Rabu, 27 Juni 2018

Eva Fitriyaningsih: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 79-86

Amelia Sari: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 73-78


TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) MAHASISWA FARMASI  DI JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES ACEH TAHUN 2018

Oleh:
Amelia Sari
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Aceh

ABSTRAK
Mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Aceh aktif bekerja di laboratorium, sehingga perlu adanya pengetahuan mengenai K3 sejak awal guna mencegah terjadinya segala bentuk kecelakaan di laboratorium khususnya laboratorium kimia.Sifat penelitian adalah survei deskriptif, teknik sampling menggunakan total sampling sebanyak 112 responden. Hasil dari penelitian adalah 57 responden (50,9%)  berpengetahuan baik sedangkan 55 responden (49,1%)  berpengetahuan kurang baik, variabel kepatuhan dilihat dengan observasi yang dikelompokkan berdasarkan kelas, dari data didapatkan bahwa dua kelas di semester 4 berada pada kategori patuh dan dua kelas di semester 2 pada kategori tidak patuh dengan persentase kategori patuh dan tidak patuh sebanding yaitu 50%. Distribusi perbandingan pengetahuan mahasiswa kategori baik di semester 2 dan semester empat adalah 52,6% banding 49,1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa semester 2 lebih baik daripada mahasiswa semester 4, sedangkan kepatuhan penggunaan APD mahasiswa semester 4 lebih baik dibandingkan dengan semester 2.

Kata Kunci:Tingkat Pengetahuan, Alat Pelindung Diri, Kepatuhan

ABSTRACT
Students of the Department of Pharmacy in Polytechnic Department of Health of Aceh actively work in the laboratory, so that there is a need for knowledge about K3 from the start to prevent any kind of accident in the laboratory, especially the chemical laboratory. The nature of the study was a descriptive survey, the sampling technique used a total of 112 respondents. The results of the study were 57 respondents (50.9%) had good knowledge while 55 respondents (49.1%) had poor knowledge, compliance variables were seen by observations grouped by class, from the data it was found that the two classes in the fourth semester were in the obedient category and two classes in the second semester in the non-compliant category with comparable and non-compliant categories of 50%. The comparison of students' knowledge categories both in semester 2 and semester four was 52.6% compared to 49.1%, so it can be concluded that the level of knowledge of second semester students is better than 4th semester students, while compliance with 4th semester student APD use is better than semester 2

Key words :Knowledge Level, Personal Protective Equipment, Compliance

PENDAHULUAN
Munculnya pekerjaan yang memiliki tingkat risiko tinggi yang membahayakan para pekerja menyebabkan semakin tingginya kecelakaan akibat kerja. Bahaya ini dapat dirasakan secara langsung dan dirasakan setelah jangka waktu lama.Untuk melindungi pekerja dari bahaya atau kecelakaan akibat kerja, maka dibutuhkan pengetahuan K3 bagi setiap pekerja, sehingga terciptanya kondisi kerja yang aman dan bebas dari risiko yang membahayakan pekerja.
Pengertian K3 sendiri adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani khususnya pada tenga kerja dan manusia pada umumnya. Sebuah upaya menuju masyarakat yang adil dan makmur.1
            Pada tanggal 17 Juli 2017 terjadi sebuah insiden ledakan tabung gas riset di Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh. Insiden ledakan ini  terjadi di Laboratorium Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) KimiaUniversitas Syiah Kuala. Akibatnya dua orang terluka masing-masing Ketua RisetProf Adlim yang terluka di bagian telinga, dan seorang mahasiswa FKIP Kimiasemester delapan bernama Nurul Agustia yang mengalami luka di bagian dahi.Ketua Laboratorium, Erlidawati mengatakan, ledakan terjadi ketika tim riset sedang melakukan pemanasan gas dari tabung labu 3, yang kemudian tiba-tiba meledak.2
            Kejadian yang lain pernah terjadi di laboratorium Fakultas Farmasi UI. Sebuah ledakan terjadi pada Senin, 16 Maret 2015, sekitar pukul 10.30 WIB.Ketika itu para mahasiswa Fakultas Farmasi UI sedang melakukan praktikum di laboratorium. Namun salah seorang mahasiswa terlambat mengangkat pemanas bunsen hingga larutan sampel di dalam labu destilasi hampir kering. 14 korban yang terluka akibat serpihan kaca dilarikan ke rumah sakit terdekat dan dijahit di bagian wajah dan leher.3
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Aceh merupakan salah satu institusipendidikan tinggi di Aceh yang berlokasikan Lampenereut, Aceh Besar. Jurusan ini memiliki lima ruang laboratorium. Sebagian besar kegiatan pembelajaran mahasiswa dilakukan di laboratorium sehingga perlu adanya perbekalan pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Mengingat adanya kontak langsung mahasiswa dengan sediaan farmasi atau bahan-bahan kimia, seperti dalam pengambilan senyawa kimia yang pekat, sehingga perlu memakai alat perlindungan diri yang lengkap seperti perlindungan mulut dan hidung (masker), sarung tangan dan baju laboratorium, dikarenakan beberapa bahan kimia dapat menyebabkan luka bakar yang parah, iritasi pada hidung dan tenggorokan.  Tentu hal ini akan memberi dampak negatif bagi mahasiswa baik itu dampak jangka panjang maupun dampak jangka pendek.
Kecelakaan kerja laboratorium seperti diatas. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa farmasi mengenai K3 serta pemahamannya di laboratorium Farmasi Poltekkes Kemenkes Aceh, sehingga  diperoleh gambaran mengenai pengetahuan K3 mahasiswa farmasi.

METODE PENELITIAN
Sifat penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Penelitian deskriptif dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam populasi tertentu.Pada umumnya survey deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang.Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variable terikat.4
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa farmasi  Poltekkes Kemenkes Aceh yang dapat mewakili seluruh populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin, dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel adalah 5%.Jumlah sampel yang digunakan 112 mahasiswa dari tingkat I dan II.
Pengumpualan data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya, data ini disebut juga data asli atau baru.Data primer diperoleh dengan membagikan link google form/docs yang berisi 15 kuesioner pengetahuan melalui aplikasi whatsapp dan memasuki setiap ruang kelas.
Analisa univariat adalah penjabaran secara deskriptif untuk melihat distribusi  frekuensi varibel-variabel yang akan diteliti. Variabel pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan K3 dan kepatuhan penggunaan APD. Data dianalisa menggunakan excel dan SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
a. Tingkat pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan Kesehatan danKeselamatan Kerja (K3) mahasiswa farmasi didapatkan keseluruhan jawaban benar responden sebanyak 1050 dan diperoleh nilai median adalah 10 sehingga tingkat pengetahuan dapat dikategorikan baik jika x≥10,0 dan kurang baik jika x<10 berikut:="" dalam="" dapat="" dikategorikan="" k3="" o:p="" pengetahuan="" sebagai="" sehingga="" tabel="" tercantum="" tingkat="">
Tabel 1. Distribusi tingkat pengetahuan K3
No
Tingkat Pengetahuan K3
n
%
1

57
50,9
2

55
49,1

Total
112
100
Sumber: Data Primer (diolah tahun 2018)

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden berpengetahuan baik lebih tinggi jumlahnya dibanding responden pengetahuan kurang baik dengan perbedaan yang sangat tipis.
Tabel 2. Distribusi tingkat pengetahuan K3 setiap kelas
Kelas
Tingkat Pengetahuan (n)
Persentase (%)
Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
I-A
16
13
55,2
44,8
I-B
14
14
50
50
II-A
14
15
48,3
51,7
II-B
13
13
50
50
Sumber: data primer (diolah tahun 2018)
Berdasarkan tabel lima dapat dilihat sebaran tingkat pengetahuan setiap kelas dari tingkat I sampai II. Persentase tingkat pengetahuan K3 pada kelas IA adalah 55,2 % berada pada kategori baik dengan jumlah responden 16 orang mahasiswa, persentase untuk kelas IIA sebanyak 48,3% berada pada kategori baik dengan jumlah responden 14 orang dan sebanyak 51,7% berada pada kategori kurang baik dengan jumlah responden 15 orang. Tingkat pengetahuan pada kelas IB dan IIB sama sama 50% untuk kategori baik dengan jumlah responden 14 dan 13 mahasiswa dan sama halnya untuk kategori kurang baik. 
Distribusi tingkat pengetahuan tingkat I dan tingkat II dapat dilihat pada tabel berikut: 
Tabel 3. Distribusi Perbandingan tingkat pengetahuan K3 pada tingkat I dan II
Tingkat
Tingkat Pengetahuan (n)
Persentase (%)
Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
I
30
27
52,6
47,4
II
27
28
49,1
50,9
Sumber: data primer (diolah tahun 2018)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase tingkat pengetahuan mahasiswa tingkat I lebih tinggi dibanding mahasiswa tingkat II dengan nilai persentase 52,6% dan jumlah responden 30 mahasiswa berada pada kategori baik dan sisanya kurang baik. Persentase tingkat tingkat II adalah 49,1% sebanyak 27 responden berada pada kategori baik dan sisanya tidak baik.
b. Tingkat Kepatuhan
Hasil Penelitian tentang tingkat kepatuhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) mahasiswa farmasi berdasarkan kelas didapatkan keseluruhannilai observasi yang sesuai adalah 19 dengan nilai median 5 sehingga tingkat kepatuhan dikategorikan patuh jika x ≥ 5 dan tidak patuh jika x <5 .="" berikut:="" dapat="" data="" dilihat="" distribusi="" kepatuhan="" o:p="" pada="" sehingga="" tabel="">

Tabel 4. Distribusi Tingkat Kepatuhan K3 setiap Kelas
Kelas
Tingkat Kepatuhan (%)
Patuh
Tingkat Patuh
I-A
40
60
I-B
40
60
II-A
50
50
II-B
50
50
Sumber: data primer (diolah tahun 2018)
Berdasarkan hasil tabel 4 dapat dilihat bahwa perbandingan kelas responden patuh dan tidak patuh adalah sama yaitu 2 : 2. 
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pekerja yang tertuju terhadap intruksi ataupetunjuk yang diberikan dalam bentuk keselamatan apapun yang ditentukan, baik penggunaan APD, pelatihan, pengobatan atau istirahat yang cukup.5
Observasi variabel kepatuhan dilakukan pada setiap kelas dan melihat secara  keseluruhan kepatuhan penggunaan APD mahasiswa jurusan farmasi di laboratorium. Hasil observasi terhadap empat kelas menunjukkan bahwa dua kelas di tingkat II berada pada kategori patuh dan dua kelas di tingkat I berada pada kategori tidak patuh dengan persentase patuh dan tidak patuh sama sama 50%. Sehingga kepatuhan penggunaan APD mahasiswa tingkat I jurusan farmasi masih kurang, sehingga mahasiswa tingkat I perlu dibekali pengetahuan dan pemahaman yang baik sejak awal masa perkuliahan
Pemakaian APD harus dipakai ketika memasuki ruangan praktikum.Padaawal dimulainya praktikum, praktikan tidak menggunakan sarung tangan atau masker, atau hanya menggunakan sarung tangan saja atau masker saja, sehingga pada pengambilan atau penetesan senyawa kimia di awal mulainya praktikum, praktikan tidak menggunakan APD.Penggunaan APD secara lengkap mulai terlihat di pertengahan praktikum dimana mahasiswa sudah mulai menggunakan masker dan sarung tangan. APD seperti sarung tangan dan masker diperuntukkan sekali pakai sehingga setelah praktikum selesai APD tersebut wajib dibuang, akan tetapi kebanyakan praktikan menggunakan masker laboratorium sampai pulang ke rumah dan ada yang dimasukkan ke dalam perkakas praktikum, sedangkan jenis APD sarung tangan beberapa mahasiswa langsung membuang ke tempat sampah dan ada pula yang dimasukkan ke dalam tempat perkakas praktikum milik praktikan masing masing, oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa jika dalam kondisi genting praktikan bisa saja menggunakan kembali APD tersebut pada praktikum selanjutnya.  
Setelah melakukan praktikum harus dipastikan bahwa praktikan bersih daripaparan bahan kimia, sehingga setelah proses praktikum perlu dibersihkan bagian tubuh yang kira-kira terpapar bahan kimia khususnya tangan karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak dengan bahan kimia. Pembersihanmenggunakan air yang mengalir sangat dianjurkan karena bahan kimia yang terpapar dapat ikut mengalir bersama air, untuk mendapatkan fasilitas seperti ini maka mahasiswa dapat membersihkan tangan menggunakan wastafel, tetapi ruangan praktikum kimia jurusan farmasi hanya menyediakan satu buah wastafel, sehingga tidak semua praktikan dapat mencuci tangan, hanya praktikan yang akanmencuci alat praktikum saja yang sempat mencuci tangan.
Jas laboratorium untuk praktikum sebaiknya digunakan jenis lengan panjang, sehingga dapat melindungi lengan dari percikan atau paparan zat kimia berbahaya.Mahasiswa tingkat II lebih unggul dalam hal ini karena memakai jas laboratorium berlengan panjang sedangkan mahasiswa tingkat I masih menggunakan jas berlengan pendek khususnya praktikan lelaki.

KESIMPULAN
1.      Tingkat pengetahuan K3 mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Aceh berada pada kategori baik dengan persentase 50,9% dan jumlah responden 57 mahasiswa, sedangkan yang berpengetahuan kurang baik sejumlah 55 mahasiswa dengan persentase 49,1%.
2.      Tingkat kepatuhan penggunaan APD  pada mahasiswa farmasi berada pada kategori patuh sebanyak dua kelas dengan persentase 50% sedangkan dua kelas lainnya berada pada kategori tidak patuh dengan persentase yang sama. 
3.      Tingkat pengetahuan K3 pada mahasiswa tingkat I farmasi lebih baik daripada mahasiswa tingkat II dengan persentase tingkat I 52,6% sedangkan tingkat II  49,1%.
  

DAFTAR PUSTAKA

Zamzami DY. Tabung Riset Lab Kimia FKIP Unsyiah Meledak, Dua Orang
Riang TS. Laboratorium Farmasi UI Meledak, Dua Mahasiswa Luka Parah. Kompas.com. http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/16/1946333/Laboratorium.Farmasi.UI.Meledak.Dua.Mahasiswa.Luka.Parah.Published March 16, 2015.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. revisi cet. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2012.
Stanley. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran: EGC; 2007
Notoatmodjo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.


Yulia Fitri: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 69-72

SOYA BERPOTENSI MENURUNKAN TEKANAN DARAH  WANITA MENOPAUSE
 
 
Yulia Fitri
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh email: fitriyulia @ymail.com

ABSTRAK
Penurunan  produksi estrogen saat menopause berdampak pada penurunan kualitas hidup dengan  peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Pemberian soya berpotensi menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dengan kandungan fiotoestrogennya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian soya terhadap tekanan darah wanita usia 45-55 tahun di Aceh besar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmiah tentang peran penggunaan bahan yang bersumber dari kedelai sebagai tumbuhan  herbal sebagai upaya pencegahan penyakit kardiovsakular. Hasil penelitian diperoleh tekanan darah  wanita usia 45-55 tahun  lebih rendah dibanding sebelum pemberian susu soya. Merupakan penelitian analitik dengan  one group pre –test and post test design, dengan rancangan nonrandomized pretest—posttest. Sampel dalam penelitian adalah wanita usia 45-55 tahun berjumlah 15 orang . Pemberian Soya dilakukan selama 30 hari pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian soya. Rancangan analisa data menggunakan T-Test.Tekanan darah sistolik  seteleh pemberian soya  signifikan lebih rendah  dibanding sebelum pemberian (p=0,038), namun perbedaan tekanan darah diastolic tidak signifikan (p=0,763) Kesimpulan dan Saran : Pemberian soya menurunkan tekanan darah. Saran : Perlu diinformasikan kepada masyarakat tentang potensi kedelai sebagai salah satu bahan herbal alternative dalam upaya pengendalian penyakit kardiovaskular terutama pada wanita usia menopause

Kata kunci : Soya, tekanan darah, wanita Mneopause


LATAR BELAKANG

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa salah satunya dilihat dari  harapan hidup penduduknya. Sejak tahun 2000, jumlah lansia melebihi 7% yang menunjukkan bahwa Indonesia mulai masuk kedalam Negara berstruktur tua (Ageing population) yang juga mencerminkan semakin meningkatnya usia harapan hidup 1
Menurut proyeksi penduduk Indonesia tahun 2000-2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah perempuan berusia di atas 50 tahun adalah 20,9 juta orang. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause di Indonesia 30,3 juta orang. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta wanita menopause.2 Dengan meningkatnya usia harapan hidup ini maka berdampak terhadap penyakit degeneratif. Ini dapat dilihat dari perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia3
Menopause dihasilkan dari hilangnya sensitifitas ovarium untuk menstimulasi gonadotropin, yang secara langsung berhubungan dengan  pergeseran folikular. 4.
Wanita menopause telah mencapai suatu kondisi dimana kejadian penyakit kronis akan lebih meningkat yang selanjutnya dapat berdampak kondisi fisik dan mental mereka sehingga mempengaruhi kualitas hidup mereka 5. salah satunya adalah resiko munculnya penyakit kardiovaskular 6
Konsumsi produk kedelai yang cukup tinggi, sangat bermanfaat dalam mencegah berbagai penyakit kardiovaskular yaitu dengan mempertahankan kolesterol pada kadar yang normal, 7,8 Hal tersebut dikarenakan potensi senyawa isoflavon  yang merupakan turunan fitoestrogen pada produk kedelai.
Penelitian epidemiologi tentang penyakit kardiovaskular menunjukkan insiden yang lebih rendah dinegara Asia dibandingkan dengan negara barat dan yang terendah pada golongan vegetarian dibandingkan omnivore sehingga diduga kuat fitoestrogen bersifat kardioprotektif (Biben, 2012). 9
Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan resiko CVD (cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan sifat hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon 10
                        Tujuan penelitian  ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian susu Soya  terhadap  tekanan darah pada wanita usia 45-55 tahun di wilayah kerja PKM. Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

METODELOGI PENELITIAN
                        Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan  one group pre –test and post test design, Rancangan yang digunakan adalah nonrandomized pretest—postest  untuk mengetahui pengaruh pemberian soya terhadap keluhan menopause pada wanita usia 45-55 tahun di wilayah kerja PKM Kuta Baro dengan criteria : bersedia menjadi responden , , memiliki berat badan normal  dan kriteia ekslusi : menderita penyakit jantung, hipertensi, ginjal, keganasan, hepatitis dan diabetes.,menggunakan terapi hormon
                        Besar sampel didapatkan dari hasil perhitungan besar sampel minimal berdasarkan rumus besar sampel untuk proporsi dua populasi (Lemeshow et al., 1997). Dengan interval kepercayaan (Confidence Interval) 95 persen (α=0,05), power 80% (β=0,20) dan estimasi proporsi Tekanan darah pada wanita menopause  0,92 dan estimasi proporsi pada kontrol 0,44 (Rahman et al, 2010), didapatkan jumlah sampel minimal 15 dengan cara purposive sampling
Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Tehnik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi data responden. Instrument pengumpulan data yang digunakan yaitu kuisioner karakteristik responden dan pengukuran tekanan darah menggunakan Tensi Meter . Prosedur penelitian diawali dengan Skrining awal,subjek  dimulai dengan melakukan anamnesa tentang umur , riwayat kesehatan dan data indeks massa tubuh dan lingkar pinggang.
Subjek yang masuk kriteria inklusi kemudian melakukan prosedur informed consent yang dilakukan peneliti., Kemudian dilakukan pengukuran berat badan (BB) dan  tinggi badan (TB) , pengisian selanjutnya dilakukan pengukuran tekanan darah. Analisis data dilkukan dengan Uji T Paired.

HASIL PENELITIAN
Rentang umur perempuan yang menjadi responden pada penelitian ini berkisar antara 48 sampai dengan 55 tahun. Rerata umur responden 52 tahun, dengan median indek massa tubuh 24,7 Kg/m² (48--55 Kg/m²) dan  median lingkar pinggang responden adalah 79 cm (75-80 cm).
Penelitian dilakukan selama 30 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar dengan sampel perempuan yang sudah  mengalami menopause maksimal 1 tahun. Responden berjumlah 15 orang  yang diberikan soya sediaan  merek tertentu.

Tabel 1 Analisis Deskriptif tekanan darah wanita usia 45-55 tahun di wilayah kerja PKM. Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar
No
Tekanan Darah
Pre Test
Post Test

Median
F
%
Median
F
%
1
Sistole
≥120
9
60
≥120
8
53,3


<120 o:p="">
6
40
<120 o:p="">
7
46,7
2
Diastole
≥80,67
6
40
≥80
13
86,7


<80 o:p="">
9
60
<80 o:p="">
12
13,3


Berdasarkan tabel 1.dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel pada kelompok Pre test memiliki nilai median tekanan darah  sistole yang cenderung tinggi meskipun masih dalam batas normal yaitu ≥ 120 mmhg  (60%)  dan mengalami penurunan persentase pada kelompok post test menjadi 53,3%
Sedangkan tekanan darah diastole pada kelompok pre test sebagzian  besar kurang dari 80,67 mmHg (66,7%) berbanding terbalik dengan kelompok post test yaitu sebagian besar memiliki tekanan darah diastole ≥ 86,7 (86,7%)


Tabel 2 Analisis perbedaan tekanan darah  wanita usia 45-55 tahun di wilayah kerja PKM. Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar
No
Tekanan Darah
Z
P Value
1
Sistole
-2.070 
0,038*
2
Diastole
-.302 
    0,763
                    Wilcoxon Test (P<0 o:p="">

Hasil uji satistik menggunakan Wicoxon Test pada tabel 2 menunjukkan  perbedaan  tekanan darah sistole yang signifikan antara kelompok  pre test dan post test dengan  nilai p  0,038 (p <0 sedangkan="" span="" style="mso-spacerun: yes;">  perbedaan  tekanan darah diastole antara kelompok pre test dan post test tidak signifikan.



DISKUSI
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel pada kelompok Pre test memiliki nilai median tekanan darah  sistole yang cenderung tinggi meskipun masih dalam batas normal yaitu ≥ 120 mmhg  (60%) dan  mengalami penurunan persentase pada kelompok post test menjadi 53,3%. Sedangkan tekanan darah diastole pada kelompok pre test sebagian  besar kurang dari 80,67 mmHg (66,7%) berbanding terbalik dengan kelompok post test yaitu sebagian besar memiliki tekanan darah diastole ≥ 86,7 (86,7%)
                      Hasil uji satistik menggunakan Wicoxon Test pada tabel  2 menunjukkan  perbedaan  tekanan darah sistole yang signifikan antara kelompok  pre test dan post test dengan  nilai p  0,038 (p <0 sedangkan="" span="" style="mso-spacerun: yes;">  perbedaan  tekanan darah diastole antara kelompok pre test dan post test tidak signifikan.
                      Hipertensi berhubungan erat dengan proses inflamasi 11 Phytoestrogen menyebabkan vasodilatasi dan kemungkinan memperbaiki hipertensi serta  mengurangi permeabilitas vaskuler, reaktif oxygen species  (ROS), dan infiltrasi sel inflamasi. 12
          Molekul adhesi seperti selectin, dan soluble vascular dan intercellular adhesion molecules memediasi adhesi leukosit pada endotel vaskular, yang kemudian mengawali proses aterosklerosis 13 Karena molekul adhesi vaskular dapat dipengaruhi oleh estrogen 14, isoflavon  kemungkinan mempengaruhi efek  pro-inflamasi dan  adhesi cytocin. Percobaan  in vitro pada hewan coba menunjukkan isoflavon  menurunkan level molekul adhesi an cytokine proinflamasi  Hipotesis lain adalah protein kedelai mengandung arginin dalam level yang tinggi, yang merupakan precursor metabolic yang poten bagi vasodilator nitric oxide 15,16..
         
Tidak berbedanya tekanan darah diastole pada penelitian ini kemungkinan karena rata- rata tekanan diastole pada seluruh sampel penelitian baik pada pengukuran pre test maupun post test tidak menunjukkan range yang terlalu jauh. (pre test 80,67 dan post test 80).

KESIMPULAN
            Tekanan darah sistole setelah pemberian soya  signifikan lebih rendah  dibanding sebelum pemberian. Sedangkan Tekanan darah sistole setelah pemberian soya  tidak signifikan.

REKOMENDASI
            Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang potensi kedelai local yang dibandingkan dengan soya sediaan  sebagai tanaman herbal alternative untuk mencegah penyakit kardovaskular pada pria dan wanita.



DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi Kemnekes RI.
_________2003, Menopause dan Andropause, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta).
Maryam, Siti R dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
Coney P. 2015. Menopause.  http://www.medscape.com/viewarticle/818280
Rahman A Zainudin SR, Mun VL. 2010. Asia Pacific Family Medicine 2. Assessment of menopausal symptoms using modified Menopause Rating Scale (MRS) among middle age women in Kuching, Sarawak, Malaysia. http://www.apfmj.com/content/9/1/5
Glover A. and Assinder S.J. 2006. Acute exposure of adult male rats to dietary phytoestrogen reduces fecundity and alters epididymal steroid hormon receptor expression. Jour. Endoc. 189: 565-573
Yildiz, F. 2005. Phytoestrogens in functional foods. Taylor & Francis Ltd. pp.3-5; 210-21
Teramoto T., Yoshida H., Ikeda H., dan Tamori, Y. 2000. Supressive effect isoflavones on proliferation of breast cancer cells induced by nonyl-phenol and bi-phenol A. Prosiding “ISPUC-III”, October 15-20, 2000, Tsukuba, Japan. pp. 177-178
Messina, M, Gardner C, et al. 2002. Gaining insight into the health effects of soy but a long way still to go: Commentary on the fourth International Symposium on the Role of Soy in Preventing and Treating Chronic Disease. J Nutr 132(3):547S-551S
Koswara S. 2006. Isoflavon, senyawa multi manfaat dalam kedelai. http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL
Androulakis E, Tousoulis D, Papageorgiou N, Latsios G, Siasos G, Tsioufis C, et al. Inflammation in hypertension: current therapeutic approaches. Curr Pharmaceut Design 2011; 17:4121–4131
Vahide B. Gencel, Mina M. Benjamin, Shafik N. Bahou, and Raouf A. Khalil. 2013. Vascular Effects of Phytoestrogens and Alternative Menopausal Hormone Therapy in Cardiovascular Disease Mini Rev Med Chem. Author manuscript; available in PMC 2013 February 1.
Pate M, Damarla V, Chi DS, Negi S, Krishnaswamy G. Endothelial cell biology: role in the inflammatory response. Adv Clin Chem 2010; 52:109–130.
Rajtar-Ciosek A, Huras H, Krzysiek J, Reron A, Wilczak M, Jach R. Beneficial influence of postmenopausal estrogen therapy on serum adhesion molecules is independent of the route and dose of administration. Neuroendocrinol Lett 2011; 32:340–344.
Chacko BK, Chandler RT, Mundhekar A, Khoo N, Pruitt HM, Kucik DF, et al. Revealing anti-inflammatory mechanisms of soy isoflavones by flow: modulation of leukocyte-endothelial cell interactions. Am J Physiol Heart Circ Physiol 2005; 289:H908– H915.
Andrade CM, Sa MF, Toloi MR. Effects of phytoestrogens derived from soy bean on expression of adhesion molecules on HUVEC. Climacteric J Int Menopause Soc 2012; 15:186–194.