Jumat, 29 Desember 2017

Maharani dan Silvya Masyitah: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2017, hal. 55-62


HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA PUTRI DENGAN KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) I MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2017

Oleh:
Maharani dan Silvya Masyitah

ABSTRAK

Flour albus adalah nama lain dari keputihan (white discharge) atau Leukorea. Pentingnya seorang remaja mengetahui tentang flour albus adalah untuk membentuk persepsi yang benar tentang flour albus tersebut. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun demikian, pengetahuan saja belumlah cukup tanpa didukung oleh sikap yang positif dalam menghadapi masalah flour albus ini. Sikap positif juga akan membentuk perilaku yang tepat bilamana seorang remaja menghadapi masalah flour albus ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa putri dengan kejadian flour albus di SMAN I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2017. Metode penelitian menggunakan rancangan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling sebanyak 47 siswa putri dari 233 siswa yang ada di SMAN I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2017 yang berjumlah 233 siswa. Analisa statistik menggunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian floura Albus dengan nilai p< 0,05 (0,000). Penelitian ini membuktikan bahwa perubahan sikap akan terbentuk bila adanya stimulus  yang  didapat  melalui  proses  belajar dalam  mengakses informasi (pengetahuan).

Kata Kunci  : Pengetahuan, Sikap, Siswa Putri, Flour Albus

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan seorang wanita banyak hal-hal penting yang terjadi yang kadangkala tidak menjadi perhatian dari tenaga kesehatan. Mulai dari masa pubertas, masa remaja, pra nikah dan masalah-masalah selama pernikahan, menopause  dan  masa  tua.  Dari  sekian  banyak  masalah  tersebut  masalah kesehatan reproduksi merupakan masalah  yang paling penting untuk dipahami khususnya pada masa remaja (Widyastuti, 2009)
Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari  kehamilan  yang  tidak  dikehendaki,  aborsi  yang  tidak  aman,  penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (FCI, 2010).
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar remaja atau tawuran (Iskandar, 2010). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual  yang berisiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi (FCI, 2010).
Permasalah kesehatan reproduksi ada beberapa hal yang sering terjadi pada remaja putri, salah satu diantaranya adalah keputihan (fluor albus). Keputihan merupakan istilah yang sering dijumpai untuk keluarnya cairan berlebih dari jalan lahir atau vagina. Keputihan tidak selalu bersifat patologis, namun demikian pada umumnya orang menganggap keputihan pada remaja putri sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Keputihan yang normal memang terjadi pada wanita, yaitu yang terjadi menjelang, pada saat, dan setelah masa subur. Keputihan  normal  itu  akan  hilang sendiri  menjelang,  pada saat,  dan  setelah menstruasi. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Dechacare, 2010).
Peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang menjelaskan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja. Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang harus diinformasikan pada remaja adalah mengenai flour albus. Flour albus adalah nama lain dari keputihan (white discharge) atau Leukorea. Flour albus adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Cairan yang keluar dari alat genetalia ini ada yang bersifat fisiologik dan patologik (Hanifa, 2012).
Flour albus yang bersifat fisiologis biasanya tidak terlalu banyak, tidak berbau, dan berwarna jernih dan tidak berbahaya. Sedangkan flour albus yang bersifat patologik dikaitkan dengan  adanya penyakit  atau kelainan pada alat kelamin dan dapat menimbulkan resiko yang berbahaya (Hanifa, 2012).
Pentingnya seorang remaja mengetahui tentang flour albus adalah untuk membentuk persepsi yang benar tentang flour albus tersebut. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun demikian, pengetahuan saja belumlah cukup tanpa didukung oleh sikap yang positif dalam menghadapi masalah flour albus ini. Sikap positif juga akan membentuk perilaku yang tepat bilamana seorang remaja menghadapi masalah flour albus ini (Wati, 2017).
Banyak remaja putri yang merasa berat dan malu untuk membicarakan organ genitalia dengan orang lain. Sehingga perawatan kesehatan alat kelamin terhambat oleh pantangan sosial dan kurangnya pengetahuan. Kalaupun ada hanya beberapa remaja putri yang berkonsultasi dengan dokter tentang masalah keputihan. Hal tersebut dapat menyebabkan pengetahuan remaja putri tentang keputihan menjadi terbatas. Keputihan masih dianggap bukan hal yang serius di kalangan remaja putri, sehingga dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada remaja putri masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya remaja putri yang memakai celana ketat dan mereka cenderung memilih yangberbahan bukan dari katun, keputihan bisa jadi disebabkan oleh celana panjang yang ketat dan atau celana dalam yang terbuat dari serat sintetik/nilon (Clayton dalam Katharini, 2009)
Meskipun termasuk penyakit sederhana, kenyataannya keputihan adalah penyakit yang tidak mudah disembuhkan. Penyakit ini menyerang  sekitar  50% populasi perempuan dan mengenai hampir semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia menderita keputihan   paling   tidak   sekali   seumur   hidup   dan   45%   diantaranya   bisa mengalami sebanyak dua kali atau lebih (Hendrawan, 2008).
Menurut hasil penelitian yang diteliti oleh Tartylah (2010) tentang Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Hygienitas Organ Reproduksi Terhadap Terjadinya Flour Albus Pada Siswi Kelas IX di SMPN 85 Pondok Labu  Jakarta  Selatan   didapatkan   bahwa  75%  wanita   pernah   mengalami keputihan  paling  tidak  satu  kali  dalam  hidupnya,  hal  ini  berkaitan  dengan kondisi cuacu yang lembab yang mempermudah wanita di Indonesia mengalami keputihan.
Hasil penelitian yang dilakukan Daiyah (2004) di SMUN 2 Medan menunjukkan bahwa keputihan berkaitan dengan hygienitas pada organ reproduksi bagian luar,  diperoleh hasil bahwa hanya 25,89% remaja SMUN tersebut yang melakukan perawatan dengan baik terhadap organ reproduksi bagian luar.  Remaja putri pada umumnya cemas dan takut bila mendapatkan adanya keputihan atau flour albus dari alat genetalia. Hal ini bisa menimbulkan stress dan cemas. Disilah peran orangtua dan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi mengenai flour albus dan apa tindakan yang semestinya dilakukan.
SMAN I Meulaboh merupakan salah satu SMA yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat. Di SMA ini kebanyakan pelajarnya berasal dari Kecamatan Johan Pahlawan. Pelajar yang melanjutkan sekolah di SMAN I Meulaboh rata-rata usianya masih remaja dan masih belum begitu memahami tentang kesehatan reproduksi pada remaja termasuk fenomena flour albus yang juga banyak terjadi pada usia remaja.
Menurut informasi dari Kepala Sekolah SMAN I Meulaboh, jumlah siswi kelas X dan XI adalah sebanyak 233 orang. Kepala Sekolah SMAN I Meulaboh menyatakan bahwa  tidak ada data resmi tentang jumlah siswi yang menderita keputihan. Namun berdasarkan pengamatan penulis dan informasi dari 10 orang siswi di SMAN I Meulaboh, mereka menyatakan pernah mengalami keputihan, tetapi kurang tahu mengenai keputihan dan alat reproduksi tersebut, bila mereka mengalaminya kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk mendiamkannya dengan alasan malu dan mereka tidak mengetahui tanda-tanda keputihan yang bahaya. Hal ini menunjukkan bahwa keputihan atau flour albus merupakan masalah bagi siswi SMAN I Meulaboh walaupun sebagian dari mereka tidak memahaminya.
Seorang remaja seharusnya mengetahui tentang flour albus untuk mencegah adanya kecemasan yang berlebihan sehingga dapat mengganggu psikologis remaja tersebut. Disamping itu seorang remaja mengetahui tentang flour albus ini untuk mempersiapkan remaja tersebut dalam menghadapi masa perkawinan dan kehamilan. Untuk itu perlu adanya penyuluhan-penyuluhan mengenai masalah keputihan yang langsung disampaikan oleh tenaga kesehatan. Disamping itu seorang remaja juga harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan bila menghadapi masalah keputihan.

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian analitik korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan dan sikap sedangkan variabel terikat yaitu kejadian flour albus Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Cross Sectional, dimana variabel sebab yaitu pengetahuan dan sikap sedangkan variabel akibat yaitu kejadian flour albus diukur dalam waktu yang bersamaan dan sesaat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2017 di SMAN I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa putri yang ada di SMAN I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2017 yang berjumlah 233 siswa. Jumlah sampel ditentukan 20% dari populasi yaitu 20% dari 233 = 47 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana dan mewakili semua kelas untuk keterwakilan semua kelas maka masing-masing kelas ditentukan perwakilannya dengan rumus populasi kelas dibagi populasi total dikalikan total sampel.
Hipotesa pada penelitian ini Ada terdapat hubungan pengetahuan dan sikap siswa putri dengan kejadian flour albus. Analisa data diperoleh dengan uji statistik progam SPSS. Analisa data Univariat, untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Analisis bivariat yang digunakan untuk menganalisis dua variabel yang diduga berhubungan (Notoatmodjo, 2005). Analisis ini berfungsi untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan kejadian flour albus. Tingkat kemaknaan di tentukan sebesar 5%.

HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat
Tabel 1.      Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dengan Kejadian Flour Albus di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Kategori
Frekuensi
%
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
11
25
11
23,4
53,1
23,4

Jumlah
47
100
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa putri memiliki pengetahuan cukup tentang flour albus yaitu 25 orang (53,1%).

Tabel 2.      Distribusi Responden Berdasarkan Media Informasi dengan Kejadian Flour Albus di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Kategori
Frekuensi
%
1
2
3
4
5
Internet
Orang Tua
Teman
Televisi
Guru
24
7
7
9
-
51,1
14,9
14,9
19,1
-

Jumlah
47
100
Dari Tabel 2 menunjukkan mayoritas siswa putri menggunakan  media  informasi  internet  untuk  mengetahui  tentang  flour albus  yaitu  24 orang  (51,1%).

Tabel 3.      Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dengan Kejadian Flour Albus di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Kategori
Frekuensi
%
1
2
Positif
Negatif
41
6
87,2
12,7

Jumlah
47
100
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa siswa putri memiliki sikap yang positif tentang flour albus yaitu 41 orang (87,2%).

Tabel 4.      Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman dengan Kejadian Flour Albus di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Kategori
Frekuensi
%
1
2
Pernah
Tidak Pernah
38
9
80,9
19,1

Jumlah
47
100

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa siswa putri pernah mengalami flour albus yaitu 38 orang (80,9%).

Tabel 5.      Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Flour Albus yang pernah dialami Siswa Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Kategori
Frekuensi
%
1
2
Normal
Tidak Normal
37
-
100
-

Jumlah
47
100
Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa siswa putri pernah mengalami flour albus yang normal yaitu 38 orang (100%).

Tabel 6.      Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pengeluaran Flour Albus yang pernah dialami Siswa Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Kategori
Frekuensi
%
1
2
3
4
Saat air cebokan kotor
Saat pakaian lembab
Saat sebelum/ setelah menstruasi
Saat stress
8
8
17
5
17
17
36,2
10,6

Jumlah
47
100
Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa siswa putri pernah mengalami flour albus saat sebelum/ setelah menstruasi yaitu 17 orang  (36,2%).

Analisa Bivariat

Tabel 7.      Hubungan Pengetahuan dengan Pengalaman Flour Albus pada Siswa Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Pengetahuan
Pengalaman Flour Albus
Total
p
Pernah
Tidak Pernah
f
%
f
%
f
%
0,326
1
Baik
10
21,3
1
2,1
11
23,4
2
Cukup
21
44,7
4
8,5
25
53,2
3
Kurang
7
14,9
4
8,5
11
23,4
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa 47 siswa putri terdapat 21 orang (44,7%) siswa putri yang pernah mengalami fluor albus dengan pengetahuan cukup, sedangkan 4 orang (8,5%) siswa putri yang tidak pernah mengalami fluor albus dengan pengetahuan cukup. Hasil analisis statistik menggunakan chi square didapat nilai p> 0,05 (0,326). Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan siswa putri terhadap flour Albus.

Tabel 8.      Hubungan Pengetahuan dengan Kategori Flour Albus yang pernah dialami Siswa Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Pengetahuan
Pengalaman Flour Albus
Total
p
Pernah
Tidak Pernah
f
%
f
%
f
%
1
Baik
11
23,4
-
-
11
23,4
0,225
2
3
Cukup
Kurang
25
11
53,2
23,4
-
-
-
-
25
11
53,2
23,4
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa 47 siswa putri pernah mengalami fluor albus, terdapat 25 orang (53,2%) siswa putri yang mengalami fluor albus normal dengan dengan pengetahuan cukup. Hasil analisis statistik menggunakan chi square didapat nilai p> 0,05 (0,225). Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan siswa putri terhadap flour Albus.

Tabel 9.      Hubungan Sikap dengan Pengalaman Flour Albus pada Siswa Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Sikap
Pengalaman Flour Albus
Total
p
Pernah
Tidak Pernah
f
%
f
%
f
%
1
Positif
38
80,9
3
6,4
41
87,3
0,000
2
Negatif
-
-
6
12,7
-
12,7
Berdasarkan Tabel 9 diatas terllihat bahwa dari 47 Siswa putri terdapat 38 orang (80,9%) siswa putri yang bersikap positif pernah mengalami fluor albus, sedangkan 6 orang (12,7%) siswa putri yang bersikap negatif tidak pernah mengalami fluor albus. Hasil analisis statistik menggunakan chi square didapat nilai p< 0,05 (0,000). Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap siswa putri terhadap flour albus.

Tabel 10.    Hubungan Sikap dengan Kategori Flour Albus yang pernah dialami Siswa Putri di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017
No
Sikap
Pengalaman Flour Albus
Total
p
Pernah
Tidak Pernah
f
%
f
%
f
%
1
Positif
38
100
-
-
38
100
0,000
2
Negatif
-
-
-
-
-
-
Berdasarkan Tabel1 10 diatas terllihat bahwa dari 38 siswa putri terdapat 38 orang yang pernah mengalami fluor albus sebanyak 38 orang (100%). Siswa putri yang bersikap positif mengalami flour albus normal. Hasil analisis statistik menggunakan chi square didapat nilai p< 0,05 (0,000). Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap siswa putri terhadap flour albus

PEMBAHASAN
Hasil penelitian terhadap siswi putri di SMAN I Meulaboh tahun 2017 diperoleh hasil yaitu, berdasarkan analisa statistik menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada nya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan flour albus pada perolehan nilai p> 0,05 (0,326).
Hasil penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan perilaku remaja puteri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan di SMAN 2 Pineleng menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan sebanyak 18 remaja putri dengan nilai p=0,628.
Hal ini sejalan dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa ada keterkaitan yang cukup erat antara pengetahuan seseorang dengan perilaku kesehatan (health behavior). Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sebelum seseorang memutuskan untuk mengikuti suatu perilaku tertentu (yang baru) ia harus tahu terlebih dahulu tentang apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Siswi Putri di SMAN I Meulaboh tahun 2017 diperoleh hasil yaitu, berdasarkan analisa statistik menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa ada nya hubungan bermakna antara sikap dengan flour Albus pada perolehan nilai p< 0,05 (0,000), sehingga hipotesa peneliti dinyatakan dalam penelitian ini dapat diterima.
Penelitian Fitrianingsih (2012) tentang hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pemeliharaan organ reproduksi dengan risiko kejadian keputihan pada siswi Kelas X SMAN 1 Wonosari Kabupaten Klaten menunjukkan hasil penelitian bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,000), sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,000), dan perilaku tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,010) dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Wonosari Kabupaten Klaten.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan.
Menghadapi hal ini tentu perlu adanya suatu perubahan perilaku pada siswa putri tersebut. Perubahan perilaku ini akan terbentuk bila adanya stimulus  yang  didapat  melalui  proses  belajar,  sebagaimana  yang dikemukakan oleh Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), dengan teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R) yang dikemukakanya, bahwa proses perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar, dan penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme atau individu.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017 dapat disimpulkan yaitu:
1.      Tingkat pengetahuan siswa putri tentang fluor albus hampir setengahnya berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 25 orang (53,1%).
2.      Siswa putri memiliki sikap yang positif tentang flour albus yaitu 41 orang (87,2%)
3.      Hasil uji statistic yakni ada hubungan hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian flour albus dengan nilai p< 0,05 (0,000)








DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek., Rineka Cipta, Jakarta.
Budiarto. E. 2003. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta
Clayton, C. 2009. Keputihan dan Jamur kandida lain. EGC: Jakarta
Dechacare. 2010. Keputihan No Way. http://www.bascommetro.com/2010. Diakses tanggal 25 November 2016
FCI, 2010. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi. http://www.Indomedia.co.id. diakses pada tanggal 2 Desember 2016
Fitrianingsih, H.R. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pemeliharaan Organ Reproduksi Dengan Resiko Kejadian Keputihan Pada Siswi Kelas X SMAN 1 Monosari Kabupaten Klaten. eprints.ums.ac.id diakse pada tanggal 23 November 2016
Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Bina Pustaka FKUI Jakarta.
Hendrawan. 2008. Keputihan. http://www.halo-halo.co.id. diakses pada tanggal 20 November 2016
Hidayat A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data.. Salemba Medika, Jakarta
Nanlessy, D.M., Hutagol, E., Wongkar, D. 2013. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri Dalam Menjaga Kebersihan Alat Genetalia dengan Kejadian Keputihan di SMAN 2 Pineleng. Ejournal Keperawatan (e-Kp). Vol 1(1). https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2175 Di akses tanggal 2 Desember 2016
Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku.. Rineka Cipta, Jakarta
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka FKUI. Jakarta.
Wati, S.E. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Cara Pencegahan Fluor Albus di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri. ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akper/article. Diakses tanggal 3 Desember 2016
Wawan. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika.Yogyakarta
Widyastuti, Y., et al. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya : Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar