sampai dengan 33 dan nilai jawaban responden berdasarkan
jawaban positif dan negatif (1, 2, 3, 4, 5)
pada setiap format tes uji yang diisi responden.
3. Transfering
Tahap
transferring, data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari
responden pertama sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam
tabel sesuai dengan sub variabel dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan
perawat serta variabel krisis kehamilan.
4. Tabulating
Tahap
tabulating, peneliti mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang telah
dibuat untuk sub variabel dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan
perawat serta variabel krisis kehamilan.
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak
komputer yaitu SPSS, dengan tahapan analisa sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
a. Data
demografi ibu hamil akan dianalisa dengan distribusi frekuensi yang
digunakan yaitu umur digunakan kategori
umur kehamilan yang aman dan tidak aman menurut Manuaba : < 20 tahun, 20 –
35 tahun, > 35 tahun; pendidikan dengan kategori : SD, SMP, SMA/MAN,
DII/DIII, Sarjana dan pekerjaan dengan kategori : Ibu Rumah Tangga, Swasta,
PNS.
b. Distribusi
frekuensi dukungan situasional secara keseluruhan dari tiga komponen menggunakan nilai mean (), sehingga diperoleh kategori baik bila nilai lebih
besar atau sama dengan mean () dan kurang bila nilai kurang dari mean ().
c. Variabel
krisis kehamilan secara keseluruhan menggunakan nilai mean (), sehingga diperoleh kategori ada bila nilai lebih
besar atau sama dengan mean () dan tidak ada bila nilai kurang dari mean ().
2. Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk mengetahui
kemaknaan hubungan antaradukungan situasional
dengan krisis kehamilan pada ibu
hamil trimester pertamamaka masing-masing sub variabel independen dan variabel dependen diuji dengan menggunakan
uji statistik Chi-Square (Arikunto,
2002).
Bila ditemukan nilai frekuensi harapan kurang dari nilai 5 pada
contingensi tabel 2 x 2 dapat dikoreksi dengan menggunakan rumus Yates´
Corection for continuity. Hasil yang
diperoleh diinterpretasikan menggunakan probabilitas dengan keputusan :
a. Jika probabilitas > 0,05, maka Ho
diterima
b. Jika probabilitas < 0,05, maka Ho
ditolak
3. Analisa Multivariat
Analisa ini digunakan untuk melihat
komponen-komponen dukungan situasional yang paling berhubungan terhadap krisis
kehamilan dengan menggunakan uji statistik regresi logistik ganda. Dengan uji ini diketahui urutan-urutan hubungan dari sub variabel independen terhadap variabel dependen (Nursalam,
2002).
Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan mulai
tanggal 1 Nopember sampai dengan 30 Nopember 2015 di Poli Kebidanan BLUD Rumah
Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh pada 33 ibu hamil sesuai dengan kriteria
sampel yang telah ditetapkan dengan menggunakan alat ukur berbentuk angket.
Analisis Univariat
1.
Dukungan Situasional pada Ibu Hamil
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Dukungan pada Ibu Hamil di Poli Kebidanan
BLUD-RSU Cut Nyak Dhien
MeulabohTahun 2015
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
|
f
|
%
|
||
1
2
|
Baik
Kurang
|
21
12
|
63,6
36,4
|
Total
|
33
|
100
|
Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui bahwa dari 33 responden
terdapat 21 responden (63,6 %) yang menyatakan dukungan situasional baik.
1) Dukungan Keluarga
Tabel
5.5
Distribusi Frekuensi
Dukungan Keluarga Pada
Ibu Hamildi Poli Kebidanan BLUD RSU CND Meulaboh Tahun
2015
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
|
f
|
%
|
||
1
2
|
Baik
Kurang
|
19
14
|
57,6
42,4
|
Total
|
33
|
100
|
Berdasarkan
tabel 5.5 di
atas diketahui bahwa
dari 33 responden terdapat 19
responden (57,6 %) yang
menyatakan dukungan keluarga
baik.
2) Dukungan Teman
Tabel 5.6
Distribusi
Frekuensi Dukungan Teman
Pada Ibu Hamil di Poli
Kebidanan BLUD RSU CND Meulaboh Tahun 2015
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
|
f
|
%
|
||
1
2
|
Baik
Kurang
|
19
14
|
57,6
42,4
|
Total
|
33
|
100
|
Berdasarkan tabel 5.6 di atas diketahui bahwa dari 33 responden terdapat
19 responden (57,6 %) yang mengatakan dukungan teman baik.
3) Dukungan Bidan
Tabel
5.7
Distribusi
Frekuensi Dukungan Bidan Pada
Ibu Hamil di Poli Kebidanan
BLUD
RSU CND
Meulaboh Tahun 2015
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
|
f
|
%
|
||
1.
2.
|
Baik
Kurang
|
18
15
|
54,5
45,5
|
Total
|
33
|
100
|
Berdasarkan tabel 5.7
di atas diketahui bahwa
dari 33 responden terdapat 18 responden (57,6 %)
yang menyatakan dukungan bidan baik.
c. Krisis
Kehamilan
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Krisis Kehamilan Yang Tidak Diinginkan di Poli Kebidanan BLUD-RSU CND Meulaboh Tahun 2015
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
|
f
|
%
|
||
1.
2.
|
Ada
Tidak Ada
|
13
20
|
39,4
60,6
|
Total
|
33
|
100
|
Berdasarkan tabel
5.8 di atas
diketahui bahwa dari
33 responden 20 responden (60,6 %)
yang menyatakan tidak
ada krisis kehamilan.
2. Analisis Bivariat
a..Hubungan Dukungan Situasional dengan krisis
kehamilan
Tabel berikut dianalisis menggunakan formula chi-square dengan tingkat kemaknaan probabilitas nilai = 5 % (0,05) dan derajat kebebasan (df) = 1.
Hasil analisis statistik untuk melihat hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel
contingensi 2 x 2 berikut ini:
Tabel
5.9
Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Situasional Dengan Krisis Kehamilan di Poli Kebidanan BLUD-RSU CND Meulaboh Tahun
2015
Dukungan Situasional
|
Krisis Kehamilan
|
Total
|
p-value
|
OR (95 % CI)
|
|
Ada
|
Tidak Ada
|
||||
Baik
Kurang
|
3
10
|
18
2
|
21
12
|
0,000
|
0,033 (0,05- 0,234)
|
Jumlah
|
13
|
20
|
33
|
Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan bahwa nilai
p-value 0,000 < 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa nol (Ho)
ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan situasional
dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD-RSUD CND Meulaboh.
b.Hubungan Dukungan Keluarga dengan Krisis
Kehamilan
Tabel berikut ini dianalisis
menggunakan formula chi-square dengan
tingkat kemaknaan probabilitas
nilai = 5 % (0,05)
dan derajat kebebasan (df) = 1. Hasil analisis statistik
untuk melihat hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel contingensi 2 x 2
berikut ini:
Tabel
5.10
Distribusi
Frekuensi Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Krisis Kehamilan di Poli Kebidanan BLUD-RSU
CND Meulaboh Tahun 2015
Dukungan
Keluarga
|
Krisis Kehamilan
|
Total
|
OR (95 % CI)
|
CI
|
|
Ada
|
Tidak
|
||||
Baik
Kurang
|
2
11
|
17
3
|
19
14
|
0,000
|
0,033
(0,05- 0,234)
|
Jumlah
|
13
|
20
|
33
|
Berdasarkan tabel 5.10
didapatkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa
hipotesa nol (Ho) ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BP-RSUD CND Meulaboh.
c. Hubungan Dukungan teman pada ibu hamil
dengan Krisis Kehamilan
Tabel berikut ini dianalisis
menggunakan formula chi-square dengan
tingkat kemaknaan probabilitas
nilai = 5 % (0,05)
dan derajat kebebasan (df) = 1. Hasil analisis statistik
untuk melihat hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel contingensi 2 x 2
berikut ini:
Tabel 5.11
Distribusi
Frekuensi Hubungan Dukungan
Teman
Dengan Krisis Kehamilan di Poli Kebidanan BLUD RSUD CND
MeulabohTahun 2015
Dukungan
Teman
|
Krisis
Kehamilan
|
Total
|
p-value
|
OR (95 % CI)
|
|
Ada
|
Tidak
|
||||
Baik
Kurang
|
3
10
|
16
4
|
19
14
|
0,001
|
0,075
(0,14 - 0,408)
|
Jumlah
|
13
|
20
|
33
|
Berdasarkan tabel 5.11
didapatkan bahwa nilai p-value 0,000
< 0,05, sehingga dapat diketahui
bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan antara
dukungan teman dengan krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD RSU CND Meulaboh.
d.
Hubungan Dukungan Bidan dengan
Krisis Kehamilan
Tabel berikut ini dianalisis
menggunakan formula chi-square dengan
tingkat kemaknaan probabilitas
nilai = 5 %
(0,05) dan derajat
kebebasan (df) = 1. Hasil
analisis statistik untuk
melihat hubungan tersebut dapat
dilihat pada tabel contingensi 2 x 2 berikut ini:
Tabel 5.12
Distribusi
Frekuensi Hubungan Dukungan Bidan Dengan Krisis Kehamilan di Poli
Kebidanan BLUD-RSU CND Meulaboh Tahun 2015
Dukungan Bidan
|
Krisis
Kehamilan
|
Total
|
p-value
|
OR
(95 % CI)
|
|
Ada
|
Tidak
|
||||
Baik
Kurang
|
6
7
|
12
8
|
18
15
|
0,000
|
0,571 (0,135- 2,342)
|
Jumlah
|
13
|
20
|
33
|
Berdasarkan
tabel 5.12 didapatkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa nol (Ho)
ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan bidan dengan
krisis kehamilan di Poli Kebidanan BLUD-RSU CND Meulaboh.
3. Analisis Multivariat
Untuk memperoleh jawaban faktor mana
yang paling berhubungan dengan ada tidaknya krisis kehamilan pada ibu hamil,
maka perlu dilakukan analisis
multivariat. Tahapan
analisis multivariat meliputi :
pemilihan variabel kandidat
multivariat dan pembuatan model.
a. Pemilihan
Variabel kandidat
multivariat
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diduga berhubungan erat
dengan krisis kehamilan pada ibu hamil yaitu dukungan keluarga, dukungan teman
dan dukungan bidan. Dalam membuat model multivariat ketiga sub variabel
tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen
yaitu krisis kehamilan.
Menurut Mickey
dan Greenland (1989) dalam Hastono (2001), variabel yang pada saat dilakukan
uji G (Rasio log-likelihood) memiliki p-value < 0,25 dan mempunyai kemaknaan
secara substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model
multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel
independen dan dependen yang ditampilkan
dalam tabel 5.13 sebagai berikut:
Tabel 5.13
Hasil Analisis Bivariat
Dukungan Keluarga, Dukungan Teman, Dukungan
Perawat Dengan Krisis Kehamilan di Poli
Kebidanan BP-RSUD CND Meulaboh Tahun
2015
No
|
Sub Variabel
|
Log-
Likelihood
|
G
|
p-value
|
1
2
3
|
Keluarga Teman
Perawat
|
27,335
33,326
43,642
|
16,916
10,926
0,609
|
0,000
0,001
0,435
|
Dari hasil tabel
5.13 terdapat 2 sub variabel yang p-valuenya kurang dari 0,25 yaitu dukungan
keluarga dan dukungan teman, sedangkan dukungan perawat p-valuenya lebih dari
0,25. Dengan demikian sub variabel yang terus masuk ke model multivariat adalah
sub variabel dukungan keluarga dan dukungan teman.
b. Pembuatan Model Faktor Penentu
Dukungan Situasional .
Dalam pemodelan ini semua kandidat dicobakan secara bersama-sama. Model
terbaik akan mempertimbangkan dua penilaian yaitu nilai signifikansi ratio log -
likelihood (p 0,05)
dan signifikansi p-wald
( p 0,05
).
Pemilihan model dilakukan secara hirarki yaitu semua sub variabel
independen (yang telah lolos sensor) dimasukkan
kedalam model, kemudian sub variabel yang p-waldnya tidak signifikan
dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dengan p-waldnya lebih besar.
Hasil analisis
model faktor penentu hubungan kedua sub variabel dengan krisis kehamilan,
seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.14
Hasil Analisis Multivariat
Regresi Logistik Ganda Antara
Dukungan Keluarga dan Teman Dengan
Krisis Kehamilandi Poli Kebidanan
BLUD-RSUD CND Meulaboh Tahun 2015
No
|
Sub Variabel
|
B
|
P Wald
|
OR
|
1
2
|
Dukungan Keluarga
Dukungan Teman
|
-2,955
-1,897
|
0,005
0,071
|
0,05
0,15
|
-2 Log Likelihood = 23,990 G
= 20,262 p-value = 0,000
Hasil dari tabel
5.14 diatas diketahui bahwa sub variabel
dukungan keluarga mempunyai p-wald < 0,05 sedangkan dukungan teman
mempunyai p-wald > 0,05, berarti sub variabel dukungan keluarga berhubungan
signifikan dengan krisis kehamilan.
Dari keseluruhan proses analisis yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari tiga sub variabel independen dari
dukungan situasional yang diduga berhubungan erat dengan krisis kehamilan
adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga berpeluang untuk tidak terjadinya
krisis kehamilan 0,05 kali dibandingkan dengan dukungan teman.
Pembahasan
Dukungan
situasional adalah orang-orang dan sumber yang
tersedia untuk memberikan dukungan, bantuan dan perawatan. Dukungan
tersebut dapat diberikan oleh keluarga, teman, perawat atau orang –orang yang
berada di sekitarnya (Hamilton, 1998).
Menurut Caplan
(1989) dalam Bobak (2004), mengatakan bahwa dukungan situasional adalah
orang-orang yang dapat memberikan dukungan dan perawatan pada pasien. Keberhasilan
penyelesaian suatu krisis seringkali bergantung kepada dukungan situasional
pasien. Pasien yang memiliki dukungan situasional yang kuat mungkin hanya
memerlukan intervensi minimum dalam menyelesaikan suatu krisis dan akan kembali
ke keadaan tanpa krisis, sebaliknya dengan pasien yang tidak memiliki dukungan
situasional yang kuat maka akan menyebabkan krisis kehamilan yang
berkepanjangan yang dapat mengganggu kondisi psikis ibu atau pengambilan
keputusan untuk tindakan aborsi.
Cohen & Mc.Kay
(1984) dalam Niven (2000), menampilkan model kondisi-kondisi dimana dukungan
situasional akan menurunkan atau mengatasi krisis pada seseorang. Hal ini
didasarkan pada prinsip bahwa dukungan situasional memberikan “efek penyangga”
terhadap kejadian-kejadian yang menimbulkan krisis. Ada tiga tipe mekanisme
dukungan:
4.
Dukungan Nyata
Setiap orang dengan
sumber-sumber yang tercukupi
dapat memberikan dukungan dalam
bentuk uang atau perhatian.
Dukungan
nyata merupakan paling efektif
bila dihargai oleh penerima dengan tepat.
5.
Dukungan pengharapan
Dukungan
ini mempengaruhi persepsi individu akan
ancaman. Dukungan situasional dapat menyangga individu dalam melawan
krisis dengan membantu mereka dengan memberi masukan bahwa situasi tersebut
sebagai ancaman kecil. Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh
atau mendapatkan nasehat dan bantuan secara langsung dari orang
yang telah mengalami situasi yang sama dengan individu yang mengalami
krisis.
6.
Dukungan emosional
Jika krisis mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki
dan dicintai, dukungan emosional dapat menggantikannya atau menguatkan
perasaan-perasaan ini. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorang merasakan
kehilangan perasaan memiliki, dapat diperbaiki dalam bentuk dukungan dengan
mengembangkan hubungan personal yang relatif intim.
Dari hasil
pengolahan data, peneliti mendapatkan 12 responden kurang memperoleh dukungan
situasional, dari jumlah tersebut 10
responden mengalami krisis kehamilan dan 2 responden tidak mengalami krisis
kehamilan. Sebagian besar responden yaitu 21 responden menyatakan memperoleh
dukungan situasional Baik, dari jumlah tersebut 18 responden tidak ada krisis
kehamilan, 3 responden mengalami krisis kehamilan (Tabel 5.9).
Setelah dilakukan analisa pengujian
hipotesa dengan uji Chi-square berdasarkan probabilitas, diperoleh
nilai Asymp.Sig adalah
0,000 kurang dari p-value =
0,05 (Tabel 5.9). Hal
ini berarti Ho ditolak
sehingga menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan situasional
dengan krisis kehamilan.Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan
dukungan situasional pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan
dapat terbukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menurut Sugi
(2004) bahwa dukungan situasional berhubungan dengan krisis kehamilan.
Kemampuan ibu
hamil beradaptasi positif terhadap krisis tergantung pada dukungan situasional,
keyakinan budaya, sumber-sumber dan mekanisme koping yang efektif. Pada
awalnya,sekalipun kehamilan direncanakan, ibu mungkin tetap merasa ambivalen terhadap kehamilan karena
tujuan pribadi atau profesional, masalah finansial, dan kemungkinan harus
berubah peran karena anak (Doenges, 2004).
Menurut Hamilton (1998) bahwa baik
kurangnya dukungan yang dirasakan ibu hamil trimester pertama dapat juga
dipengaruhi oleh persepsi ibu hamil. Perbedaan persepsi pada ibu hamil terjadi
karena perbedaan tingkat pendidikan, pengalaman dan umur ibu hamil. Persepsi terhadap kondisi yang sama akan berbeda-beda antar sesama
individu.
Robbin (2002), mengatakan
bila suatu hal dirasa menyenangkan maka individu cenderung untuk mempunyai
persepsi yang positif tentang hal yang sedang dinilainya. Namun sebaliknya bila
hasil yang didapat kurang menyenangkan maka ia menilai buruk akan hal itu
sehingga hasil persepsi pada setiap individu juga akan berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian di Poli
Kebidanan BP-RSUD CND Meulaboh, frekuensi tertinggi ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan adalah dengan tingkat pendidikan SMA atau jenjang
pendidikan menengah dan bekerja sehari-hari sebagai ibu rumah tangga (Tabel 5.2
dan Tabel 5.3), sehingga mereka mempersepsikan baik kurangnya dukungan
berdasarkan pengalaman masa lalu yang didapat dan asumsi yang telah mereka
pahami.
Berikut
ini akan dibahas identifikasi hubungan dukungan situasional pada ibu hamil
trimester pertama berdasarkan tiga sub variabel dengan krisis kehamilan, yaitu:
1.
Hubungan Dukungan Keluarga Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Dengan Krisis
Kehamilan
Sistem pendukung dari keluarga
terdiri dari pasangan, orang tua dan anggota keluarga yang lain, dalam hal ini
dukungan pasangan, orang tua dan anggota keluarga yang lain sangat berperan
dalam membantu resolusi krisis yang
dialami pasien (Caplan, 1989)
Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan. Pada tabel 5.10
dinyatakan bahwa 19 responden memperoleh dukungan keluarga dengan baik,
dari jumlah tersebut 2 responden mengalami krisis kehamilan dan 17 responden
tidak ada krisis kehamilan. Responden yang kurang memperoleh dukungan keluarga
yaitu 14 reponden, dari jumlah tersebut 11 responden mengalami krisis kehamilan
dan 3 responden tidak mengalami krisis kehamilan. Setelah dianalisis dengan
tingkat kemaknaan probabilitas nilai = 0,05 didapat
bahwa p-value berdasarkan Asymp.Sig adalah 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak
yang berarti ada hubungan dukungan keluarga pada ibu hamil trimester pertama
dengan krisis kehamilan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menurut
Sugi (2004), bahwa dukungan keluarga sangat berhubungan dengan krisis
kehamilan.
2.
Hubungan Dukungan Teman Pada Ibu
Hamil Trimester Pertama
Dengan Krisis Kehamilan.
Teman merupakan orang
yang terdekat yang
dapat memberikan dukungan secara moril
dan spiritual dalam
mengatasi masalah yang
dihadapi oleh seseorang, serta
tempat seseorang bercerita
tentang masalah yang
dihadapinya. Teman juga
dapat membantu dalam
resolusi krisis yang dialami pasien.
Hasil analisa berdasarkan tabel
5.11 bahwa 19 responden menyatakan
mendapat dukungan baik dari teman, dari jumlah tersebut 16 responden tidak ada krisis kehamilan dan 3 responden
mengalami krisis kehamilan. Responden menyatakan kurang mendapat dukungan teman
yaitu 14 responden, dari jumlah tersebut 10 responden mengalami krisis kehamilan
dan 4 responden tidak ada krisis kehamilan.
Tabel 5.11 menggambarkan
p-value 0,001 < 0,05 yang berarti Ho ditolak sehingga menunjukkan ada
hubungan dukungan teman pada ibu hamil
trimester pertama dengan krisis kehamilan.
Dukungan teman berhubungan dengan
krisis kehamilan karena selain dengan keluarga, ibu hamil juga sangat
mengharapkan dukungan dari teman atau orang yang dekat dengannya sebagai tempat
berceritera tentang masalah yang dialaminya selama hamil.
3.
Hubungan Dukungan Perawat
Pada Ibu Hamil
Trimester Pertama Dengan Krisis
Kehamilan.
Bobak (2004), mengatakan bahwa
perawat maternitas berada pada posisi yang ideal untuk
menawarkan bantuan selama siklus
maternitas. Dengan pengetahuan dan pengalamannya, perawat maternitas dapat
membantu pasien yang tidak mampu menangani krisis dengan usaha sendiri atau
bahkan setelah dibantu oleh keluarga dan temannya. Bantuan yang diberikan dapat
berupa penyuluhan atau konseling.
Hasil analisa
berdasarkan tabel 5.12 bahwa 18
responden menyatakan mendapat dukungan perawat baik, dari jumlah tersebut 12
responden tidak ada krisis kehamilan dan 6 responden mengalami krisis
kehamilan. Sebaliknya 15 responden menyatakan kurang mendapat dukungan perawat,
dari jumlah tersebut 7 responden mengalami krisis kehamilan dan 8 responden
tidak ada krisis kehamilan.
Sikap empati yang diperlihatkan perawat
akan dirasakan oleh pasien. Perasaan empati dalam pelayanan yang
diberikan oleh perawat bukan karena
terpaksa melainkan tugas yang harus dilaksanakan sebagai pemberi pelayanan.
Perawat harus merasa empati dengan pasien sehingga pasien merasa mendapat
perhatian atau dukungan (Depkes RI, 1994).
Tabel 5.12. menggambarkan p-value 0,000 < 0,05 yang
berarti Ho ditolak sehingga menunjukkan ada hubungan dukungan perawat pada ibu
hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan.
Selama pengumpulan data peneliti melihat bahwa perawat belum berada dalam posisi
yang ideal dalam memberikan konseling sesuai yang diharapkan yaitu belum
tersedianya program konseling prenatal secara khusus, menurut penjelasan dari
perawat, pelaksanaan program konseling prenatal secara khusus dan ideal belum
dilaksanakan karena keterbatasan waktu dalam memberikan pelayanan kepada pasien
yang lain. Beberapa pasien juga mengatakan bahwa perawat memberikan penjelasan
apabila ada pertanyaan dari pasien, hal ini dapat mempengaruhi perbedaan persepsi pasien
terhadap dukungan perawat sehingga dukungan perawat tidak masuk dalam pemilihan
kandidat model multivariat.
Farrer (1999), mengatakan bahwa penyuluhan
atau konseling antenatal merupakan bagian terpenting pada asuhan maternitas. Setiap kontak dengan
ibu hamil dan suaminya petugas harus memberikan pendidikan atau penyuluhan.
Perawat tidak boleh beranggapan bahwa wanita yang pernah hamil tidak memerlukan
petunjuk atau nasehat lagi. Pada kehamilan trimester pertama perlu diberikan
penyuluhan tentang tanda atau gejala kehamilan, nutrisi karena berhubungan
dengan morning sickness, perawatan diri secara dini dan tanda-tanda bahaya
kehamilan.
Berdasarkan pemilihan variabel kandidat multivariat, sub variabel yang
terpilih untuk model multivariat adalah dukungan keluarga dan dukungan teman.
Menurut Farrer (1999) kegembiraan seorang ibu hamil bukan hanya karena mendapat
dukungan keluarga tetapi juga karena kegembiraan dan dukungan yang
diperlihatkan oleh teman atau orang-orang dekat dengannya.
Secara umum hasil analisis
multivariat didapatkan sub
variabel yang terpilih dari
ketiga sub variabel
yang berhubungan dengan
krisis kehamilan ternyata yang tingkat
hubungannya lebih signifikan adalah dukungan keluarga.
Hasil analisis multivariat ini sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa keluarga merupakan orang yang
terdekat bagi ibu hamil dalam memberikan perawatan atau pelayanan yang
dibutuhkan, terutama suami sangat berperan dalam memberikan motivasi selama
proses kehamilan sebagai upaya untuk mengatasi krisis kehamilan (Sugi, 1994).
Menurut Cuningham (1995), dukungan
keluarga terutama suami memegang peranan penting dalam perkembangan selama
kehamilan sehingga ibu hamil dapat menjalani dengan baik masa-masa sulit akibat
proses kehamilan serta dapat mengatasi krisis kehamilan.
Richardson (1983) dalam Bobak (2004) mengatakan, orang yang paling
penting bagi seorang ibu hamil biasanya adalah suami. Semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi suaminya selama hamil
akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik. Selama masa hamil ada
dua kebutuhan utama yang ditunjukkan ibu hamil. Kebutuhan pertama ialah
menerima tanda tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua adalah merasa yakin akan penerimaan suami terhadap janin
yang dikandungnya.
Menurut
penelitian yang telah dilakukan hubungan antara wanita hamil dengan ibunya terbukti signifikan dengan krisis kehamilan.
Jika seorang ibu atau orang tua dari wanita hamil tidak bahagia dengan
kehamilannya, maka wanita tersebut akan mulai meragukan kelayakan dirinya dan
penerimaan terhadap anaknya (Bobak, 2004).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian
yang dilakukan, terbukti secara nyata bahwa ada hubungan yang signifikan
antara dukungan situasional
pada ibu hamil trimester pertama dengan krisis kehamilan. Keberadaan
sub-sub variabel dukungan situasional merupakan salah satu
faktor penentu terhadap
ada tidaknya krisis kehamilan. Berdasarkan sub variabel dukungan
situasional dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang
signifikan antara dukungan
keluarga pada ibu
hamil trimester pertama dengan krisis
kehamilan.
2. Ada hubungan yang
signifikan antara dukungan
teman pada ibu
hamil trimester pertama dengan
krisis kehamilan.
3. Ada hubungan yang
signifikan antara dukungan
perawat pada ibu hamil
trimester pertama dengan krisis
kehamilan.
4. Dukungan keluarga pada ibu hamil trimester pertama merupakan
sub variabel yang paling berhubungan
dengan krisis kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2002. Riset
keperawatan dan teknik
penulisan ilmiah, Jakarta, Medika Salemba.
Arikunto, S. 2000. Manajemen
penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
Arikunto, S 2000. Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktek, Edisi Revisi V.
Jakarta, Rineka Cipta.
Bobak, IM.Etc. 2004. Alih bahasa: Asih, Y. Buku ajar keperawatan maternitas, Edisi IV.
Jakarta, EGC.
Cunningham 1995. Obstetri
Williams, third edition. St. Louis, Mosby Year Book Inc
Chandra, B. 1995. Pengantar
statistik kesehatan, Jakarta, EGC.
Dempsey, PA. 2002. Alih bahasa: Widiastuti, P. Riset keperawatan buku ajar dan latihan, Jakart, EGC.
Doenges and Moorhouse. 2001. Alih
bahasa : Ester, M.
Rencana perawatan maternal dan bayi, Jakarta,
EGC.
Depkes RI. 1994. Upaya
Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta, Direktorat Jenderal
Pelayanan Medi
Farrer, H. 1999. Perawatan
maternitas, Edisi 2. Jakarta, EGC.
Fauzi, A. Dkk. 2002. Aborsi
tak aman penyebab kematian ibu, Http:
// situs, Kesrepro, info // KIA /Arsip. Htm
Hamilton, PM. 1998. Alih bahasa: Gede,N. Dasar-dasarkeperawatan maternitas, Jakarta, EGC.
Hastono, S. P. 2001. Modul
Analisa Data. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta
Isaacs, A. 2004. Alih bahasa
: Rahayuningsih, DP. Panduan belajar keperawatandan kesehatan jiwa psikiatrik.
Edisi 3. Jakarta, EGC
.Jumiarni. 1994. Asuhan
keperawatan perinatal, Jakarta, EGC.
Niven, N. 2002. Psikologi
kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2002.
Metodologi penelitian kesehatan,
Edisi Revisi. Jakarta,
Rineka Cipta.
Nursalam & Pariani, S. 2001.
Pendekatan praktis
metodologi risetkeperawatan,
Jakarta, Sagung Seto.
Nursalam. 2003. Konsep dan
penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, Jakarta : Salemba
Medika.
Pasquali, AD. 1989. Mental health
nursing a holistic approach, Third
Edition.St.Louis, Mosby Company.
Pieter HZ. dan Lubis NL. 2011. Pengantar
psikologi untuk kebidanan, Jakarta, Prenada Media Group.
Robin, S. P. 2002. Perilaku
organisas, Edisi Kedelapan.
Jilid II. Jakarta , PT. Prehallindo
Sastroasmoro, S, Ismael, S, 2013. Dasar-dasar metodologi penelitian Klinis. Binarupa Aksara, Jakarta
Siswanto, Susila dan Suyanto. 2014. Metodologi penelitian kesehatan
dan kedokteran, Yogyakarta, Bursa Ilmu.
Stuart and Sundeen.
1998. Buku saku
keperawatan jiwa, Jakarta, EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar