Jumat, 29 Desember 2017

Cut Ratna Keumala: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2017, hal. 23-34


 ROKOK DAN DAMPAKNYA DENGAN STATUS KEBERSIHANGIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DESAUPAHKECAMATAN BENDAHARA
KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2017

Oleh:
Cut Ratna Keumala

ABSTRAK
Merokok menyebabkan gigi berwarna coklat/kusam, mudah terkena penyakit periodontal, nafas berbau tidak sedap, pra kanker, dan kanker mulut hal ini telah diteliti oleh banyak peneliti. Berdasarkan hasil pemeriksaan awal pada 8 laki-laki merokok 100% dalam kategori buruk, dan pada laki-laki 8 tidak merokok 75% sedang 25% baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan status kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat diDesaUpahKecamatanBendahara KabupatenAcehTamiang. Penelitian ini besifat analitik, dilaksanakan pada tanggal 7September – 8September 2017 dengan melakukan pemeriksaan serta pembagian angket. Populasi dalam penelitian adalah 239 orang, sampel yaitu 70 orang. Tekhnik pengambilan sampel dengan cara Random Sampling dan analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi-square dengan derajat kepercayaan (α = 0,05). Hasil penelitian Ha ditolak yaitu tidak ada hubungan pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan status kebersihan gigi dan mulut karena x2hitung 2,04 ≤ x2 tabel 5,991. Dan dari seluruh responden, 55% yang memiliki pengetahuan tinggi  namun status kebersihan gigi dan mulutnya sedang. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan status kebersihan gigi dan mulut. Kepada tenaga kesehatan untuk lebih memperhatikan upaya promosi kepada masyarakat secara berkala dan berkesinambungan berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan juga menyampaikan pada masyarakat untuk meningkatkan perilakunya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi yang baik dan benar, menyikat gigi tiga kali dalam sehari yaitu sesudah makan pagi dan siang lalu sebelum tidur malam, dan juga memeriksakan kesehatan gigi ke puskesmas atau dokter gigi selama 6 bulan sekali.

Sumber Bacaan : 18 buku (2000-2012) dan 4 Data Internet (2005-2011).

PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Visi Indonesia sehat Tahun 2010 yang salah satu strateginya adalah paradigma sehat dengan pendekatan Primery oral health care yaitu mengupayakan kesehatan gigi sebagai bagian dari sistem kesehatan umum dan berdasarkan atas partisipasi masyarakat dan ketahanan diri dengan mengutamakan upaya promotif, preventif, dan kuratif. Setiap orang berkewajiban mengupayakan kesehatan optimal bagi dirinya, keluarga dan masyarakat sekitar. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut (Depkes  RI, 2004).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya karena tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005). Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut  salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan, termasuk kesehatan gigi. Apabila materi atau objek yang ditangkap pancaindera adalah tentang gigi, gusi, serta kesehatan gigi pada umumnya. Pengetahuan yang diperoleh adalah mengenai gigi, gusi, serta kesehatan gigi pula (Budiharto, 2010). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik hasilnya daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Merokok menyebabkan gigi berwarna coklat/kusam, mudah terkena penyakit periodontal, nafas berbau tidak sedap, pra kanker, dan kanker mulut hal ini telah diteliti oleh banyak peneliti (Natamiharja L, 2001). Tembakau pada rokok dapat mengiritasi di rongga mulut, karena adanya hasil berupa nikotin, tar, karbon monoksida, derivate-derivate yang lain seperti pirimidin, ammonia, metal alkohol dan panas ( Husodo SM, 2005).
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan gigi dan mulut yang terbebas dari gigi belubang dan karang gigi. Karang gigi yang melekat di permukaan mahkota gigi biasanya berwarna kekuningan sampai kecokelatan yang dapat terlihat mata. Permukaannya keras seperti gigi dan tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi atau tusuk gigi. Karang gigi yang tidak terlihat biasanya tumbuh di bawah gusi, mengakibatkan gusi infeksi dan mudah berdarah. Karang gigi biasanya dapat menyebabkan bau mulut. Awalnya karang gigi ada karena sisa makanan, dan air liur membentuk suatu substansi berwarna kekuning-kuningan yang melekat pada permukaan gigi yang disebut plak ( Pratiwi D, 2009).
Kebersihan gigi dan mulut juga bisa disebabkan karena merokok. Pewarnaan atau staining pada gigi dan mukosa rongga mulut serta bau mulut merupakan masalah yang paling umum dialami oleh para perokok. Dan juga dalam jangka panjang merokok juga bisa meningkatkan resiko terjadinya penyakit gusi dan memperlambat proses penyembuhannya, menimbulkan kerusakan gigi akibat kebersihan mulut yang menurun, bahkan yang lebih parahnya bisa mengakibatkan kanker rongga mulut (Ramadhan, 2010).
Berdasarkan data Puskesmas Bendahara dari Bulan Januari-Desember 2016, diperoleh data jumlah kunjungan pasien dengan kasus penyakit gigi dan mulut berjumlah 5151 kasus, yang terdiri dari beberapa kasus yaitu lubang gigi 523 kasus, penyakit gusi dan penyangga gigi 454 kasus, dan karang gigi 25 kasus.
Masyarakat yang perokok berpendapat bahwa,  rokok adalah kepentingan utama bagi mereka, dan mereka mengabaikan dampak penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok terutama pada kesehatan gigi dan mulut, bahkan mereka masih banyak yang tidak mengetahui tentang penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Jika pada masyarakat yang tidak merokok mereka banyak mengetahui tentang bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, sehingga membuat mereka tidak ingin menghisap rokok.

B.       Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, yang menjadi rumusan masalahnya “Apakah ada Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dan Dampaknya Dengan Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Masyarakat Di Desa Upah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017.”

C.       Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan status kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat di Desa Upah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017.

TINJAUAN PUSTAKA
A.       Pengetahuan
Seseorang memperoleh pengetahuan melalui penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan diperoleh sebagai akibat stimulus yang ditangkap pancaindera. Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan (Budiharto, 2010).
Pengetahuan merupakan ranah kognitif, yang mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:
1.    Tahu
Tahu, merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya mengingat atau mengingat kembali suatu objek atau rangsangan tertentu. Contohnya, mengingat kembali fungsi gigi selain untuk mengunyah adalah untuk bicara dan estetika.
2.    Memahami
Memahami, adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Contohnya, mampu menjelaskan tanda-tanda radang gusi.
3.    Aplikasi
Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Contohnya, memilih sikat gigi yang benar untuk menggosok gigi dari sejumlah model sikat gigi yang ada, setelah diberi penjelasan dengan contoh.
6      6
 

4.    Analisis
Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut. Contohnya, mampu menjabarkkan struktur jaringan periodontal  dengan masing-masing fungsinya.
5.    Sintesis
Sintesis, yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk tertentu yang baru. Contohnya, individu mampu menggabungkan diet makanan yang sehat untuk gigi, menggosok gigi yang tepat waktu.
6.    Evaluasi
Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Contohnya, mampu menilai kondisi kesehatan gusi anaknya pada saat tertentu.
Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo, 2007).

B.       Rokok
1.        Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Suryoprajogo, 2009). Asap rokok tembakau mengandung gas dan bahan-bahan kimia yang bersifat racun dan atau karsiogenik. Komposisi kimia dari asap rokok tergantung pada jenis tembakau, disain rokok, seperti ada tidaknya filter, bahan-bahan tambahan, dan sebagainya, pola merokok dari individu. Satu batang rokok yang dibakar  atau disulut dihasilkan kira-kira 500 mg gas ( 92 % ) dan bahan-bahan partikel padat    ( 8% ), sebagian besar dari fase gas adalah karbondioksida, oksigen dan hidrogen. Meskipun persentase karbondioksida rendah, tetapi ia cukup menaikan tekkanan darah secara bermakna yang berakibat akan berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Tar berkisar antara < 1 – 35 mg dan dalam kelompok ini terdapat bahan karsinogen yang paling paten. Sedangkan kandungan nikotin berkisar dari 1 – 3 mg, mempunyai efek pharmakologis yang mendorong faktor ketergantungan psikis, yang merupakan suatu sebab mengapa seorang perokok sulit untuk berhenti merokok ( Ruslan G, 2006 ).
2.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orang Menghisap Rokok
a.       Faktor Farmakologis
Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin. Nikotin adalah suatu zat psikoaktif yang mempunyai efek farmakologis terhadap otak yaitu mempengaruhi perasaan dan kebiasaan, oleh karena itu nikotin dapat menimbulkan ketergantungan (ketagihan). Nikotin mempunyai dua efek, pada dosis rendah nikotin bersifat sebagai penenang (Aditama, 2003).
b.      Faktor Sosial
Faktor ini berpengaruh besar terhadap kebiasaan merokok, seperti lingkungan rumah (orang tua, saudara), lingkungan sekolah, status sosial ekonomi, tetapi yang paling besar pengaruhnya adalah jumlah teman yang merokok. Keuntungan psikososial dan merokok yang merokok yang mereka rasakan antara lain merasa lebih diterima dan lingkungan teman dan kelihatan lebih dewasa, dan merasa lebih nyaman (Aditama, 2003).
c.       Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kebiasaan merokok adalah kepribadian. Kebiasaan merokok lebih sering didapatkan pada orang-orang dengan gangguan kepribadian dan kecenderungan anti sosial. Selain itu, merokok juga sering digunakan sebagai alat psikologis seperti meningkatkan penampilan/kenyamanan psikologiis (Aditama, 2003).
3.        Motivasi Seseorang Untuk Menghisap Rokok
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model-model psikologi dari perilaku merokok dengan menggunakan analisis statistik, dari data yang diperoleh ternyata terdapat tujuh jenis motivasi menghisap rokok antara lain (Marwan, 2009, cit. Syahroni, 2009).
a.       Alat Pergaulan (Psikososial)
Merokok pada situasi sosial dan menggunakan nilai simbolis dari tindakan merokok ini untuk meningkatkan kehidupan bersosial.
b.      Kepuasan Saraf (sensorimotor)
Merokok untuk kepuasan pada mulut, sensorik dan manipulasi rokok itu sendiri.
c.       Sumber Kenikmatan (indulgent)
Merokok untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan yang sudah ada dua/tiga jam dapat berlalu tanpa keinginan merokok, namun pada situasi gembira merokok dengan frekuensi yang lebih sering dapat terjadi.
d.      Menghilangkan Perasaan Tidak Enak
Merokok untuk menghilangkan perasaan tidak enak, bukan untuk kenikmatan. Perasaan lega kadang-kadang juga timbul karena kegiatan sensorimotor seperti rasa senang bila mengelus-elus rokok sebelum disulut, namun rasa lega timbul sebagai efek sedaktif dari nikotin yang bekerja.
e.       Perangsang (stimulasi)
Efek stimulan dari nikotin dipakai untuk mengangkat/memacu semangat, membantu berfikir dan kosentrasi, mencegah kelelahan dan mempertahankan kinerja pada tugas yang menonton dan lama, serta meningkatkan kemampuan dalam situasi stress.
f.       Memenuhi Kecanduan (adiktif)
Merokok semata-mata untuk memenuhi tuntutan/mencegah terjadinya sindroma penarikan, yang akan timbul apabila seorang perokok telah melewati 30-40 menit/kurang tanpa rokok.
g.       Keterbiasaan (otomatis)
Ini terjadi pada sebagian perokok berat yang dengan tidak disadari lagi secara otomatis akan mencari sebatang rokok. Ini baru disadari hanya jika tangannya sudah kosong, yakni tidak memegang rokok.
4.        Tipe perokok
Pengukuran perilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu kriteria yang di buat sendiri berdasarkan anamnesis atau menggunakan kriteria yang sudah ada. Biasanya batasan yang digunakan adalah berdasarkan jumlah rokok yang di hisap setiap hari atau lamanya kebiasaan merokok (Sitepoe, 2000). Berdasarkan intensitasnya, terdapat tiga tipe perokok (Sitepoe, 2000).
a.         Perokok ringan, adalah : seseorang yang mengkonsumsi rokok antara
 1-10 batang perhari,
b.         Perokok sedang, adalah : seseorang yang mengkonsumsu rokok antara 11-20 batang perhari, dan
c.         Perokok berat, adalah : seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari.

5.        Komponen Rokok
Menurut (Sumartono, 2009) ada beberapa kandungan bahan kimia di dalam rokok antara lain :
a.         Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif (yang bersifat menimbulkan ketagihan atau kecanduan) tembakau. Campuran nikotin dan karbon monoksida dalam setiap batang rokok yang dihisap meninggikan denyut jantung dan tekanan darah keatas angka rata-rata normal. Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Nikotin melambatkan aliran darah, mengurangi pasokan oksigen ke tangan dan kaki. Sejumlah perokok berakhir dengan tungkai yang diamputasi.
b.        Tar
Tar terbentuk dari gangguan banyak zat kimia, termasuk gas-gas dan zat-zat yang menyebabkan kanker. Zat ini melapisi paru-paru anda seperti jelaga di cerobong asap.
c.         Karbon Monoksida
Karbon monoksida ini merampas oksigen dari otot, otak dan jaringan tubuh, membuat tubuh secara keseluruhan, terutama jantung bekerja lebih keras. Makin lama, saluran udara makin bengkak dan udara yang bisa melaluinya makin sedikit.
6.        Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Gigi
Kebiasaan merokok sangat mempengaruhi kesehatan mulut terutama perubahan mukosa ( selaput lendir ). Kebanyakan kanker didalam mulut di mulai dengan perubahan mukosa. Perubahan ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga tidak diperhatikan sampai keadaan menjadi lanjut. Oleh karena itu, jika terdapat bercak putih sedini mungkin datang ke dokter gigi ( Depkes RI, 2006).
Menurut (Siregar dan Susanti, 2011) ada beberapa efek merokok terhadap kesehatan rongga mulut :
a.    Bau Mulut
Merokok dapat menyebabkan timbulnya bau mulut (Halitosis). Bau mulut ini tidak dapat diatasi dengan menyikat gigi/menggunakan obat kumur.
b.    Merubah Warna Gigi (Stain)
Stain perubahan warna yang terjadi pada gigi. Gigi yang terjadi pada gigi yang tadinya berwarna putih, maka akan menjadi lebih kuning. Jika dalam waktu yang lebih lama lagi, mungkin selama beberapa tahun, maka warna gigi akan berubah menjadi cokelat. Hal ini akan sangat mengganggu estetik/penampilan.
c.    Pengaruh Merokok Terhadap Gusi
Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak dari pada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti gingivitis/gusi berdarah. Disamping itu hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi peredaran darah ke gusi sehingga mudah terjangkit penyakit.
d.    Pengaruh Merokok Terhadap Lidah
Pada perokok berat, merokok dapat menyebabkan rangsangan pada papilla filiformis (tonjolan pada lidah bagian atas) sehingga menjadi lebih panjang (hiper-tropi). Disini hasil pembakaran rokok yang berwarna hitam kecokelatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan rasa pahit, asin, dan manis, karena rasa ujung sensoris dari alat perasa (tastebuds).
e.    Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut
Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena, yang bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel mulut sampai bercak putih.
f.     Menyebabkan Penyakit Periodontal (Periodontitis)
Periodontitis adalah penyakit radang kronis yang terjadi akibat aktifitas plak bakteri, yang diawali oleh timbulnya radang pada gusi dan berlanjut hingga terbentuknya poket/saku gigi. Kehilangan perlekatan tulang dan berakhiar pada tanggalnya gigi. Perokok mempunyai resiko yang besar untuk perkembangan penyakit periodontal menjadi lebih parah dibandingkan dengan bukan perokok. Ini dikaitkan dengan lemahnya mekanisme pertahanan tubuh para perokok sehingga lebih cepat terkena penyakit periodontal.
g.    Menunda Peroses Penyembuhan
Merokok dapat menunda penyembuhan jaringan lunak rongga mulut anda, karena rokok mengurangi pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan gusi. Termasuk disini adalah penyembuhan luka akibat pencabutan gigi.
h.    Resiko Tinggi Terhadap Kanker Rongga Mulut
Ini adalah resiko yang paling menakutkan dan efek merokok pada gigi dan mulut. dimana diketahui bahwa perokok mempunyai resiko 6x lebih banyak menderita kanker rongga mulut. ini dikaitkan dengan bahan kimia yang berjumlah sekitar 4000 dalam sebatang rokok. Kanker rongga mulut yang biasa dialami perokok adalah kanker mulut, lidah, bibir, dan tenggorokan. Kebanyakan pasien dengan kanker rongga mulut meninggal dalam waktu 5 tahun. Hal ini karena kanker rongga mulut ditemukan setelah dua tahap lanjut dan telah berkembang.

C.       Kebersihan Gigi dan Mulut
1.        Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut
Menurut (Darwita, 2005, cit. Silman, 2011 ) kebersihan gigi dan mulut adalah kesadaran mulut bebas dari plak dan kalkulus. mulut dikatakan bersih apabila gigi-gigi yang terdapat didalamnya bebas dari plak dan kalkulus. Plak selalu terbentuk pada gigi dan meluas keseluruh permukaan bila kita lupa menggosok gigi. Hal ini disebabkan karena rongga mulut bersifat basah, lembab, dan gelap, dengan perkataan lain menyebabkan plak berkembang biak. Plak bila dibiarkan akan mengalami pengapuran sehingga menjadi keras disebut karang gigi.
2.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
a.         Plak
Menurut Machfoedz (2005), plak adalah suatu endapan lunak melekat pada permukaan gigi yang berasal dari sisa makanan yang terdiri dari kumpulan bakteri dan air ludah didalam mulut.
b.         Karang gigi
Menurut Pratiwi (2009), karang gigi merupakan permukaan yang keras seperti gigi dan tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi atau tusuk gigi. Karang gigi yang melekat di permukaan mahkota gigi biasanya berwarna kekuningan sampai kecokelatan yang dapat terlihat mata.
3.        Mengukur Kebersihan Gigi dan Mulut
Menurut Herijulianti (2002), Untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang yang dilihat adalah adanya debris (plak) dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi.
a.         Debris Indeks
1)        Pengertian Debris Indeks
Debris indeks adalah score (nilai) dari endapan yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi tertentu.
2)        Gigi Indeks
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a)        Gigi molar pertama permanen kanan atas pada permukaan bukal.
b)        Gigi insisivus pertama permanen kanan atas pada permukaan labial.
c)        Gigi molar pertama permanen kiri atas pada permukaan bukal.
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a)        Gigi molar pertama permanen kiri bawah pada permukaan lingual.
b)        Gigi insisivus pertama permanen kiri bawah pada permukaan labial.
c)        Gigi molar pertama permanen kanan bawah pada bagian lingual.

Pencatatan nilai untuk debris dilakukan pada kotak-kotak seperti dibawah ini :
Nilai debris dari permukaan bukal gigi M1 kanan Atas
Nilai debris dari permukaan labial gigi I1 kanan Atas
Nilai debris dari permukaan bukal gigi M1 kiri Atas
Nilai debris dari permukaan lingual gigi M1 kanan bawah
Nilai debris dari permukaan labial gigi I1 kiri bawah
Nilai debris dari permukaan lingual gigi M1 kiri bawah
(Herijulianti, 2002)
3)        Kriteria Debris Indeks
Tabel 1. Kriteria Penilaian Debris Indeks.
No
Kriteria
Nilai
1
Pada permukaan gigi yan terlihat, tidak ada debris atau perwarnaan ekstrinsik
0
2
a.        Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan.
b.       Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
1
3
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.
2
4
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi.
3
    (Herijulianti, 2002)
4)        Cara Pemeriksaan Debris Indek
a)        Pemeriksaan debris indek pertama-tama permukaan gigi yang akan dilihat dibagi dengan garis-saris khayalan menjadi 3 bagian yang sama luasnya ( Herijulianti, 2002).
Bagian A1 = 1/3 permukaan gigi bagian servikal.
Bagian A2 = 1/3 permukaan gigi bagian tengah.
Bagian A3 = 1/3 permukaan gigi bagian incisal.
b)        Untuk pemeriksaan kita menggunakan alat sonde. Pertama-tama lakukan pemeriksaan debris pada 1/3 permukaan incisal/oklusal gigi, jika pada daerah ini ada debris yang terbawa sonde, nilai yang diperoleh untuk gigi tersebut adalah 3. Sonde diletakkkan secara mendatar pada permukaan gigi.
c)        Bila pada daerah 1/3 incisal/oklusal tidak ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan pada bagian 1/3 tengah. Jika ada debris yang terbawa oleh sonde dibagian ini, nilai untuk gigi tersebut adalah 2.
d)        Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 tidak ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan ke 1/3 bagian servikal. Jika ada debris yang tebawa sonde dibagian ini, penilaian untuk gigi tersebut adalah 1.
e)        Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 servikal tidak ada debris yang terbawa sonde (bersih), penilaian untuk gigi tersebut adalah 0.
Pemeriksaan dilanjutkan pada gigi berikutnya.
5)        Cara Menghitung Skor Debris Indeks
Jumlah penilaian debris
Debris indeks =
    Jumlah gigi yang diperiksa
6)        Score Debris Indeks
a)        Baik (good), apabila nilai berada di antara 0-0,6
b)        Sedang (fair), apabila nilai berada di antara 0,7-1,8
c)        Buruk (poor), apabila nilai berada di antara 1,9-3,0
b.          Kalkulus Indeks
1)        Pengertian Kalkulus Indeks
Kalkulus indeks adalah score (nilai) dari endapan yang terjadi karena adanya plak yang lama tidak dibersihkan sehingga terbentuk menjadi karang gigi.
2)        Gigi Indeks
Untuk rahang atas yang diperiksa:
a)        Gigi molar pertama permanen kanan atas pada permukaan bukal.
b)  Gigi insisivus pertama permanen kanan atas pada permukaan labial.
c)    Gigi molar pertama permanen kiri atas pada permukaan bukal.
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a)        Gigi molar pertama permanen kiri bawah pada permukaan lingual.
b)        Gigi insisivus pertama permanen kiri bawah pada permukaan labial.
c)        Gigi molar pertama permanen kanan bawah pada bagian lingual.

Pencatatan nilai untuk kalkulus dilakukan pada kotak-kotak seperti dibawah ini :
Nilai kalkulus dari permukaan bukal gigi M1 kanan Atas
Nilai kalkulus dari permukaan labial gigi I1 kanan Atas
Nilai kalkulus dari permukaan bukal gigi M1 kiri Atas
Nilai kalkulus dari permukaan lingual gigi M1 kanan bawah
Nilai kalkulus dari permukaan labial gigi I1 kiri bawah
Nilai kalkulus dari permukaan lingual gigi M1 kiri bawah
   (Herijulianti, 2002)
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk menggantinya, yaitu:
a.         Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas/rahang bawah.
b.        Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas/rahang bawah.
c.         Bila M1,M2,dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
d.        Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada I1 kiri rahang atas.
e.         Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
f.         Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan rahang bawah.
g.         Bila gigi I1 kiri dab kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
3)        Cara Pemeriksaan Kalkulus Indeks
a)        Pemeriksaan kalkulus indek pertama-tama permukaan gigi yang akan dilihat dibagi dengan garis-saris khayalan menjadi 3 bagian yang sama luasnya ( Herijulianti, 2002).
Bagian A1 = 1/3 permukaan gigi bagian servikal.
Bagian A2 = 1/3 permukaan gigi bagian tengah.
Bagian A3 = 1/3 permukaan gigi bagian incisal.
Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu diperhatikan jenis karang gigi yang berda pada permukaan :
1.         Karang gigi supragingival terletak di atas tepi gingival margin
2.         Karang gigi subgingival terletak di atas tepi gingival margin.
b)        Untuk pemeriksaan kita menggunakan alat sonde. Pertama-tama lakukan pemeriksaan kalkulus pada 1/3 permukaan incisal/oklusal gigi, jika pada daerah ini ada kalkulus yang terbawa sonde, nilai yang diperoleh untuk gigi tersebut adalah 3. Sonde diletakkkan secara mendatar pada permukaan gigi.
c)        Bila pada daerah 1/3 incisal/oklusal tidak ada kalkulus yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan pada bagian 1/3 tengah. Jika ada kalkulus  yang terbawa oleh sonde dibagian ini, nilai untuk gigi tersebut adalah 2.
d)        Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 tidak ada kalkulus yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan ke 1/3 bagian servikal. Jika ada kalkulus yang tebawa sonde dibagian ini, penilaian untuk gigi tersebut adalah 1.
e)        Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 servikal tidak ada kalkulus  yang terbawa sonde (bersih), penilaian untuk gigi tersebut adalah 0.
Pemeriksaan dilanjutkan pada gigi berikutnya.
4)        Cara Menghitung Skor Kalkulus Indeks
   Jumlah penilaian kalkulus
Debris indeks =
       Jumlah gigi yang diperiksa

5)        Score Kalkulus Indeks
a)        Baik (good), apabila nilai berada di antara 0-0,6
b)        Sedang (fair), apabila nilai berada di antara 0,7-1,8
c)        Buruk (poor), apabila nilai berada di antara 1,9-3,0
4.        Oral Hygiene Indeks Simplified (OHI-S)
a.      Pengertian Oral Hygene Indeks Simplified (OHI-S)
Oral Hygene Indeks Simplified (OHI-S) adalah indeks yang digunakan untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut yaitu angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada waktu pemeriksaan. Tujuan dari penggunaan indeks adalah untuk membedakan keadaan klinis seseorang atau sekelompok pada waktu yang sama (Herijulianti, 2002)
b.      Cara Menghitung Skor Oral Hygene Indeks Simplified (OHI-S)
OHI-S  =  Debris Indeks + Kalkulus Indeks
c.       Skor Oral Hygene Indeks Simplified (OHI-S)
1)      Baik (good), apabila nilai berada di antara 0 – 1,2
2)      Sedang (fair), apabila nilai berada di antara 1,3 - 3,0
3)      Buruk (poor), apabila nilai berada di antara 3,1 – 6,0

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.     Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 7-8 September 2017 di Desa Upah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Sampel dalam penelitian ini adalah laki-laki yang merokok dan tidak merokok dengan umur 25 sampai dengan 45 tahun yang ada di Desa Upah yang berjumlah 70 responden, dimana hasil pengumpulan data diperoleh dari pengisian angket serta pemeriksaan status kebersihan gigi dan mulut.
Berdasarkan hasil pengolahan data serta hasil pemeriksaan status kebersihan ggigi dan mulut yang telah diperoleh, disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
1.    Analisa Univariat
1)   Data Umum
a.    Umur
Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Laki-laki  Yang Merokok  dan tidak merokok Di Desa Upah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017
No.
Umur (Tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
1.
25 – 31
38
54
2.
32 – 38
11
16
3.
39 – 45
21
30
Total
70
      32
100
Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa dari 70 responden yang merokok dan tidak merokok yang diperiksa ternyata frekuensi pergolongan umur terbanyak adalah umur 25 – 31 tahun sebanyak 38 orang (54%).
b.    Pekerjaan
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Laki-laki  Yang Merokok dan tidak merokok Di Desa Upah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017
No.
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Pegawai Negeri Sipil
2
3
2.
Petani
11
16
3.
Wiraswasta
40
57
4
Mahasiswa
6
8
5
Dll
11
16
Total
70
100
Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa dari 70 terdapat 57% responden bekerja sebagai wiraswasta.

2.    Data Khusus
a.    Laki-laki yang Merokok dan tidak merokok
Distribusi responden berdasarkan laki-laki yang merokok dan tidak merokok dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Laki-laki  Yang Merokok dan Tidak Merokok Di Desa Upah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017
No.
Merokok dan Tidak Merokok
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Merokok
49
70
2.
Tidak Merokok
21
30
Total
70
100

Berdasarkan tabel 7, terlihat bahwa dari 70 responden yang terdiri dari laki-laki merokok dan laki-laki yang tidak merokok yang diperiksa ternyata frekuensi yang terbanyak adalah laki-laki yang merokok sebanyak 49 orang (70%).
b.    Pengetahuan Tentang Rokok Serta Kaitannya Dengan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang rokok serta kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Rokok Dan Dampaknya Di Desa Upah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017
No.
Pengetahuan
Status Kebiasaan
Merokok
(Frekuensi)
Persentase (%)
≠ Merokok
(Frekuensi)
Persentase
(%)
1.
Tinggi
41
84
20
95
2.
Rendah
8
16
1
5
Total
49
100
21
100
Berdasarkan tabel 8 diatas, dari 70 responden diantaranya 49 laki-laki yang merokok dan 21 laki-laki yang tidak merokok yang di berikan angket terlihat bahwa pengetahuan tentang rokok serta kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut yang tinggi berjumlah 41 orang (84%) pada laki-laki merokok dan 20 orang (95%) pada laki-laki yang tidak merokok
c.         Status Kebersihan Gigi dan Mulut
Distribusi responden berdasarkan status kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Kebersihan Gigi dan Mulut Di Desa Upah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017
No.
Kriteria OHI-S
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Baik 
7
10
2.
Sedang
37
53
3.
Buruk
26
37
Total
70
100
Berdasarkan tabel 9, dari 70 responden yang diperiksa terlihat bahwa yang mempunyai status kebersihan gigi dan mulut yang terbanyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 37 orang (53%).
2.  Analisa Bivariat
d. Hubungan pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan kebersihan gigi dan mulut
Distribusi responden berdasarkan hubungan pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan status kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10
Distribusi Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok dan Dampaknya Dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Masyarakat Di DesaUpah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017
No.
Pengetahuan Tentang Rokok dan Dampaknya
Status Kebersihan Gigi dan Mulut
Total
%

x2
df
α
Baik
Sedang
Buruk
F
%
F
%
F
%
1.
Tinggi
7
11
33
55
21
34
61
100
2,04
2
0,05




5,991
2.
Rendah
0
0
4
45
5
55
9
100
Total
7
10
37
53
26
37
70
100
Berdasarkan tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa dari 70 responden yang memiliki pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan kebersihan gigi dan mulut maka hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square pada lampiran 6 menunjukkan bahwa x2 hitung sebesar 2,04, sedangkan x2 tabel dengan derajat kepercayaan (α = 0,05) dan df = 2 adalah 5,991, karena x2 hitung ≤ x2 tabel maka dalam penelitian ini Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan status kebersihan gigi dan mulut.

B.       Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 11 Juni sampai 17 Juni 2013 pada 70 responden laki-laki merokok dan tidak merokok di Upah  Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017, didapatkan  status kebersihan gigi dan mulut dengan kriteria OHI-S sedang 55%, dan kriteria OHI-S buruk 34% pada responden yang memiliki pengetahuan tinggi. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran perokok dalam menjaga dan memelihara kebersihan gigi dan mulut. Mayoritas mata pencaharian 57% responden memiliki pekerjaan yaitu wiraswasta.
Menurut  Darwita (2005) kebersihan gigi dan mulut adalah kesadaran mulut bebas dari plak dan kalkulus. mulut dikatakan bersih apabila gigi-gigi yang terdapat didalamnya bebas dari plak dan kalkulus. Plak selalu terbentuk pada gigi dan meluas keseluruh permukaan bila kita lupa menggosok gigi. Hal ini disebabkan karena rongga mulut bersifat basah, lembab, dan gelap, dengan perkataan lain menyebabkan plak berkembang biak. Plak bila dibiarkan akan mengalami pengapuran sehingga menjadi keras disebut karang gigi.
Hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa  x2 hitung sebesar 2,04 sedangkan x2 tabel dengan derajat kepercayaan (α = 0,05)  dan df=2 adalah 5,991, karena x2 hitung ≤ x2 tabel maka dalam penelitian ini Ha ditolak, hal ini bermakana tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan status kebersihan gigi dan mulut.
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa 55% responden yang berpengetahuan tinggi, tapi status kebersihan gigi dan mulutnya sedang dan 34% status kebersihan gigi dan mulutnya buruk. Peneliti berasumsi responden memiliki status kebersihan gigi dan mulut yang sedang dan buruk sedangkan  pengetahuan responden tinggi itu bisa di karenakan kurangnya kesadaran  untuk membersihkan gigi dan mulutnya, lalu cara menyikat gigi yang dilakukan secara tidak baik dan benar, tidak memperhatikan waktu menyikat gigi yang benar, kurangnya keinginan untuk berkunjung ke puskesmas atau untuk memeriksakan gigi dan mulut nya 6 bulan sekali. Hal ini didukung oleh teori Sastroasmoro (2002), manusia selalu berfikir dan selalu mencoba mengaitkan antara fenomena dengan teori yang diketahui. Makin banyak teori yang dimiliki manusia dengan banyaknya membaca dan makin banyak fakta yang diperoleh, maka makin tinggi pula pengetahuannya. Akan tetapi, namun terkadang iya tidak menyadari bahwa begitu pentingnya hal tersebut bagi dirinya, oleh sebab itu iya lebih cenderung untuk melakukan hal tersebut sesuai dengan apa yang iya ketahui. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku akan langgeng dan sebaliknya apabila perilaku tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :
Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok dan dampaknya dengan status kebersihan gigi dan mulut (x2 hitung 2,04 lebih kecil dari x2 tabel 5,991 pada nilai α = 0,05 ) dan dari seluruh responden 32% yang memiliki pengetahuan tinggi namun status kebersihan gigi dan mulutnya sedang.
B.     Saran
Kepada tenaga kesehatan untuk lebih memperhatikan upaya promosi kepada masyarakat secara berkala dan berkesinambungan berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan juga menyampaikan pada masyarakat untuk meningkatkan perilakunya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi yang baik dan benar, menyikat gigi tiga kali dalam sehari yaitu sesudah makan pagi dan siang lalu sebelum tidur malam, dan juga memeriksakan kesehatan gigi ke puskesmas atau dokter gigi selama 6 bulan sek.li

Tidak ada komentar:

Posting Komentar