Jumat, 29 Desember 2017

Linda Suryani: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2017, hal. 43-54


PENGARUH  MENGKONSUMSI SIRIH DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL DI DESA LAMBHUK KEC. ULEE KSRENG BANDA ACEH
TAHUN 2017

Oleh:
Linda Suryani, S.Si.T, M.Kes

ABSTRAK
Penyakit periodontal adalah penyakit pada jaringan pendukung gigi, yaitu jaringan gingiva, tulang alveolar, sementum dan ligament periodontal. Penyakit periodontal sering terjadi pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengkonsumsi sirih dengan penyakit periodontal di Desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2017. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan di Desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh. Penelitian ini diperoleh langsung berdasarkan hasil pemeriksaan jaringan periodontal dan wawancara pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih. Dari hasil penelitian terdapat 29 responden yang mengkonsumsi sirih di Desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2017. Berdasarkan pemeriksaan dan wawancara terdapat 19 responden yang mengalami penyakit periodontal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingginya penyakit periodontal pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih di Desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2017. Disarankan kepada masyarakat Desa Lambhuk agar merubah anggapan bahwa dengan mengkonsumsi sirih gigi menjadi kuat.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdi diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan uuntuk mela kukan upaya kesehatan (Depkes RI,2009).
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang lazim terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit gigi daan mulut masih menjadi masalah utama di Indonesia yang paling utama adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan penyebab terjadinya jenis penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri, maupun tidak langsung seperti karakteristik penderita, komposisi, perilaku, dan faktor budaya. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua ( Depkes RI, 2002 ).
Penyakit periodontal adalah sekelompok lesi (luka) yang terjadi pada jaringan sekitar gigi yang mendukung keberadaan gigi dalam soket (kantong gusi). Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal ( Prayitno, 2003, dalam Samura, 2009 ).
Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, jantung berdebar dan trachoma ( Hermawan, 2007 ).
Ramuan sirih terdiri dari daun sirih, gambir, buah pinang, tembakau dan kapur. Gigi-gigi menjadi aus dan berwarna kemerahan. Penumpukan kalkulus dapat juga terjadi karena adanya unsur kapur didalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana basa di dalam mulut. Ada tipe gingivitis yang spesifik yang dinamakan ”gingivitis toksika” yang ditandai dengan destruksi gingival dan tulang di bawahnya, yang dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah tembakau. Silikat yang terdapat didalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu lama berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi sampai gingival. Elemen-elemen ini berubah warna menjadi cokelat, tidak sakit karena proses berjalan lambat dan terus-menerus ( Putri, 2010).
Secara umum prevalensi penyakit periodontal pada usia 16-64 tahun adalah 44% (Daliemunte, 2008). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga - Survey Kesehatan Nasional tahun 2010), penyakit periodontal menduduki urutan kedua dengan jumlah penderita 42,8% penduduk Indonesia.
Desa Lambhuk merupakan salah satu desa pada kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, yang memiliki sekitar 173 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk mencapai 678 jiwa (data tahun 2016). Berdasarkan data kunjungan pasien ke poli gigi Puskesmas Ulee Kareng bulan Januari sampai Desember tahun 2016 hanya sekitar 97 orang, tercatat yang menagalami karies gigi mencapai 31,9 %, penyakit periodontal 21,6 % , abses 8,2 % , mobility 5,1 %, radiks 13,4 % , nekrose pulpa 8,2 %, persistensi 3,0 %,  pulpitis 8,2 % .
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti dengan wawancara dan pemeriksaan diambil secara acak terdapat 10 orang masyarakat yang mengkonsumsi sirih di Desa Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh dan 8 orang diantaranya mengalami penyakit periodontal, sedangkan 2 lainya tidak mengalami penyakit periodontal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Pengaruh masyarakat yang mengkonsumsi sirih dengan penyakit periodontal di desa Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh”.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Periodontal
1. Pengertian Penyakit Periodontal
            Penyakit Periodontal Adalah proses patologis yang  mengenai jaringan periodontal. Sebagian penyakit periodontal disebabkan oleh infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi jaringan periodontal adalah mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi ( Vernino,2004).
            Penyakit periodontal adalah penyakit pada jaringan pendukung gigi, yaitu jaringan gingiva, tulang alveolar, sementum dan ligament periodontal. Penyakit ini  adalah  akibat  interaksi  akibat  interaksi  antara  produk  dari    plak  dengan  respon  peradangan  dan  imunologi   dalam  jaringan   periodontal          (Barnes, 2006).
2. Jaringan Periodontal.
            Jaringan Periodontal  merupakan system fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang dan rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Setiap jaringan periodontal memainkan peran yang penting dalam memelihara kesehatan dan fungsi dari periodontal.Keadaan periodontal sangat bervariasi. Hal ini tergantung  atau dipengaruhi oleh morfologi gigi, fungsi maupun umur.

Menurut Fedi (2004). Jaringan periodontal tersusun atas :
a) Gingiva
Gingiva tersusun dari epitel berkaratin dan  jaringan ikat. Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskanya adalah sebagai berikut :
1.      Marginal gingival/gingiva bebas, yaitu bagian gingival yang mengililingi leher gigi, tidak melekat secara langsung pada gigi dan membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingival. Bagian gusi ini meluas dari tepi gingival hingga ke ceruk(groove)gingival.
2.      Ceruk gingiva, yaitu garis dangkal atau lekukan pada permukaan gingival yang memisahkan gingiva bebas dan gingiva cekat. Biasanya ceruk gingival ini dikaitkan dengan lokasi dasar sulkus gingival, walaupun tidak selalu sama dan ceruk ini tidak selalu ada pada setiap orang.
3.      Gingiva berkaratin, yaitu bagian gingival berkaratin yang meluas dari tepi gingival ke pertemuan mukogingiva. Lebar gingival ini ini bervariasi antara kurang dari 1 mm hingga 9 mm.
4.      Gingiva cekat, yaitu bagian gusi yang meluas ke apical dari daerah ceruk gingival bebas kea rah pertemuan mukogingiva.
5.      Pertemuan mukogingival, yaitu garis berlekuk-lekuk yang memisahkan gingival berkaratin dan mukosa alveolar.
6.      Ceruk inteldental , yaitu ceruk vertical, sejajar dengan sumbu panjang gigi, terdapat pada daerah interdental gingival cekat.
7.      Papila interdental, yaitu bagian gingival yang mengisi ruang interproksimal antara dua gigi yang bersebelahan.
8.      Sulkus gingiva (krevis), yaitu ruang/celah yang dibatasi oleh gigi dan gingival bebas serta didasari oleh epithelium jungsional(penghubung).
Gambaran klinis gingival sehat.
3. Proses Terjadinya Penyakit Periodontal
Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri yang berada didalam plak. Pada gingivitis mulanya disebabkan oleh plak yang ada pada gigi, sedangkan pada periodontitis, plak telah menyebar kebagian dalam gusi sehingga terjadi peradangan yang mengakibatkan hilangnya pelekatan gigi dan gusi. Hal ini menyebabkan terbentuknya kantung gusi. Kantung gusi ini mempermudah terjadinya infeksi kuman dan lama-kelamaan dapat terbentuk nanah didalamnya. Kantung ini dapat menjadi semakin dalam dan menyebabkan kerusakan tulang gigi dan kemudian akan menyebabkan gigi goyang dan tanggal (Risha, dkk, 2005).
4. Etiologi penyakit periodontal
Menurut Vernino (2004). Etiologi penyakit periodontal terdiri dari :
1        Plak bakteri.
Ada beberapa macam plak dan bakteri, tetapi yang berhubungan dengan penyakit periodontal dapat dibagi menjadi 2 tipe utama. Yang pertama adalah plak yang terdiri dari mikroorganisme yang padat dan menumpuk, berkolonisasi, bertumbuh dan melekat di permukaan gigi. Tipe plak ini dapat berupa plak supra gingival atau subgingiva. Tipe yang kedua adalah plak subgingiva yang bebas atau menempel secara longgar di antara jaringan lunak dan permukaan gigi. Plak bakteri yang melekat ini tidak dapat dibersihkan dengan semprotan air yang kuat, tetapi dapat dihilangkan dengan pembersihan mekanis lain. Plak yang menempel dengan longgar sebagian besar terdiri atas bakteri anaerob.
2        Pelikel Bawaan.
Yaitu lapisan protein setipis film (0,1-0,8 mikron) yang terbentuk pada gigi yang telah bererupsi dan dapat dibersihkan dengan alat abrasif (alat atau bahan pemoles) dan dengan cepat terbentuk kembali setelah dibersihkan. Sumber pembentuk pelikel adalah zat-zat yang terdapat dalam saliva, dan dapat terbentuk dengan atau tanpa danya bakteri dengan eritrosin (bahan pewarna merah untuk mewarnai bakteri), pelikel terlihat berwarna merah muda terang. Tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur, dan peranannya dalam penyakit periodontal diketahui dengan jelas.
3        Kalkulus.
Yaitu plak terkalsifikasi yang biasasnya tertutup oleh lapisan lunak plak bakteri.
4        Debris makanan.
Adalah makanan yang tersisa didalam mulut.Debris dapat dibersihkan dengan aliran saliva dan pergerakan otot-otot didalam mulut, atau dengan berkumur dan menyikat gigi, kecuali debris terselip di antara gigi atau masuk kedalam poket periodontal.
5        Materia alba (zat berwarna putih).
Suatu campuran lunak antara protein saliva, bakteri, sel epitel terdeskuamasi, dan kadang-kadang leukosit yang mati. Campuran ini melekat longgar ke permukaan gigi, plak, dan gingival, dan dapat dibersihkan dengan semprotan air yang kuat.
5.      Tanda klinis penyakit periodontal
Menurut Ramadhan (2010), penyakit periodontal bisa terjadi pada semua umur. Namun, karena penyakit ini berjalan cukup lama maka biasanya lebih banyak diderita oleh orang dewasa.Apabila penyakit periodontal terdeteksi pada tahap awal, kondisi kesehatan jaringan periodontal bisa kembali seperti semula.
Berikut ini gejala-gejala penyakit periodontal:
a.       Jaringan gusi terlihat berwarna merah, membengkak, dan konsistensinya lunak.
b.      Gusi mengeluarkan darah ketika menyikat gigi atau flossing.
c.       Pinggiran gusi menurun sehingga mahkota gigi nampak lebih panjang.
d.      Terjadi kegoyangan gigi.
e.       Keluar nanah dari sela-sela gigi dan gusi.
f.       Bau mulut.
Menurut Melinda (2010), tahap-tahap perkembangan penyakit  periodontal :
1)   Gingivitis (peradangan pada gusi)
Gingivitis umumnya ditandai dengan penumpukan plak di sepanjang tepi gusi, gusi yang terasa sakit, mudah berdarah, lunak dan bengkak.Selain itu sering kali terjadi pendarahan waktu menyikat gigi atau menggunakan benang gigi. Gingivitis dapat dicegah dan disembuhkan melalui penyikatan gigi dan pembersihan sela gigi yang baik. Sebaliknya, bila hygiene mulut jelek, gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis.
2)   Periodontitis awal
Pada tahap ini mulai terjadi kerusakan tulang penyangga gigi. Kerusakan ini disebabkan oleh desakan karang gigi yang terus tumbuh kearah ujung akar gigi, akibatnya pelekatan jaringan penyangga gigi dengan gigi menjadi rusak. Kerusakan yang terjadi menyebabkan menurunnya ketinggian tulang penyangga gigi. Kerusakan ini tidak dapat dipulihkan, tetapi penjalarannya dapat dihentikan dengan membersihkan karang gigi dan mengangkat jaringan yang mati.
Kadang-kadang, meskipun tulang penyangga menurun ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah. Akibatnya terbentuk kantong yang mengelilingi gigi, disebut sebagai periodontal poket. Kantong ini akan menjadi tempat menumpuknya sisa makanan dan menjadi tempat yang nyaman bagi kuman-kuman untuk hidup.
Tanda-tanda periodontitis awal sama seperti tanda-tanda gingivitis, ditambah keadaan gusi yang kemerahan dan bengkak serta terdorong menjauhi gigi. Sedangkan periodontal poket yang sedang meradang akan terasa gatal dan terasa nyaman bila melakukan gerakan menghisap.
3)   Periodontitis lanjut
Tanda–tanda periodontitis tingkat lanjut adalah terjadinya perubahan cara menggigit, perubahan kecekatan gigi palsu, karena berkurangnya dukungan tulang penyangga gigi. Akibat pengurangan tinggi tulang penyangga gigi, akar gigi terbuka, sehingga sensitive terhadap panas atau dingin atau rasa sakit ketika menyikat. Peradangan pada jaringan periodontal sering kali dengan keluarnya nanah diantara gigi dan gusi bila ditekan, bau mulut dan rasa gatal pada gusi. Berkurangnya dukungan jaringan penyangga akan menyebabkan gigi akan goyang bahkan tanggal.

6. Pencegahan penyakit periodontal
        Menurut Ramadhan (2010), pencegahan penyakit periodontal dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Menjaga kebersihan mulut.
2.      Rutin menjaga gigi dan flossing.
3.      Perawatan skaling minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi.
4.      Menghentikan kebiasaan merokok.
5.      Memperbaiki susunan gigi dengan perawatan kawat gigi.
6.      Atasi kondisi stress yang bisa menurunkan kekebalan tubuh.
7.      Hidup sehat dan makan-makanan yang bergizi terhindar dari berbagai penyakit yang bisa meningkatkan resiko terjadinya penyakit gusi.
7.  Perawatan penyakit periodontal
Menurut Ramadhan (2010) perawatan penyakit periodontal adalah untuk mengendalikan infeksi yang sudah terjadi dan untuk mencegah bertambah parahnya penyakit. Perawatan yang paling penting untuk dilakukan adalah:
Periodonsia menjaga kebersihan gigi dan mulut
1.      Menyikat gigi dan flossing secara rutin dan benar
2.      Perawatan skaling dan root planning
3.      Tindakan bedah periodonsia oleh dokter gigi umum atau dokter gigi spesialis.

B. Sirih
1. Pengertian sirih
            Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat pada batang kayu atau tembok. Dari setiap ruas muncul akar pengisap yang merekat pada batang pohon atau tembok. Berdasarkan dari ukuran, warna,dan bentuk daunya, ada banyak jenis, di antaranya sirih hijau, kuning, merah dan sirih mini ( Mursito, 2011).
            Sifat tuumbuhan sirih adalah sejenis pepohonan yang menjalar dan merambat pada batang pohon sekelilingnya. Bentuk daunya agak membujur. Daun-daun sirih yang subur berukuran antara 8 cm s/d 12 cm. lebar daun 10-15 cm. panjang sirih sesuai umurnya, ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropis, agar tumbuh subur dan memerlukan air yang mencukupi.



2. Jenis sirih
        Ada beberapa jenis sirih, di antaranya : 1) Sirih hijau, 2) Sirih kuning,  3) Sirih merah, 4) Sirih mini. Sirih merah memiliki daun berwarna keungulan dan permukaannya memiliki bercak keperakan. Sirih merah tidak dijadikan obat, hanya sebagai tanaman hias ( Mursito, 2011)
Sirih hijau memiliki bentuk daun seperti hati berukuran besar dan permukaannya mengkilap. Aroma daun sirih hijau sangat tajam. Sirih kuning warna daunya kuning cerah dan berubah agak kehijaun setelah tua. Daun sirih kuning banyak dipakai untuk nginang. Sirih mini memiliki bentuk dan ukuran daun yang mini. Ukuran daunya mungil, yaitu hanya 1/5 ukuran daun sirih biasa. Batangnya berwarna merah jambu kecoklatan. Warna daun hijau kekuningan dengan permukaan licin. Sirih mini tidak merambat, tetapi menjalar di atas tanah (Samura, 2009).
3. Kandungan dan Khasiat Sirih
A. Kandungan Sirih
         Tanaman sirih mengandung minyak asiri, seperti kadinen, kavikol, eugenol, kariofolen, karvakrol, terpinen, danses kuiterpen. Tanaman ini memiliki banyak  khasiat, di antaranya untuk mengurangi produk ASI yang berlebihan, mengobati  keputihan, sakit jantung, sipilis, alergi/biduren, diare, pendarahan  gusi, sakit  gigi berlubang, bronkritis, batuk, sakit mata, eksim, gatal-gatal  sehabis   melahirkan,  menghilangkan   bau  mulut,  menghindarkan dan   menghilangkan    jerawat,    koreng,  luka  baru,  bisu,   serta   sariawan    (Prihmantoro, 2011)
B. Khasiat Sirih.
Menurut Prihmantoro (2011) Khasiat mengkonsumsi sirih bagi gigi dan mulut yaitu : 1. Menghentikan pendarahan gusi. Yaitu daun sirih 4 lembar. Daun direbus dalam dua gelas air sampai mendidih. Air rebusan dipakai untuk berkumur-kumur. Ulangi secara teratur sampai sembuh. 2. Sakit gigi berlubang. Yaitu daun sirih 1 lembar. Daun sirih ditumbuk sampai halus, lalu sumbatkan ramuan pada gigi yang berlubang. 3 Batuk. 4. Menghilangkan bau mulut. Daun sirih 4-7 lembar, air 4 gelas. Daun sirih direbus dengan empat gelas air sampai mendidih. Air rebusan digunaka untuk berkumur-kumur setiap hari. 5. Koreng. 6. Sariawan. Daun sirih segar 1 lembar, daun sirih dicuci hingga bersih, lalu dikunyah pelan-pelan. Biarkan didalam mulut beberapa menit. Sedikit demi sedikit daun ditelan, lalu minum air hangat. Lakukan tiga kali sehari.
4. Pengertian mengkonsumsi sirih dan kerugian mengkonsumsi sirih.
A.  Mengkonsumsi sirih
Mengkonsumsi sirih merupakan proses meramu campuran dari unsur-unsur yang telah terpilih yang dibungkus dalam daun sirih kemudian dikunyah dalam waktu beberapa menit. Menyirih dilakukan dengan cara berbeda dari satu Negara dengan Negara lainya dan dalam satu daerah dengan daerah lainya dalam satu Negara. Meskipun begitu komposisi terbesar terbesar relatif konsisten, yang terdiri dari biji buah pinang, daun sirih, kapur, dan gambir ( Samura, 2009 ).
B.   Kerugian mengkonsumsi sirih
Ramuan sirih terdiri dari daun sirih, gambir, buah pinang, tembakau dan kapur. Gigi-gigi menjadi aus dan berwarna kemerahan. Resensi gusi dan iritasi pada mukosa mulut dapat terjadi akibat tekanan tembakau. Penumpukan kalkulus dapat juga terjadi karena adanya unsur kapur didalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana basa di dalam mulut. Ada tipe gingivitis yang spesifik yang dinamakan ”gingivitis toksika” yang ditandai dengan destruksi gingival dan tulang di bawahnya, yang dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah tembakau. Silikat yang terdapat didalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu lama berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi sampai gingiva. Elemen-elemen ini berubah warna menjadi cokelat, tidak sakit karena proses berjalan lambat dan terus-menerus (Putri, 2010).
            Menyirih pertama kali dilakukan oleh masyarakat di cina dan india lalu menyebar ke benua asia termasuk Indonesia. Komposisi utama dari menyirih adalah daun sirih, buah pinang, kapur sirih, gambir, dan sebagai tambahan biasanya dipakai juga kapulaga, cengkeh, kayu manis, dan tembakau. Menyirih memiliki efek terhadap gigi, gingival, dan mukosa mulut. Efek menyirih terhadap gigi dari segi positifnya adalah menghambat proses pembentukan karies, sedangkan efek negatif dari menyirih terhadap gigi dan gingival adalah dapat menyebabkan stain, selain itu dapat menyebabkan penyakit periodontal dan pada mukosa mulut dapat menyebabkan timbulnya lesi-lesi pada mukosa mulut, oral hygine yang buruk, dan dapat menyebabkan atropi pada mukosa lidah (Andriyani, 2010).

KERANGKA TEORI PENELITIAN
A. Kerangka Kerja
Penyakit periodontal adalah penyakit pada jaringan pendukung gigi, yaitu jaringan gingiva, tulang alveolar, sementum dan ligamen periodontal. Penyakit ini adalah akibat interaksi antara produk dari bakteri plak dengan respons paradangan dan imunologi dalam jaringan periodontal. Penyakit periodontal secara klinis dikarakteristikkan dengan adanya peradangan dari jaringan gingiva, migrasi apical dari epitel fungsional, pembentukan poket dan kehilangan tulang alveolar. Jika tidak dirawat penyakit periodontal dapat menjadi penyebab umum dari tanggalnya gigi pada populasi dewasa (Barnes, 2006).
Kebiasaan makan sirih dapat menyebabkan penyakit periodontal. Pada beberapa penelitian telah diamati pengaruhnya dengan penyakit periodontal. Beberapa bukti yang menyatakan bahwa mengunyah sirih dapat berpengaruh dengan tingginya prevalensi penyakit periodontal (Samura, 2009).

Mengkonsumsi sirih
Penyakit periodontal

B. Variabel Penelitian
1. Mengkonsumsi sirih
2. Penyakit periodontal

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 September – 3 Oktober, pengumpulan data dilakukan pada 29 responden yaitu masyarakat yang mengkonsumsi sirih di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2017.
1.      Data Umum
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Masyarakat yang Mengkonsumsi Sirih di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh
Tahun 2017.

No
Jenis Kelamin
F
Persentase (%)
1.
Laki-laki
10
34,4%
2.
Perempuan
19
65,6%
Total
29
100%

Berdasarkan Tabel  2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang paling banyuak mengkonsumsi sirih adalah responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 responden (65,6 %) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki yang mengkonsumsi sirih hanya 10 responden (34,4%).




Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden terhadap Lamanya Mengkonsumsi
Sirih di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh
Tahun 2017.
.

No
Lamanya Mengkonsumsi Sirih
F
Persentase (%)
1.
0-1 tahun
6
20,6 %
2.
1-5 tahun
19
65,1%
3.
6-10 tahun
3
10,3%
4.
>10 tahun
1
3,4%
Total
29
100%

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa dari 29 responden persentase lamanya mengkonsumsi sirih yang paling banyak antara 1-5 tahun ada 19 orang (65,1%).

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden terhadap Masyarakat yang Mengalami Penyakit Periodontal di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh
Tahun 2017.

No
Penyakit Periodontal
F
Persentase (%)
1.
Ada
19
65%
2.
Tidak ada
10
35%
Total
29
100

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa tingginya penyakit periodontal pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih berjumlah 19 orang (65%) dan yang tidak mengalami berjumlah 10 orang (35%).

Tabel 5
Gambaran Mengkonsumsi Sirih dengan Penyakit Periodontal di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh
Tahun 2017.

No
Penyakit periodontal
Penyakit Periodontal
%
0-1 th
%
1-5 th
%
6-10 th
%
>10 th
%
1.
Ada
0
0
17
89,4
2
10,6
0
0
19
100
2.
Tidak ada
6
60
2
20
1
10
1
10
10
100

Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang mengalami penyakit periodontal yaitu 19 responden, paling banyak pada masyarakat  yang  lama  mengkonsumsi  sirih  antara  1-5 tahun  (89,4 %) dan  paling  sedikit  pada  masyarakat yang mengkonsumsi sirih >10   tahun (0%).
  
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 September -3 Oktober di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, dari hasil penelitian ini terdapat 29 responden masyarakat yang mengkonsumsi sirih dengan jumlah perempuan 19 responden dan laki-laki 10 responden.
Dari 29 responden persentase lamanya mengkonsumsi sirih yang paling banyak antara 1-5 tahun ada 19 responden (65,1%), 0-1 tahun 6 responden (20,6%), 6-10 tahun 3 responden (10,3%), dan lamanya diatas >10 tahun 1 responden (3,4%).
Hasil penelitian lainya menunjukkan bahwa tingginya penyakit periodontal pada masyarakat yang mengkonsumsi sirih berjumlah 19 responden (65%) dan yang tidak mengalami berjumlah 10 responden (35%). Penyakit periodontal paling banyak dialami pada kaum wanita yaitu berjumlah 12 responden dan laki-laki berjumlah 4 responden.
Penyakit periodontal paling banyak terjadi pada masyarakat yang lamanya mengkonsumsi sirih antara 1-5 tahun dengan jumlah 17 responden (89,4%), 6-10 tahun 2 responden (10,6%), 0-1 tahun tidak ada (0%), dan >10 tahun tidak ada (0%).
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang mengkonsumsi sirih, perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, hal ini disebabkan karena kaum perempuan lebih banyak menghabiskan waktu dirumah sambil mengkonsumsi sirih jika tidak ada kegiatan apapun, berbeda dengan kaum laki-laki yang lebih banyak bekerja diluar rumah sehingga jarang mengkonsumsi sirih. Hal ini dikarenakan kesibukan mereka dalam bekerja sehingga tidak banyak dari kaum laki-laki yang mengalami penyakit periodontal dibandingkan dengan kaum perempuan.
Namun demikian, perempuan mengalami peradangan menjelang datangnya masa menstruasi. Munculnya gusi merah, bengkak, perih pada gusi dan luka pada mulut menjadi tanda yang biasa. Tanda-tanda peradangan akan menghilang seiring dengan datangnya periode menstruasi. Oleh karena itu, higienitas mulut yang tidak sehat dapat meningkatkan keparahan  gangguan  mulut  yang  menyebabkan  rasa  tidak nyaman (Raka, 2010).
Ramuan sirih terdiri dari daun sirih, gambir, buah pinang, tembakau dan kapur. Gigi-gigi menjadi aus dan berwarna kemerahan.Resensi gusi dan iritasi pada mukosa mulut dapat terjadi akibat tekanan tembakau. Penumpukan kalkulus dapat juga terjadi karena adanya unsur kapur didalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana basa di dalam mulut. Ada tipe gingivitis yang spesifik yang dinamakan ”gingivitis toksika” yang ditandai dengan destruksi gingival dan tulang di bawahnya, yang dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah tembakau. Silikat yang terdapat didalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu lama berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi sampai gingiva. Elemen-elemen ini berubah warna menjadi cokelat, tidak sakit karena proses berjalan lambat dan terus-menerus ( Putri, 2010 ).

KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penyakit periodontal pada masyarakat di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa  :
1.      Responden yang mengkonsumsi sirih di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 responden dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 19
2.      responden, jadi total responden pada penelitian ini sebanyak 29 responden. Responden yang mengkonsumsi sirih yang paling banyak yaitu 1-5 tahun berjumlah 19 responden.
3.      Responden yang mengalami penyakit periodontal sebanyak 19 responden dan yang tidak mengalami penyakit periodontal sebanyak 10 responden.

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan beberapa hal dapat disarabkan sebagai berikut :
1.      Diharapkan kepada masyarakat di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh perlu diupayakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terutama pengaruh mengkonsumsi sirih terhadap gigi sehingga dapat menurunkan angka penyakit periodontal pada gigi.
2.      Diharapkan kepada masyarakat di desa Lambhuk agar merubah anggapan bahwa dengan mengkonsumsi sirih gigi menjadi kuat.


DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, 2010, Daun Sirih. http;//repository. usu,ac,id/xmlui/handle/show= full     Barnes, Ian, E., 2006, Perawatan Gigi Terpadu Untuk Lansia, Jakarta.
Daliemunthe, S I, 2005.Periodonsia, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Depkes RI, 2009, Undang-Undang kesehatan, Jakarta.
Fedi, Peter, F. Vernino, Arthur, R. Gray, John, L., 2004, Silabus Periodontal, hal:     1-20, Jakarta.
Jurnal Ilmiah, 2012, Studi deskripsi kebiasaan mengunyah daun sirih dan buah pinang terhadap status kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat transmigrasi asal NTT. Media kesehatan gigi, Makassar.
Melinda.,2010, Kesehatan Penyakit Periodontal dalam Rongga Mulut, http:// www.gkisuryautama. Org/ artkel php.id.
Mursito, Bambang. Prihmantoro, Heru., 2011, Tanaman Hias Berkhasiat Obat,          hal: 91-99,  Jakarta.
Putri, M, H. Heri Julianti, E, Nurjanah, N.,2010, Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. hal: 223, EGC, Jakarta.
Ramadhan. A. G., 2010, Serba-serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut, hal: 101-112,        Jakarta.
Samura, Jul Asdal, Putra.,2009, Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang, Universitas Sumatra Utara, Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar