Rabu, 24 Juni 2020

Evi Zahara, Yushida, Nanda Norisa: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2020, hal. 55-62

 

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI IBU NIFAS DENGAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI WILAYAH RAWAN BENCANA 

KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2019 

Oleh:
Evi Zahara, Yushida, Nanda Norisa 

Latar Belakang : Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana di dunia. Bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan yang menyebabkan korban luka, dampak psikologis, korban meninggal, masalah gizi, masalah ketersediaan air bersih, masalah kesehatan lingkungan,  penyakit  menular,  gangguan  kejiwaan  dan  masalah  lainnya. Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana diantaranya yaitu Pengetahuan dan Sikap. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap suami  ibu nifas dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah rawan bencana Kabupaten Aceh Barat tahun 2019. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan adalah bentuk apabila suatu saat terjadi bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi, maka cara yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan terjadi, tempat tinggal, seperti jauh dari jangkauan banjir. Metode penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan rancangan survei analitik dengan sampel 30 orang yang diambil menggunakan teknik accidental sampling. Analisa yang digunakan menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat. Hasil penelitian berdasarkan uji Spearman,s menggunakan program SPSS pada computer didapatkan hasil penelitian untuk hubungan pengetahuan dengan kesiapsiagaan dengan nilai p-valuenya = 0,000. Sedangkan untuk variable sikap dengan kesiapsiagaan diperoleh hasil nilai p value = 0,000. Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap suami ibu nifas dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti dengan jumlah sampel yang lebih besar agar hasilnya lebih akurat.

Keywords: Kesiapsiagaan, Ibu Nifas, Bencana 

1. INTRODUCTION

Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana di dunia. Berlokasi di Pacific Ring of Fire, Indonesia sering dihadapkan pada situasi darurat bencana diantaranya Gempa dan Tsunami. Bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan yang menyebabkan korban luka, dampak psikologis, korban meninggal, masalah gizi, masalah ketersediaan air bersih, masalah kesehatan lingkungan,  penyakit  menular,  gangguan  kejiwaan  dan  masalah  lainnya. Jika terjadi bencana berskala   sangat   besar,   dapat   menyebabkan   terganggunya pelayanan   kesehatan   termasuk   pelayanan kesehatan reproduksi bahkan dapat menimbulkan  lumpuhnya  sistem  kesehatan  di  tempat  yang  terkena  dampak bencana.[1]

Women Commission for Refugee Women and Children tahun 2012, menyatakan beberapa masalah kesehatan reproduksi yang mungkin muncul dalam kondisi darurat yaitu meningkatnya resiko kekerasan seksual, meningkatnya penularan  IMS/HIV  di  area  dengan  kepadatan  populasi  tinggi,  meningkatnya risiko yang berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan akibat kurangnya layanan keluarga berencana, meningkatnya kekurangan gizi dan epidemik risiko komplikasi kehamilan, kelahiran terjadi selama perpindahan populasi, meningkatnya  resiko  kematian  ibu  karena  kurangnya  akses  terhadap  layanan gawat darurat kebidanan komprehensif.

Menurut Transtheoretical Model of Behaviour Change  yang  dinyatakan oleh Citizen Corps (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan terhadap bencana adalah motivasi eksternal yang meliputi kebijakan, pendidikan dan latihan, dana, pengetahuan, sikap, keahlian.[5]

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di beberapa desa yang berada di wilayah rawan bencana Kabupaten Aceh Barat pada 7 orang suami dari ibu Nifas, 5 orang suami ibu nifas tersebut mengaku tidak mengetahui tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi dampak bencana. Ibu-ibu nifas tersebut mengaku sulit mendapatkan pengobatan semasa bencana, bahkan terkadang saat mereka ada keluhan seperti pusing mata berkunang mereka harus sabar menahan sakitnya dikarenakan bencana yang sedang terjadi di wilayah mereka yang mengakibatkan akses jalan ke Kota terputus hingga membuat ibu nifas tersebut harus menunggu bencana selesai untuk mengobati keluhannya.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Suami  Ibu Nifas Dengan Kesiapsiagaan Menghadapi Dampak Bencana Banjir Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019”.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No.24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna.  Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharan dan pelatihan personil.[7]

Tingkat kesiapsiagaan keluarga dalam kajian ini dikategorikan menjadi lima, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1. Ukuran kesiapsiagaan bencana

No.

Nilai Indeks

Kategori

1.

80 – 100

Sangat siap

2.

65 – 79

Siap

3.

55 – 64

Hampir siap

4.

40 – 54

Kurang siap

5.

Kurang dari 40 (0-39)

Belum siap

Sumber : (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006)

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu.[11]

Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke  -28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengganggu kehidupan dan penghidupan masayarakat, disebabkan oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi. Bencana (Disaster) merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu (trigger), ancaman (hazard), dan kerentanan (vulnerabillity) bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko (risk).[8]

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.[7]

Salah satu model penanggulangan bencana adalah model siklikal. Model penanggulangan bencana dikenal sebagai siklus penanggulangan bencana yang terdiri dari tiga fase, yaitu Fase Prabencana, Fase Saat Terjadi Bencana, dan Fase Pasca Bencana.[8]

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).[14]

Sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik tertentu.[14]

Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran dan perilaku. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu.

 

1.    RESEARCH METHOD

Desain dalam penelitian ini merupakan desain kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik. Survey analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran pada saat bersamaan.[17]

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik non-probability sampling dengan jenis Accidental sampling. Accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu konsumen yang secara kebetulan/incidental tertetntu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang diambil dengan metode accidental sampling.

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada peneltian ini maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable). Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan analisis Spearman’s.

Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak dan (Ha) diterima, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan Spearman’s.

                                

2.    RESULTS AND DISCUSSIONS

3.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah rawan bencana banjir Kabupaten Aceh Barat selama 4 minggu pada bulan September tahun 2019. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang suami ibu nifas di wilayah rawan bencana banjir Kabupaten Aceh Barat. Hasil penelitian yang didapatkan kemudian diolah menggunakan program SPSS untuk memperoleh analisa univariat dan analisa bivariat.

 

3.2 Analisa Univariat

a. Umur

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di wilayah rawan bencana Kabupaten Aceh Barat

Umur

Frekuensi

Persentase (%)

22-25

5

16.7

26-35

20

66.6

36-45

3

10.0

46-55

2

6.7

Total

30

100

 

b. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah rawan bencana Kabupaten Aceh Barat

Tingkat Pendidikan

Frekuensi

Presentase (%)

SMP

8

26.7

SMA

15

50.0

PT

7

23.3

Total

30

100

 

c. Jenis Pekerjaan

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan di wilayah rawan  bencana Kabupaten Aceh Barat

Jenis Pekerjaan

Frekuensi

Presentasi (%)

IRT

6

20.0

Nelayan

9

30.0

Petani

4

13.3

Buruh

5

16.7

Honorer

2

6.7

Swasta

3

10.0

POLRI

1

3.3

Total

30

100

 

d.   Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Dalam Menghadapi Bencana Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Responden Dalam Menghadapi Bencana Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Pengetahuan

Frekuensi

Persentase (%)

Baik

7

23.3

Cukup

14

46.7

Kurang

9

30.0

Total

30

100

 

e.    Distribusi Frekuensi Sikap Responden Dalam Menghadapi Bencana Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Responden Dalam Menghadapi Bencana Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Sikap

Frekuensi

Persentase (%)

Positif

18

60.0

Negatif

12

40.0

Total

30

100

 

f.    Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Responden Dalam Menghadapi Bencana Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Tabel 4.6 Tingkat Pengetahuan Responden Dalam Menghadapi Bencana Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Kesiapsiagaan

Frekuensi

Persentase (%)

Sangat Siap

11

36.6

Siap

6

20.0

Hampir Siap

5

16.7

Kurang Siap

Belum Siap

8

0

26.7

0

Total

30

100

3.3 Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap suami ibu nifas dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir maka analisis yang digunakan adalah Spearman’s untuk mengetahui korelasi atau hubungan dari kedua variabel tersebut dengan menggunakan program SPSS pada komputer.

Analisis spearman’s  pada batas kemaknaan perhitungan stastistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak dan (Ha) diterima, artinya kedua variabel secara stastistik mempunyai hubungan yang siginifikan. Sedangkan jika didapatkan p value > (0,05) maka dikatakan (Ho) diterima dan (Ha) ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut.

1.   Hubungan Pengetahuan Suami Ibu Nifas Dengan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Suami Ibu Nifas Dengan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Pengetahuan

Kesiapsiagaan

Total

P

 

Sangat Siap

Siap

Hampir Siap

Kurang Siap

Belum Siap

C

N

%

N

%

N

%

 N

%

N

%

N

%

0,000

 

Baik

7

23.3

2

6.6

0

0

0

0

0

0

9

29.9

 

Cukup

1

3.3

3

10

6

20

4

13.5

0

0

14

46.8

0,844

Kurang

0

0

0

0

0

0

7

23.3

0

0

7

23.3

 

Total

8

26.3

5

16.6

6

20

11

36.6

0

0

30

100

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden ditemukan responden yang berpengetahuan baik dan siapsiaga sebanyak 9 (30%) responden, dari 14 (47%) responden yang berpengetahuan cukup mayoritas siapsiaga sebanyak 4 (13,3%) responden dan 10 (34%) belum siapsiaga. Selanjutnya responden yang berpengetahuan kurang seluruhnya tidak siapsiaga berjumlah 7 (23%). Hasil uji statistik spearman’s diperoleh nilai Signifikan = 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana di wilayah rawan bencana Kabupaten Aceh Barat dengan hasil coefisient correlation = 0,844 yang berarti kekuatan korelasinya sangat kuat dan bernilai positif yaitu 0,844 sehingga hubungan kedua variable tersebut bersifat searah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin meningkat suatu pengetahuan maka kesiapsiagaan suami juga akan meningkat.

 

2. Hubungan Sikap Suami Ibu Nifas Dengan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Tabel 4.8 Hubungan Sikap Suami Ibu Nifas Dengan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Barat

Sikap

Kesiapsiagaan

Total

 

 

Sangat Siap

Siap

Hampir Siap

Kurang Siap

Belum Siap

Ps

C

N

%

N

%

N

%

N

%

N

%

N

%

 

 

Positif

8

26.6

4

13.3

4

13.3

2

6.7

0

0

18

59.9

 

0,000

 

0,680

Negatif

0

0

1

3.4

2

6.7

9

30

0

0

12

40.1

Total

8

26.6

5

16.7

6

20

11

36.7

0

0

30

100

 

 

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 18 (59.9%) responden yang bersikap positif terdapat 12 (39.9%) dengan tingkat kesiapsiagaan yang siap menghadapi bencana dan 6 (20%) responden belum siap menghadapi bencana. Selanjutnya dari 12 (40.1%) responden yang bersikap negatif terdapat 1 (3.4%) yang kesiapsiagaan menghadapi bencana dengan kategori siap dan 11 (36.7%) responden dengan kategori belum siap dalam menghadapi bencana. Berdasarkan hasil uji spearman’s didapatkan nilai signifikan = 0,000 yang berarti nilai p value < 0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kesiapsiagaan suami ibu nifas dalam menghadapi bencana di wilayah rawan bencana Kabupaten Aceh Barat dengan hasil coefisient correlation = 0,680 yang berarti kekuatan korelasinya kuat dan bernilai positif yaitu 0,680 sehingga hubungan kedua variable tersebut bersifat searah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin meningkat suatu pengetahuan maka kesiapsiagaan suami juga akan meningkat.

 

3.  CONCLUSION

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa tedapat hubungan pengetahuan suami ibu nifas dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah rawan bencana Kabupaten Aceh Barat tahun 2019 dengan nilai signifikan = 0,000.

Selanjutnya untuk kategori sikap juga terdapat hubungan sikap suami ibu nifas dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah rawan bencana Kabupaten Aceh Barat tahun 2019 dengan nilai signifikan = 0,000. 

4.  ACKNOWLEDGEMENTS

Ucapan terima kasih kepada Seluruh Dosen dan Staff Program Studi DIII Kebidanan Meulaboh yang telah membantu atau ikut serta dalam penelitian ini

  

REFERENCES

 

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM), Kesehatan Reproduksi Pada Krisis Kesehatan. Kemenkes R1. Jakarta

World Health Organization (WHO). 2015. Environmental Health in Emergencies : Vulnerable groups. WHO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2013. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Badan Pusat Statistik. Kemenkes R1. Jakarta

Nuruniyah S. 2014. Evaluasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Pengungsi Rawan Bencana. Yogyakarta. Journal Ners and Midwifery Indonesia Sleman.

Sutton. J. Tierney. K. 2006. Disaster Preparedness : Concept, Guidance, And Research. Natural Hazards Center Institute of Behavioral Science University of Colorado, CO

Husna, C. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana di RSUD ZA Banda Aceh Tahun 2011. Idea Nursing Journal. Aceh

Ramli. S, (2010). Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta. Dian Rakyat

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Indeks Resiko Bencana Indonesia.1st ed. Jakarta: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan; 2013

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2016. Risiko   Bencana Indonesia. Jakarta  

LIPI,   UNESCO/   ISDR,   (2006).   Kajian   Kesiapsiagaan   masyarakat dalam Menghadapi Ancaman Bencana Alam. LIPI Press.Jakarta.

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Makasar : Pustaka Pelajar

Rini, Susilo & Kumala. 2016. Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based Practice. Yogyakarta : Deepublish

Dewi, Vivian N.L, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Edisi Revisi, Jakarta. PT. Rineka Cipta.Jakarta.

Arikunto,  (2010).  Buku  Ajar  Metodologi  Penelitian  Kesehatan.  Yogyakarta  : Nuha Medika

Budiman, Riyanto. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013

Prof. Dr. Sugiyono.  (2010).  Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.  Bandung:  Alfabeta.

Firmansyah, Imam, Hanny Rasni, dan Rondhianto. 2014. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor pada Remaja Usia 15-18 tahun di SMA Al-Hasan Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten. Jember. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa. Jember: Universitas Jember.

Khaira Nuswatul. (2010).Pengaruh Faktor Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Kesiapsiagaan Rumah Tangga Dalam Menghadapi Banjir Di Desa Pelita Sagoup Jaya Kecamatan Indra Makmu Kabupaten. Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan 2010.

Suwito. (2014). Pengaruh Pengetahuan Kebencanaan Terhadap Sikap Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Alam, Jakarta.

Hastono, (2011). Analisa Data Kesehatan. Universitas Indonesia ; Fakultas Kesehatan Masyarakat. Indonesia. 1st ed. Jakarta: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana

Tyas MDC. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016.

Dhiroh A. S. (2013). Studi Komparasi Tingkat Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah Siaga Bencana Dengan Sekolah Non Siaga Bencana Dalam Mengantisipasi Ancaman Gempa Bumi Dan Tsunami Di Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Yogyakarta

Widiyanita, dkk. Tingkat Kesiapsiagaan Keluarga Terhadap Bencana Banjir di Kelurahan Nglorog Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS. 2017

Divisi Manajemen Bencana Paramartha. Buku Saku : Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Gempa Bumi. Bandung; 2010.

Dwi A, Pangesti H. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Aplikasi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2012 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2012.

Ajmain. (2013). Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Pemberian Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernafasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Badrudin, (2013).  kajian kesiapsiagaan masyarakat Dalam menghadapi  bencana gempa bumi di desa bawuran, Kecamatan pleret kabupaten bantul. Tesis Program Studi Magister Manajemen Bencana Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan.