Rabu, 30 Desember 2015

Fajriansyah: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2015, hal. 13-18

PENGARUH EKSTRAK DAUN RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI

Oleh:
Fajriansyah

ABSTRAK
Pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan pemutusan siklus hidup nyamuk, pemberantasan pada sadium larva yaitu dengan larvasida. Daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) mengandung senyawa tannin, saponin. Saponin bersifat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisin, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, serangga termasuk hewan berdarah dingin salah satu serangga yang sering mengganggu kehidupan manusia adalah nyamuk. Tujuan penelitian untuk mengetahui ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Objek penelitian adalah larva nyamuk Aedes aegypti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kematian larva Aedes aegypti dengan menggunakan ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.)dosis 5ml/100ml dari ketiga pengulangan berjumlah 59 larva dengan angka rata-rata 19,7. Dosis 10ml/100ml dari ketiga pengulangan berjumlah 103 larva dengan angka rata-rata 34,3, dosis 15ml/100ml dari ketiga pengulangan berjumlah 131 larva dengan angka rata-rata 43,7. Derajat kebebasan (Db) 3 (tiga) lawan 8 (delapan) di gunakan untuk melihat Ft yaitu kolom ke 3 (tiga) baris ke 8 (delapan). Ternyata Ft = 4,07 harga Fo hasil perhitungan 28,1 berarti > dari Ft 4,07.Nilai  Fo lebih besar dari Ft jadi Ho ditolak, Ha diterima berarti ada perbedaan yang bermakna antara berbagai konsentrasi ketiga perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.).

Kata Kunci:    Daun rambutan, Larva nyamuk Aedes aegypti.



PENDAHULUAN
Mewabahnya penyakit demam berdarah dengue di seluruh Indonesia akhir-akhir ini bukan hanya karena sikap dan pola hidup tidak higienis. Pemanasan global juga turut memicu pertumbuhan nyamuk sebagai pembawa penyakit tersebut, dalam hal ini nyamuk dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah yang sebelumnya tidak mungkin. Pemanasan global membuat jelajah nyamuk semakin luas. Hal ini menyebabkan melesetnya perencanaan tentang program kesehatanmaupun pengembangan wilayah yang kurang mempertimbangkan faktor lingkungan (Anies, 2006).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Jumlah penderita yang DBD yang ditemukan pada tahun 2010 mencapai 156,086 kasus, tahun 2011 sekitar 65,725 kasus, tahun 2012 sekitar 90,245 kasus, tahun 2012 sd semester I berjumlah 54,694 kasus, tahun 2013 sd semester I berjumlah 50,348 kasus. Persentase angka kesakitan penderita Demam berdarah dengue per 100.000 penduduk (IR) tahun 2010 mencapai 65,70 kasus, tahun 2011 berjumlah 27,67 kasus, tahun 2012 berjumlah 37,11 kasus, tahun 2012 sd semester I berjumlah 22,49 kasus, tahun 2013 sd semester I berjumlah 20,71 kasus. Persentase jumlah kematian akibat DBD dan CFR. Tahun 2010 mencapai 1.358 orang (0.87%), tahun 2011 berjumlah 597 orang (0,91%), tahun 2012 berjumlah 816 orang (0,90%), tahun 2012 sd semester I berjumlah 489 orang (0,89%) dan tahun 2013 sd semester I berjumlah 384 orang (0,76%). (Ditjen PP & PL, Kemenkes Rl, 2013).
Banyaknya dampak negatif dari penggunaan insektisida kimia memunculkan penelitian baru dalam pengendatian vektor yang lebih aman,sederhana, dan berwawasan lingkungan.  Pengendalian menggunakan insektisida nabati (bioinsektisida) dari ekstrak tumbuhanadalah salah satunya famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliacea, Annonaceae, Astraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Kardinan, (2002c/t Handayani,dkk).
Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi ada pula sementara masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung dipekarangan ataupun sebagai tanaman hias (Dalimarta, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Widiyanti et al (2004) diketahui cara yang tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adaiah dengan pengendalian vektor nyamuk sebagai penular. Salah satu upaya pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan pemutusan siklus hidup nyamuk, misalnya pemberantasan pada stadium larva yaitu dengan larvasida (Dep Kes Rl, 2000). Masyarakat sampai saat ini lebih memilih penggunaan pestisida kimia. Padahal untuk penggunaan pestisida yang berulang-ulang akan menimbulkan masalah baru yaitu membunuh serangga yang bukan target dan timbulnya resistensi (Widiyanti et al, 2004).
Hal ini mendorong untuk dikembangkannya alternatif lain dengan menggunakan bahan alami, misalnya bahan dari tumbuhan sebagai pestisida nabati yang relatif lebih aman. Menurut Dalimartha (2003), daun rambutan (Naphelium lappceummL.) mengandung senyawa tanin dansaponin. Saponin bersifat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan et al, 2005).
Menurut Datimartha (2003), daun  rambutan(Naphelium lappceumL.) mengandung senyawa tanin dan saponin. Saponin bersifat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan et al, 2005). Serangga termasuk hewan berdarah dingin, salah satu serangga yang sering mengganggu kehidupan manusia adalah nyamuk. (Tarumingkeng, 2001).
Ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti instar III pada konsentrasi terendah 0,025% dengan rerata kematian sebesar 0,25 ekor (1%) dan konsentrasi tertinggi 0,8% sebesar 24,75 ekor (99%). (Asian, dkk, 2009).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu pengaruh ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap kematian larva nyamuk Aedesaegypti. Objek penelitian adalah populasi larva nyamuk aedes aegypti. Subjek penelitian yang diambil adalah larva nyamuk Aedes aegypti yang hidup karena pemberian ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dengan konsentrasi 5ml/100 ml, 10ml/100 ml, 15ml/100 ml.Penelitian ini dilakukan di rumah penulis di Aceh Besar.
Untuk mengetahui perbedaan ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) sebagai insektisida alami terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti, dengan melakukan uji menggunakan rumus anova tunggal dan tabel LSD sebagai berikut:


Tabel 1. Analisis Data

Sumber Variasi
(SV)
Jumlah Kuadarat
(JK)
Derajat Kebebasan
(DB)
Mean Kuadrat
(MK)
Kelompok
(K)

Dbk = k - 1
Mkk=
Dalam
( D )

JDk = JKT - JKK

dbd = N - K
MKd =
Total
(T)
JKT =

dbt = N - K


Keterangan :
K : Banyak Kelompok
T   : Total X Masing-masing Kelompok
n   :Jumlah sampel Kelompok
N : Jumlah sampel Keseluruhan.

HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Penggunaan Ekstrak Daun Rambutan(Nephelium lappaceum L) dengan sampel 450 larva nyamuk (Aedes aegypty) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Kematian Larva Nyamuk (Aedes aegypty) pada Dosis 5, 10, 15 ml/100 gr Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

Pengulangan
Larva
Dosis Ekstrak Daun Rambutan
C
5 ml
%
10 ml
%
15 ml
%
Pertama
150
0
18
12
36
24
50
33,3
Kedua
150
0
23
15,3
29
19,3
50
33,3
Ketiga
150
0
16
10,7
38
25,3
31
20,7

Berdasarkan Tabel 2 dijelaskan bahwa dosis ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L) dapat mematikan larva nyamuk, dosis ekstrak daun rambutan 5ml tingkat kematian larva nyamuk Aedes aegypti pada pengulangan pertama = 18 larva, kedua = 23 larva dan ketiga =16 larva.
Dosis 10ml ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L) tingkat kematian larva nyamuk Aedes agypti pada pengulangan pertama = 36 larva, kedua = 29 larva dan ketiga = 38 larva. Tingkat kematian larva nyamuk Aedes aegyptipaling tinggi yaitu pada dosis 15 ml masing-masing pada pengulangan pertama dan kedua yaitu 50 larva nyamuk Aedes aegypti. Sedangkan pada kontrol tidak terjadi kematian larva nyamuk Aedes aegypti dikarenakan tidak terkontaminasi dengan ekstrak daun rambutan  (Nephelium lappaceum L).Sedangkan jumlah rata-rata kematian larva nyamuk aedes aegypti dapat dilihat pada Tabel sbb:



Tabel3. Jumlah Rata-rata Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti pada Dosis 5, 10, 15 ml/100 gr Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L.)
Pengulangan
Kontrol
Dosis Ekstrak Daun Rambutan
5 ml
10 ml
15ml
Pertama
0
18
36
50
Kedua
0
23
29
50
Ketiga
0
16
38
31
Jumlah
0
59
103
131
Rata-rata
0
19,7
34,3
43,7

Tabel 4. Hasil Uji Anova Terhadap Jumlah KematianLarva Nyamuk Aedes aegyptidengan Menggunakan Ekstrak Daun Rambutan (nephelium lappaceum L.)

Sumber Variasi (SV)
Jumlah kuadrat (JK)
Derajat bebas (Db)
MK
Fo
F. Tabel
α = 0,05
Kelompok (k)
3282,8
3
1094,2
28,1
4,07
Dalam (d)
311,4
8
38,9


Total
3594,2
11




Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwaderajat kebebasan 3 dan 8terlihat Ft = 4,07 harga Fo hasil perhitungan 28,1 berarti > dari Ft 4,07.Dengan demikian Fo lebih besar dari Ft jadi Ho ditolak, Ha diterima berarti ada perbedaan yang bermakna antara berbagai konsentrasi ketiga perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L).

Tabel 5. Hasil LSDEkstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L) terhadap Kematian larva nyamuk Aedes egypti

Perlakuan
Mean
Ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L)
Kontrol
5 ml
10 ml
15 ml
0
18
23
16
Ekstrak daun rambutan
Control
0
0
18
23
16
5 ml
18
18
0
4*
22*
10 ml
23
23
4*
0
19*
15 ml
16
16
22*
19*
0

Keterangan : *  = Selisih mean > LSD = Ada perbedaan yang bermaknaHasil perhitungan, LSD (least significance difference)  didapat nilai 4 maka selisih mean > LSD, jadi ada perbedaan yang sangat bermakna antara berbagai dosis dari perlakuan ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L).

PEMBAHASAN
Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti dengan Penggunaan Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L.)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap larva Aedesaegypti setelah diberi ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.), larva menunjukan perubahan warna tubuhnya menjadi gelap dan gerakannya melambat. Larva kelihatan mati tetapi apabila disentuh terdapat gerakan tubuh yang lemah kemudian mati dan ukuran larva mati lebih panjang dibanding sebelum perlakuan yaitu sebelum perlakuan panjang larva sekitar 5 mm dan setelah kematian menjadi 6 mm. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aminah et al., (2001) bahwa saponin yang masuk dalam larva dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus menjadi korosif.
Selain itu saponin mengakibatkan ukuran larva yang mati lebih panjang sekitar 1-2 mm dibandingkan sebelum perlakuan, diperkirakan terjadi relaksasi urat daging pada larva yang mendapat makanan yang mengandung hormone steroid, dan warna tubuh larva agak gelap dan gerakannya melambat kemudian mati.

Jumlah Rata-rata Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti dengan Penggunaan Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L.)
Jumlah rata-rata kematian larva nyamuk Aedes aegypti dengan tiga kali pengulangan pada dosis 5ml yaitu jumlah rata-rata 19,7, pada dosis 10ml jumlah rata-rata kematian larva nyamuk Aedes aegypti 34,3 dan pada dosis 15ml jumlah rata-rata kematian larva nyamuk Aedes aegypti yaitu 43,7.
Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan rerata kematian larva Aedes aegypti seiring peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) yaitu semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula rerata kematian larva Aedes aegypti. Hal ini sesuai dengan pendapat Adam (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larvasida yang diberikanmaka semakin tinggi pula rerata kematian larva Aedes aegypti. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa kematian pada larva uji disebabkan karena kandungan senyawa kimia dalam ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.). Kandungan senyawa kimia daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) terdiri dari tanin dan saponin (Dalimartha, 2003).
Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terkondensasi dan tanin yang terhidrolisis. Tanin terdapat pada berbagai tumbuhan berkayu dan herbal. Sifat senyawa saponin yaitu mempunyai rasa pahit, larut dalam air, merupakan racun kuat untuk ikan (Gunawan et al, 2005).
Saponin merupakan golongan senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai insektisida. Saponin dan tanin terdapat pada tanaman yang kemudian dikonsumsi serangga, mempunyai mekanisme kerja dapat menurunkan 52 jenis aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan, sehingga saponin dan tanin bersifat sebagai racun perut (Nursal et al, 2003).  Jadi dengan menggunakan konsentrasi ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dapat menimbulkan kematian pada larva Aedes aegepyti.



KESIMPULAN  DAN SARAN
Efektifitas dosis ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L)terhadap kematian larva Aedes aegyptiterbaik pada 15ml/100ml yaitu pada pengulangan pertama dan kedua sebesar 43,7. Berdasarkan hasil uji statistik anava satu arah diketahui bahwa nilai Ft = 4,07 harga Fo hasil perhitungan 28,1 berarti > dari Ft 4,07 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara berbagai konsentrasi ketiga perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.).
Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini hendaknya dapat dimanfaatkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat mengurangi penggunaan insektisida kimia dan perlu adanya penelitian lanjutan tentang pemanfaatan ekstrak daun rambutan sebagai insektisida nabati dengan dosis yang berbeda dan jenis serangga lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Kesehatan LingkunganPoltekkes Kemenkes Aceh dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Adam. 2005. Uji Toksisitas Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa Linn) Terhadap Larva Aedes aegypti. Tesis. Program Pascasarjana UGM. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Anonymous, 2011. Penanganan Pengolahan Sampan, Penebar Swadaya, Jakarta.
Anies,. (2006) Manajemen Berbasis Lingkungan, PT. Elexmedia Komputindo, Jakarta.
Dalimarta, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Jakarta Departemen Kesehatan Rl, 1995. Materia Medika, Jilid VI. Jakarta
Departemen Kesehatan Rl, 2009. PenGlitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia X. Jakarta'. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Rl.
Ditjen PP&PL, 2013 Informasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Rl.
Gunawan, D., Mulyani, S. 2005. llmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Penebar Swadaya
MUSDA, 2013. Seminar dan workshop penanganan DBD di Banda Aceh pasca Tsunami [internet]
Sudiarto, Dwi; Aditama Wiwit (2013) Pedoman Penyusunan Proposal Dan Karya Tulis llmiah, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Banda Aceh.
Supartha W, 2008,. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae), Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar. Akses dari: (Diakses 12Februari2013)
Tarumingkeng, RC. 2001. Serangga dan Lingkungan. Diakses 03 Maret 2008. http://tumoutou.net/SERANGGA LINGK.html
WHO. 1999. Guiedlines For Laboratory and Field Testing Of Mosquito Larvacides. Diakses 28 Desember 2007.
http://whglibdoc.who.int/hg/2005WHOCDSWHOPESGCDPP2 005-pdf

Widiyanti, NLM., Muyadihardje, S. 2004. Uji Toksisitas Jamur Metarhizium anisopliae Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Media Litbang Kesehatan. Vol. XIV. No. 3.2004:25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar