Jumat, 29 Desember 2017

Nora Hayani: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2017, hal. 77-82


PERBEDAAN KONSEP DIRI PENDERITA DIABETIK FOOT ULCER YANG DI RAWAT SECARA MODERN DAN KONVENSIONAL DI KOTA LANGSA

Oleh:
Nora Hayani
Dosen Prodi D-III Keperawatan Kota Langsa

ABSTRAK
Diabetic Foot Ulcer  merupakan suatu komplikasi dari infeksi atau suatu proses peradangan, luka atau perubahan degeneratif yang dikaitkan dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus. Infeksi pada kaki diabetik dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbadaan konsep diri penderita diabetik foot ulcer yang dirawat secara modern dan konvensional. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan desain crossectional, populasi pada penelitian ini adalah penderita diabetik foot ulcer di Kota Langsa. Jumlah sampel sebanyak 30 responden, dimana dari Rumah Sakit Umum Daerah langsa berjumlah 8 responden, rumah sakit Cut Meutia 7 responden, dan 15 responden dari Balai Asuhan Keperawatan Edwcare  yang diambil dengan teknik Accidental sampling. Instrumen  yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur Konsep diri. Hasil penelitian menunjukkan konsep diri penderita diabetik foot ulcer yang dirawat secara modern mayoritas responden mengalami konsep diri positif yaitu 14 responden (93,3%), konsep diri penderita diabetik foot ulcer yang dirawat secara konvensional mengalami konsep diri negatif yaitu 13 responden (86,7%). Hasil uji statistik Chi-square diperoleh p value 0,00 (p<0 ada="" berarti="" dan="" dengan="" diri="" hal="" hubungan="" ini="" konsep="" konvensional.="" luka="" modern="" perawatan="" secara="" span="">Diharapkan kepada pihak rumah sakit, klinik, perawat, masyarakat dan keluarga dalam memberikan perawatan pada penderita diabetik foot ulcer agar memberikan dukungan dan memperhatian tidak hanya berfokus pada luka namun keadaan psikologis klien harus diperhatiakan agar cepat proses penyembuhan luka.

Kata Kunci : Diabetik Foot Ulcer, Modern, Konvensional, Konsep Diri

DIFFERENCES CONCEPT OF SELF DIABETIC FOOT ULCER DIABETICS MODERN AND CONVENTIONAL INFORMATION IN THE LANGSA CITY

By:
Nora Hayani
Prodi D-III Nursing Langsa City

ABSTRACT
Diabetic Foot Ulcer is a complication of infection or a process of inflammation, injury or degenerative changes associated with chronic diseases such as diabetes mellitus. Infection of the diabetic foot may occur in the skin, muscles and bones that can generally be caused by damage from blood vessels, nerves and decreased blood flow to the wound. This study aims to find out the concept of self sufferers diabetic foot ulcer who treated in a modern and conventional. This research is an analytic survey with crossectional design, population in this research is diabetic foot ulcer patient in Langsa City. The number of samples were 30 respondents, of which 8 respondents from local public hospital, Cut Meutia 7 respondents, and 15 respondents from Edwcare Nursing Care Center taken by Accidental sampling technique. The instrument used in this study is a questionnaire to measure self-concept. The results showed self-concept of diabetic foot ulcer patients who treated in modern majority of respondents experienced self-concept of positive that is 14 respondents (93,3%), self concept diabetic patient foot ulcer that treated conventionally experience self negative concept that is 13 respondents (86,7 %). Chi-square statistical test results obtained p value 0.00 (p <0 .05="" a="" and="" care="" conventional.="" in="" is="" means="" modern="" o:p="" of="" relationship="" self-concept="" there="" this="" with="" wound="">
It is expected that hospitals, clinics, nurses, communities and families provide care to diabetic foot ulcer patients to provide support and care not only focus on the wound but the psychological state of the client should be paid attention to in order to quickly wound healing process.
 
Keywords: Diabetic Foot Ulcer, Modern, Conventional, Self Concept
 
PENDAHULUAN
Diabetic Foot Ulcer  merupakan suatu komplikasi dari infeksi atau suatu proses peradangan, luka atau perubahan degeneratif yang dikaitkan dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus. Infeksi pada kaki diabetik dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka.1
Berbagai perubahan kesehatan tersebut dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikologis bagi penderita. Penderita diabetes harus tergantung pada terapi pengelolaan diabetes. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan misalnya pasien merasa lemah karena harus membatasi diet. Setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stressor yang mempengaruhi konsep diri. 2
Perubahan konsep diri (Harga diri) seseorang dapat dikarenakan oleh salah satu hal yang mempengaruhinya seperti adanya perubahan gaya hidup, dan terserangnya seseorang oleh penyakit. Berat kecilnya suatu penyakit sangat mempengaruhi konsep diri seperti halnya seseorang yang mengalami diabetic foot ulcer, dianggap merupakan suatu penyakit yang menakutkan, karena mempunyai dampak negatif yang kompleks terhadap kelangsungan kualitas hidup individu. Salah satu diantaranya adalah amputasi. Apabila luka atau gangren tersebut mengancam jiwa seseorang .
Perubahan pasien dalam memandang dirinya secara negatif, misalnya pasien  merasa putus asa dan tidak dapat menerima keadaannya akan mempengaruhi konsep diri. Pasien merasa stress dan terganggu yang akhirnya dapat memperberat keadaan sakitnya. Rasa tidak berdaya sering terjadi pada individu dengan penyakit kronis. Ketidak berdayaan merupakan suatu persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil (Pinci, 2008).3
Pada penderita diabetes mellitus kebanyakan datang berobat dalam fase lanjut, terlihat dari proporsi ulkus kaki diabetik wagner III – IV mencapai 74,6% dibandingkan dengan wagner I-II yang hanya mencapai 25,4% dari seluruh kasus ulcus kaki diabetik yang dirawat dirumah sakit Sanglah, dengan kecenderungan semakin tinggi derajat ulkus maka semakain besar resiko amputasi. 4
Menurut Global status report on Noncommunicable Diseases (NCD) World Health Organization (WHO) Diabetes Mellitus menempati peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. International Diabetes Federation (IDF) memperhitungkan angka kejadian diabetes mellitus di dunia pada tahun 2012 adalah 371 juta jiwa, tahun 2013 meningkat menjadi 382 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2035 DM akan meningkat menjadi 592 juta jiwa 5
Di Indonesia angka kejadian DM termasuk urutan terbesar ke-7 dunia yaitu sebesar 7,6 juta jiwa sedangkan angka kejadian penderita ulkus diabetikum sebesar 15% dari penderita DM. Bahkan angka kematian dan amputasi masih tinggi yaitu sebesar 32,5% dan 23,5% 6
Perawatan luka dahulunya dilakukan secara konvensional yaitu alami dan tradisional, namun sekarang telah mengalami perkembangan sangat pesat terutama dalam dua decade terakhir, ditunjang dengan kemajuan tehnologi kesehatan. Disamping itu perawatan luka berkaitan dengan psikologis pasien yang makin disertai dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik. Kondisi tersebut biasanya memerlukan perawatan yang tepat agar proses penyembuhan bisa optimal, salah satu manajemen perawatan luka dengan modern dressing7
       Berdasarkan Data yang di peroleh di Balai Asuhan Keperawatan EdWcare Kota Langsa tahun 2015 (periode Januari sampai Desember) terdapat 148 penderita Diabetetes Mellitus dan penderita Foot Ulcer sebanyak 97 (66,9%) sedangkan pada bulan Maret 2017 penderita Diabetetes Mellitus dan penderita Foot Ulcer sebanyak 25 orang. Penderita Diabetes Foot Ulcer juga sebahagian besar dirawat di rumah sakit umum  Kota Langsa pada tahun 2016 sebanyak 629 orang.
Dampak yang ditimbulkan dari diabetic foot ulcer berpengaruh terhadap pasien itu sendiri dan apabila luka tersebut tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan kondisi yang semakin parah bahkan resiko yang paling buruk adalah amputasi dan kematian. Gangguan lainnya yang akan dialami oleh pasien antara lain adalah gangguan fisik yang meliputi gangguan konsep diri, gangguan ekonomi karena besarnya biaya yang dikeluarkan saat melakukan perawatan luka kaki diabetikum, hingga gangguan spiritual.

METODE PENELITIAN
          Penelitian ini bersifat survey analitik dengan desain crossectional. Besar sampel sebanyak 30 responden dengan teknik pengambilan sampel dengan metode accidental  sampling. Tempat penelitian di Balai Asuhan Keperawatan Edwcare, Rumah sakit Umum Daerah Langsa Dan Rumah Sakit Cut Meutia Langsa.
          Instrumen penelitian dibuat dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari kuesioner konsep diri (citra tubuh, ideal diri, harga diri, gangguan peran, gangguan identitas). Konsep diri dikatagorikan atas negatif dan positif.  
            Analisa data pada penelitian ini dengan metode statistik univariat yang bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskripsikan setiap variabel penelitian yang ditampilkan berupa distribusi frekuensi dan persentase. Analisa bivariat menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.  Analis Univariat
a.    Konsep Diri Responden yang Dirawat Secara Modern
Tabel 4.1
     Konsep Diri  Responden yang Dirawat Secara Modern di Balai Asuhan Keperawatan EdWcare Langsa Tahun 2017

No
Konsep Diri
Frekuensi
%
1
Negatif
1
6.7
2
Positif
14
93,3

Jumlah
15
100
b.    Konsep Diri Responden Yang Dirawat Secara Konvensional
Tabel 4.2.
Konsep Diri  Responden yang Dirawat Secara Konvensional di Rumah Sakit Umum dan Cut Meutia Kota Langsa Tahun 2017

No
Konsep Diri
Frekuensi
%
1
Negatif
13
13.3
2
Positif
2
86.7

Jumlah
15
100
Sumber : Data Primer (diolah) 2017





2.    Analisis Bivariat
a.         Hubungan Perawatan Luka Dengan Konsep Diri

Tabel 4.3
Hubungan Perawatan Luka Diabetic Food Ulcer dengan Konsep diri Responden Di Kota Langsa Tahun 2017

No
Perawatan Luka Diabetic Food Ulcer 
Konsep Diri

p-
Value
Negatif
Positif
Jumlah
F
%
F
%
F
%
1
2
Modern
Konvensional
1
13
6,7
86,7
14
2

93,3
13,3
15
15
100
100

0,000
Jumlah
14

16

30


Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2017)
Berdasarkan diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden yang mendapat perawatan luka diabetic food ulcer secara modern mayoritas memiliki konsep diri positif sebanyak 14 responden (93,3%) dan dari 15 responden yang mendapat perawatan luka diabetic food ulcer secara konvensional mayoritas memiliki konsep diri negatif sebanyak 13 responden (86,7%). Hasil uji statistic Chi–Square (Pearson Chi-Square) pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0 antara="" bahwa="" berarti="" dan="" dapat="" dengan="" diabetic="" diri.="" disimpulkan="" diterima="" ditolak="" foot="" ha="" ho="" hubungan="" konsep="" konvensional="" luka="" modern="" perawatan="" secara="" sehingga="" span="" terdapat="" ulcer="" yang="">


PEMBAHASAN
Konsep Diri Responden yang Dirawat Secara Modern
Hasil penelitian menunjukan dari 15 responden mayoritas memiliki konsep diri yang positif sebanyak 14 responden (93,3%), dan minoritas memiliki konsep diri yang negatif yaitu sebanyak 1 responden (6,7%).
Berbagai perubahan kesehatan  dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikologis bagi penderita. Penderita diabetes harus tergantung pada terapi pengelolaan diabetes. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan misalnya pasien merasa lemah karena harus membatasi diet. Setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stressor yang mempengaruhi konsep diri 2.
Menurut penelitian perubahan konsep diri (Harga diri) seseorang dapat dikarenakan adanya perubahan gaya hidup dan faktor penyakit yang dideritanya. diabetic foot ulcer dianggap  suatu penyakit yang menakutkan, karena mempunyai dampak negatif terhadap kelangsungan kualitas hidup pasien. Perawatan Luka Modern lebih menekankan pada proses penyembuhan luka, sehingga responden merasa bahwa luka diabetik foot ulcer akan sembuh tidak harus diamptasi. Sehingga banyak responden yang memiliki konsep diri yang positif.
Menurut Werthen (2007), mengatakan bahwa Perawatan Luka Modern lebih menekankan pada proses penyembuhan luka yang menggunakan balutan modern meskipun  ada proses penempelan balutan pada dasar luka tetapi bersifat lembab sehingga mudah dilepaskan dari dasar luka dan mampu mengikat bakteri serta mencegah terjadinya perdarahan berlebihan. Ketika dilakukan pencucian luka luka pada balutan modern, serabut-serabut tersebut akan rontok dari dasar luka dengan membawa debris-debris dan jaringan yang mati.
Konsep Diri Responden yang Dirawat Secara Konvensional
Hasil penelitian dari 15 responden yang dirawat secara konvensional mayoritas memiliki konsep diri yang negatif sebanyak 13 responden (86,7 %), dan minoritas memiliki konsep diri yang positif yaitu sebanyak 2 responden (13,3%).
Perawatan luka konvensional menggunakan balutan konvensional bersifat melekat dengan dasar luka, minimal menyerap eksudat, frekuensi penggantian balutan lebih sering dan perubahan warna dasar luka menjadi merah sangat lambat. Adanya proses perlekatan antara kasa dengan dasar luka dapat menyenbakan terjadinya cidera ulang terhadap gelung-gelung kapiler yang akan dan baru terbentuk sehingga proses angiogenesis akan lebih lama dan menimbilkan resiko infeksi sebagai dampak melekatnya serabut-serabut kassa pada dasar luka sebagai media pertumbuhan mikrobakteri. Kondisi ini dapat merangsang produksi dan ekspresi TGF beta 1 berulang-ulang sehingga sel akan terus berusaha memperbaharui jaringan yang cidera. Apabila terjadi dalam waktu yang lama hal ini dapat memperlama fase inflamasi sehingga luka akan menjadi kronik serta sulit untuk berproliferasi 9.
Menurut penelitian 8, menunjukkan bahwa mayoritas klien ulkus diabetik memiliki konsep diri kurang baik (82,4%). Hal ini disebabkan oleh perasaan rendah diri sehubungan dengan kondisi luka kaki yang dialami, merasa keluarga tidak dapat menerima keadaan dirinya sehubungan dengan kondisi luka kaki/ganggren. Hal ini didukung oleh penelitia 11, mengatakan bahwa ada konstribusi yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap kualitas hidup penderita diabetik foot ulcer. Hal yang sama didapat pada penelitian 10, mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan harga diri pada pasien ulkus diabetikum di RSUD Dr. Moewardi.
Menurut penelitian12, mengatakan bahwa ada hubungan yang erat antara kejadian luka kaki diabetik dengan gangguan konsep diri pada penderita diabetik foot ulcer.
Hubungan Konsep diri dengan Perawatan Luka Modern dan Konvensional Penderta Diabetik Foot Ulcer
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden yang mendapat perawatan luka diabetic food ulcer secara modern mayoritas memiliki konsep diri positif sebanyak 14 responden (93,3%) dan dari 15 responden yang mendapat perawatan luka diabetic food ulcer secara konvensional mayoritas memiliki konsep diri negatif sebanyak 13 responden (86,7%). Hasil uji statistic Chi–Square (Pearson Chi-Square) pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0 antara="" berarti="" dan="" dengan="" diabetic="" diri.="" foot="" hubungan="" konsep="" konvensional="" luka="" modern="" perawatan="" secara="" span="" terdapat="" ulcer="" yang="">
            Menurut penelitian Handayani (2010), mendapatkan hasil bahwa pada pasien diabetic foot ulcer dengan adanya perubahan fisik dan penafsiran semua situasi tersebut sebagai hal yang negatif 14. Penelitian ini juga didukung oleh teori bahwa perubahan penampilan, struktur atau fungsi tubuh memerlukan penyesuaian konsep diri (citra tubuh) 13
Hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh 2 tentang hubungan antara stress dengan konsep diri pada penderita Diabetes Mellitus (DM ) tipe 2 menunjukkan bahwa ada hubungan antara stress dengan konsep diri pada penderita DM tipe 2 yang bermakna (P value = 0,039; = 0,05).
Perawatan kaki pasien dengan luka diabetik bersifat preventif dan kuratif, kegiatan ini mencakup tindakan mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan mengaplikasikan dressing yang tepat. Dengan melakukan perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar 50-60% yang mempengaruhi kualitas hidup (Soegondo, 2015).
Turner (2012) mengatakan bahwa keuntungan yang dapat dirasakan pasien dengan metode perawatan luka modern diantaranya mempercepat granulasi dan reepitelisasi. Pernyataan ini didukung oleh Winter (2009), kelembapan pada lingkungan luka akan mempercepat proses penyembuhan luka.
Berdasarkan hasil wawancara pada pasien terkait manfaat perawatan luka secara rutin, didapatkan beberapa manfaat yang dirasakan oleh pasien, diantaranya adalah luka lebih bersih, kering, tidak berbau, rapi, dan mengurangi nyeri. Pasien termotivasi untuk tetap melakukan perawatan dengan rutin, karena pasien merasakan manfaat yang positif. Dampak lain yang dapat dirasakan pasien adalah kepercayaan diri yang tinggi saat bersosialisasi dengan kondisi luka yang tertutup rapi oleh balutan yang digunakan.


DAFTAR PUSTAKA

Antari & Rasdini (2012), Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Keperawatan Bali: Udayani
Agren, M.S & Werthen, M.(2007) The Extracelluler in Wound Healing A Closer Look At Therapeutics for Cronic Wound, int J Low Extrem Wound.
Casey.G. (2000) Modern Wound dressings, nurs stan.;15(5):47-51.
Handayani, T.N (2010), Pengaruh Pengelolaan Depresi dengan Latihan Pernafasan Yoga terhadap perkembangan Proses Penyembuhan Ulkus Diabetikum.
Lestari,S (2009), Hubungan Ulkus Diabetik dengan Gangguan Konsep Diri pada Pasien di RSUD Dr Moewardi
Lestari,S (2009), Hubungan Ulkus Diabetik dengan Gangguan Konsep Diri pada Pasien di RSUD Dr Moewardi.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Melitus Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenali Gejala, Menanggulangi, Dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Muliawan,M.,Samadi,N.,Yasa,K.P.(2007). Pola Kuman dan Korelasi Klinis Ulcus Kaki Diabetikum di RSUP Sanglah Denpasar (Tesis).
Nanang. (2008). Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Foot Ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2008.. Diakses dari eprints.ums.ac.id
Prastica. (2013). Perbedaan Angka Kejadian Ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan Dan Tanpa Hipertensi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang diakses  dari  http://old.fk.ub.ac.id
Pinci. (2008). Konsep Diri – Hargailah Diri Sendiri. diakses tanggal 23 Maret 2016 dari  http://pinci.2pt.net/
Potter, A.P, & Perry. G.A (2010), Fundamental Keperawatan. Jakarta, Salemba Medika
Ruslan, D.K, Rosyid, F.N, & Jadmiko, A.W (2016), Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Harga Diri pada Pasien Ulkus Diabetikum. Jom Jurnal PSIK, Vol 1 nomor 2 tahun 2014
Triyanisya. (2013). Jumlah Penyandang Diabetes Di Indonesia Terbanyak Ketujuh Di Dunia. Metrotvnews.
Sofiana. (2012). Hubungan Antara Stress Dengan Konsep Diri Pada Penderita Diabetes Mellitus (DM ) tipe 2. Diakses dari download.portalgaruda.org.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar