Jumat, 29 Desember 2017

Wirza: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2017, hal. 87-94


PERAN IBU SEBAGAI MOTIVATOR, EDUKATOR DAN FASILISATOR TERHADAP STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT MURID TK TUNAS MUDA KECAMATANDARUL IMARAH ACEH  TAHUN 2017

Oleh:
Wirza
(Jurusan Keperawatan Gigi)

ABSTRAK
Peranan seorang ibu dalam kesehatan gigi dan mulut anak adalah sebagai motivator, edukator dan fasilisator. Data awal dalam penelitian ini bahwa dari 13 murid, 2 di antaranya memiliki criteria PHP-Msangat baik, 3 orang memiliki kriteria baik dan 8 orang memiliki kriteria buruk dengan hasil wawancara kepada 6 ibu yang tidak memaksa anak untuk menyikat gigi dan 4 dari 6 ibu tersebut tidak menyediakan sikat gigi yang sesuai untuk anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peran ibu sebagai motivator, edukator dan fasilisator terhadap status kebersihan gigi dan mulut murid tk tunas muda kecamatan darul imarah aceh besar tahun 2017. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilaksanakan pada tanggal 10 sampai 15 Juli 2017 dengan melaksanakan pemeriksaan serta wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah 36 ibu dan 36 murid tk tunas muda. Sampel yang diambil menggunakan tehnik sampel jenuh yaitu 36 ibu dan 36 murid tk tunas muda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran ibu sebagai motivator dalam kategori baik yaitu 25 orang (69%). Peran ibu sebagai edukator dalam kategori kurang baik yaitu 28 (78%). Peran ibu sebagai fasilisator dalam  kategori kurang baik yaitu 33 (92%). Dengan skor rata-rata PHP-M murid yaitu 32 dengan kategori buruk. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa peran ibu dalam kebersihan gigi dan mulut anak kurang baik. Diharapkan ibu lebih meningkatkan peran sebagai pendorong, pendidik dan penyedia fasilitas bagi kesehatan gigi dan mulut anak.

Kaywords : Peran Ibu, Motivator, Edukator dan Fasilisator

PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya dan peran aktif masyarakat sebagai pelaku pembangunan tersebut. Menurut Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,menyeluruh,dan berkesinambungan. Pendekatan promotif atau dikenal dengan promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi seperti kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di masyarakat (Heri, 2009).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Kesehatan terdiri atas empat aspek di antaranya yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial dan kesehatan ekonimi. Dalam aspek kesehatan fisik, salah satunya membahas tentang kesehatan gigi dan mulut yang mana merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. (Notoatmodjo, 2010)
Kesehatan gigi dan mulut seringkali diabaikan oleh sebagian orang, padahal gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Terutama kesehatan gigi dan mulut pada anak.
Kesehatan gigi anak khususnya kebersihan gigi dan mulut pada anak haruslah diperhatikan oleh ibu. Peran serta ibu sangat penting dalam  kesehatan gigi anak, mengingat pada anak-anak berada dalam masa dimana setiap apa yang dilihat akan ditiru, oleh karena itu anak-anak membutuhkan bimbingan dan arahan dari ibunya. Ibu adalah orang pertama yang dijumpai seorang anak dalam kehidupan (Hasibuan, 2010). Sikap dan perilaku ibu dalam memelihara gigi memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap kesehatan gigi dan  mulut pada anak. Hal ini sebabkan karena ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak. Oleh karena itu ibu mempunyai tanggung jawab besar terhadap kesehatan gigi anak (Cristian, 2011). Ibu diperlukan dalam membimbing memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak-anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. (Machfoedz, 2008).
Peranan seorang ibu dalam kesehatan gigi anak adalah  sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Motivator adalah orang yang memberikan motivasi atau  mendorong seseorang untuk bertindak.secara klinis motivasi diperlukan untuk mendapatkan  kekuatan pada pasien yang mendapat perawatan. Sebagai edukator, seorang ibu wajib memberikan  pendidikan kesehatan kepada keluarganya, tentunya kepada anak dalam  menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai fasilitator, seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi sehari-hari (Hasibuan, 2008).
Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) Depkes RI 2013 menyebutkan, prevalensi Nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9%, sebanyak 14 Provinsi mempunyai prevalensi kesehatan gigi dan mulut di atas angka Nasional dan untuk perilaku benar dalam menyikat gigi berkaitan dengan factor gender, ekonomi dan daerah tempat tinggal, ditemukan sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore 76,6% menyikat gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3%. Dan mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut di Aceh sebanyak 30,5% (Riskesdas, 2013)
Pemeriksaan data awal dilakukan pada Murid TK Tunas Muda yang berjumlah 13 murid,yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut dengan kriteria sangat baik yaitu sebanyak 2 orang (15,3%),yang memiliki kriteria baik yaitu sebanyak 3 orang (23%) dan yang memiliki kriteria buruk yaitu sebanyak 8 orang (61,5%). Hasil wawancara dengan 13 murid beranggapan bahwa menyikat gigi itu hanya saat mandi saja. Kemudian peneliti melakukan wawancara kembali kepada ibu-ibu yang hadir pada saat pengambilan data awal yang hanya berjumlah 6 orang. Dari keenam ibu tersebut rata-rata tidak memaksa anak untuk menyikat gigi dan 4 dari 6 ibu tidak menyediakan sikat gigi sesuai dengan kriteria sikat gigi anak yang baik. Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di TK Tunas Muda tersebut.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana Peran Ibu Sebagai Motivator,Edukator dan Fasilisator terhadap Status Kebersihan Gigi dan Mulut Murid TK Tunas Muda Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2017”

C.       Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Peran Ibu terhadap Status Kebersihan Gigi dan Mulut Murid TK Tunas Muda Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2017.
Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui gambaran peran Ibu sebagai motivator terhadap status kebersihan gigi dan mulut murid TK Tunas Muda Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar.
b.      Untuk mengetahui gambaran peran Ibu sebagai edukator terhadap status kebersihan gigi dan mulut murid TK Tunas Muda Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar.
c.       Untuk mengetahui gambaran peran Ibu sebagai fasilisator terhadap status kebersihan gigi dan mulut murid TK Tunas Muda Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
d.      Untuk mengetahui gambaran status kebersihan gigi dan mulut murid TK Tunas Muda Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar

D.       Manfaat Penelitian
a.       Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan,wawasan dan pengalaman dalam bidang kesehatan gigi dan mulut khususnya gambaran pengetahuan Ibu ditinjau dari motivator,edukator dan fasilisator terhadap status kebersihan gigi dan mulut.
b.      Tempat Penelitian
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan Ibu tentang pentingnya peranan Ibu dalam perawatan gigi.

E.       Kerangka Kerja
 






F.        METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu gambaran peran ibu sebagai motivator,edukator dan fasilisator terhadap status  kebersihan gigi dan mulut murid TK Tunas Muda Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2017
1.    Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini seluruh murid TK Tunas Muda yang berjumlah 36 orang beserta ibu yang berjumlah 36 orang dengan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik sampel jenuh yaitu seluruh murid TK Tunas Muda yang berjumlah 36 orang dan ibu yang berjumlah 36 orang.
G.    Cara Pengumpulan Data
Data yang diperoleh langsung oleh peneliti dengan cara melakukan pemeriksaan status kebersihan gigi dan mulut pada murid serta wawancara terhadap ibu dari masing-masing murid TK Tunas Muda
H.    Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan,langkah selanjutnya yang akan peneliti lakukan adalah pengolahan data dengan langkah melalui Editingyaitu memeriksa kuisioner dan Kartu Status Pasien yang telah dilakukan pemeriksaan apakah kuisioner dan Kartu Status Pasien semua sudah diisi dengan benar atau apakah ada ketidak serasian dan kesalahan-kesalahan lain; Codingyaitu data terkumpul di ubah bentuknya ke bentuk yang lebih ringkas dengan kode-kode sehingga lebih mudah dan sederhana; Tabulatigyaitu pemindahaan data dari kartu kode  ke dalam tabel.

I.       Analisis Data
Kumpulan data yang telah diolah dan disajikan kemudian dianalisis untuk memperoleh informasi yang dapat menggambarkan suatu situasi yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan konsep penelitian dalam bentuk persentase.
J.      Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 10 sampai dengan 15 Juli tahun 2017 di TK Tunas Muda Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar, dimana sampel dalam penelitian ini adalah ibu dan murid dengan hasil pengumpulan data diperoleh dari kuisioner dan pemeriksaan langsung. Berdasarkan hasil pengolahan data di lapangan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Peran Ibu Sebagai Motivator TerhadapStatus Kebersihan Gigi dan Mulut Murid TK Tunas MudaKecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2017

No
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1
Baik
25
69
2
Kurang Baik
11
31
Jumlah
36
100
Berdasarkan tabel 2.1 terlihat bahwa dari 36 responden, peran ibu sebagai motivator dengan kategori baik sebanyak 25 (69%) dan dengan kategori kurang baik sebanyak 11 (31%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Peran Ibu Sebagai Edukator TerhadapStatus Kebersihan Gigi dan Mulut Murid TK Tunas MudaKecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2017
No
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1
Baik
8
22
2
Kurang Baik
28
78
Jumlah
36
100
Berdasarkan tabel 2.2 terlihat bahwa dari 36 responden, peran ibu sebagai edukator dengan kategori baik sebanyak 8 (22%) dan dengan kategori kurang baik sebanyak 28 (78%).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Peran Ibu Sebagai Fasilisator TerhadapStatus Kebersihan Gigi dan Mulut Murid TK Tunas MudaKecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2017
No
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1
Baik
3
8
2
Kurang Baik
33
92
Jumlah
36
100

Berdasarkan tabel 2.3 terlihat bahwa dari 36 responden, peran ibu sebagai fasilisator dengan kategori baik sebanyak 3 (8%) dan dengan kategori kurang baik 33 (92%).

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kriteria PenilaianStatus Kebersihan Gigi dan Mulut Murid TK Tunas MudaKecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2017
No
Status Kebersihan Gigi Dan Mulut
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Baik ( 0-15 )
2
6
2
Baik ( 16-30 )
13
36
3
Buruk ( 31-45 )
21
58
4
Sangat Buruk ( 46-60 )
0
0
Jumlah
36
100

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa 2 (6%) responden dengan kategori sangat baik, 13 (36%) responden dengan kategori baik, 21 (58%) responden dengan kategori buruk dan 0 (0%) responden dengan kategori sangat buruk.

K.    Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 Peran ibu sebagai motivator terhadap status kebersihan gigi dan mulut murid sudah dalam kategori baik yaitu 25 orang (69%), namun ada 11 orang (31%) ibu dengan skor masih rendah. Penulis berasumsi ibu tidak memaksa anak untuk menyikat gigi karena tidak ingin anak merasa dipaksa dan tertekan. Hal ini sependapat dengan Mulyati (2013) yang menyatakan bahwa keharusan orang tua khususnya ibu mengajarkan kebiasaan menyikat gigi dengan cara yang benar melalui pemberian contoh secara langsung dan jangan memaksa anak untuk menyikat gigi karena akan membuatnya trauma. Disamping itu, ibu ingin anak-anaknya menjadi mandiri sehingga tidak ikut mendampingi anak pada saat menyikat gigi. Hal ini berbanding terbalik dengan dinyatakan oleh Saraswati (2012) bahwa penting sekali bagi para orang tua khususnya ibu untuk mengajarkan anak cara menyikat gigi secara teratur. Oleh kerena itu, penulis menyarankan kepada ibu untuk senantiasa mendampingi anak pada saat menyikat gigi karena dengan membantu anak memegang sikat gigi dan mengarahkan untuk menyikat gigi akan membeir pemahaman kepada anak untuk mengingat setiap langkah menyikat gigi dan anak akan merasa lebih diperhatikan sehingga mendorongnya untuk selalu menyikat gigi tepat waktu.
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa peran ibu sebagai edukator terhadap status kebersihan gigi dan mulut murid dalam kategori kurang baik yaitu 28 orang (78%). Penulis berasumsi bahwa ibu yang mayoritas sebagai ibu rumah tangga tidak pernah memperoleh pendidikan kesehatan gigi secara formal sehingga sulit memilih bagaimana cara menjaga kebersihan gigi dan mulut yang baik dan benar. Sesuai dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan bahwa ketika seseorang berada pada tingkat pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi maka perhatian akan kesehatan gigi akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang kurang maka perhatian akan perawatan gigi juga rendah. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas ibu mengatakan belum pernah ada penyuluhan kesehatan gigi yang di adakan di sekolah atau di posyandu. Hal ini yang menjadi penghambat ibu untuk memperoleh pendidikan yang lebih dalam tentang kesehatan gigi khususnya kebersihan gigi dan mulut anak. Padahal peran tenaga kesehatan gigi dan mulut sebagai penyuluh atau pendidik yang memiliki pengetahuan seharusnya mampu mengubah perilaku ibu yang tidak memiliki pengetahuan akan kesehatan gigi dan mulut serta mampu mengubah kesadaran ibu yang selama ini kurang menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tenaga kesehatan gigi dan mulut sebagai penyuluh dapat memberikan edukasi tentang kebersihan gigi dan mulut kepada ibu untuk mecegah penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan kesadaran. Namun peran tenaga kesehatan gigi dan mulut sebagai penyuluh tidak terfokuskan dalam memberikan penyuluhan gigi dan mulut. Banyak tenaga kesehatan gigi dan mulut di puskesmas hanya terfokus pada pelayanannya. Bahkan peran tenaga kesehatan lebih difokuskan dalam memberi penyuluhan terhadap kesehatan umum untuk ibu hamil dan anak di posyandu, sementara untuk kesehatan gigi dan mulut kurang diperhatikan (Depkes RI,2005).
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa peran ibu sebagai fasilisator terhadap status kebersihan gigi dan mulut murid dalam kategori kurang baik yaitu 33 orang (92%). Penulis berasumsi bahwa ibu tidak membawa anak ke poli gigi 2 kali dalam setahun dengan alasan anak tidak sakit gigi dan apabila anak sakit gigi, ibu dapat membeli obat di warung tanpa harus antri berobat ke puskesmas atau poli gigi. Hal ini sependapat dengan Suryawati,dkk (2009) yang menyatakan bahwa ibu tidak pernah memeriksa gigi anak ke dokter karena ibu beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti dengan gigi permanen sehingga ibu mengangggap kerusakan pada gigi susu bukan merupakan suatu masalah. Sedangkan Rumah Sakit MH Thamrin Purwakarta (2016) mengatakan bahwa salah satu cara menjaga kebersihan gigi dan mulut anak yaitu mengunjungi poli gigi minimal 6 bulan sekali untuk memastikan gigi anak tetap sehat dan kuat. Hal ini sangat penting untuk tetap memastikan kesehatan gigi dan mulut anak bila terdapat masalah kesehatan gigi dan mulut. Di samping itu, ibu hanya mengganti sikat gigi apabila kondisi sikat gigi sudah mekar atau anak tidak suka lagi, namun apabila kondisi sikat gigi masih bagus dan anak masih suka ibu tidak akan mengganti bahkan bila sampai 6 bulan pemakaian. Sedangkan menurut Ibar Maulana (2011),salah satu cara menjaga kebersihan gigi dan mulut anak yaitu mengganti sikat gigi setiap 3 bulan sekali. Pilih sikat gigi yang lembut khusus untuk anak-anak. Sebaiknya, ibu harus lebih memperhatikan fasilitas kesehatan gigi dan mulut anak khususnya sikat gigi karena sikat gigi yang tidak diganti setiap 3 bulan sekali mengndung bakteri dan bulu sikat yang sudah keras dapat menimbulkan berbagai macam penyakit dalam rongga mulut anak seperti gingivitis dan stomatitis.
Indeks kebersihan gigi dan mulut pada anak usia sekolah mayoritas pada kategori buruk yaitu 21 orang (58%). Hal ini menunjukkan bahwa perhatian ibu tentang kebersihan gigi dan mulut pada anak masih sangat rendah, hal ini yang dipengaruhi peran ibu sebagai edukator dan fasilisator masih kurang. Ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam perawatan gigi anak-anaknya misalnya member contoh perawatan gigi, memotivasi merawat gigi, mengawasi perawatan gigi, dan membawa anak ke klinik gigi jika anak sakit gigi. Perkembangan seorang anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan anggota kelutarga terutama ibu. Ibu rumah tangga merupakan tokoh kunci dalam keluarga karena berperan penting sebagai pendorong, pendidik sekaligus penyedia fasiltas kesehatan keluarga (Pintauli dan Melur, 2004).

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1.        Peran ibu sebagai motivator terhadap status kebersihan gigi dan mulut pada murid pada kategori baik sebanyak 25 orang (69%) dan pada kategori buruk sebanyak 11 orang (31%)
2.        Peran ibu sebagai edukator terhadap kebersihan gigi dan mulut pada murid pada kategori baik sebanyak 8 orang (22%) dan pada kategori kurang baik sebanyak 28 orang (78%).
3.         Peran ibu sebagai fasilisator terhadap kebersihan gigi dan mulut pada murid pada kategori baik sebanyak 3 orang (8%) dan pada kategori kurang baik sebanyak 33 orang (92%).
4.        Skor PHP-M murid pada kategori sangat baik sebanyak 2 orang (6%), kategori baik sebanyak 13 orang (13%), kategori buruk sebanyak 21 orang (58%) dan kategori sangat buruk sebanyak 0 orang (0%).

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberi saran sebagai berikut :
1.        Diharapkan kepada ibu dengan peran sebagai motivator dalam kategori kurang baik untuk lebih meningkatkan diri dalam mengajak dan mendorong anak untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
2.        Diharapkan kepada ibu untuk meningkatkan peran sebagai edukator dengan mencari informasi tentang kesehatan gigi dan mulut agar dapat disampaikan kepada anak seperti mengajarkan anak cara menyikat gigi yang baik dan benar, memberitahu anak makanan yang sehat untuk gigi serta memberitahu hal-hal yang dapat merusak kesehatan gigi dan mulut.
3.        Diharapkan kepada ibu untuk meningkatkan peran sebagai fasilisator dengan menyediakan segala kebutuhan anak dalam hal kesehatan gigi dan mulut sepertinya menyediakan sikat gigi dengan bentuk dan ukuran disesuaikan dengan umur anak, pasta gigi yang mengandung flour dan obat kumur untuk anak.
4.        Diharapkan kepada anak agar menyikat gigi minimal 2 kali sehari dan mengonsumsi makanan yang sehat untuk gigi.
5.        Diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi dan mulut untuk memberikan penyuluhan di sekolah atau di posyandu tentang cara menjaga kebersihan gigi dan mulut

DAFTAR PUSTAKA

Cristiono, Sandy, 2011, Orang Tua Berperan Menjaaga Kesehatan Gigi  Anak, Semarang, Fakultas Kedokeran GigiUNISSULA
Depkes RI, 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta
Eriska, Riyanti, 2008, Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini
Hasibuan, 2010, Hubungan Peran Orang Tua Dalam Membersihkan Rongga Mulut Dengan Pengalaman Karies Anak Umur 1-3 Tahun Di DesaPaya Geli, Tesis, Universitas Sumatra Utara, 2010, Erlangga.
Hasibuan, 2011, Hubungan Peran Ibu Dalam Membersihkan Rongga Mulut Dengan Pengalaman Karies Anak 1-3 Tahun Di Desa Paya Geli.Tesis. Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/pdf
Maulani, C., 2005, Gigi Berjejal. Artikel. http/www.google.com/Kesehatan Gigi/Gigi Berjejal/Pembagian Gigi Berjejal. Machfoed, Irham, 2008,Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak-Anak Dan IbuHamil, Yogyakarta; Fitramaya
Mulyati, Sri, Praktek Merawat Gigi Pada Anak, 2013
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. 2012, hal 55.
Riskesdas Nasional . 2013 Departemen kesehatan R. I. Jakarta
RS. Thamrin Purwakarta. Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak , http://thamrinhospitalpurwakarta.com/index.php/new/346-kesehatan-gigi-anak
Suryawati, S, dkk (2009) Prevalensi Nursing Mouth Caries Pada Anak Usia 15-60 Bulan Berdasarkan Frekuensi Penyikatan Gigi, http//resource.unpad.ac.id
Saraswati, W. 2012. Tips Mengajari Gosok Gigi Ke Anak. http//informasitips.com/tips-mengajari-gosok-gigi-ke-anak.