Kamis, 29 Juni 2017

Maharani: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal. 91-94


GAMBARAN USIA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI BLUD RSUD CUT NYAK DHIEN MEULABOH
KABUPATEN ACEH BARAT
TAHUN 2017

Oleh:
Maharani

ABSTRAK
Kehamilan seorang ibu tergantung pada beberapa faktor, salah satunya adalah faktor usia. Wanita yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal salah satunya adalah retensio plasenta. Retensio plasenta adalah jika plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengahjam setelah anak lahir. Usia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta. Angka kejadian perdarahan post partum di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh dari Januari sampai dengan Desember 2016 sebanyak 212 orang, 46 orang diantaranya mengalami retensio plasenta dan mayoritas dialami oleh ibu yang berusia > 35 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran usia ibu bersalin dengan kejadian retensio plasenta di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017. Metode penelitian ini menggunakan metode survey yang bersifat deskriptif dan jenis penelitian ini adalah pendekatan retrospektif. Sampel penelitian ini adalah seluruh dokumentasi di ruang bersalin dengan retensio plasenta berjumlah 46 orang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengalami retensio plasenta mayoritas berusia > 35 tahun sebanyak 32 orang (69,5%), sedangkan usia  20-35 tahun sebanyak 11 orang (23,9%), dan usia < 20 tahun sebanyak 3 orang (6,5%). Pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita telah mengalami penurunan menjelang proses persalinan, oleh karenanya risiko terjadinya perdarahan post partum akan semakin meningkat.

Kata Kunci : Usia Ibu, Retensio Plasenta


PENDAHULUAN
WHO (World Health Organization) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi dan proses kelahiran. Kematian meternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi dan proses kelahiran. Kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO, 2014).
Salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar adalah kasus perdarahan dan salah satu penyebab post partum adalah retensio plasenta. Di Indonesia angka kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan sebesar 30% yang disebabkan oleh retensio plasenta sebesar 16-17% (Nugroho, 2012).
Angka kematian ibu (AKI) di Aceh tahun 2015 adalah 134/100.000 Kelahiran Hidup (KH), penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan sebanyak 68 orang, hipertensi dalam kehamilan 32 orang, infeksi 5 orang, abortus 5 orang, partus lama 3 orang, lain-lain 57 orang yang belum diketahui penyebabnya (Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2017, di dapatkan jumlah ibu bersalin tahun 2016 sebanyak 1000 orang, dan yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 212 orang, sedangkan 46 orang mengalami perdarahan post partum disebabkan oleh retensio plasenta.
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi (Manuaba, 2010). Retensio plasenta disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor maternal seperti usia dan multiparitas, faktor uterus yaitu bekas sectio caesarea (SC), bekas pembedahan uterus, bekas kuretase, bekas pengeluaran plasenta secara manual, dan bekas endometritis faktor plasenta yaitu plasenta previa dan implantasi cornual (Oxom, 2010).
Dari hasil penjajakan awal di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh pada tanggal 17 Juli 2017 pada ruang bersalin diperoleh data ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta berjumlah 46 orang dengan mayoritas usia > 35 tahun.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode survey yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan retrospektif (retrospective).
Penelitian ini dilaksanakan di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama Juli sampai dengan Agustus 2017.
Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh data dokumentasi di Ruang Bersalin yang mengalami retensio plasenta di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dari Januari sampai dengan Desember 2016 yang berjumlah 46 orang.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu pengambilan sample seluruh jumlah populasi yaitu semua ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Januari sampai dengan Desember 2016 yang berjumlah 46 orang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data dokumentasi di ruang bersalin BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2016.
Analisa yang digunakan adalah analisa univariat yang dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel  yang diteliti baik variabel dependent maupun variabel independen.

HASIL PENELITIAN
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi usia ibu bersalin dengan kejadian retensio plasenta di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dari Januari sampai dengan Desember 2016 (Tabel 1)

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Usia Ibu Bersalin Dengan Kejadian Retensio Plasenta
Di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh
Tahun 2017

No
Usia Ibu (Tahun)
Frekuensi
(%)
1
< 20
3
6,5
2
20-35 
11
23,9
3
> 35
32
69,5

Jumlah
46
100






Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 46 orang sempel ibu yang mengalami retensio plasenta mayoritas dengan usia > 35 tahun sebanyak 32 orang (69,5%).


PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2017 menunjukkan bahwa ibu yang mengalami retensio plasenta mayoritas berusia > 35 tahun sebanyak 32 orang (69,5%).
Usia ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan umur relative muda atau terlalu tua cenderung mudah untuk mengalami komplikasi kesehatan dibandingkan dengan kurun reproduksi sehat yakni 20-35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan kematangan sel-sel reproduksi, tingkat kerja organ reproduksi serta tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai pemenuhan gizi pada masa kehamilan. Hubungan dengan terjadinya retensio plasenta lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia muda atau ibu hamil primigravida usia di atas 35 tahun.
Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa  mayoritas ibu yang mengalami retensio plasenta berusia > 35 tahun membuktikkan semakin lanjut usia seorang ibu dalam menghadapi proses persalinan maka faktor resiko terjadinya perdarahan postpartum akan semakin meningkat pula. Hal ini disebabkan karena pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita telah mengalami penurunan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian retensio plasenta lebih tinggi dari perdarahan postpartum yang lain (atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta, dan gangguan pembekuan darah). Dari 212 orang ibu yang mengalami perdarahan post partum terdapat 46 orang (21,69%) ibu yang mengalami retensio plasenta.
Menurut Mochtar (1998), penyebab dari retensio plasenta salah satunya yaitu plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam, plasenta sudah lepas tetapi belum terlepas karena adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penangan kala tiga. Implantasi jonjot korion plasenta lebih dalam dapat menyebabkan terhambat keluarnya plasenta dari kavum uteri.
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas kejadian perdarahan postpartum disebabkan oleh retensio plasenta, artinya retensio plasenta merupakan perdarahan postpartum yang harus diwaspadai. Kurangnya informasi dan kunjungan antenatal care selama kehamilan kemungkinan menjadi penyebab banyaknya terjadi retensio plasenta selain dari faktor yang mempengaruhi terjadinya retensio plasenta itu sendiri.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa antenatal care dan informasi oleh petugas kesehatan sangat diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor resiko yang menyertai kehamilan, persalinan, dan nifas terutama kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum disebabkan oleh retensio plasenta.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 2 hari pada tanggal 17 sampai dengan 18 Juli 2017 di BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2017, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.    Ibu yang mengalami retensio plasenta sebanyak 46 orang (21,69 %)
2.    Ibu yang mengalamiretensio plasenta mayoritas berusia > 35 tahun sebanyak 32 orang (69,5 %)


  
DAFTAR PUSTAKA

WHO (World Health Organization). 2014. AKI dan AKB DI Dunia www.who.com 2014. pdf. Di Unduh pada tanggal 23 Maret 2017.
Nugroho T. 2012, Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Profil Kesehatan Provinsi Aceh. 2015. Jumlah AKI dan AKB di Aceh. Diakses 15 Maret 2017.
Profil BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh di Ruang bersalin. 2017. Data ibu yang mengalami perdarahan post partum tahun 2016.
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.EGC: Jakarta
Manuaba, IBG. 2010. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.         Edisi 2. Jakarta: EGC.
Oxorn, Harry, dkk. 2010. Ilmu kebidanan patologi & fisiologi persalinan. YEM: Yogyakarta
Mochtar, Rustam. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran.EGC: Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar