PENGARUH
EKSTRAK DAUN RAMBUTAN (NEPHELIUM
LAPPACEUM L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI
Oleh:
Fajriansyah
ABSTRAK
Pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan pemutusan siklus hidup
nyamuk, pemberantasan pada sadium larva yaitu dengan larvasida. Daun rambutan
(Nephelium lappaceum L.) mengandung senyawa tannin, saponin. Saponin bersifat
menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisin, bersifat racun bagi
hewan berdarah dingin, serangga termasuk hewan berdarah dingin salah satu serangga
yang sering mengganggu kehidupan manusia adalah nyamuk. Tujuan penelitian untuk
mengetahui ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap kematian
larva nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen.
Objek penelitian adalah larva nyamuk Aedes aegypti. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada kematian larva Aedes aegypti dengan menggunakan ekstrak
daun rambutan (Nephelium lappaceum L.)dosis 5ml/100ml dari ketiga pengulangan
berjumlah 59 larva dengan angka rata-rata 19,7. Dosis 10ml/100ml dari ketiga
pengulangan berjumlah 103 larva dengan angka rata-rata 34,3, dosis 15ml/100ml
dari ketiga pengulangan berjumlah 131 larva dengan angka rata-rata 43,7.
Derajat kebebasan (Db) 3 (tiga) lawan 8 (delapan) di gunakan untuk melihat Ft
yaitu kolom ke 3 (tiga) baris ke 8 (delapan). Ternyata Ft = 4,07 harga Fo hasil
perhitungan 28,1 berarti > dari Ft 4,07.Nilai Fo lebih besar dari Ft jadi Ho ditolak, Ha
diterima berarti ada perbedaan yang bermakna antara berbagai konsentrasi ketiga
perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.).
Kata Kunci: Daun rambutan, Larva nyamuk Aedes aegypti.
PENDAHULUAN
Mewabahnya
penyakit demam berdarah dengue di seluruh Indonesia akhir-akhir ini bukan hanya
karena sikap dan pola hidup tidak higienis. Pemanasan global juga turut memicu
pertumbuhan nyamuk sebagai pembawa penyakit tersebut, dalam hal ini nyamuk
dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah yang sebelumnya tidak mungkin.
Pemanasan global membuat jelajah nyamuk semakin luas. Hal ini menyebabkan melesetnya
perencanaan tentang program kesehatanmaupun pengembangan wilayah yang kurang
mempertimbangkan faktor lingkungan (Anies, 2006).
Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Jumlah
penderita yang DBD yang ditemukan pada tahun 2010 mencapai 156,086 kasus, tahun
2011 sekitar 65,725 kasus, tahun 2012 sekitar 90,245 kasus, tahun 2012 sd
semester I berjumlah 54,694 kasus, tahun 2013 sd semester I berjumlah 50,348
kasus. Persentase angka kesakitan penderita Demam berdarah dengue per 100.000
penduduk (IR) tahun 2010 mencapai 65,70 kasus, tahun 2011 berjumlah 27,67
kasus, tahun 2012 berjumlah 37,11 kasus, tahun 2012 sd semester I berjumlah
22,49 kasus, tahun 2013 sd semester I berjumlah 20,71 kasus. Persentase jumlah
kematian akibat DBD dan CFR. Tahun 2010 mencapai 1.358 orang (0.87%), tahun
2011 berjumlah 597 orang (0,91%), tahun 2012 berjumlah 816 orang (0,90%), tahun
2012 sd semester I berjumlah 489 orang (0,89%) dan tahun 2013 sd semester I
berjumlah 384 orang (0,76%). (Ditjen PP & PL, Kemenkes Rl, 2013).
Banyaknya
dampak negatif dari penggunaan insektisida kimia memunculkan penelitian baru
dalam pengendatian vektor yang lebih aman,sederhana, dan berwawasan
lingkungan. Pengendalian menggunakan
insektisida nabati (bioinsektisida) dari ekstrak tumbuhanadalah salah satunya
famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati
adalah Meliacea, Annonaceae, Astraceae, Piperaceae dan Rutaceae.
Kardinan, (2002c/t Handayani,dkk).
Rambutan
merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah rambutan
sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat
tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein dan asam amino,
zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin dan zat
mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi ada pula sementara
masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung dipekarangan ataupun
sebagai tanaman hias (Dalimarta, 2003).
Berdasarkan
hasil penelitian Widiyanti et al (2004) diketahui cara yang tepat dalam
pemberantasan penyakit DBD adaiah dengan pengendalian vektor nyamuk sebagai
penular. Salah satu upaya pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan pemutusan
siklus hidup nyamuk, misalnya pemberantasan pada stadium larva yaitu dengan
larvasida (Dep Kes Rl, 2000). Masyarakat sampai saat ini lebih memilih
penggunaan pestisida kimia. Padahal untuk penggunaan pestisida yang berulang-ulang akan
menimbulkan masalah baru yaitu membunuh serangga yang bukan target dan
timbulnya resistensi (Widiyanti et al, 2004).
Hal
ini mendorong untuk dikembangkannya alternatif lain dengan menggunakan bahan alami, misalnya bahan dari tumbuhan
sebagai pestisida nabati yang relatif lebih aman. Menurut Dalimartha (2003),
daun rambutan (Naphelium lappceummL.) mengandung senyawa tanin
dansaponin. Saponin bersifat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi
hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan
sebagai racun ikan (Gunawan et al, 2005).
Menurut
Datimartha (2003), daun rambutan(Naphelium
lappceumL.)
mengandung senyawa tanin dan saponin. Saponin bersifat menghancurkan butir
darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin
dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan et al,
2005). Serangga termasuk hewan berdarah dingin, salah satu serangga yang sering
mengganggu kehidupan manusia adalah nyamuk. (Tarumingkeng, 2001).
Ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.)
efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti instar III pada konsentrasi
terendah 0,025% dengan rerata kematian sebesar 0,25 ekor (1%) dan konsentrasi
tertinggi 0,8% sebesar 24,75 ekor (99%). (Asian, dkk, 2009).
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu pengaruh
ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap kematian larva
nyamuk Aedesaegypti. Objek
penelitian adalah populasi larva nyamuk aedes aegypti. Subjek penelitian
yang diambil adalah larva nyamuk Aedes aegypti yang hidup karena
pemberian ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dengan
konsentrasi 5ml/100 ml, 10ml/100 ml, 15ml/100
ml.Penelitian ini dilakukan di rumah penulis di Aceh Besar.
Untuk
mengetahui perbedaan ekstrak daun rambutan (Nephelium
lappaceum L.) sebagai insektisida alami terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti, dengan melakukan uji
menggunakan rumus anova tunggal dan tabel LSD sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis Data
Sumber Variasi
(SV)
|
Jumlah
Kuadarat
(JK)
|
Derajat
Kebebasan
(DB)
|
Mean Kuadrat
(MK)
|
Kelompok
(K)
|
|
Dbk = k - 1
|
Mkk=
|
Dalam
( D )
|
JDk = JKT - JKK
|
dbd = N - K
|
MKd =
|
Total
(T)
|
JKT =
|
dbt = N - K
|
|
Keterangan :
K : Banyak Kelompok
T : Total X Masing-masing
Kelompok
n :Jumlah sampel Kelompok
N : Jumlah sampel
Keseluruhan.
HASIL
PENELITIAN
Hasil
Penelitian Penggunaan Ekstrak Daun Rambutan(Nephelium
lappaceum L) dengan sampel 450 larva nyamuk (Aedes aegypty) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Kematian Larva Nyamuk (Aedes aegypty) pada Dosis 5, 10, 15 ml/100 gr Ekstrak Daun Rambutan
(Nephelium lappaceum L.)
Pengulangan
|
Larva
|
Dosis Ekstrak Daun
Rambutan
|
||||||
C
|
5 ml
|
%
|
10 ml
|
%
|
15 ml
|
%
|
||
Pertama
|
150
|
0
|
18
|
12
|
36
|
24
|
50
|
33,3
|
Kedua
|
150
|
0
|
23
|
15,3
|
29
|
19,3
|
50
|
33,3
|
Ketiga
|
150
|
0
|
16
|
10,7
|
38
|
25,3
|
31
|
20,7
|
Berdasarkan
Tabel 2 dijelaskan bahwa dosis ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L) dapat mematikan larva nyamuk, dosis ekstrak
daun rambutan 5ml tingkat kematian larva nyamuk Aedes aegypti pada pengulangan pertama = 18 larva, kedua = 23 larva
dan ketiga =16 larva.
Dosis
10ml ekstrak daun rambutan (Nephelium
lappaceum L) tingkat kematian larva nyamuk Aedes agypti pada pengulangan pertama = 36 larva, kedua = 29 larva
dan ketiga = 38 larva. Tingkat kematian larva nyamuk Aedes aegyptipaling tinggi yaitu pada dosis 15 ml masing-masing
pada pengulangan pertama dan kedua yaitu 50 larva nyamuk Aedes aegypti. Sedangkan pada kontrol tidak terjadi kematian larva
nyamuk Aedes aegypti dikarenakan
tidak terkontaminasi dengan ekstrak daun rambutan (Nephelium
lappaceum L).Sedangkan jumlah rata-rata kematian larva nyamuk aedes aegypti
dapat dilihat pada Tabel sbb:
Tabel3. Jumlah Rata-rata Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti pada Dosis 5, 10, 15 ml/100 gr Ekstrak Daun Rambutan
(Nephelium lappaceum L.)
Pengulangan
|
Kontrol
|
Dosis Ekstrak Daun
Rambutan
|
||
5
ml
|
10
ml
|
15ml
|
||
Pertama
|
0
|
18
|
36
|
50
|
Kedua
|
0
|
23
|
29
|
50
|
Ketiga
|
0
|
16
|
38
|
31
|
Jumlah
|
0
|
59
|
103
|
131
|
Rata-rata
|
0
|
19,7
|
34,3
|
43,7
|
Tabel 4. Hasil Uji Anova Terhadap Jumlah KematianLarva Nyamuk Aedes aegyptidengan Menggunakan Ekstrak
Daun Rambutan (nephelium lappaceum
L.)
Sumber Variasi (SV)
|
Jumlah kuadrat (JK)
|
Derajat bebas (Db)
|
MK
|
Fo
|
F. Tabel
|
α = 0,05
|
|||||
Kelompok
(k)
|
3282,8
|
3
|
1094,2
|
28,1
|
4,07
|
Dalam
(d)
|
311,4
|
8
|
38,9
|
|
|
Total
|
3594,2
|
11
|
|
|
|
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwaderajat kebebasan 3 dan 8terlihat Ft = 4,07 harga Fo hasil perhitungan 28,1
berarti > dari
Ft 4,07.Dengan
demikian Fo lebih besar dari Ft jadi Ho ditolak, Ha
diterima berarti ada perbedaan yang bermakna
antara berbagai konsentrasi ketiga perlakuan
dengan menggunakan ekstrak daun rambutan (Nephelium
lappaceum L).
Tabel 5. Hasil LSDEkstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L) terhadap Kematian larva nyamuk Aedes egypti
Perlakuan
|
Mean
|
Ekstrak daun rambutan
(Nephelium lappaceum L)
|
||||
Kontrol
|
5 ml
|
10 ml
|
15 ml
|
|||
0
|
18
|
23
|
16
|
|||
Ekstrak daun rambutan
|
Control
|
0
|
0
|
18
|
23
|
16
|
5 ml
|
18
|
18
|
0
|
4*
|
22*
|
|
10 ml
|
23
|
23
|
4*
|
0
|
19*
|
|
15 ml
|
16
|
16
|
22*
|
19*
|
0
|
Keterangan : * = Selisih
mean > LSD = Ada perbedaan yang bermaknaHasil perhitungan, LSD (least significance difference) didapat nilai 4 maka selisih mean > LSD,
jadi ada perbedaan yang sangat bermakna antara berbagai dosis dari perlakuan
ekstrak daun rambutan (Nephelium
lappaceum L).
PEMBAHASAN
Kematian Larva
Nyamuk Aedes aegypti dengan
Penggunaan Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium
lappaceum L.)
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan terhadap larva Aedesaegypti setelah
diberi ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.), larva menunjukan
perubahan warna tubuhnya menjadi gelap dan gerakannya melambat. Larva kelihatan
mati tetapi apabila disentuh
terdapat gerakan tubuh yang lemah kemudian mati dan ukuran larva mati lebih
panjang dibanding sebelum perlakuan yaitu sebelum perlakuan panjang larva
sekitar 5 mm dan setelah kematian menjadi 6 mm. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Aminah et al., (2001) bahwa saponin yang masuk
dalam larva dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus
digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus menjadi korosif.
Selain
itu saponin mengakibatkan ukuran larva yang mati lebih panjang sekitar 1-2 mm
dibandingkan sebelum perlakuan, diperkirakan terjadi relaksasi urat daging pada
larva yang mendapat makanan yang mengandung hormone
steroid, dan warna tubuh larva agak gelap dan gerakannya melambat kemudian
mati.
Jumlah Rata-rata
Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti
dengan Penggunaan Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium
lappaceum L.)
Jumlah
rata-rata kematian larva nyamuk Aedes
aegypti dengan tiga kali pengulangan pada dosis 5ml yaitu jumlah rata-rata
19,7, pada dosis 10ml jumlah rata-rata kematian larva nyamuk Aedes aegypti 34,3 dan pada dosis 15ml
jumlah rata-rata kematian larva nyamuk Aedes
aegypti yaitu 43,7.
Hal
ini berarti bahwa terjadi peningkatan rerata kematian larva Aedes aegypti seiring
peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.)
yaitu semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula rerata kematian larva
Aedes aegypti. Hal ini sesuai dengan pendapat Adam (2005) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larvasida yang diberikanmaka
semakin tinggi pula rerata kematian larva Aedes aegypti. Dengan demikian
dapat diasumsikan bahwa kematian pada larva uji disebabkan karena kandungan
senyawa kimia dalam ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.).
Kandungan senyawa kimia daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) terdiri
dari tanin dan saponin (Dalimartha, 2003).
Senyawa
tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terkondensasi dan tanin yang
terhidrolisis. Tanin terdapat pada berbagai tumbuhan berkayu dan herbal. Sifat
senyawa saponin yaitu mempunyai rasa pahit, larut dalam air, merupakan racun
kuat untuk ikan (Gunawan et al, 2005).
Saponin
merupakan golongan senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai insektisida.
Saponin dan tanin terdapat pada tanaman yang kemudian dikonsumsi serangga,
mempunyai mekanisme kerja dapat menurunkan 52 jenis aktivitas enzim pencernaan dan
penyerapan makanan, sehingga saponin dan tanin bersifat sebagai racun perut
(Nursal et al, 2003). Jadi dengan
menggunakan konsentrasi ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.)
dapat menimbulkan kematian pada larva Aedes aegepyti.
KESIMPULAN DAN SARAN
Efektifitas dosis ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L)terhadap
kematian larva Aedes aegyptiterbaik
pada 15ml/100ml yaitu pada pengulangan pertama dan kedua sebesar 43,7.
Berdasarkan hasil uji statistik anava satu arah diketahui bahwa nilai Ft = 4,07 harga Fo hasil perhitungan 28,1
berarti > dari
Ft 4,07 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara berbagai konsentrasi ketiga perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.).
Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini hendaknya dapat
dimanfaatkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat
mengurangi penggunaan insektisida kimia dan perlu adanya penelitian lanjutan
tentang pemanfaatan ekstrak daun rambutan sebagai insektisida nabati dengan
dosis yang berbeda dan jenis serangga lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Jurusan Kesehatan
LingkunganPoltekkes Kemenkes
Aceh dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adam. 2005. Uji Toksisitas Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa
Linn) Terhadap Larva Aedes aegypti. Tesis. Program Pascasarjana UGM.
Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Anonymous, 2011. Penanganan Pengolahan Sampan, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Anies,. (2006) Manajemen Berbasis Lingkungan, PT. Elexmedia
Komputindo, Jakarta.
Dalimarta, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Jakarta
Departemen Kesehatan Rl, 1995. Materia Medika, Jilid VI. Jakarta
Departemen Kesehatan Rl, 2009. PenGlitian Tanaman Obat di Beberapa
Perguruan Tinggi di Indonesia X. Jakarta'. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Rl.
Ditjen PP&PL, 2013 Informasi Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan Rl.
Gunawan, D., Mulyani, S. 2005. llmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid
I. Penebar Swadaya
MUSDA, 2013. Seminar dan workshop penanganan DBD di Banda Aceh
pasca Tsunami [internet]
Sudiarto, Dwi; Aditama Wiwit (2013) Pedoman Penyusunan Proposal Dan
Karya Tulis llmiah, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Aceh, Banda Aceh.
Supartha W, 2008,. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah
Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera:
Culicidae), Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar. Akses dari:
(Diakses 12Februari2013)
Tarumingkeng, RC. 2001. Serangga dan Lingkungan. Diakses 03 Maret
2008. http://tumoutou.net/SERANGGA LINGK.html
WHO. 1999. Guiedlines For Laboratory and Field Testing Of Mosquito
Larvacides. Diakses 28 Desember 2007.
Widiyanti, NLM., Muyadihardje, S. 2004. Uji Toksisitas Jamur
Metarhizium anisopliae Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Media Litbang
Kesehatan. Vol. XIV. No. 3.2004:25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar