Jumat, 29 Desember 2017

Noviyanti, Anita dan Intan Nazila: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2017, hal. 63-70


PENGARUH SUMBER INFORMASI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI 1 BANDA ACEH

Oleh:
Noviyanti, Anita dan Intan Nazila

ABSTRAK
Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki salah satu tujuan yaitu pastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua di segala usia. Kesehatan reproduksi khususnya bagi remaja dan generasi muda akan  meningkatkan indeks sumber daya manusia di masa yang akan datang. Pemerintah telah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%). Besarnya penduduk remaja akan berpengaruh pada pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Untuk ACEH (2011) data yang diperoleh penduduk usia sekolah tercatat 1.088.662 atau sekitar 25% dari keseluruhan penduduk, yakni usia SD 7-12 tahun (542.588 orang), SLTP 13-15 tahun (275.294 orang) dan SLTA 16-18 tahun (270.780 orang).Untuk mengetahui Pengaruh Sumber Informasi terhadap Pengetehuan Kesehatan Reproduksi remaja. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional). Dilakukan tambahan wawancara mendalam kepada beberapa remaja sebagai pelengkap data kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SMPN 1 Banda Aceh pada bulan september 2017, dengan sampel penelitian menggunakan proportional random sampling yaitu 60 orang. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 13-14 september 2017. Dilakukan uji chi-square dengan p value < 0,05.Secara statistik menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan dengan Sumber Informasi Media dengan nilai p value = 0,000 (p < 0,05). Terdapat hubungan pengetahuan dengan sumber informasi Teman Sebaya dengan nilai p value = 0,007 (p < 0,05), dan tidak ada hubungan pengetahuan dengan sumber informasi Orang tua dengan nilai p value = 0,467 (p >0,05). Terdapat hubungan pengetahuan dengan Sumber Informasi Media, terdapat hubungan pengetahuan dengan sumber informasi Teman Sebaya, dan tidak ada hubungan pengetahuan dengan sumber informasi Orang tua. Maka disarankan agar dapat memberikan penyuluhan maupun pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan agar dapat menambah informasi tentang kesehatan reproduksi mengenai HIV./AIDS.

Kata Kunci: sumber informasi, pengetahuan, kesehatan reproduksi, remaja.

LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkat isu tersebut pada konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan atau International Conference On Population an Development (ICPD) yang dilaksanakan di Kairo tahun 1994. Pentingnya dilaksanakan konferensi tersebut adalah untuk membahas tentang kesehatan reproduksi remaja, karena pada masa remaja muncul berbagai masalah reproduksi yang berkaitan dengan proses tumbuh kembang remaja.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok usia remaja (10-19 tahun) pada tahun 2010 menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan 83% di antaranya hidup di negara-negara berkembang. Usia remaja merupakan usia yang paling rawan mengalami masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan dan melahirkan usia dini, aborsi yang tidak aman, infeksi menular seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan seksual dan perkosaan. Selain itu usia remaja merupakan usia peralihan dari anak menuju dewasa, sehingga perlu bimbingan agar mudah dalam menjalani perubahan.
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%). Besarnya penduduk remaja akan berpengaruh pada pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia remaja (SDKI-R) tahun 2007, penduduk usia remaja perlu mendapat perhatian serius karena remaja termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, mereka sangat berisiko terhadap masalah-masalah   kesehatan   reproduksi   yaitu   perilaku   seksual   pranikah, Napzah dan HIV/AIDS.
Remaja sangat mudah terpengaruh informasi global melalui media audio-visual yang semakin mudah diakses, Namun karena minim informasi kesehatan reproduksi membuat mereka dihadapkan pada kebiasaan yang tidak sehat seperti seks bebas, merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang. Salah satu  upaya  peningkatan  kualitas  hidup  manusia dapat  dilakukan  melalui upaya peningkatan kesehatan diantaranya kesehatan reproduksi. Pada tujuan ketiga Indikator Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki salah satu tujuan yaitu pastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua di segala usia. Kesehatan reproduksi khususnya bagi  remaja dan  generasi  muda akan  meningkatkan indeks sumber daya manusia di masa yang akan datang. Pemerintah telah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja.
Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah, pada tahun 2009 kasus remaja yang melakukan seks pranikah 765 orang, hamil sebelum menikah 367 orang, infeksi menular seksual 275 orang, aborsi 166 orang. Kasus tersebut meningkat pada tahun 2010, remaja yang melakukan hubungan seks pranikah sebanyak 863 orang, hamil sebelum menikah 452 orang, infeksi menular seksual 283 orang, aborsi 244 orang. Sedangkan survei yang dilakukan oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah tahun 2010 dengan 99 responden siswa SMA di Jawa Tengah. Didapatkan data remaja yang berpegangan tangan 82,8%, berpelukan 68,7%, mencium pipi 64,6%, berciuman bibir 62,6%, saling meraba badan dan kelamin 32,3%, melakukan petting 20,2%, melakukan oral seks 8,1%, melakukan hubungan seks vagina 14,1%.
Besarnya rasa keingintahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi mendorong remaja untuk mencari informasi dari berbagai sumber. Media memegang peran penting dalam menyebarluaskan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Informasi tersebut dapat berasal dari berbagai sumber misalnya dari teman, melihat dari film atau video porno, tayangan televisi, membaca buku, majalah dan surat kabar. Media informasi tersebut tidak menjamin pendidikan seksual yang benar serta sesuai dengan kebutuhan remaja.
Dari segi akses dan intensitas kontak remaja dengan media massa sudah cukup tinggi. Tetapi pesan dan informasi tentang Kesehatan Reproduksi tidak semua diterima oleh remaja. Remaja yang menerima informasi tentang HIV/AIDS terbanyak dari televisi sebanyak 83% pada laki-laki dan 84% pada perempuan, sedangkan dari radio 42% laki-laki dan 41% perempuan. Berbeda dengan HIV/AIDS, sangat sedikit remaja yang merasa pernah menerima informasi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS), Remaja perempuan yang menerima informasi tentang PMS terbanyak menyatakan dari guru (61%), televisi (44%), majalah (33%), radio (26%), dan dari orang tua (25%). Dan remaja laki-laki menyatakan sumber informasi utama tentang PMS adalah dari teman (53%), guru (47%), televisi (41%), majalah (30%), dan radio (27%).
Banyak orang dewasa takut bahwa dengan menginformasikan kepada remaja yang masih muda mengenai seks dan mengajari mereka bangaimana melindungi diri mereka akan membuat para remaja ini menjadi aktif secara seksual. Namun sebuah tinjauan lebih dari 50 program pendidikan seks diseluruh dunia menemukan bahwa anak muda cenderung menunda aktifitas seksual mereka ketika diberikan informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi. Untuk Aceh (2011) data yang diperoleh penduduk usia sekolah tercatat 1.088.662 atau sekitar 25% dari keseluruhan penduduk, yakni usia SD 7-12 tahun (542.588 orang), SLTP 13-15 tahun (275.294 orang) dan SLTA 16-18 tahun (270.780 orang). Secara umum, semua kelompok umur rawan dalam perjalanan menuju dewasa serta berpotensi merusak masa depan akibat pengaruh teknologi informasi yang menyebabkan orang tua dan guru kewalahan mengatasi pertumbuhan masa depan si anak.
Berdasarkan uraian yang ada, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada Pengaruh Sumber Informasi terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMPN 1 Banda Aceh pada Tahun 2017?

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional). Dilakukan tambahan wawancara mendalam kepada beberapa remaja sebagai pelengkap data kuantitatif. Rancangan cross-sectional digunakan karena pengukuran variabel terikat dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian dimulai dengan laporan remaja tentang pengaruh sumber informasi terhadap kesehatan reproduksi (faktor risiko/variabel bebas).
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SMPN 1 Banda Aceh, 150 orang. Jumlah sampel 60 orang berdasarkan rumus Slovin dalam Notoatmodjo (2002), dimana untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dengan rumus sebagai berikut :
HASIL PENELITIAN
Hasil untuk pengolahan data pengetahuan Responden tentang pengaruh sumber informasi terhadap kesehatan reproduksi remaja  mengenai HIV/AIDS di SMPN 1 Banda Aceh diperoleh hasil sebagai berikut : Baik apabila >75%, cukup apabila 60-75% dan kurang <60 o:p="">
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan di SMPN 1 Banda Aceh (n= 60)

No.
Pengetahuan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
27
16
17
45,0
26,7
28,3
Jumlah
37
100
Sumber : Data Primer (diolah September 2017)

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil bahwa pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja mengenai HIV/AIDS di SMPN 1 Banda Aceh berada pada kategori Baik sebanyak 27 responden (45%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Media di SMPN 1 Banda Aceh (n=60)
No.
Sumber Informasi Media
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1
2
Ada
Tidak ada
42
18
70,0
30,0
Jumlah
60
100
Sumber : Data Primer (diolah September 2017)

Berdasarkan tabel 2 diperoleh variabel Sumber Informasi Media mayoritas berada pada kategori Ada yaitu sebanyak 42 responden (70,0%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi teman di SMPN 1 Banda Aceh (n= 60)
No.
Sumber Informasi teman
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1
2
Ada
Tidak ada
45
15
75,0
25,0
Jumlah
60
100
Sumber : Data Primer (diolah September 2017)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sumber informasi teman  mayoritas berada pada kategori Ada yaitu sebanyak 45 responden (75,0%).

Tabel 4. Distribusi frekuensi Sumber Informasi Orang Tua di SMPN 1 Banda Aceh (n= 60)
No.
Sumber Informasi Orang
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1
2
Ada
Tidak ada
27
33
45,0
55,0
Jumlah
60
100
Sumber : Data Primer (diolah September 2017)

Berdasarkan tabel 4 diperoleh sumber informasi orang tua berada pada kategori Tidak Ada sebanyak 33 responden (56,7%).

Tabel 5. Hubungan Sumber Informasi Media dengan pengetahuan di SMPN 1 Banda Aceh n= 60
Sumber Informasi Media
Pengetahuan
Total
P- value
OR
Baik
Kurang

f
%
f
%
F
%
Ada
36
85,7
6
14,3
42
100
0,000
2,571
Tidak ada
6
33,3
12
66,7
18
100
Sumber : Data Primer (Diolah,September  2017)

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang mendapatkan Sumber Informasi media sebanyak 36 responden (85,7%) memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan dari 18 orang responden yang menyatakan tidak mendapakatkan inforrmasi media sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 12 responden (66,7%).
Hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan p value 0,000 maka ada hubungan antara sumber informasi media dengan pengetahuan.

Tabel 6. Hubungan Sumber Informasi Teman dengan pengetahuan di SMPN 1 Banda Aceh n= 60
Sumber Informasi Teman
Pengetahuan
Total
P- value
OR
Baik
Kurang

f
%
F
%
F
%
Ada
36
80,0
9
20
45
100
0,007
2,000
Tidak Ada
6
40,0
9
60
15
100
Sumber : Data Primer (Diolah, september 2017)

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 45 responden yang Ada mendapatkan Informasi dari teman sebanyak 36 responden (80,0%) memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan dari 15 orang responden yang menyatakan tidak mendapakatkan inforrmasi dari teman sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 9 responden (60%).
Hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan p value 0,007 maka ada hubungan antara sumber informasi teman dengan pengetahuan.

Tabel 7. Hubungan Sumber Informasi Orang Tua dengan pengetahuan di SMPN 1 Banda Aceh n= 60
Sumber Informasi Orang tua
Pengetahuan
Total
P- value
OR
Baik
Kurang

f
%
F
%
F
%
Ada
15
78,9
4
21,1
19
100
0,467
1,199
Tidak ada
27
65,9
14
34,1
41
100
Sumber : Data Primer (Diolah,september 2017)

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 19 responden yang mendapatkan Sumber Informasi orang tua sebanyak 15 responden (78,9%) memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan dari 41 orang responden yang menyatakan tidak mendapakatkan inforrmasi dari orang tua sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 27 responden (65,9%).
Hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan p value 0,467 maka tidak ada hubungan antara sumber informasi orang tua dengan pengetahuan.
DISKUSI
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan p value 0,000 artinya hipotesa Alternatif diterima yaitu ada hubungan antara sumber informasi media dengan pengetahuan, dan diperoleh nilai OR = 2,571, artinya responden yang mendapatkan informasi dari media memiliki peluang 2,571  kali untuk pengetahuan yang baik dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan informasi media. Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh Wahyu Indratmoko Informasi bisa menjadi fungsi penting  dalam membantu mengurangi rasa cemas pada seseorang. Semakin banyak memiliki informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Derasnya informasi yang diterima remaja dari berbagai media massa, memperbesar kemungkinan remaja melakukan praktek seksual tidak sehat dan penyimpangan seksual, ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan reproduksi remaja. Menurut asumsi peneliti sumber informasi yang didapat dari media massa sangat mempengaruhi pengetahuan remaja sehingga perkembangan media massa yang semakin pesat dapat juga meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi karena remaja lebih mudah mendapatkan sumber informasi dari media seperti melalui internet atau buku-buku.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan p value 0,007. Artinya hipotesa alternatif diterima yaitu ada hubungan antara sumber informasi teman dengan pengetahuan, dan diperoleh nilai OR = 2.000, artinya responden yang mendapatkan informasi dari teman 2 kali lebih berpeluang untuk mendapatkan pengetahuan yang baik dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan informasi teman.
Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh siti wahyuni yang mengatakan ada hubungan peran teman dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (p < 0,05). Saat memasuki masa remaja, keterlibatan degan kelompok temana sebaya dan ketertarikan terhadap identifikasi kelompok teman sebaya meningkat, remaja menemukan teman sebagai penasehat terhadap segala sesuatu yang mengerti dn bersimpati oleh karena teman sebaya menglami peruban yang sama. Remaja mengalami tuntutan untuk membentuk hubungan baru dan lebih matang dengan lawan jenisnya. Perkembangan seks remaja mendorong remaja untuk lebih mempelajari perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis kelaminnya. Pencairan identitas menyebabkan remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Menurut asumsi peneliti teman sebaya sangat menentukan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, Pergaulan  teman sebaya  dapat  mempengaruhi perilaku baik  positif maupun  negatif.  Pengaruh  positif  yang dimaksud adalah ketika individu bersama teman-teman sebayanya melakukan aktifitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif dapat berupa pelanggaran  terhadap norma-norma social termasuk perilaku seksual pranikah.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan p value 0,467 maka tidak ada hubungan antara sumber informasi orang tua dengan pengetahuan. dan diperoleh nilai OR = 1,344, artinya responden yang mendapatkan informasi dari orang tua memiliki peluang 1,344 kali untuk mendapatkan pengetahuan yang baik dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan informasi orang tua. Kesehatan reproduksi remaja diartikan sebagai suatu kondisi sehat yang tidak hanya berarti bebas dari penyakit dan kecacatan akan tetapi lebih dari itu, temasuk sehat secara mental dan sosial berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja. Jika orang tua tidak menjadi sumber informasi yang bersahabat bagi remaja, maka remaja akan mencari tahu lewat sumber-sumber informasi seksual yang menyesatkan, seperti film-film porno, majalah, komik, atau ke teman-temannya. Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh herry ernawaty yang mengatakan tidak ada hubungan sumber informasi orang tua  dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (p = 0,092). Menurut asumsi peneliti rendahnya partisipasi orang tua dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi pada remaja dikarenakan banyak orang tua yang menganggap membicarakan masalah seks pada anak masih dianggap sesuatu yang tabu, faktor lingkungan sosial di tempat tinggal sangat mempengaruhi pola pikir orang tua. Anak merasa tidak nyaman dan tidak puas saat membicarakan kesesehatan reproduksi dengan orang tua. Orang tua menjelaskan kesehatan reproduksi saat anak bertanya saja, sehingga komunikasi orang tua- remaja berjalan kurang efektif. 

KESIMPULAN
1.    Terdapat hubungan Pengetahuan dengan Sumber Informasi media berdasarkan hasil uji chi-square dengan nilai P = 0,000      ( P =< 0,05).
2.    Terdapat hubungan Pengetahuan dengan Sumber Informasi Teman berdasarka hasil uji chi-square dengan nilai P = 0,007 (P= < 0,05).
3.    Tidak ada hubungan Pengetahuan dengan Sumber Informasi Orang tua berdasarkan hasil uji chi-square dengan nilai P = 0,467 P >0,05).


SARAN
1.    Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan informasi tentang Pengaruh Sumber Informasi terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja  dengan cara memberikan penyuluhan maupun pendidikan kesehatan.
2.    Bagi Institusi
Diharapkan bisa dijadikan sebagai salah satu karya tulis ilmiah yang dapat menambah pembendaharaan kepustakaan dan referensi bagi mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh. Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.
3.    Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini secara lebih mendalam dengan menggunakan variabel yang berbeda dan lebih komplek, seperti tingkat pendidikan, dukungan keluarga maupun variabel lainnya.














DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Agus. 2013. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: Rajawali Pers.
BKKBN. 2008. Multimedia Materi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta.
_______. 2012. Remaja Mengenali Dirinya. Jakarta
_______. 2011. Data Remaja Seluruh Aceh Mengenai Reproduksi Aceh. 
Bruns, A. 2003.  Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan.  Yogyakarta : Yayasan Essentis Medica.
Budiman,  dan  Riyanto  Agus.  2013.  Pengetahuan  dan  Sikap  Dalam  Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Depkes RI. 2010. Konsep Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dewi, R. 2010. Hubungan penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMAN 8 Surakarta.
Jakfar, N. 2011. Data Remaja NAD
Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Kustanti. E,R. (2013). Intensi melakukan seks pranikah pada mahasiswa ditinjau dari efektivitas komunikasi interpersonal orang tua-anak publikasi ilmiah (online). Semarang : Psikologi Universitas Diponegoro.
Gordis, L. 2004. Epidemiology (third edition). In. Pennsylvania: W.B Saunders Company.
Maryatun, 2013. Peran Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja di SMA Muhammadiyah 3. Surakarta: GASTER
Moeliono, L. 2006. Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja. BKKBN.
Nasria, P. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Airlangga.
Notoatmodjo, S. 2008. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.
_____________. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
_____________. 2011. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Cetakan I. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media Respati, Winanti Siwi. 2012.  Problematika Remaja Akibat Kurangnya    Informasi Kesehatan Reproduksi: Jakarta: Salemba Medika.
Qomariah, S. 2011. Seks dan Kesehatan Remaja di SMU 2 Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar