PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN
HIPERTENSI
Oleh:
Nunung Sri Mulyani*
Abstrak
Salah satu penyebab kejadian hipertensi adalah gaya hidup yang
kurang sehat. Gaya hidup sangat memicu akan terjadinya penyakit hipertensi,
terutama terkait pola makan
tidak sehat dan kurangnya olahraga Di negara
maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan 20% atau satu di antara lima orang
penduduknya menderita hipertensi. Hipertensi yang
di rawat inap di Rumah Sakit Umum Provinsi Aceh tahun 2012 terdapat 1.963
jumlah kasus. Hasil laporan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak
Dhien Meulaboh tahun 2014 terhitung mulai dari bulan September sampai dengan
November terdapat 227 orang pasien rawat jalan yang menderita kasus hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap
kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh
tahun 2015. Desain yang
digunakan pada penelitian ini adalah case control yang bersifat deskriptif
analitik. Penelitian ini dilakukan di
poli penyakit dalam Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh,
pada Agustus 2015 dengan menggunakan kuesioner dan analisa data dengan chi square. Pada
kelompok kasus dijumpai pola makan tidak baik sebanyak 38 responden (69,1%) dan
pada kelompok kontrol pola makan baik sebanyak 36 responden (65,5%). Pada
kelompok kasus olahraga tidak teratur sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada
kelompok kontrol olahraga teratur sebanyak 37 responden (67,3%). Ada
pengaruh gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien Meulaboh (p=0,004, OR:0,300). Gaya
hidup mempengaruhi kejadian hipertensi di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien Meulaboh tahun 2015. Diharapkan
kepada tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pendidikan kesehatan bagi
pasien hipertensi untuk menjalani gaya hidup sehat.
Kata Kunci
|
: Gaya hidup, Hipertensi
|
|
|
|
|
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah
keadaan yang di tandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukkan gejala,
atau bila ada, gejalanya tidak jelas, sehingga tekanan yang tinggi di dalam
arteri sering tidak dirasakan oleh penderita. Seseorang dikatakan memiliki
tekanan darah tinggi jika tekanan darahnya mencapai angka 140/90 mmHg atau
lebih.1
Di negara maju seperti Amerika Serikat,
diperkirakan 20% atau satu di antara lima orang penduduknya menderita
hipertensi. (Setiawan dkk, 2008). Dari hasil penelitian di Indonesia diperkirakan bahwa penduduk yang berusia di
atas 20 tahun dan terserang penyakit hipertensi adalah 1,8-2,86%. Namun,
sebagian besar penelitian menyatakan 8,6-10% persentase penderita di perkotaan
lebih besar di bandingkan dengan jumlah penderita di pedesaan .2
Data profil
kesehatan provinsi Aceh tahun 2012 menunjukkan 20.467 jumlah kasus hipertensi
rawat jalan di Rumah Sakit Umum Provinsi Aceh tahun 2012. Sedangkan untuk hipertensi rawat inap di
Rumah Sakit Umum Provinsi Aceh tahun 2012 terdapat 1.963 jumlah kasus.³
Salah satu penyebab kejadian hipertensi adalah gaya hidup yang
kurang sehat. Gaya hidup dapat diklasifikasikan menjadi beberapa komponen yaitu
pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, berat badan
berlebih, stres dan olahraga. Hal-hal tersebut sangat memicu akan terjadinya penyakit
hipertensi, terutama pada hal pola makan tidak sehat dan kurangnya olahraga
(Garnadi, 2012).Pola makan tidak sehat adalah pola makan tinggi asupan natrium,
tinggi asupan lemak jenuh, tinggi kolesterol, dan kaya akan energi. Apabila
kemampuan tubuh untuk membuang natrium terganggu, maka asupan natrium yang
tinggi akan meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan penyempitan serta
pengerasan pembuluh darah.4
Kurang olahraga
juga menjadi pencetus terjadinya tekanan darah tinggi. Orang yang tidak pernah
berolahraga mengalami kekakuan otot, jantung tidak terlatih dan sirkulasi darah
tidak mengalir dengan lancar. Bila keadaan ini di tambah faktor pencetus yang
lain, seperti adanya penumpukan kolesterol dalam darah, maka resiko munculnya
hipertensi sangat besar . 5
METODE
Desain
yang digunakan pada penelitian ini adalah case
control yang bersifat deskriptif
analitik yang menjelaskan tentang Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Penelitian ini dilakukan di poli
penyakit dalam Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh pada Agustus. Subyek penelitian adalah
seluruh pasien rawat jalan di Poli Penyakit Dalam Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh yang mengalami
hipertensi dan kontrol adalah pasien rawat jalan yang tidak mengalami
hipertensi. Jumlah keseluruhan sampel adalah 110 orang, diambil dari (kasus) di
indentifikasi pada saat ini 55 orang dan faktor resiko (kontrol) di
identifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu 55 orang.
Gaya hidup yang meliputi pola makan dan olahraga
dikumpulkan dengan metode kuesioner. Data kejadian hipertensi di peroleh dari
data sekunder yang terdapat di poli penyakit dalam RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh
dan dikelompokkan menjadi : Hipertensi : > 140/90 mmHg dan Tidak hipertensi : < 120/80 mmHg. Analisis statistik yang digunakan
adalah chi square menggunakan perangkat lunak analisis data.
HASIL
Karakteristik Sampel
Umur dikategorikan menurut WHO yaitu 20-44
(dewasa muda) 45-59 tahun (usia pertengahan), 60-74 tahun (usia lanjut), 75-90
tahun (usia lanjut tua) distribusi umur responden dapat diketahui bahwa pada
kelompok kasus umur terbanyak pada kategori middle
age (45-59 tahun) yaitu 28 responden (50,9%) dan kelompok kontrol umur middle
age yaitu 46 responden (83,6%), jenis kelamin kelompok kasus yaitu
laki-laki sebanyak 32 responden (58,2%) dan kelompok kontrol laki-laki sebnayak 31 responden (56,4%),
pendidikan pada kelompok kasus terbanyak tinggi yaitu 34 responden (61,8%) dan
kelompok kontrol sebanyak 35 responden (63,6%),
pekerjaan kelompok kasus yaitu bekerja sebanyak 42 responden (76,4%) dan
kelompok kontrol bekerja 46 responden (83,6%) (Tabel 1).
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Data
Demografi Responden di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
No
|
Data Demografi
|
Kasus
|
Kontrol
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
||
1
|
Umur
Dewasa muda (20-44 tahun)
Usia pertengahan (45-59)
Usia lanjut (60-74 tahun)
Usia lanjut tua (75-90 tahun)
|
10
14
28
3
|
18,1
25,5
50,9
5,5
|
6
2
46
1
|
10,9
3,6
83,7
1,8
|
2
|
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
|
32
23
|
58,2
41,8
|
31
24
|
56,4
43,6
|
3
|
Pendidikan
Dasar
Menengah
Tinggi
|
13
8
34
|
23,7
14,5
61,8
|
11
9
35
|
20,0
16,4
63,6
|
4
|
Pekerjaan
Bekerja
Tidak
bekerja
|
42
13
|
76,4
23,6
|
46
9
|
83,6
16,4
|
Total
|
55
|
100,0
|
55
|
100,0
|
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pola Makan
Responden di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
No
|
Pola Makan
|
Kasus
|
Kontrol
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
||
1
2
|
Tidak baik
Baik
|
38
17
|
69,1
30,9
|
19
36
|
34,5
65,5
|
Total
|
55
|
100,0
|
55
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 2 dapat
diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai pola makan tidak baik
sebanyak 38 responden (69,1%) dan pada kelompok kontrol mayoritas pola makan
baik sebanyak 36 responden (65,5%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Olahraga
Responden di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien Meulaboh
No
|
Olahraga
|
Kasus
|
Kontrol
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
||
1
2
|
Tidak
teratur
Teratur
|
34
21
|
61,8
38,2
|
18
37
|
32,7
67,3
|
Total
|
55
|
100,0
|
55
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 3 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai olahraga
tidak teratur sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada kelompok kontrol mayoritas
olahraga teratur sebanyak 37 responden (67,3%).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Gaya Hidup
Responden di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien
Meulaboh Tahun 2015
No
|
Gaya Hidup
|
Kasus
|
Kontrol
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
||
1
2
|
Tidak sehat
Sehat
|
34
21
|
61,8
38,2
|
18
37
|
32,7
67,3
|
Total
|
55
|
100,0
|
55
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 4 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai gaya hidup
tidak sehat sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada kelompok kontrol mayoritas
gaya hidup sehat sebanyak 37 responden (67,3%).
PEMBAHASAN
Pola makan
Berdasarkan
tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai pola makan
tidak baik sebanyak 38 responden (69,1%) dan pada kelompok kontrol mayoritas
pola makan baik sebanyak 36 responden (65,5%).
Pola makan tidak sehat merupakan salah satu faktor resiko timbulnya
hipertensi. Pola makan tidak sehat yang dimaksud adalah pola makan tinggi
asupan garam, tinggi asupan lemak jenuh, tinggi kolesterol, dan kaya akan
energi. Apabila kemampuan tubuh untuk membuang natrium terganggu, maka asupan
natrium yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah. Selain itu, konsumsi lemak
jenuh dan kolesterol menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah.
Alhasil, kebiasaan itulah yang menyebabkan hipertensi. 4
Dalam mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita
hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, Makanan yang harus
dihindari atau dibatasi adalah makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak,
ginjal, paru, minyak kelapa). Makanan yang diolah dengan menggunakan garam
natrium (biskuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin). Makanan dan
minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam
kaleng, soft drink). Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon,
ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang). Susu full cream,
mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi
kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium. Alkohol dan
makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape. 6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni
(2008), menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan lemak dengan tekanan darah
sistolik, ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik, ada
hubungan antara serat dengan tekanan sistolik dan ada hubungan antara asupan kalium dengan tekanan darah
sistolik.7
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat berasumsi bahwa
hipertensi dapat terjadi pada responden dengan pola makan sehat dan tidak
sehat. Pola makan yang tidak sehat cenderung meningkatkan risiko kejadian
hipertensi kerana berhubungan dengan kandungan makanan yang mengandung lemak
dan kolesterol dan tinggi garam, makanan berminyak seperti gorengan, daging
berlemak, susu full cream dan kuning telur. Walaupun hipertensi dapat juga
terjadi pada orang dengan pola makan baik. Hal ini dapat terjadi karena adanya
faktor risiko lain seperti riwayat keturunan dan aktifitas fisik yang tidak
teratur.
Olahraga pada
pasien rawat jalan di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh
Berdasarkan
tabel 3 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas dijumpai olahraga
tidak teratur sebanyak 34 responden (61,8%) dan pada kelompok kontrol mayoritas
olahraga teratur sebanyak 37 responden (67,3%).
Olahraga memiliki keuntungan yaitu
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan fungsional. Olahraga seperti berjalan
akan membangun daya tahan tubuh, meningkatkan tonus otot, meningkatkan
fleksibilitas sendi, memperkuat tulang, mengurangi stres, dan membantu
menurunkan berat badan. Keuntungan lainnya adalah meningkatkan peningkatan
fungsi kardiovaskuler, perbaikan profil lipoprotein plasma, peningkatan tingkat
metabolik, peningkatan waktu pengosongan gastroinstentinal, penurunan risiko
cedera akibat kecelakaan jatuh, pencegahan penyakit depresi, dan peningkatan
kualitas tidur. 8
Penderita hipertensi dapat mengikuti program
olahraga dan latihan yang sesuai dengan kondisi penyakitnya. Seseorang mungkin
saja hanya mengidap hipertensi tanpa penyakit lainnya, atau mungkin juga
mengidap hipertensi dan penyakit lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa lama
latihan antara 20-30 menit sudah cukup memberikan kenaikan kemampuan sebanyak
35%, bila dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam jangka waktu satu setengah
bulan .9
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Nugraheni (2008), yang menyatakan bahwa ada hubungan kebiasaan olahraga
dengan tekanan darah sistolik. Semakin sering olahraga maka akan semakin rendah
tekanan sistolik. Satu sesi olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah lima
hingga tujuh mmHg.7
Pengaruh Gaya
Hidup terhadap Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil analisa data di
atas menunjukkan bahwa pada kelompok kasus lebih banyak dijumpai pada
responden yang gaya hidup tidak sehat sebanyak 34 responden (61,8%). Sedangkan pada kelompok kontrol lebih
banyak dijumpai responden yang gaya hidup sehat sebanyak 37 responden (67,3%). Perhitungan Chi Square Test menunjukkan nilai p = 0,004 dengan nilai OR: 0,300 (95% CI: 0,137-0,657) maka dapat
disimpulkan bahwa gaya hidup yang tidak sehat berpeluang meningkatkan kejadian
hipertensi sebesar 0,3 kali (OR < 1).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori (Potter dan Perry, 2009), menyatakan bahwa banyak kegiatan, kebiasaan,
dan praktik yang melibatkan faktor risiko. praktik gaya hidup dan tingkah laku
dapat memiliki efek positif maupun negatif terhadap kesehatan. Praktik dengan
efek negatif merupakan faktor risiko. Beberapa kebiasaan merupakan faktor
risiko bagi penyakit tertentu. Analisis menunjukkan bahwa walaupun merokok
adalah penyebab utama kematian, diet buruk dan kurangnya kreatifitas fisik
dapat menggantikan posisi ini. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami
dampak gaya hidup terhadap status kesehatan. 8
Modernisasi biasanya mengubah pola
hidup menjadi lebih praktis, termasuk juga soal makanan. Pada umumnya,
masyarakat perkotaan cenderung memilih makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan
makan berlebihan, kurang olah raga, merokok berlebihan, kurang istirahat.
Akibatnya sejak sepuluh tahun terakhir, penyakit hipertensi banyak menyerang
masyarakat, terutama yang berusia di atas 40 tahun, bahkan ada yang telah
terserang mulai umur sekitar 30 tahun.10
Faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit
kronis termasuk penyakit hipertensi adalah gaya hidup yang tidak sehat seperti
kebiasan merokok, minum alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang
tidak teratur, stres, dan pencemaran lingkungan.11
Penelitian ini didukung oleh Setyarini (2013), hubungan gaya hidup pada pasien hipertensi dengan
resiko terjadinya stroke di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Penelitian
menggunakan metode kuantitatif, desain analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara gaya hidup pada
pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke.12
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat
berasumsi bahwa hipertensi banyak terjadi dapat berkaitan dengan kebiasaan
hidup sebelumnya yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, asupan garam yang
berlebihan, makanan yang megandung lemak yang tinggi, dan kurangnya aktivitas
olahraga. Aktivitas olahraga dapat menurunkan risiko
hipertensi dan menstabilkan tekanan darah dan mieningkatkan kemampuan jantung
sehingga dapat bekerja lebih maksimal.
Seseorang penderita hipertensi sangat
dianjurkan untuk melakukan olah raga sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga
aerobik dengan intensitas sedang. Salah satu contohnya, jalan kaki cepat, earobik, berenang, jogging, dan bersepeda. Seseorang
dengan pola makan yang kurang baik dapat meningkatkan risiko tekanan darah
tinggi. Walaupun hipertensi dapat juga terjadi pada orang dengan pola makan
yang sehat. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor risiko lain yang dapat
menyebabkan hipertensi seperti riwayat keturunan dan aktifitas fisik yang tidak
teratur.
KESIMPULAN
1.
Pada kelompok kasus mayoritas
dijumpai pola makan tidak baik sebanyak 38 responden (69,1%) dan pada kelompok
kontrol mayoritas pola makan baik sebanyak 36 responden (65,5%).
2. Pada
kelompok kasus mayoritas dijumpai olahraga tidak teratur sebanyak 34 responden
(61,8%) dan pada kelompok kontrol mayoritas olahraga teratur sebanyak 37
responden (67,3%).
3.
Gaya
hidup berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien Meulaboh.
Saran
Diharapkan
pada penderita hipertensi dapat menjalani gaya hidup yang sehat dengan
mengatur pola makan yang sehat dengan menghindari konsumsi makanan siap saji,
makanan yang tinggi natrium, tinggi lemak, dan melakukan olahraga yang teratur. Diperlukan dukungan pihak institusi petugas kesehatan agar
dapat meningkatkan pendidikan kesehatan bagi penderita hipertensi
untuk menjalani gaya hidup sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Jufri, Z, Hamzah Tasak, Sukriyadi, dkk. 2012. Hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat
jalan di Puskesmas Panaikang kecamatan Sinjai Timur kabupaten Sinjai.
2.
Junaidi, I. 2010. Hipertensi. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer (Kelompok Gramedia).
3.
Dinkes Aceh, 2013. Profil
Kesehatan Provinnsi Aceh Tahun 2012.
4. Garnadi, Y. 2012. Hidup
Nyaman dengan Hipertensi. Jakarta : PT Agromedia Pustaka
5. Soeryoko, H. 2010. 20
Tanaman Obat Terpopuler Penurun Hipertensi. Yogyakarta : C.V Andi Offset
6. Ridwanaminuddin. 2007. Hipertensi
dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi. http://ridwanamiruddin.wordpress.com.[diakses 05-09-2015]
7.
Nugraheni, Meilina S, Ronny A. 2008. Pengendalian Faktor
Determinan Sebagai Upaya Penatalaksanaan Hipertensi Di
Tingkat Puskesmas. Vol.11 No.4.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
8.
Potter dan Perry, 2009. Fundamental of Nursing. Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
9.
Kusmana. 2006. Olah
Raga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung. Edisi kedua.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Dalimartha, S. 2008. Care Your Self, Hipertensi. Jakarta :
Penebar Plus+.
11.
Sarwanto, Lestari KW, Rukmini. 2007. Prevalensi Penyakit Hipertensi Penduduk Di Indonesia Dan Faktor Yang Beresiko. Pusbalitbang Sistem Dan Kebijakan Kesehatan. sarwanto@yahoo.com. [diakses 1-09-2015]
12. Setyarini, EA, Linda Sari Barus, Maria
Asitoret, 2013. Hubungan Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi
Dengan Resiko Terjadinya Stroke Di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Jurnal kesehatan STIKes Santo Borromeus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar