HUBUNGAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA PUTRI DENGAN KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) I MEULABOH
KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2017
Oleh:
Maharani dan Silvya Masyitah
ABSTRAK
Flour albus adalah nama lain dari
keputihan (white discharge) atau Leukorea. Pentingnya seorang
remaja mengetahui tentang flour albus adalah untuk membentuk persepsi
yang benar tentang flour albus tersebut. Sehingga tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Namun demikian, pengetahuan saja belumlah cukup tanpa
didukung oleh sikap yang positif dalam menghadapi masalah flour albus
ini. Sikap positif juga akan membentuk perilaku yang tepat bilamana seorang
remaja menghadapi masalah flour albus ini. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa putri dengan kejadian flour
albus di SMAN I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2017. Metode penelitian
menggunakan rancangan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan
sampel menggunakan random sampling sebanyak 47 siswa putri dari 233 siswa yang
ada di SMAN I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2017 yang berjumlah 233
siswa. Analisa statistik menggunakan Chi Square. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian
floura Albus dengan nilai p< 0,05
(0,000). Penelitian ini membuktikan bahwa perubahan sikap akan terbentuk bila
adanya
stimulus yang didapat
melalui
proses
belajar dalam
mengakses informasi (pengetahuan).
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Siswa Putri, Flour
Albus
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan seorang wanita banyak hal-hal penting yang terjadi
yang kadangkala tidak menjadi perhatian dari tenaga kesehatan. Mulai dari masa
pubertas, masa
remaja, pra nikah dan masalah-masalah selama pernikahan, menopause
dan masa tua.
Dari
sekian
banyak
masalah tersebut masalah
kesehatan reproduksi merupakan masalah
yang paling penting untuk dipahami
khususnya pada masa remaja (Widyastuti,
2009)
Seksualitas
dan kesehatan
reproduksi remaja didefinisikan
sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis
seorang remaja, termasuk keadaan terbebas
dari kehamilan
yang tidak
dikehendaki,
aborsi yang tidak
aman,
penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta
semua bentuk kekerasan dan pemaksaan
seksual (FCI, 2010).
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang
semakin
mudah diakses justru memancing
anak dan remaja untuk mengadaptasi
kebiasaan-kebiasaan
tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar remaja
atau
tawuran (Iskandar, 2010). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan
tersebut akan mempercepat usia
awal seksual aktif
serta mengantarkan mereka
pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan
remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan
seksualitas serta tidak
memiliki akses terhadap
informasi dan
pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk
kontrasepsi (FCI, 2010).
Permasalah kesehatan reproduksi ada beberapa hal yang
sering terjadi
pada remaja putri, salah satu diantaranya adalah keputihan (fluor albus). Keputihan merupakan istilah yang sering dijumpai untuk keluarnya cairan
berlebih dari jalan lahir atau vagina.
Keputihan tidak selalu bersifat patologis, namun demikian pada umumnya orang menganggap keputihan pada remaja putri sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada
berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Keputihan yang normal memang terjadi pada
wanita, yaitu yang terjadi menjelang, pada saat, dan setelah masa subur. Keputihan
normal itu akan
hilang sendiri
menjelang, pada saat, dan
setelah
menstruasi. Namun, keputihan yang
tidak normal dapat menjadi petunjuk
adanya
penyakit yang harus
diobati
(Dechacare,
2010).
Peningkatan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan
reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang
menjelaskan mengenai kesehatan reproduksi
pada remaja. Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang
harus diinformasikan pada remaja adalah mengenai flour albus. Flour albus adalah nama
lain dari keputihan (white discharge) atau
Leukorea. Flour albus adalah nama gejala yang diberikan kepada
cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Cairan yang keluar dari
alat genetalia ini ada yang bersifat fisiologik dan
patologik (Hanifa,
2012).
Flour albus yang bersifat fisiologis biasanya tidak terlalu banyak, tidak berbau, dan berwarna
jernih dan tidak berbahaya. Sedangkan flour albus yang
bersifat patologik dikaitkan dengan adanya penyakit atau kelainan pada alat
kelamin
dan dapat menimbulkan resiko yang
berbahaya (Hanifa,
2012).
Pentingnya seorang remaja mengetahui tentang flour albus adalah untuk membentuk persepsi yang benar tentang flour albus tersebut. Sehingga tidak
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Namun
demikian, pengetahuan
saja belumlah cukup tanpa didukung oleh sikap yang
positif dalam menghadapi masalah flour albus ini. Sikap positif juga akan membentuk perilaku yang
tepat bilamana seorang remaja menghadapi masalah flour albus
ini (Wati, 2017).
Banyak remaja putri yang
merasa berat dan malu untuk membicarakan organ genitalia dengan orang lain. Sehingga
perawatan kesehatan alat kelamin terhambat oleh pantangan sosial dan kurangnya
pengetahuan. Kalaupun ada
hanya beberapa remaja putri yang berkonsultasi dengan dokter tentang
masalah keputihan. Hal tersebut dapat menyebabkan pengetahuan remaja
putri tentang keputihan menjadi terbatas. Keputihan masih dianggap bukan hal yang
serius di kalangan remaja
putri, sehingga dalam menjaga
kebersihan organ genitalia pada remaja putri masih
kurang. Hal
tersebut dapat dilihat
dari masih banyaknya
remaja putri yang memakai celana ketat dan mereka cenderung memilih yangberbahan bukan dari katun, keputihan bisa
jadi disebabkan
oleh
celana panjang
yang ketat dan atau celana dalam yang
terbuat dari serat sintetik/nilon (Clayton dalam Katharini, 2009)
Meskipun
termasuk penyakit
sederhana,
kenyataannya keputihan adalah penyakit yang tidak mudah disembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir semua umur. Data penelitian tentang
kesehatan reproduksi
wanita menunjukkan 75% wanita
di dunia menderita keputihan paling
tidak sekali
seumur hidup
dan 45%
diantaranya bisa
mengalami sebanyak dua kali
atau
lebih (Hendrawan, 2008).
Menurut hasil penelitian yang
diteliti oleh Tartylah (2010) tentang
Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Hygienitas Organ Reproduksi
Terhadap Terjadinya Flour Albus Pada Siswi Kelas IX di SMPN 85 Pondok
Labu
Jakarta Selatan didapatkan bahwa 75% wanita pernah mengalami keputihan paling
tidak satu kali
dalam
hidupnya, hal
ini
berkaitan
dengan
kondisi cuacu yang
lembab yang mempermudah wanita di Indonesia mengalami
keputihan.
Hasil penelitian yang
dilakukan Dai’yah (2004) di SMUN 2 Medan menunjukkan bahwa
keputihan berkaitan
dengan hygienitas
pada organ reproduksi
bagian luar, diperoleh hasil bahwa hanya 25,89% remaja SMUN
tersebut yang melakukan
perawatan dengan baik terhadap organ reproduksi bagian luar. Remaja
putri pada umumnya cemas dan takut bila mendapatkan adanya
keputihan atau flour albus dari alat genetalia. Hal ini bisa menimbulkan stress
dan
cemas. Disilah peran orangtua
dan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi
mengenai flour albus dan apa tindakan yang semestinya dilakukan.
SMAN I Meulaboh merupakan salah satu SMA yang terdapat di
Kabupaten Aceh Barat. Di SMA
ini kebanyakan pelajarnya berasal dari Kecamatan Johan Pahlawan. Pelajar yang melanjutkan sekolah di SMAN I
Meulaboh rata-rata usianya masih remaja dan masih belum begitu memahami
tentang kesehatan reproduksi pada remaja termasuk fenomena flour albus
yang juga banyak terjadi
pada usia remaja.
Menurut informasi dari Kepala Sekolah SMAN I Meulaboh, jumlah siswi kelas X dan XI adalah sebanyak 233 orang. Kepala Sekolah SMAN I Meulaboh
menyatakan bahwa
tidak ada data resmi tentang jumlah siswi yang menderita
keputihan. Namun berdasarkan pengamatan
penulis
dan informasi dari 10 orang
siswi di SMAN I Meulaboh, mereka menyatakan pernah mengalami keputihan, tetapi kurang
tahu mengenai keputihan dan alat reproduksi tersebut, bila mereka
mengalaminya kebanyakan dari mereka
lebih memilih untuk mendiamkannya
dengan alasan malu dan mereka tidak mengetahui tanda-tanda
keputihan yang bahaya. Hal ini menunjukkan bahwa
keputihan atau flour albus merupakan masalah bagi siswi SMAN I
Meulaboh walaupun sebagian dari mereka tidak memahaminya.
Seorang
remaja seharusnya mengetahui tentang flour albus untuk mencegah adanya kecemasan yang berlebihan sehingga dapat mengganggu psikologis remaja tersebut. Disamping
itu seorang remaja mengetahui tentang
flour albus ini untuk mempersiapkan remaja tersebut dalam
menghadapi masa
perkawinan dan
kehamilan. Untuk itu perlu adanya penyuluhan-penyuluhan mengenai masalah keputihan yang langsung disampaikan oleh tenaga kesehatan.
Disamping itu seorang remaja juga harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan bila
menghadapi
masalah keputihan.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian analitik korelasi untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan dan sikap sedangkan
variabel terikat yaitu kejadian flour albus Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan Cross
Sectional, dimana variabel sebab yaitu pengetahuan dan sikap sedangkan
variabel akibat yaitu kejadian flour albus diukur dalam waktu yang bersamaan
dan sesaat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari –
Maret 2017 di SMAN
I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa putri yang ada di SMAN
I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2017 yang berjumlah 233 siswa. Jumlah sampel ditentukan 20%
dari populasi yaitu 20% dari 233 = 47 siswa. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara acak sederhana dan mewakili semua kelas untuk keterwakilan semua
kelas maka masing-masing kelas ditentukan perwakilannya dengan rumus populasi kelas
dibagi populasi total dikalikan total sampel.
Hipotesa pada penelitian ini Ada
terdapat hubungan pengetahuan dan sikap siswa putri dengan kejadian flour
albus. Analisa data diperoleh dengan uji statistik progam SPSS. Analisa data
Univariat, untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Analisis bivariat
yang digunakan untuk menganalisis dua variabel yang diduga berhubungan
(Notoatmodjo, 2005). Analisis ini berfungsi untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap dengan kejadian flour albus. Tingkat kemaknaan di
tentukan sebesar 5%.
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
dengan Kejadian Flour Albus di
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
|
Baik
Cukup
Kurang
|
11
25
11
|
23,4
53,1
23,4
|
|
Jumlah
|
47
|
100
|
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa putri memiliki pengetahuan cukup
tentang flour albus yaitu 25 orang (53,1%).
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Media
Informasi dengan Kejadian Flour Albus di
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
4
5
|
Internet
Orang
Tua
Teman
Televisi
Guru
|
24
7
7
9
-
|
51,1
14,9
14,9
19,1
-
|
|
Jumlah
|
47
|
100
|
Dari Tabel 2 menunjukkan mayoritas siswa putri
menggunakan
media informasi internet untuk mengetahui
tentang flour
albus yaitu
24 orang (51,1%).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap
dengan Kejadian Flour Albus di
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
|
Positif
Negatif
|
41
6
|
87,2
12,7
|
|
Jumlah
|
47
|
100
|
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa siswa putri memiliki sikap yang positif
tentang flour albus yaitu 41 orang (87,2%).
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman
dengan Kejadian Flour Albus di
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
|
Pernah
Tidak
Pernah
|
38
9
|
80,9
19,1
|
|
Jumlah
|
47
|
100
|
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa siswa putri pernah mengalami flour
albus yaitu 38 orang (80,9%).
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Flour Albus yang pernah dialami Siswa
Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2017
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
|
Normal
Tidak
Normal
|
37
-
|
100
-
|
|
Jumlah
|
47
|
100
|
Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa siswa putri pernah mengalami flour
albus yang normal yaitu 38 orang (100%).
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu
Pengeluaran Flour Albus yang pernah
dialami Siswa Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2017
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
4
|
Saat
air cebokan kotor
Saat
pakaian lembab
Saat
sebelum/ setelah menstruasi
Saat
stress
|
8
8
17
5
|
17
17
36,2
10,6
|
|
Jumlah
|
47
|
100
|
Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa siswa putri pernah mengalami flour
albus saat sebelum/ setelah menstruasi yaitu 17 orang (36,2%).
Analisa Bivariat
Tabel 7. Hubungan Pengetahuan dengan Pengalaman Flour Albus pada Siswa Putri di Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
|
Pengetahuan
|
Pengalaman Flour Albus
|
Total
|
p
|
||||
Pernah
|
Tidak Pernah
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
0,326
|
||
1
|
Baik
|
10
|
21,3
|
1
|
2,1
|
11
|
23,4
|
|
2
|
Cukup
|
21
|
44,7
|
4
|
8,5
|
25
|
53,2
|
|
3
|
Kurang
|
7
|
14,9
|
4
|
8,5
|
11
|
23,4
|
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa 47 siswa putri terdapat 21 orang
(44,7%) siswa putri yang pernah mengalami fluor
albus dengan pengetahuan cukup, sedangkan 4 orang (8,5%) siswa putri yang
tidak pernah mengalami fluor albus
dengan pengetahuan cukup. Hasil analisis statistik menggunakan chi square
didapat nilai p> 0,05 (0,326). Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan siswa putri terhadap flour Albus.
Tabel 8. Hubungan Pengetahuan dengan Kategori Flour Albus yang pernah dialami Siswa
Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2017
No
|
Pengetahuan
|
Pengalaman Flour Albus
|
Total
|
p
|
||||
Pernah
|
Tidak Pernah
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|||
1
|
Baik
|
11
|
23,4
|
-
|
-
|
11
|
23,4
|
0,225
|
2
3
|
Cukup
Kurang
|
25
11
|
53,2
23,4
|
-
-
|
-
-
|
25
11
|
53,2
23,4
|
Berdasarkan
Tabel 8 menunjukkan bahwa 47 siswa putri pernah mengalami fluor albus, terdapat 25 orang (53,2%) siswa putri yang mengalami fluor albus normal dengan dengan
pengetahuan cukup. Hasil analisis statistik menggunakan chi square
didapat nilai p> 0,05 (0,225). Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan siswa putri terhadap flour
Albus.
Tabel 9. Hubungan Sikap dengan Pengalaman Flour Albus pada Siswa Putri di Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
|
Sikap
|
Pengalaman Flour Albus
|
Total
|
p
|
||||
Pernah
|
Tidak Pernah
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|||
1
|
Positif
|
38
|
80,9
|
3
|
6,4
|
41
|
87,3
|
0,000
|
2
|
Negatif
|
-
|
-
|
6
|
12,7
|
-
|
12,7
|
Berdasarkan Tabel 9 diatas terllihat bahwa dari 47 Siswa putri terdapat
38 orang (80,9%) siswa putri yang bersikap positif pernah mengalami fluor albus, sedangkan 6 orang (12,7%)
siswa putri yang bersikap negatif tidak pernah mengalami fluor albus. Hasil analisis statistik menggunakan chi square
didapat nilai p< 0,05 (0,000). Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan antara
sikap siswa putri terhadap flour albus.
Tabel 10. Hubungan Sikap dengan Kategori Flour Albus yang pernah dialami Siswa
Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2017
No
|
Sikap
|
Pengalaman Flour Albus
|
Total
|
p
|
||||
Pernah
|
Tidak Pernah
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|||
1
|
Positif
|
38
|
100
|
-
|
-
|
38
|
100
|
0,000
|
2
|
Negatif
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Berdasarkan Tabel1 10 diatas terllihat bahwa dari 38 siswa putri
terdapat 38 orang yang pernah mengalami fluor
albus sebanyak 38 orang (100%). Siswa putri yang bersikap positif mengalami
flour albus normal. Hasil analisis
statistik menggunakan chi square didapat nilai p< 0,05 (0,000). Hal
ini menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap siswa putri terhadap flour albus
PEMBAHASAN
Hasil penelitian terhadap siswi putri di SMAN I Meulaboh tahun 2017
diperoleh hasil yaitu, berdasarkan analisa statistik menggunakan Chi
Square menunjukkan bahwa tidak ada nya hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan flour albus pada perolehan nilai p> 0,05 (0,326).
Hasil penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan perilaku remaja
puteri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan di
SMAN 2 Pineleng menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja
putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan
sebanyak 18 remaja putri dengan nilai p=0,628.
Hal ini sejalan dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa ada
keterkaitan yang cukup erat antara pengetahuan seseorang dengan perilaku
kesehatan (health behavior). Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa
sebelum seseorang memutuskan untuk mengikuti suatu perilaku tertentu (yang
baru) ia harus tahu terlebih dahulu tentang apa arti atau manfaat perilaku
tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Siswi Putri di SMAN I Meulaboh
tahun 2017 diperoleh hasil yaitu, berdasarkan analisa statistik menggunakan Chi
Square menunjukkan bahwa ada nya hubungan bermakna antara sikap
dengan flour Albus pada perolehan nilai p< 0,05 (0,000), sehingga hipotesa
peneliti dinyatakan dalam penelitian ini dapat diterima.
Penelitian Fitrianingsih (2012) tentang hubungan tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku pemeliharaan organ reproduksi dengan risiko kejadian
keputihan pada siswi Kelas X SMAN 1 Wonosari Kabupaten Klaten menunjukkan hasil
penelitian bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan
organ reproduksi (p=0,000), sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi
(p=0,000), dan perilaku tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,010) dengan
kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Wonosari Kabupaten Klaten.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan.
Menghadapi hal ini tentu perlu adanya
suatu perubahan perilaku pada siswa putri tersebut. Perubahan perilaku ini akan terbentuk bila
adanya
stimulus yang didapat
melalui
proses
belajar, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), dengan teori
Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R) yang dikemukakanya, bahwa proses
perubahan perilaku
pada hakikatnya adalah
sama dengan proses belajar, dan penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme atau individu.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun
2017 dapat disimpulkan yaitu:
1.
Tingkat pengetahuan siswa putri tentang fluor albus hampir setengahnya berpengetahuan
cukup yaitu sebanyak 25 orang (53,1%).
2.
Siswa putri memiliki sikap yang positif
tentang flour albus yaitu 41 orang (87,2%)
3.
Hasil uji statistic yakni ada hubungan
hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian flour albus dengan nilai p< 0,05
(0,000)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.,
Rineka Cipta, Jakarta.
Budiarto. E. 2003. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. EGC. Jakarta
Clayton, C. 2009.
Keputihan dan Jamur kandida lain.
EGC: Jakarta
Dechacare. 2010.
Keputihan No Way. http://www.bascommetro.com/2010. Diakses tanggal 25 November
2016
FCI, 2010. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi.
http://www.Indomedia.co.id. diakses pada tanggal 2 Desember 2016
Fitrianingsih, H.R. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Pemeliharaan Organ Reproduksi Dengan Resiko Kejadian Keputihan Pada
Siswi Kelas X SMAN 1 Monosari Kabupaten Klaten. eprints.ums.ac.id diakse pada tanggal 23 November 2016
Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Bina Pustaka
FKUI Jakarta.
Hendrawan. 2008. Keputihan. http://www.halo-halo.co.id. diakses
pada tanggal 20 November 2016
Hidayat A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik
Analisa Data.. Salemba Medika, Jakarta
Nanlessy, D.M., Hutagol, E., Wongkar, D. 2013. Hubungan antara
Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri Dalam Menjaga Kebersihan Alat Genetalia
dengan Kejadian Keputihan di SMAN 2 Pineleng. Ejournal Keperawatan (e-Kp). Vol
1(1). https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2175
Di akses tanggal 2 Desember 2016
Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku.. Rineka
Cipta, Jakarta
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka FKUI. Jakarta.
Wati, S.E. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Cara Pencegahan
Fluor Albus di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri. ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akper/article. Diakses
tanggal 3 Desember 2016
Wawan. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika.Yogyakarta
Widyastuti, Y., et al. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Fitramaya : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar