PENGARUH
SUMBER INFORMASI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA
NEGERI 1 BANDA ACEH
Oleh:
Noviyanti, Anita dan Intan Nazila
ABSTRAK
Sustainable
Development Goals (SDGs) memiliki salah satu tujuan yaitu pastikan hidup sehat
dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua di segala usia. Kesehatan reproduksi
khususnya bagi remaja
dan generasi muda akan meningkatkan indeks sumber daya manusia di
masa yang akan datang. Pemerintah
telah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah kesehatan reproduksi
remaja. Berdasarkan sensus penduduk
yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak
237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012
jiwa (49,30%). Besarnya penduduk remaja akan berpengaruh pada pembangunan dari
aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di masa yang akan
datang. Untuk ACEH (2011) data yang diperoleh penduduk usia sekolah tercatat
1.088.662 atau sekitar 25% dari keseluruhan penduduk, yakni usia SD 7-12 tahun
(542.588 orang), SLTP 13-15 tahun (275.294 orang) dan SLTA 16-18 tahun (270.780
orang).Untuk mengetahui Pengaruh Sumber
Informasi terhadap Pengetehuan Kesehatan Reproduksi remaja. Dalam
penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan
menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional). Dilakukan tambahan
wawancara mendalam kepada beberapa remaja sebagai pelengkap data kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SMPN 1 Banda Aceh
pada bulan september 2017, dengan sampel penelitian menggunakan proportional random sampling yaitu 60
orang. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 13-14 september 2017. Dilakukan uji chi-square dengan p value < 0,05.Secara
statistik menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan dengan Sumber Informasi
Media dengan nilai p value = 0,000 (p < 0,05).
Terdapat hubungan pengetahuan dengan sumber informasi Teman Sebaya dengan nilai
p value = 0,007 (p < 0,05), dan
tidak ada hubungan pengetahuan dengan sumber informasi Orang tua dengan nilai p
value = 0,467 (p >0,05). Terdapat
hubungan pengetahuan dengan Sumber Informasi Media, terdapat hubungan
pengetahuan dengan sumber informasi Teman Sebaya, dan tidak ada hubungan
pengetahuan dengan sumber informasi Orang tua. Maka disarankan agar dapat
memberikan penyuluhan maupun pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan agar
dapat menambah informasi tentang kesehatan reproduksi mengenai HIV./AIDS.
Kata
Kunci:
sumber informasi, pengetahuan, kesehatan reproduksi, remaja.
LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkat
isu tersebut pada konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan
atau International Conference On
Population an Development (ICPD) yang dilaksanakan di Kairo tahun 1994.
Pentingnya dilaksanakan konferensi tersebut adalah untuk membahas tentang
kesehatan reproduksi remaja, karena pada masa remaja muncul berbagai masalah
reproduksi yang berkaitan dengan proses tumbuh kembang remaja.
Pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya
remaja. Berdasarkan laporan dari World
Health Organization (WHO) 2012, kelompok usia remaja (10-19 tahun) pada
tahun 2010 menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan 83% di antaranya
hidup di negara-negara berkembang. Usia remaja merupakan usia yang paling rawan
mengalami masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan dan melahirkan usia
dini, aborsi yang tidak aman, infeksi menular seksual (IMS) termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan seksual dan perkosaan. Selain itu usia
remaja merupakan usia peralihan dari anak menuju dewasa, sehingga perlu
bimbingan agar mudah dalam menjalani perubahan.
Berdasarkan
sensus penduduk yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2010, jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak
31.279.012 jiwa (49,30%). Besarnya penduduk remaja akan berpengaruh pada
pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di
masa yang akan datang. Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia remaja
(SDKI-R) tahun 2007, penduduk usia remaja perlu mendapat perhatian serius
karena remaja termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, mereka sangat
berisiko terhadap masalah-masalah
kesehatan reproduksi yaitu
perilaku seksual pranikah, Napzah dan HIV/AIDS.
Remaja
sangat mudah terpengaruh informasi global melalui media audio-visual yang
semakin mudah diakses, Namun karena minim informasi kesehatan reproduksi
membuat mereka dihadapkan pada kebiasaan yang tidak sehat seperti seks bebas,
merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang. Salah satu upaya
peningkatan kualitas hidup
manusia dapat dilakukan melalui upaya peningkatan kesehatan
diantaranya kesehatan reproduksi. Pada tujuan ketiga Indikator Sustainable Development Goals (SDGs)
memiliki salah satu tujuan yaitu pastikan hidup sehat dan mempromosikan
kesejahteraan untuk semua di segala usia. Kesehatan reproduksi khususnya
bagi remaja dan generasi
muda akan meningkatkan indeks
sumber daya manusia di masa yang akan datang. Pemerintah telah memberikan
perhatian yang serius terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja.
Berdasarkan
data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah, pada tahun
2009 kasus remaja yang melakukan seks pranikah 765 orang, hamil sebelum menikah
367 orang, infeksi menular seksual 275 orang, aborsi 166 orang. Kasus tersebut
meningkat pada tahun 2010, remaja yang melakukan hubungan seks pranikah
sebanyak 863 orang, hamil sebelum menikah 452 orang, infeksi menular seksual
283 orang, aborsi 244 orang. Sedangkan survei yang dilakukan oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah
tahun 2010 dengan 99 responden siswa SMA di Jawa Tengah. Didapatkan data remaja
yang berpegangan tangan 82,8%, berpelukan 68,7%, mencium pipi 64,6%, berciuman
bibir 62,6%, saling meraba badan dan kelamin 32,3%, melakukan petting 20,2%,
melakukan oral seks 8,1%, melakukan hubungan seks vagina 14,1%.
Besarnya
rasa keingintahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi mendorong remaja untuk
mencari informasi dari berbagai sumber. Media memegang peran penting dalam
menyebarluaskan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Informasi
tersebut dapat berasal dari berbagai sumber misalnya dari teman, melihat dari
film atau video porno, tayangan televisi, membaca buku, majalah dan surat
kabar. Media informasi tersebut tidak menjamin pendidikan seksual yang benar
serta sesuai dengan kebutuhan remaja.
Dari segi
akses dan intensitas kontak remaja dengan media massa sudah cukup tinggi.
Tetapi pesan dan informasi tentang Kesehatan Reproduksi tidak semua diterima
oleh remaja. Remaja yang menerima informasi tentang HIV/AIDS terbanyak dari
televisi sebanyak 83% pada laki-laki dan 84% pada perempuan, sedangkan dari
radio 42% laki-laki dan 41% perempuan. Berbeda dengan HIV/AIDS, sangat sedikit
remaja yang merasa pernah menerima informasi tentang Penyakit Menular Seksual
(PMS), Remaja perempuan yang menerima informasi tentang PMS terbanyak
menyatakan dari guru (61%), televisi (44%), majalah (33%), radio (26%), dan
dari orang tua (25%). Dan remaja laki-laki menyatakan sumber informasi utama
tentang PMS adalah dari teman (53%), guru (47%), televisi (41%), majalah (30%),
dan radio (27%).
Banyak orang
dewasa takut bahwa dengan menginformasikan kepada remaja yang masih muda
mengenai seks dan mengajari mereka bangaimana melindungi diri mereka akan
membuat para remaja ini menjadi aktif secara seksual. Namun sebuah tinjauan
lebih dari 50 program pendidikan seks diseluruh dunia menemukan bahwa anak muda
cenderung menunda aktifitas seksual mereka ketika diberikan informasi yang
benar mengenai kesehatan reproduksi. Untuk Aceh (2011) data yang diperoleh
penduduk usia sekolah tercatat 1.088.662 atau sekitar 25% dari keseluruhan
penduduk, yakni usia SD 7-12 tahun (542.588 orang), SLTP 13-15 tahun (275.294
orang) dan SLTA 16-18 tahun (270.780 orang). Secara umum, semua kelompok umur
rawan dalam perjalanan menuju dewasa serta berpotensi merusak masa depan akibat
pengaruh teknologi informasi yang menyebabkan orang tua dan guru kewalahan
mengatasi pertumbuhan masa depan si anak.
Berdasarkan
uraian yang ada, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada Pengaruh Sumber
Informasi terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMPN 1 Banda Aceh
pada Tahun 2017?
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan menggunakan rancangan potong lintang
(cross-sectional). Dilakukan tambahan
wawancara mendalam kepada beberapa remaja sebagai pelengkap data kuantitatif.
Rancangan cross-sectional digunakan
karena pengukuran variabel terikat dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian dimulai dengan laporan remaja tentang pengaruh sumber informasi
terhadap kesehatan reproduksi (faktor risiko/variabel bebas).
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei di Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Banda Aceh.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SMPN 1 Banda Aceh, 150 orang. Jumlah
sampel 60 orang berdasarkan rumus
Slovin dalam Notoatmodjo (2002), dimana untuk populasi kecil atau lebih kecil
dari 10.000, dengan rumus sebagai berikut :
HASIL PENELITIAN
Hasil untuk pengolahan data pengetahuan Responden tentang pengaruh sumber informasi terhadap kesehatan
reproduksi remaja mengenai HIV/AIDS di SMPN 1 Banda Aceh diperoleh hasil
sebagai berikut : Baik apabila >75%, cukup apabila 60-75% dan kurang <60 o:p="">60>
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan di SMPN 1 Banda Aceh (n= 60)
No.
|
Pengetahuan
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
1
2
3
|
Baik
Cukup
Kurang
|
27
16
17
|
45,0
26,7
28,3
|
Jumlah
|
37
|
100
|
Sumber : Data Primer (diolah September
2017)
Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil bahwa pengetahuan responden tentang
kesehatan reproduksi remaja mengenai HIV/AIDS di SMPN 1 Banda Aceh berada pada kategori Baik sebanyak 27 responden (45%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Media di SMPN 1 Banda Aceh (n=60)
No.
|
Sumber Informasi Media
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
1
2
|
Ada
Tidak ada
|
42
18
|
70,0
30,0
|
Jumlah
|
60
|
100
|
Sumber : Data Primer (diolah
September 2017)
Berdasarkan tabel 2 diperoleh
variabel Sumber Informasi Media mayoritas berada pada kategori Ada yaitu sebanyak 42 responden (70,0%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi teman di SMPN 1 Banda Aceh (n= 60)
No.
|
Sumber Informasi teman
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
1
2
|
Ada
Tidak ada
|
45
15
|
75,0
25,0
|
Jumlah
|
60
|
100
|
Sumber : Data Primer (diolah
September 2017)
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
bahwa sumber informasi teman mayoritas berada pada kategori Ada yaitu sebanyak 45 responden
(75,0%).
Tabel 4. Distribusi frekuensi Sumber Informasi Orang Tua di SMPN 1 Banda Aceh (n= 60)
No.
|
Sumber Informasi Orang
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
1
2
|
Ada
Tidak ada
|
27
33
|
45,0
55,0
|
Jumlah
|
60
|
100
|
Sumber : Data Primer (diolah
September 2017)
Berdasarkan tabel 4 diperoleh sumber informasi orang tua berada pada kategori Tidak Ada sebanyak
33 responden (56,7%).
Tabel 5. Hubungan Sumber Informasi Media dengan pengetahuan di SMPN 1 Banda Aceh n= 60
Sumber Informasi Media
|
Pengetahuan
|
Total
|
P- value
|
OR
|
||||
Baik
|
Kurang
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
F
|
%
|
|||
Ada
|
36
|
85,7
|
6
|
14,3
|
42
|
100
|
0,000
|
2,571
|
Tidak ada
|
6
|
33,3
|
12
|
66,7
|
18
|
100
|
Sumber : Data Primer (Diolah,September 2017)
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang mendapatkan Sumber Informasi media sebanyak 36 responden (85,7%) memiliki
pengetahuan yang baik. Sedangkan dari 18 orang responden yang menyatakan tidak mendapakatkan inforrmasi media sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 12 responden (66,7%).
Hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan p value 0,000 maka ada hubungan antara sumber informasi media dengan pengetahuan.
Tabel 6. Hubungan Sumber Informasi Teman dengan pengetahuan di SMPN 1 Banda Aceh n= 60
Sumber Informasi Teman
|
Pengetahuan
|
Total
|
P- value
|
OR
|
||||
Baik
|
Kurang
|
|||||||
f
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|||
Ada
|
36
|
80,0
|
9
|
20
|
45
|
100
|
0,007
|
2,000
|
Tidak Ada
|
6
|
40,0
|
9
|
60
|
15
|
100
|
Sumber : Data Primer (Diolah, september 2017)
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 45 responden yang Ada mendapatkan Informasi dari teman sebanyak 36 responden (80,0%) memiliki
pengetahuan yang baik. Sedangkan dari 15 orang responden yang menyatakan tidak mendapakatkan inforrmasi dari teman sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 9 responden (60%).
Hasil uji statistik dengan chi-square pada α = 0,05 didapatkan p value 0,007 maka ada hubungan antara sumber informasi teman dengan pengetahuan.
Tabel 7. Hubungan Sumber Informasi Orang Tua dengan pengetahuan di SMPN 1 Banda Aceh n= 60
Sumber Informasi Orang tua
|
Pengetahuan
|
Total
|
P- value
|
OR
|
||||
Baik
|
Kurang
|
|||||||
f
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|||
Ada
|
15
|
78,9
|
4
|
21,1
|
19
|
100
|
0,467
|
1,199
|
Tidak ada
|
27
|
65,9
|
14
|
34,1
|
41
|
100
|
Sumber : Data Primer (Diolah,september 2017)
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 19 responden yang mendapatkan Sumber Informasi orang tua sebanyak
15 responden (78,9%) memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan dari 41 orang responden
yang menyatakan tidak mendapakatkan inforrmasi dari orang tua sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 27 responden (65,9%).
Hasil uji statistik dengan chi-square
pada α = 0,05 didapatkan p value 0,467 maka tidak ada hubungan antara sumber informasi orang tua dengan
pengetahuan.
DISKUSI
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square
pada α = 0,05 didapatkan p value 0,000 artinya hipotesa Alternatif diterima yaitu ada hubungan antara sumber informasi media dengan pengetahuan,
dan diperoleh nilai OR = 2,571, artinya responden yang mendapatkan informasi
dari media memiliki peluang 2,571 kali
untuk pengetahuan yang baik dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan informasi
media. Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh Wahyu Indratmoko
Informasi bisa menjadi fungsi penting
dalam membantu mengurangi rasa cemas pada seseorang. Semakin banyak
memiliki informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap
seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang
akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Derasnya informasi yang diterima remaja dari berbagai media massa,
memperbesar kemungkinan remaja melakukan praktek seksual tidak sehat dan
penyimpangan seksual, ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan
reproduksi remaja. Menurut asumsi peneliti sumber informasi yang didapat dari
media massa sangat mempengaruhi pengetahuan remaja sehingga perkembangan media
massa yang semakin pesat dapat juga meningkatkan pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi karena remaja lebih mudah mendapatkan sumber informasi
dari media seperti melalui internet atau buku-buku.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square
pada α = 0,05 didapatkan p value 0,007. Artinya hipotesa alternatif diterima yaitu ada hubungan antara sumber informasi teman dengan pengetahuan,
dan diperoleh nilai OR = 2.000, artinya responden yang mendapatkan informasi
dari teman 2 kali lebih berpeluang untuk mendapatkan pengetahuan yang baik
dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan informasi teman.
Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan
oleh siti wahyuni yang mengatakan ada hubungan peran teman dengan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi (p
< 0,05). Saat memasuki masa remaja, keterlibatan degan kelompok temana
sebaya dan ketertarikan terhadap identifikasi kelompok teman sebaya meningkat,
remaja menemukan teman sebagai penasehat terhadap segala sesuatu yang mengerti
dn bersimpati oleh karena teman sebaya menglami peruban yang sama. Remaja
mengalami tuntutan untuk membentuk hubungan baru dan lebih matang dengan lawan
jenisnya. Perkembangan seks remaja mendorong remaja untuk lebih mempelajari
perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis kelaminnya. Pencairan identitas
menyebabkan remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya.
Menurut asumsi peneliti teman sebaya sangat menentukan pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi, Pergaulan
teman sebaya
dapat mempengaruhi
perilaku baik positif maupun negatif.
Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika individu bersama teman-teman sebayanya melakukan aktifitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif dapat berupa pelanggaran
terhadap norma-norma social termasuk perilaku seksual pranikah.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square
pada α = 0,05 didapatkan p value 0,467 maka tidak ada hubungan antara sumber informasi orang tua dengan
pengetahuan. dan diperoleh nilai OR = 1,344, artinya responden yang mendapatkan
informasi dari orang tua memiliki peluang 1,344 kali untuk mendapatkan
pengetahuan yang baik dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan informasi orang
tua. Kesehatan reproduksi remaja diartikan
sebagai suatu kondisi sehat yang tidak hanya berarti bebas dari penyakit dan
kecacatan akan tetapi lebih dari itu, temasuk sehat secara mental dan sosial
berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Orang tua sangat
berperan penting dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja.
Jika orang tua tidak menjadi sumber informasi yang bersahabat bagi remaja, maka
remaja akan mencari tahu lewat sumber-sumber informasi seksual yang
menyesatkan, seperti film-film porno, majalah, komik, atau ke teman-temannya. Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh herry ernawaty yang
mengatakan tidak ada hubungan sumber informasi orang tua dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi (p = 0,092). Menurut
asumsi peneliti rendahnya partisipasi orang tua dalam memberikan informasi
kesehatan reproduksi pada remaja dikarenakan banyak orang tua yang menganggap
membicarakan masalah seks pada anak masih dianggap sesuatu yang tabu, faktor
lingkungan sosial di tempat tinggal sangat mempengaruhi pola pikir orang tua.
Anak merasa tidak nyaman dan tidak puas saat membicarakan kesesehatan
reproduksi dengan orang tua. Orang tua menjelaskan kesehatan reproduksi saat
anak bertanya saja, sehingga komunikasi orang tua- remaja berjalan kurang
efektif.
KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan Pengetahuan dengan Sumber
Informasi media berdasarkan hasil uji chi-square dengan
nilai P = 0,000 ( P =< 0,05).
2.
Terdapat hubungan Pengetahuan dengan Sumber Informasi Teman berdasarka hasil uji chi-square dengan
nilai P = 0,007 (P= < 0,05).
3.
Tidak ada hubungan Pengetahuan dengan Sumber Informasi Orang
tua berdasarkan hasil uji chi-square dengan nilai P = 0,467 P >0,05).
SARAN
1. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan informasi tentang Pengaruh
Sumber Informasi terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja dengan cara memberikan penyuluhan maupun
pendidikan kesehatan.
2. Bagi Institusi
Diharapkan bisa dijadikan sebagai salah satu karya tulis ilmiah yang
dapat menambah pembendaharaan kepustakaan dan referensi bagi mahasiswa Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh. Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini secara lebih mendalam dengan
menggunakan variabel yang berbeda dan lebih komplek, seperti tingkat
pendidikan, dukungan keluarga maupun variabel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, Agus. 2013. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik.
Jakarta: Rajawali Pers.
BKKBN. 2008. Multimedia Materi Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jakarta.
_______. 2012.
Remaja Mengenali Dirinya. Jakarta
_______. 2011. Data Remaja Seluruh Aceh Mengenai Reproduksi Aceh.
Bruns, A. 2003. Pemberdayaan
Wanita Dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta : Yayasan Essentis Medica.
Budiman,
dan Riyanto Agus.
2013. Pengetahuan dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Depkes RI. 2010. Konsep Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dewi, R. 2010. Hubungan penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan
reproduksi pada remaja di SMAN 8 Surakarta.
Jakfar, N. 2011. Data Remaja NAD
Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Kustanti. E,R. (2013). Intensi melakukan seks pranikah pada mahasiswa ditinjau dari
efektivitas komunikasi interpersonal orang tua-anak publikasi ilmiah (online).
Semarang : Psikologi Universitas Diponegoro.
Gordis, L. 2004. Epidemiology (third edition). In. Pennsylvania: W.B Saunders
Company.
Maryatun, 2013. Peran Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja di SMA Muhammadiyah 3. Surakarta: GASTER
Moeliono, L. 2006. Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja. BKKBN.
Nasria, P. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jakarta: Airlangga.
Notoatmodjo, S. 2008. Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.
_____________. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta
_____________. 2011. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Cetakan I. Jakarta:PT. Rineka
Cipta.
Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media
Respati, Winanti Siwi. 2012. Problematika
Remaja Akibat Kurangnya Informasi
Kesehatan Reproduksi: Jakarta: Salemba
Medika.
Qomariah, S. 2011. Seks dan Kesehatan Remaja
di SMU 2 Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar