PENGARUH
MENGKONSUMSI SIRIH DENGAN PENYAKIT
PERIODONTAL DI DESA LAMBHUK
KEC. ULEE KSRENG BANDA
ACEH
TAHUN
2017
Oleh:
Linda Suryani, S.Si.T, M.Kes
ABSTRAK
Penyakit periodontal adalah penyakit pada jaringan pendukung gigi, yaitu
jaringan gingiva, tulang alveolar, sementum dan ligament periodontal. Penyakit
periodontal sering terjadi pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
mengkonsumsi sirih dengan penyakit periodontal di Desa Lambhuk Kecamatan Ulee
Kareng Banda Aceh Tahun 2017. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan di Desa Lambhuk
Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh. Penelitian ini diperoleh langsung
berdasarkan hasil pemeriksaan jaringan periodontal dan wawancara pada
masyarakat yang mengkonsumsi sirih. Dari hasil penelitian terdapat 29 responden
yang mengkonsumsi sirih di Desa Lambhuk
Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2017. Berdasarkan pemeriksaan dan wawancara terdapat 19 responden yang
mengalami penyakit periodontal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
tingginya penyakit periodontal pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih di Desa Lambhuk
Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2017. Disarankan kepada masyarakat Desa Lambhuk agar merubah anggapan bahwa dengan mengkonsumsi sirih
gigi menjadi kuat.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdi
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan uuntuk mela kukan upaya kesehatan (Depkes RI,2009).
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang
lazim terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok
umur. Penyakit gigi daan mulut masih menjadi masalah utama di Indonesia yang
paling utama adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Penyebab terjadinya
gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan penyebab terjadinya jenis
penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri, maupun tidak langsung
seperti karakteristik penderita, komposisi, perilaku, dan faktor budaya.
Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit
karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua ( Depkes
RI, 2002 ).
Penyakit periodontal adalah sekelompok lesi (luka) yang terjadi
pada jaringan sekitar gigi yang mendukung keberadaan gigi dalam soket (kantong
gusi). Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang
mengenai jaringan periodontal ( Prayitno, 2003, dalam Samura, 2009 ).
Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit
diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas
cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan,
wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, jantung
berdebar dan trachoma ( Hermawan, 2007 ).
Ramuan sirih terdiri dari daun sirih, gambir, buah pinang, tembakau
dan kapur. Gigi-gigi menjadi aus dan berwarna kemerahan. Penumpukan kalkulus
dapat juga terjadi karena adanya unsur kapur didalam ramuan sirih yang
menyebabkan suasana basa di dalam mulut. Ada tipe gingivitis yang spesifik yang
dinamakan ”gingivitis toksika” yang ditandai dengan destruksi gingival dan tulang
di bawahnya, yang dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah tembakau. Silikat yang
terdapat didalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu lama
berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi sampai gingival. Elemen-elemen ini
berubah warna menjadi cokelat, tidak sakit karena proses berjalan lambat dan
terus-menerus ( Putri, 2010).
Secara umum
prevalensi penyakit periodontal pada usia 16-64 tahun adalah 44% (Daliemunte,
2008). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga - Survey Kesehatan Nasional
tahun 2010), penyakit periodontal menduduki urutan kedua dengan jumlah
penderita 42,8% penduduk Indonesia.
Desa Lambhuk
merupakan salah satu desa pada kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, yang memiliki
sekitar 173 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk mencapai 678 jiwa (data
tahun 2016). Berdasarkan data
kunjungan pasien ke poli gigi Puskesmas Ulee Kareng bulan Januari sampai
Desember tahun 2016 hanya sekitar 97
orang, tercatat yang menagalami karies gigi mencapai 31,9 %, penyakit
periodontal 21,6 % , abses 8,2 % , mobility 5,1 %, radiks 13,4 % , nekrose
pulpa 8,2 %, persistensi 3,0 %, pulpitis
8,2 % .
Berdasarkan
survey awal yang dilakukan oleh peneliti dengan wawancara dan pemeriksaan
diambil secara acak terdapat 10 orang masyarakat yang mengkonsumsi sirih di
Desa Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh dan 8 orang diantaranya mengalami penyakit
periodontal, sedangkan 2 lainya tidak mengalami penyakit periodontal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Pengaruh masyarakat yang mengkonsumsi sirih dengan penyakit
periodontal di desa Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh”.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit
Periodontal
1. Pengertian
Penyakit Periodontal
Penyakit
Periodontal Adalah proses patologis yang
mengenai jaringan periodontal. Sebagian penyakit periodontal disebabkan
oleh infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi jaringan
periodontal adalah mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi (
Vernino,2004).
Penyakit periodontal adalah penyakit
pada jaringan pendukung gigi, yaitu jaringan gingiva, tulang alveolar, sementum
dan ligament periodontal. Penyakit ini
adalah akibat interaksi
akibat interaksi antara
produk dari plak
dengan respon peradangan
dan imunologi dalam
jaringan periodontal (Barnes, 2006).
2. Jaringan
Periodontal.
Jaringan Periodontal merupakan system fungsional jaringan yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang dan rahang, dengan demikian dapat
mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Setiap jaringan
periodontal memainkan peran yang penting dalam memelihara kesehatan dan fungsi
dari periodontal.Keadaan periodontal sangat bervariasi. Hal ini tergantung atau dipengaruhi oleh morfologi gigi, fungsi
maupun umur.
Menurut Fedi
(2004). Jaringan periodontal tersusun atas :
a)
Gingiva
Gingiva
tersusun dari epitel berkaratin dan
jaringan ikat. Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskanya
adalah sebagai berikut :
1.
Marginal gingival/gingiva bebas, yaitu
bagian gingival yang mengililingi leher gigi, tidak melekat secara langsung
pada gigi dan membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingival. Bagian gusi ini
meluas dari tepi gingival hingga ke ceruk(groove)gingival.
2.
Ceruk gingiva, yaitu
garis dangkal atau lekukan pada permukaan gingival yang memisahkan gingiva
bebas dan gingiva cekat. Biasanya ceruk gingival ini dikaitkan dengan lokasi
dasar sulkus gingival, walaupun tidak selalu sama dan ceruk ini tidak selalu
ada pada setiap orang.
3.
Gingiva berkaratin, yaitu
bagian gingival berkaratin yang meluas dari tepi gingival ke pertemuan
mukogingiva. Lebar gingival ini ini bervariasi antara kurang dari 1 mm hingga 9
mm.
4.
Gingiva cekat, yaitu
bagian gusi yang meluas ke apical dari daerah ceruk gingival bebas kea rah
pertemuan mukogingiva.
5.
Pertemuan mukogingival, yaitu
garis berlekuk-lekuk yang memisahkan gingival berkaratin dan mukosa alveolar.
6.
Ceruk inteldental , yaitu
ceruk vertical, sejajar dengan sumbu panjang gigi, terdapat pada daerah
interdental gingival cekat.
7.
Papila interdental, yaitu
bagian gingival yang mengisi ruang interproksimal antara dua gigi yang
bersebelahan.
8.
Sulkus gingiva (krevis), yaitu
ruang/celah yang dibatasi oleh gigi dan gingival bebas serta didasari oleh
epithelium jungsional(penghubung).
Gambaran klinis
gingival sehat.
3.
Proses Terjadinya Penyakit Periodontal
Penyebab
utama penyakit periodontal adalah bakteri yang berada didalam plak. Pada
gingivitis mulanya disebabkan oleh plak yang ada pada gigi, sedangkan pada
periodontitis, plak telah menyebar kebagian dalam gusi sehingga terjadi
peradangan yang mengakibatkan hilangnya pelekatan gigi dan gusi. Hal ini
menyebabkan terbentuknya kantung gusi. Kantung gusi ini mempermudah terjadinya
infeksi kuman dan lama-kelamaan dapat terbentuk nanah didalamnya. Kantung ini
dapat menjadi semakin dalam dan menyebabkan kerusakan tulang gigi dan kemudian
akan menyebabkan gigi goyang dan tanggal (Risha, dkk, 2005).
4. Etiologi penyakit periodontal
Menurut Vernino
(2004). Etiologi penyakit periodontal terdiri dari :
1
Plak bakteri.
Ada beberapa macam plak dan bakteri, tetapi
yang berhubungan dengan penyakit periodontal dapat dibagi menjadi 2 tipe utama.
Yang pertama adalah plak yang terdiri dari mikroorganisme yang padat dan
menumpuk, berkolonisasi, bertumbuh dan melekat di permukaan gigi. Tipe plak ini
dapat berupa plak supra gingival atau subgingiva. Tipe yang kedua adalah plak
subgingiva yang bebas atau menempel secara longgar di antara jaringan lunak dan
permukaan gigi. Plak bakteri yang melekat ini tidak dapat dibersihkan dengan
semprotan air yang kuat, tetapi dapat dihilangkan dengan pembersihan mekanis
lain. Plak yang menempel dengan longgar sebagian besar terdiri atas bakteri
anaerob.
2
Pelikel Bawaan.
Yaitu lapisan protein setipis film (0,1-0,8
mikron) yang terbentuk pada gigi yang telah bererupsi dan dapat dibersihkan
dengan alat abrasif (alat atau bahan pemoles) dan dengan cepat terbentuk
kembali setelah dibersihkan. Sumber pembentuk pelikel adalah zat-zat yang
terdapat dalam saliva, dan dapat terbentuk dengan atau tanpa danya bakteri
dengan eritrosin (bahan pewarna merah untuk mewarnai bakteri), pelikel terlihat
berwarna merah muda terang. Tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur, dan
peranannya dalam penyakit periodontal diketahui dengan jelas.
3
Kalkulus.
Yaitu plak terkalsifikasi yang biasasnya
tertutup oleh lapisan lunak plak bakteri.
4
Debris makanan.
Adalah makanan yang tersisa didalam
mulut.Debris dapat dibersihkan dengan aliran saliva dan pergerakan otot-otot
didalam mulut, atau dengan berkumur dan menyikat gigi, kecuali debris terselip
di antara gigi atau masuk kedalam poket periodontal.
5
Materia alba (zat berwarna putih).
Suatu campuran lunak antara protein saliva,
bakteri, sel epitel terdeskuamasi, dan kadang-kadang leukosit yang mati.
Campuran ini melekat longgar ke permukaan gigi, plak, dan gingival, dan dapat
dibersihkan dengan semprotan air yang kuat.
5.
Tanda klinis penyakit periodontal
Menurut
Ramadhan (2010), penyakit periodontal bisa terjadi pada semua umur. Namun,
karena penyakit ini berjalan cukup lama maka biasanya lebih banyak diderita
oleh orang dewasa.Apabila penyakit periodontal terdeteksi pada tahap awal,
kondisi kesehatan jaringan periodontal bisa kembali seperti semula.
Berikut ini
gejala-gejala penyakit periodontal:
a.
Jaringan gusi terlihat berwarna merah, membengkak, dan konsistensinya lunak.
b. Gusi
mengeluarkan darah ketika menyikat gigi atau flossing.
c.
Pinggiran gusi menurun sehingga mahkota gigi nampak lebih panjang.
d. Terjadi
kegoyangan gigi.
e. Keluar
nanah dari sela-sela gigi dan gusi.
f. Bau
mulut.
Menurut Melinda
(2010), tahap-tahap perkembangan penyakit periodontal :
1) Gingivitis (peradangan pada
gusi)
Gingivitis
umumnya ditandai dengan penumpukan plak di sepanjang tepi gusi, gusi yang
terasa sakit, mudah berdarah, lunak dan bengkak.Selain itu sering kali terjadi
pendarahan waktu menyikat gigi atau menggunakan benang gigi. Gingivitis dapat
dicegah dan disembuhkan melalui penyikatan gigi dan pembersihan sela gigi yang
baik. Sebaliknya, bila hygiene mulut jelek, gingivitis akan berkembang menjadi
periodontitis.
2) Periodontitis awal
Pada tahap ini
mulai terjadi kerusakan tulang penyangga gigi. Kerusakan ini disebabkan oleh
desakan karang gigi yang terus tumbuh kearah ujung akar gigi, akibatnya
pelekatan jaringan penyangga gigi dengan gigi menjadi rusak. Kerusakan yang
terjadi menyebabkan menurunnya ketinggian tulang penyangga gigi. Kerusakan ini
tidak dapat dipulihkan, tetapi penjalarannya dapat dihentikan dengan
membersihkan karang gigi dan mengangkat jaringan yang mati.
Kadang-kadang,
meskipun tulang penyangga menurun ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah.
Akibatnya terbentuk kantong yang mengelilingi gigi, disebut sebagai periodontal
poket. Kantong ini akan menjadi tempat menumpuknya sisa makanan dan menjadi
tempat yang nyaman bagi kuman-kuman untuk hidup.
Tanda-tanda
periodontitis awal sama seperti tanda-tanda gingivitis, ditambah keadaan gusi
yang kemerahan dan bengkak serta terdorong menjauhi gigi. Sedangkan periodontal
poket yang sedang meradang akan terasa gatal dan terasa nyaman bila melakukan
gerakan menghisap.
3) Periodontitis lanjut
Tanda–tanda
periodontitis tingkat lanjut adalah terjadinya perubahan cara menggigit,
perubahan kecekatan gigi palsu, karena berkurangnya dukungan tulang penyangga
gigi. Akibat pengurangan tinggi tulang penyangga gigi, akar gigi terbuka,
sehingga sensitive terhadap panas atau dingin atau rasa sakit ketika menyikat.
Peradangan pada jaringan periodontal sering kali dengan keluarnya nanah diantara
gigi dan gusi bila ditekan, bau mulut dan rasa gatal pada gusi. Berkurangnya
dukungan jaringan penyangga akan menyebabkan gigi akan goyang bahkan tanggal.
6.
Pencegahan penyakit periodontal
Menurut Ramadhan (2010), pencegahan
penyakit periodontal dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Menjaga
kebersihan mulut.
2.
Rutin
menjaga gigi dan flossing.
3.
Perawatan
skaling minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi.
4.
Menghentikan
kebiasaan merokok.
5.
Memperbaiki
susunan gigi dengan perawatan kawat gigi.
6.
Atasi
kondisi stress yang bisa menurunkan kekebalan tubuh.
7.
Hidup
sehat dan makan-makanan yang bergizi terhindar dari berbagai penyakit yang bisa
meningkatkan resiko terjadinya penyakit gusi.
7. Perawatan penyakit periodontal
Menurut
Ramadhan (2010) perawatan penyakit periodontal adalah untuk mengendalikan
infeksi yang sudah terjadi dan untuk mencegah bertambah parahnya penyakit.
Perawatan yang paling penting untuk dilakukan adalah:
Periodonsia
menjaga kebersihan gigi dan mulut
1.
Menyikat
gigi dan flossing secara rutin dan benar
2.
Perawatan
skaling dan root planning
3.
Tindakan
bedah periodonsia oleh dokter gigi umum atau dokter gigi spesialis.
B. Sirih
1.
Pengertian sirih
Sirih merupakan tanaman asli
Indonesia yang tumbuh merambat pada batang kayu atau tembok. Dari setiap ruas
muncul akar pengisap yang merekat pada batang pohon atau tembok. Berdasarkan
dari ukuran, warna,dan bentuk daunya, ada banyak jenis, di antaranya sirih
hijau, kuning, merah dan sirih mini ( Mursito, 2011).
Sifat tuumbuhan sirih adalah sejenis
pepohonan yang menjalar dan merambat pada batang pohon sekelilingnya. Bentuk
daunya agak membujur. Daun-daun sirih yang subur berukuran antara 8 cm s/d 12
cm. lebar daun 10-15 cm. panjang sirih sesuai umurnya, ditanam diatas tanah
gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropis, agar tumbuh subur
dan memerlukan air yang mencukupi.
2.
Jenis sirih
Ada beberapa jenis sirih, di antaranya :
1) Sirih hijau, 2) Sirih kuning, 3)
Sirih merah, 4) Sirih mini. Sirih merah memiliki daun berwarna keungulan dan
permukaannya memiliki bercak keperakan. Sirih merah tidak dijadikan obat, hanya
sebagai tanaman hias ( Mursito, 2011)
Sirih
hijau memiliki bentuk daun seperti hati berukuran besar dan permukaannya
mengkilap. Aroma daun sirih hijau sangat tajam. Sirih kuning warna daunya
kuning cerah dan berubah agak kehijaun setelah tua. Daun sirih kuning banyak
dipakai untuk nginang. Sirih mini memiliki bentuk dan ukuran daun yang mini.
Ukuran daunya mungil, yaitu hanya 1/5 ukuran daun sirih biasa. Batangnya
berwarna merah jambu kecoklatan. Warna daun hijau kekuningan dengan permukaan
licin. Sirih mini tidak merambat, tetapi menjalar di atas tanah (Samura, 2009).
3.
Kandungan dan Khasiat Sirih
A. Kandungan Sirih
Tanaman sirih mengandung minyak asiri,
seperti kadinen, kavikol, eugenol, kariofolen, karvakrol, terpinen, danses
kuiterpen. Tanaman ini memiliki banyak
khasiat, di antaranya untuk mengurangi produk ASI yang berlebihan,
mengobati keputihan, sakit jantung,
sipilis, alergi/biduren, diare, pendarahan
gusi, sakit gigi berlubang,
bronkritis, batuk, sakit mata, eksim, gatal-gatal sehabis
melahirkan, menghilangkan bau
mulut, menghindarkan dan menghilangkan jerawat,
koreng, luka baru,
bisu, serta sariawan
(Prihmantoro, 2011)
B. Khasiat Sirih.
Menurut
Prihmantoro (2011) Khasiat mengkonsumsi sirih bagi gigi dan mulut yaitu : 1.
Menghentikan pendarahan gusi. Yaitu daun sirih 4 lembar. Daun direbus dalam dua
gelas air sampai mendidih. Air rebusan dipakai untuk berkumur-kumur. Ulangi
secara teratur sampai sembuh. 2. Sakit gigi berlubang. Yaitu daun sirih 1
lembar. Daun sirih ditumbuk sampai halus, lalu sumbatkan ramuan pada gigi yang
berlubang. 3 Batuk. 4. Menghilangkan bau mulut. Daun sirih 4-7 lembar, air 4
gelas. Daun sirih direbus dengan empat gelas air sampai mendidih. Air rebusan
digunaka untuk berkumur-kumur setiap hari. 5. Koreng. 6. Sariawan. Daun sirih
segar 1 lembar, daun sirih dicuci hingga bersih, lalu dikunyah pelan-pelan.
Biarkan didalam mulut beberapa menit. Sedikit demi sedikit daun ditelan, lalu
minum air hangat. Lakukan tiga kali sehari.
4. Pengertian mengkonsumsi sirih dan kerugian mengkonsumsi sirih.
A. Mengkonsumsi
sirih
Mengkonsumsi sirih merupakan proses meramu campuran dari
unsur-unsur yang telah terpilih yang dibungkus dalam daun sirih kemudian
dikunyah dalam waktu beberapa menit. Menyirih dilakukan dengan cara berbeda
dari satu Negara dengan Negara lainya dan dalam satu daerah dengan daerah
lainya dalam satu Negara. Meskipun begitu komposisi terbesar terbesar relatif
konsisten, yang terdiri dari biji buah pinang, daun sirih, kapur, dan gambir (
Samura, 2009 ).
B. Kerugian
mengkonsumsi sirih
Ramuan sirih terdiri dari daun sirih, gambir, buah pinang, tembakau
dan kapur. Gigi-gigi menjadi aus dan berwarna kemerahan. Resensi gusi dan iritasi
pada mukosa mulut dapat terjadi akibat tekanan tembakau. Penumpukan kalkulus
dapat juga terjadi karena adanya unsur kapur didalam ramuan sirih yang
menyebabkan suasana basa di dalam mulut. Ada tipe gingivitis yang spesifik yang
dinamakan ”gingivitis toksika” yang ditandai dengan destruksi gingival dan
tulang di bawahnya, yang dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah tembakau.
Silikat yang terdapat didalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu lama
berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi sampai gingiva. Elemen-elemen ini
berubah warna menjadi cokelat, tidak sakit karena proses berjalan lambat dan
terus-menerus (Putri, 2010).
Menyirih pertama kali dilakukan oleh
masyarakat di cina dan india lalu menyebar ke benua asia termasuk Indonesia.
Komposisi utama dari menyirih adalah daun sirih, buah pinang, kapur sirih,
gambir, dan sebagai tambahan biasanya dipakai juga kapulaga, cengkeh, kayu
manis, dan tembakau. Menyirih memiliki efek terhadap gigi, gingival, dan mukosa
mulut. Efek menyirih terhadap gigi dari segi positifnya adalah menghambat
proses pembentukan karies, sedangkan efek negatif dari menyirih terhadap gigi
dan gingival adalah dapat menyebabkan stain, selain itu dapat menyebabkan
penyakit periodontal dan pada mukosa mulut dapat menyebabkan timbulnya
lesi-lesi pada mukosa mulut, oral hygine yang buruk, dan dapat menyebabkan
atropi pada mukosa lidah (Andriyani, 2010).
KERANGKA
TEORI PENELITIAN
A.
Kerangka Kerja
Penyakit
periodontal adalah penyakit pada jaringan pendukung gigi, yaitu jaringan gingiva,
tulang alveolar, sementum dan ligamen periodontal. Penyakit ini adalah akibat
interaksi antara produk dari bakteri plak dengan respons paradangan dan
imunologi dalam jaringan periodontal. Penyakit periodontal
secara klinis dikarakteristikkan dengan adanya peradangan dari jaringan
gingiva, migrasi apical dari epitel fungsional, pembentukan poket dan
kehilangan tulang alveolar. Jika tidak dirawat penyakit periodontal dapat
menjadi penyebab umum dari tanggalnya gigi pada populasi dewasa (Barnes, 2006).
Kebiasaan
makan sirih dapat menyebabkan penyakit periodontal. Pada beberapa penelitian
telah diamati pengaruhnya dengan penyakit periodontal. Beberapa bukti yang
menyatakan bahwa mengunyah sirih dapat berpengaruh dengan tingginya prevalensi
penyakit periodontal (Samura, 2009).
Penyakit
periodontal
|
B.
Variabel Penelitian
1. Mengkonsumsi sirih
2. Penyakit periodontal
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25
September – 3 Oktober, pengumpulan data dilakukan pada 29 responden yaitu
masyarakat yang mengkonsumsi sirih di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda
Aceh tahun 2017.
1.
Data
Umum
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Masyarakat
yang Mengkonsumsi Sirih di desa
Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh
Tahun 2017.
No
|
Jenis
Kelamin
|
F
|
Persentase
(%)
|
1.
|
Laki-laki
|
10
|
34,4%
|
2.
|
Perempuan
|
19
|
65,6%
|
Total
|
29
|
100%
|
Berdasarkan Tabel 2 diatas
dapat dilihat bahwa
jumlah responden yang paling banyuak mengkonsumsi sirih adalah responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 responden (65,6 %) dan responden yang
berjenis kelamin laki-laki yang mengkonsumsi sirih hanya 10 responden (34,4%).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden terhadap Lamanya
Mengkonsumsi
Sirih di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng
Banda Aceh
Tahun 2017.
.
No
|
Lamanya
Mengkonsumsi Sirih
|
F
|
Persentase
(%)
|
1.
|
0-1 tahun
|
6
|
20,6 %
|
2.
|
1-5 tahun
|
19
|
65,1%
|
3.
|
6-10 tahun
|
3
|
10,3%
|
4.
|
>10 tahun
|
1
|
3,4%
|
Total
|
29
|
100%
|
Berdasarkan tabel 3 diatas
dapat dilihat bahwa dari 29 responden persentase lamanya mengkonsumsi sirih
yang paling banyak antara 1-5 tahun ada 19 orang (65,1%).
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden terhadap
Masyarakat yang Mengalami Penyakit Periodontal di desa Lambhuk Kecamatan Ulee
Kareng Banda Aceh
Tahun 2017.
No
|
Penyakit
Periodontal
|
F
|
Persentase
(%)
|
1.
|
Ada
|
19
|
65%
|
2.
|
Tidak
ada
|
10
|
35%
|
Total
|
29
|
100
|
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa
tingginya penyakit periodontal pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih
berjumlah 19 orang (65%) dan yang tidak mengalami berjumlah 10 orang (35%).
Tabel 5
Gambaran Mengkonsumsi Sirih dengan Penyakit
Periodontal di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh
Tahun 2017.
No
|
Penyakit periodontal
|
Penyakit Periodontal
|
∑
|
%
|
|||||||
0-1 th
|
%
|
1-5 th
|
%
|
6-10 th
|
%
|
>10 th
|
%
|
||||
1.
|
Ada
|
0
|
0
|
17
|
89,4
|
2
|
10,6
|
0
|
0
|
19
|
100
|
2.
|
Tidak ada
|
6
|
60
|
2
|
20
|
1
|
10
|
1
|
10
|
10
|
100
|
Berdasarkan
Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang mengalami penyakit
periodontal yaitu 19 responden, paling banyak pada masyarakat yang
lama mengkonsumsi sirih
antara 1-5 tahun (89,4 %) dan
paling sedikit pada
masyarakat yang mengkonsumsi sirih >10 tahun (0%).
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25
September -3 Oktober di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, dari
hasil penelitian ini terdapat 29 responden
masyarakat yang mengkonsumsi sirih dengan jumlah perempuan 19 responden dan laki-laki 10 responden.
Dari 29 responden persentase lamanya
mengkonsumsi sirih yang paling banyak antara 1-5 tahun ada 19 responden (65,1%), 0-1 tahun 6 responden
(20,6%), 6-10 tahun 3 responden (10,3%), dan lamanya diatas >10 tahun 1
responden (3,4%).
Hasil penelitian lainya menunjukkan bahwa
tingginya penyakit periodontal pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih
berjumlah 19 responden (65%)
dan yang tidak mengalami berjumlah 10 responden (35%).
Penyakit periodontal paling banyak dialami pada kaum wanita yaitu berjumlah 12 responden dan laki-laki berjumlah 4 responden.
Penyakit periodontal
paling banyak terjadi pada masyarakat yang lamanya mengkonsumsi sirih antara
1-5 tahun dengan jumlah 17 responden (89,4%), 6-10 tahun 2 responden (10,6%), 0-1
tahun tidak ada (0%), dan >10 tahun tidak ada (0%).
Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat yang mengkonsumsi sirih, perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki, hal ini disebabkan karena kaum perempuan lebih
banyak menghabiskan waktu dirumah sambil mengkonsumsi sirih jika tidak ada
kegiatan apapun, berbeda dengan kaum laki-laki yang lebih banyak bekerja diluar
rumah sehingga jarang mengkonsumsi sirih. Hal ini dikarenakan kesibukan mereka
dalam bekerja sehingga tidak banyak dari kaum laki-laki yang mengalami penyakit
periodontal dibandingkan dengan kaum perempuan.
Namun
demikian, perempuan mengalami peradangan menjelang datangnya masa menstruasi.
Munculnya gusi merah, bengkak, perih pada gusi dan luka pada mulut menjadi
tanda yang biasa. Tanda-tanda peradangan akan menghilang seiring
dengan datangnya periode menstruasi. Oleh karena itu, higienitas mulut yang
tidak sehat dapat meningkatkan keparahan
gangguan mulut yang
menyebabkan rasa tidak nyaman (Raka, 2010).
Ramuan sirih terdiri dari daun sirih, gambir,
buah pinang, tembakau dan kapur. Gigi-gigi menjadi aus dan berwarna
kemerahan.Resensi gusi dan iritasi pada mukosa mulut dapat terjadi akibat
tekanan tembakau. Penumpukan kalkulus dapat juga terjadi karena adanya unsur
kapur didalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana basa di dalam mulut. Ada
tipe gingivitis yang spesifik yang dinamakan ”gingivitis toksika” yang ditandai
dengan destruksi gingival dan tulang di bawahnya, yang dihubungkan dengan
kebiasaan mengunyah tembakau. Silikat yang terdapat didalam daun tembakau dan
pengunyahan dalam waktu lama berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi sampai
gingiva. Elemen-elemen ini berubah warna menjadi cokelat, tidak sakit karena
proses berjalan lambat dan terus-menerus ( Putri, 2010 ).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
penyakit periodontal pada masyarakat di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng
Banda Aceh Tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa
:
1.
Responden
yang mengkonsumsi sirih di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 responden dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 19
2.
responden,
jadi total responden pada penelitian ini sebanyak 29 responden. Responden yang
mengkonsumsi sirih yang paling banyak yaitu 1-5 tahun berjumlah 19 responden.
3.
Responden
yang mengalami penyakit periodontal sebanyak 19 responden dan yang tidak
mengalami penyakit periodontal sebanyak 10 responden.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
beberapa hal dapat disarabkan sebagai berikut :
1.
Diharapkan
kepada masyarakat di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh perlu
diupayakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terutama pengaruh mengkonsumsi
sirih terhadap gigi sehingga dapat menurunkan angka penyakit periodontal pada
gigi.
2.
Diharapkan
kepada masyarakat di desa Lambhuk agar merubah anggapan bahwa dengan
mengkonsumsi sirih gigi menjadi kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, 2010, Daun Sirih. http;//repository. usu,ac,id/xmlui/handle/show=
full Barnes,
Ian, E., 2006, Perawatan Gigi Terpadu Untuk Lansia,
Jakarta.
Daliemunthe, S
I, 2005.Periodonsia,
Universitas
Sumatra Utara, Medan.
Depkes RI, 2009, Undang-Undang kesehatan, Jakarta.
Fedi, Peter, F.
Vernino, Arthur, R. Gray, John, L., 2004,
Silabus Periodontal, hal: 1-20,
Jakarta.
Jurnal Ilmiah, 2012, Studi deskripsi kebiasaan mengunyah daun sirih dan buah pinang terhadap
status kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat transmigrasi asal
NTT. Media kesehatan gigi,
Makassar.
Melinda.,2010, Kesehatan Penyakit Periodontal dalam Rongga Mulut, http:// www.gkisuryautama. Org/ artkel php.id.
Mursito,
Bambang. Prihmantoro, Heru., 2011, Tanaman Hias Berkhasiat Obat, hal:
91-99, Jakarta.
Putri, M, H. Heri Julianti, E, Nurjanah, N.,2010, Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi.
hal: 223, EGC, Jakarta.
Ramadhan. A.
G., 2010, Serba-serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut, hal: 101-112, Jakarta.
Samura, Jul
Asdal, Putra.,2009, Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang, Universitas Sumatra Utara, Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar