Rabu, 30 Desember 2015

Nunung Sri Mulyani: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2015, hal. 43-50

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

Oleh:
Nunung Sri Mulyani*

Abstrak
Salah satu penyebab kejadian hipertensi adalah gaya hidup yang kurang sehat. Gaya hidup sangat memicu akan terjadinya penyakit hipertensi, terutama terkait pola makan tidak sehat dan kurangnya olahraga Di negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan 20% atau satu di antara lima orang penduduknya menderita hipertensi. Hipertensi yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Provinsi Aceh tahun 2012 terdapat 1.963 jumlah kasus. Hasil laporan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2014 terhitung mulai dari bulan September sampai dengan November terdapat 227 orang pasien rawat jalan yang menderita kasus hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2015. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah case control yang bersifat deskriptif analitik. Penelitian ini dilakukan di poli penyakit dalam Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh, pada Agustus 2015 dengan menggunakan kuesioner dan analisa data dengan chi square. Pada kelompok kasus dijumpai pola makan tidak baik sebanyak 38 responden (69,1%) dan pada kelompok kontrol pola makan baik sebanyak 36 responden (65,5%). Pada kelompok kasus olahraga tidak teratur sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada kelompok kontrol olahraga teratur sebanyak 37 responden (67,3%). Ada pengaruh gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh (p=0,004, OR:0,300). Gaya hidup mempengaruhi kejadian hipertensi di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2015. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pendidikan kesehatan bagi pasien hipertensi untuk menjalani gaya hidup sehat.

Kata Kunci
: Gaya hidup, Hipertensi




PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan yang di tandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukkan gejala, atau bila ada, gejalanya tidak jelas, sehingga tekanan yang tinggi di dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita. Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah tinggi jika tekanan darahnya mencapai angka 140/90 mmHg atau lebih.1
Di negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan 20% atau satu di antara lima orang penduduknya menderita hipertensi. (Setiawan dkk, 2008). Dari hasil penelitian di Indonesia diperkirakan bahwa penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan terserang penyakit hipertensi adalah 1,8-2,86%. Namun, sebagian besar penelitian menyatakan 8,6-10% persentase penderita di perkotaan lebih besar di bandingkan dengan jumlah penderita di pedesaan .2
Data profil kesehatan provinsi Aceh tahun 2012 menunjukkan 20.467 jumlah kasus hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Umum Provinsi Aceh tahun 2012.  Sedangkan untuk hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Umum Provinsi Aceh tahun 2012 terdapat 1.963 jumlah kasus.³
Salah satu penyebab kejadian hipertensi adalah gaya hidup yang kurang sehat. Gaya hidup dapat diklasifikasikan menjadi beberapa komponen yaitu pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, berat badan berlebih, stres dan olahraga. Hal-hal tersebut sangat memicu akan terjadinya penyakit hipertensi, terutama pada hal pola makan tidak sehat dan kurangnya olahraga (Garnadi, 2012).Pola makan tidak sehat adalah pola makan tinggi asupan natrium, tinggi asupan lemak jenuh, tinggi kolesterol, dan kaya akan energi. Apabila kemampuan tubuh untuk membuang natrium terganggu, maka asupan natrium yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan penyempitan serta pengerasan pembuluh darah.4
Kurang olahraga juga menjadi pencetus terjadinya tekanan darah tinggi. Orang yang tidak pernah berolahraga mengalami kekakuan otot, jantung tidak terlatih dan sirkulasi darah tidak mengalir dengan lancar. Bila keadaan ini di tambah faktor pencetus yang lain, seperti adanya penumpukan kolesterol dalam darah, maka resiko munculnya hipertensi sangat besar . 5

METODE
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah case control yang bersifat deskriptif analitik yang menjelaskan tentang Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Penelitian ini dilakukan di poli penyakit dalam Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh pada Agustus. Subyek penelitian adalah seluruh pasien rawat jalan di Poli Penyakit Dalam Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh yang mengalami hipertensi dan kontrol adalah pasien rawat jalan yang tidak mengalami hipertensi. Jumlah keseluruhan sampel adalah 110 orang, diambil dari (kasus) di indentifikasi pada saat ini 55 orang dan faktor resiko (kontrol) di identifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu 55 orang.
                  Gaya hidup yang meliputi pola makan dan olahraga dikumpulkan dengan metode kuesioner. Data kejadian hipertensi di peroleh dari data sekunder yang terdapat di poli penyakit dalam RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh dan dikelompokkan menjadi :    Hipertensi : > 140/90 mmHg dan Tidak hipertensi       : < 120/80 mmHg. Analisis statistik yang digunakan adalah  chi squarmenggunakan perangkat lunak analisis data.

HASIL
Karakteristik Sampel
Umur dikategorikan menurut WHO yaitu 20-44 (dewasa muda) 45-59 tahun (usia pertengahan), 60-74 tahun (usia lanjut), 75-90 tahun (usia lanjut tua) distribusi umur responden dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus umur terbanyak pada kategori middle age (45-59 tahun) yaitu 28 responden (50,9%) dan kelompok kontrol umur middle age yaitu 46 responden (83,6%), jenis kelamin kelompok kasus yaitu laki-laki sebanyak 32 responden (58,2%) dan kelompok kontrol laki-laki sebnayak 31 responden (56,4%), pendidikan pada kelompok kasus terbanyak tinggi yaitu 34 responden (61,8%) dan kelompok kontrol sebanyak 35 responden (63,6%), pekerjaan kelompok kasus yaitu bekerja sebanyak 42 responden (76,4%) dan kelompok kontrol bekerja 46 responden (83,6%) (Tabel 1).

Tabel 1      Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh

No
Data Demografi
Kasus
Kontrol
n
%
n
%
1
Umur
Dewasa muda (20-44 tahun)
Usia pertengahan (45-59)
Usia lanjut (60-74 tahun)
Usia lanjut tua (75-90 tahun)

    10
    14
    28
      3

18,1
25,5
50,9
  5,5

    6
    2
  46
    1

10,9
  3,6
83,7
  1,8
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

   32
   23

58,2
41,8

  31
  24

56,4
43,6
3
Pendidikan
Dasar
Menengah
Tinggi

   13
     8
   34

23,7
14,5
61,8

  11
    9
  35

20,0
16,4
63,6
4
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja

   42
   13

76,4
23,6

  46
    9

83,6
16,4
Total
   55
100,0
  55
100,0

Tabel 2.   Distribusi Frekuensi Pola Makan Responden di Badan         Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh 

No
Pola Makan
Kasus
Kontrol
n
%
n
%
1
2
Tidak baik
Baik
  38
  17
69,1
30,9
  19
  36
34,5
65,5
Total
  55
100,0
  55
100,0
           
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai pola makan tidak baik sebanyak 38 responden (69,1%) dan pada kelompok kontrol mayoritas pola makan baik sebanyak 36 responden (65,5%).


Tabel 3.  Distribusi Frekuensi Olahraga Responden di Badan Layanan        Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh

No
Olahraga
Kasus
Kontrol
n
%
n
%
1
2
Tidak teratur
Teratur
  34
  21
61,8
38,2
  18
  37
32,7
67,3
Total
  55
100,0
  55
100,0

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai olahraga tidak teratur sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada kelompok kontrol mayoritas olahraga teratur sebanyak 37 responden (67,3%).

Tabel 4         Distribusi Frekuensi Gaya Hidup Responden di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2015

No
Gaya Hidup
Kasus
Kontrol
n
%
n
%
1
2
Tidak sehat
Sehat
  34
  21
61,8
38,2
  18
  37
32,7
67,3
Total
  55
100,0
  55
100,0

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai gaya hidup tidak sehat sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada kelompok kontrol mayoritas gaya hidup sehat sebanyak 37 responden (67,3%).

PEMBAHASAN
Pola makan
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai pola makan tidak baik sebanyak 38 responden (69,1%) dan pada kelompok kontrol mayoritas pola makan baik sebanyak 36 responden (65,5%).
Pola makan tidak sehat merupakan salah satu faktor resiko timbulnya hipertensi. Pola makan tidak sehat yang dimaksud adalah pola makan tinggi asupan garam, tinggi asupan lemak jenuh, tinggi kolesterol, dan kaya akan energi. Apabila kemampuan tubuh untuk membuang natrium terganggu, maka asupan natrium yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah. Selain itu, konsumsi lemak jenuh dan kolesterol menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah. Alhasil, kebiasaan itulah yang menyebabkan hipertensi. 4
Dalam mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa). Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin). Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink). Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang). Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam). Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape. 6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2008), menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan lemak dengan tekanan darah sistolik, ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik, ada hubungan antara serat dengan tekanan sistolik dan ada hubungan antara asupan kalium dengan tekanan darah sistolik.7
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat berasumsi bahwa hipertensi dapat terjadi pada responden dengan pola makan sehat dan tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat cenderung meningkatkan risiko kejadian hipertensi kerana berhubungan dengan kandungan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol dan tinggi garam, makanan berminyak seperti gorengan, daging berlemak, susu full cream dan kuning telur. Walaupun hipertensi dapat juga terjadi pada orang dengan pola makan baik. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor risiko lain seperti riwayat keturunan dan aktifitas fisik yang tidak teratur.

Olahraga pada pasien rawat jalan di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai olahraga tidak teratur sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada kelompok kontrol mayoritas olahraga teratur sebanyak 37 responden (67,3%).
Olahraga memiliki keuntungan yaitu mempertahankan dan meningkatkan kemampuan fungsional. Olahraga seperti berjalan akan membangun daya tahan tubuh, meningkatkan tonus otot, meningkatkan fleksibilitas sendi, memperkuat tulang, mengurangi stres, dan membantu menurunkan berat badan. Keuntungan lainnya adalah meningkatkan peningkatan fungsi kardiovaskuler, perbaikan profil lipoprotein plasma, peningkatan tingkat metabolik, peningkatan waktu pengosongan gastroinstentinal, penurunan risiko cedera akibat kecelakaan jatuh, pencegahan penyakit depresi, dan peningkatan kualitas tidur. 8
Penderita hipertensi dapat mengikuti program olahraga dan latihan yang sesuai dengan kondisi penyakitnya. Seseorang mungkin saja hanya mengidap hipertensi tanpa penyakit lainnya, atau mungkin juga mengidap hipertensi dan penyakit lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa lama latihan antara 20-30 menit sudah cukup memberikan kenaikan kemampuan sebanyak 35%, bila dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam jangka waktu satu setengah bulan .9
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2008), yang menyatakan bahwa ada hubungan kebiasaan olahraga dengan tekanan darah sistolik. Semakin sering olahraga maka akan semakin rendah tekanan sistolik. Satu sesi olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah lima hingga tujuh mmHg.7

Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil analisa data di atas menunjukkan bahwa pada kelompok kasus lebih banyak dijumpai pada responden yang gaya hidup tidak sehat sebanyak 34 responden (61,8%). Sedangkan pada kelompok kontrol lebih banyak dijumpai responden yang gaya hidup sehat sebanyak 37 responden (67,3%). Perhitungan Chi Square Test menunjukkan nilai p = 0,004 dengan nilai OR: 0,300 (95% CI: 0,137-0,657) maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup yang tidak  sehat berpeluang meningkatkan kejadian hipertensi sebesar 0,3 kali (OR < 1).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Potter dan Perry, 2009), menyatakan bahwa banyak kegiatan, kebiasaan, dan praktik yang melibatkan faktor risiko. praktik gaya hidup dan tingkah laku dapat memiliki efek positif maupun negatif terhadap kesehatan. Praktik dengan efek negatif merupakan faktor risiko. Beberapa kebiasaan merupakan faktor risiko bagi penyakit tertentu. Analisis menunjukkan bahwa walaupun merokok adalah penyebab utama kematian, diet buruk dan kurangnya kreatifitas fisik dapat menggantikan posisi ini. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami dampak gaya hidup terhadap status kesehatan. 8
Modernisasi biasanya mengubah pola hidup menjadi lebih praktis, termasuk juga soal makanan. Pada umumnya, masyarakat perkotaan cenderung memilih makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan, kurang olah raga, merokok berlebihan, kurang istirahat. Akibatnya sejak sepuluh tahun terakhir, penyakit hipertensi banyak menyerang masyarakat, terutama yang berusia di atas 40 tahun, bahkan ada yang telah terserang mulai umur sekitar 30 tahun.10
Faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit kronis termasuk penyakit hipertensi adalah gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasan merokok, minum alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang tidak teratur, stres, dan pencemaran lingkungan.11
Penelitian ini didukung oleh Setyarini (2013), hubungan gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Penelitian menggunakan metode kuantitatif, desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke.12
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat berasumsi bahwa hipertensi banyak terjadi dapat berkaitan dengan kebiasaan hidup sebelumnya yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, asupan garam yang berlebihan, makanan yang megandung lemak yang tinggi, dan kurangnya aktivitas olahraga. Aktivitas olahraga dapat menurunkan risiko hipertensi dan menstabilkan tekanan darah dan mieningkatkan kemampuan jantung sehingga dapat bekerja lebih maksimal.
Seseorang penderita hipertensi sangat dianjurkan untuk melakukan olah raga sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang. Salah satu contohnya, jalan kaki cepat, earobik, berenang, jogging, dan bersepeda. Seseorang dengan pola makan yang kurang baik dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Walaupun hipertensi dapat juga terjadi pada orang dengan pola makan yang sehat. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor risiko lain yang dapat menyebabkan hipertensi seperti riwayat keturunan dan aktifitas fisik yang tidak teratur.

KESIMPULAN
1.      Pada kelompok kasus mayoritas dijumpai pola makan tidak baik sebanyak 38 responden (69,1%) dan pada kelompok kontrol mayoritas pola makan baik sebanyak 36 responden (65,5%).
2.      Pada kelompok kasus mayoritas dijumpai olahraga tidak teratur sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada kelompok kontrol mayoritas olahraga teratur sebanyak 37 responden (67,3%).
3.      Gaya hidup  berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Saran
Diharapkan pada penderita hipertensi dapat menjalani gaya hidup yang sehat dengan mengatur pola makan yang sehat dengan menghindari konsumsi makanan siap saji, makanan yang tinggi natrium, tinggi lemak, dan melakukan olahraga yang teratur. Diperlukan dukungan pihak institusi petugas kesehatan agar dapat meningkatkan pendidikan kesehatan bagi penderita hipertensi untuk menjalani gaya hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA

1.       Jufri, Z, Hamzah Tasak, Sukriyadi, dkk.  2012. Hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Panaikang kecamatan Sinjai Timur kabupaten Sinjai.
2.      Junaidi, I. 2010. Hipertensi. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia).
3.      Dinkes Aceh, 2013. Profil Kesehatan Provinnsi Aceh Tahun 2012.
4.      Garnadi, Y. 2012. Hidup Nyaman dengan Hipertensi. Jakarta : PT Agromedia Pustaka
5.      Soeryoko, H. 2010. 20 Tanaman Obat Terpopuler Penurun Hipertensi. Yogyakarta : C.V Andi Offset
6.      Ridwanaminuddin. 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi. http://ridwanamiruddin.wordpress.com.[diakses 05-09-2015]
7.      Nugraheni, Meilina S, Ronny A. 2008. Pengendalian Faktor Determinan Sebagai Upaya Penatalaksanaan Hipertensi Di Tingkat Puskesmas. Vol.11 No.4. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
8.      Potter dan Perry, 2009. Fundamental of Nursing. Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
9.      Kusmana. 2006. Olah Raga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10.  Dalimartha, S. 2008. Care Your Self, Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus+.
11.  Sarwanto, Lestari KW, Rukmini. 2007. Prevalensi Penyakit Hipertensi Penduduk Di Indonesia Dan Faktor Yang Beresiko.  Pusbalitbang Sistem Dan Kebijakan Kesehatan. sarwanto@yahoo.com. [diakses 1-09-2015]

12.  Setyarini, EA, Linda Sari Barus, Maria Asitoret,  2013. Hubungan Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.  Jurnal kesehatan STIKes Santo Borromeus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar