Kamis, 29 Juni 2017

Rima Hayati dkk: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal. 1-8

(THE CAPSULE FORMULATION OF EXTRACT ARECA NUT (ARECA CATECHU L.) WITH AMPROTAB® AS MATERIALS DISINTEGRATOR)

By:
Rima Hayati, Amelia Sari, Pricillia Indah Kesuma
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Ri Aceh

ABSTRACT
Areca catechu L. is widely used for the treatment. The nut nutritious plant as medicine for diarrhea on Areca nut. Areca nut has a bitter taste that is made in the form of capsules. This study aims to determine whether the ethanol extract of Areca nut (Areca catechu L.) can be formulated in a capsule and determine the effect of amprotab® as a disintegrator. In this study, areca seed capsules are made in two formulas with the use amprotab® (FI) and without amprotab® (F0) using wet granulation method. The assessment granule flow properties F0 is 4.77 g / sec and FI are 4.77 g / sec, the test angle is 21,75º break F0 and FI is 21,8º, test bulk density and tapped density F0 is 21.77% and FI is 18,9º and moisture content test is 3.91% F0 and FI is 3.93%. The evaluation results of the second capsule formula meets the requirements. It can be concluded that the use of evaluation amprotab® granules and capsules do not show much difference

Keywords: Areca Nut, Amprotab®, Disintegrator, Capsules

FORMULASI KAPSUL DARI EKSTRAK BIJI PINANG (ARECA CATECHU L.) DENGAN AMPROTAB® SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

ABSTRAK
Tumbuhan pinang (Areca catechu L.) banyak digunakan untuk pengobatan. Bagian tumbuhan pinang yang berkhasiat sebagai obat diare terdapat pada biji pinang. Biji pinang memiliki rasa yang pahit sehingga dibuat dalam bentuk kapsul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) dapat diformulasikan dalam sediaan kapsul dan mengetahui pengaruh penggunaan amprotab® sebagai bahan penghancur. Pada penelitian ini kapsul biji pinang dibuat dalam dua formula dengan penggunaan amprotab® (FI) dan tanpa amprotab® (F0) menggunakan metode granulasi basah. Hasil pemeriksaan granul sifat alir F0 adalah 4,77 g/detik dan FI adalah 4,77 g/detik, uji sudut istirahat F0 adalah 21,75º dan FI adalah 21,8º, uji bulk density dan tapped density F0 adalah 21,77% dan FI adalah 18,9º dan uji kadar lembab F0 adalah 3,91% dan FI adalah 3,93%. Hasil evaluasi kapsul kedua formula memenuhi persyaratan.Dapat disimpulkan bahwa penggunaan amprotab® pada evaluasi granul dan kapsul tidak menunjukkan perbedaan yang jauh.

Kata Kunci: Biji Pinang, Amprotab®, Penghancur, Kapsul

PENDAHULUAN
Tumbuhan pinang (Areca catechu L.) telah banyak digunakan untuk pengobatan dan tumbuhan ini sangat mudah ditemukan, karena tumbuhan ini sangat mudah tumbuh dan bentuknya yang indah, ada juga yang menanamnya di pekarangan rumah, taman atau tumbuh sendiri di pinggir sungai {1}. Menurut penelitian sebelumnya, biji pinang memiliki khasiat sebagai antidiare {2}.
Biji pinang mengandung alkaloid seperti arekolin, arekolidin, arekain, guvakolin, guvasin dan isoguvasin. Selain itu juga mengandung tanin, lemak, kanji dan resin {1}. Ekstrak etanol biji pinang mengandung komponen berupa alkaloid, flavonoid, tanin dan glikosida {3}. Kandungan kimia alkaloid (arekolin) dari biji pinang dapat mengakibatkan mabuk bila dosis terlalu tinggi dan bila dikonsumsi terus menerus akan menyebabkan kanker mulut {4}. Kandungan senyawa aktif golongan tanin dan flavonoid bertanggung jawab atas khasiat antidiare {5}.Pelarut ideal yang sering digunakan adalah etanol atau campurannya dengan air, pelarut ini merupakan pelarut pengekstraksi yang mempunyai extractive power yang terbaik untuk hampir semua senyawa, seperti saponin dan flavonoid {6}.
Permasalahan pada biji pinang cenderung memiliki rasa yang tidak enak dan bau yang khas. Oleh karena itu, untuk menutupi kekurangan tersebut sediaan dibuat dalam bentuk kapsul.Isi kapsul dapat berupa granul-granul. Formulasi granul sering membutuhkan penambahan zat pengisi, lubrikan atau glidan pada bahan aktif untuk mempermudah proses pengisian kapsul.
Zat penghancur ditambahkan ke dalam formula kapsul untuk memudahkan deagregasi dan dispersi gumpalan kapsul dalam saluran cerna {7}. Amprotab® merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai zat penghancur karena sifat mengembangnya jika terkena air akan mudah pecah menjadi partikel kecil {8} .Penelitian sebelumnya memvariasikan amprotab® sebagai bahan penghancur dengan variasi konsentrasi 2%, 4% dan 6%, pada formula yang memakai amprotab® 2% menunjukkan hasil evaluasi granul yang terbaik {9}.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh penggunaan amprotab® sebagai bahan penghancur terhadap granulasi ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) dalam sediaan kapsul sehingga dapat diketahui apakah akan menghasilkan sediaan yang baik sesuai persyaratan Farmakope Indonesia edisi III.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
                  Alat yang digunakan selama penelitian ini meliputi: ayakan, batang pengaduk, blender, cawan porselen , corong, desintegrator tester (alat uji waktu hancur), erlenmeyer, hotplate, kain hitam, labu ukur, lemari pengering, lumpang dan alu, pengaduk, perkamen, pipet volume, pisau, spatula, stopwacth, timbangan digital, vacum rotary evaporator, wadah maserasi dan waterbath.
                  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: amilum singkong (manihot), amprotab®, aquadest, biji pinang, cangkang kapsul gelatin keras, etanol 80%, laktosa, musilago amili, pereaksi mayer, hager, borchard dan talk.
Cara Kerja
1.      Determinasi Tumbuhan
Determinasi biji pinang dilakukan di Laboratorium Herbarium Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Banda Aceh.
2.      Ekstraksi Biji Pinang dan Skrining Alkaloid
a. Metode Maserasi:
1.      Dimasukkan 50 gram serbuk kering ke dalam sebuah bejana. Dituang dengan 375 mL cairan penyari yaitu etanol 80%, lalu ditutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk.
2.      Disaring lalu peras, dicuci ampas dengan cairan penyari sebanyak 125 mL hingga diperoleh ad 500 mL penyari. Dipindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari. Disaring ampasnya lalu di evaporasi pada suhu 85ºC {10}.
b. Skrining fitokimia senyawa alkaloid
Sampel ditambah amonia 10% ditambah kloroform lalu terbentuk lapisan, pisahkan lapisan kloroform, kemudian lapisan kloroform tersebut ditambah asam sulfat 2 N lalu didiamkan. Diteteskan dengan pereaksi mayer (HgCl2 dan KI), hager (Saturasi dengan asam pikrat) dan borchardat (KI dan iodium) {11}.
3.         Formulasi Sediaan Kapsul Biji Pinang
Berdasarkan dosis KHM (kadar hambat minimum) dosis ekstrak biji pinang adalah 6,25 mg/mL kemudian dikonversikan pada manusia yaitu dikali 10 sehingga satu kapsul berisi 62,5 mg ekstrak {3}.
Tabel 1. Desain Formula Kapsul Biji Pinang
Bahan
FO
F1
Ekstrak biji pinang
Amilum manihot
Musilago amili
Laktosa
Amprotab®
Talk
Mg steMg Stearat
62,5 mg
5%
10%
9,465 g
-
6%
2%
62,5 mg
5%
10%
9,175 g
2%
6%
2%

a.       Pembuatan granulasi basah:
                  Ditimbang ekstrak biji pinang, amilum manihot dan laktosa masukkan ke dalam lumpang dan digerus homogen (massa 1).Dibuat musilago amili, (massa 2).Massa 1 ditambahkan ke dalam massa 2, hingga diperoleh massa yang kompak kemudian digranulasidengan menggunakan ayakan sesuai ukuran yang diinginkan. Granulat dikeringkan dalam lemari pengering selama 1 hari menggunakan lampu pijar, dihitung % kadar lembabnya. Setelah kering ditimbang kembali berat granulnya. Ditimbang fase luar dan dicampur granull kering dengan fase luar {12}
b.      Evaluasi Granul
1.      Sifat alir
Penetapan sifat alir dilakukan dengan menggunakan corong berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Cara kerjanya: Dimasukkan 10 gram granul ke dalam corong. Diratakan permukaannya.Dibuka penutup bawah corong dan secara serentak stopwatch dihidupkan.Dihentikan stopwatch jika seluruh granul telah habis melewati corong Dicatat waktu alirnya.Syarat: waktu alir < 10 detik
2. Sudut istirahat
Uji ini dilakukan dengan menggunakan corong berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Granul atau massa dialirkan melalui corong, kemudian diukur jari-jari dan tinggi dari granul yang jatuh ke bawah menggunakan penggaris {13}{14}.
Tangen α =h
                              r
3. Bulk density dan tapped density
Penetapan bulk density dan tapped density dilakukan dengan menggunakan gelas ukur ukuran 100 mL. Cara kerjanya: Dimasukkan 10 gram granul ke dalam corong. Diukur volume awal granul.Diketukkan sebanyak 500 kali.Dihitung indeks tap granul {13}.

4.      Penentuan kadar lembab
Ditimbang granul, masukkan dalam lemari pengering (40oC). Hitung % kadar lembab granul {15}{16}
% kadar lembab =W0-W1 ×100 %
                                   W0
Persyaratan: 2-4%

c.       Evaluasi Kapsul
1.      Uji Keseragaman Bobot
a.    Ditimbang 20 kapsul sekaligus, ditimbang lagi satu persatu, dicatat bobotnya.
b.    Dikeluarkan semua isi kapsul, ditimbang seluruh bagian cangkang tiap kapsul.
c.    Dihitung bobot tiap isi kapsul dan bobot rerata tiap isi kapsul.
d.    Tidak boleh ada satu kapsul pun yang menyimpang dari berat rerata pada harga yang ditetapkan pada kolom A di tabel dan tidak boleh lebih dari 2 kapsul yang menyimpang dari berat rerata pada harga yang ditetapkan pada kolom B.
Tabel 2. Keseragaman Bobot
Bobot rata-rata isi tiap kapsul
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
A
B
≤ 120 mg
> 120 mg
10
7,5
20
15

2. Uji waktu hancur
Dimasukkan 5 butir kapsul ke dalam keranjang (setiap tabung untuk satu kapsul).Dihidupkan alat, keranjang akan naik-turun 30 kali setiap menit.Kapsul dinyatakan hancur jika sudah tidak ada lagi bagian kapsul yang tertinggal di atas kasa.Waktu yang terlama hancur di antara lima kapsul itu dinyatakan sebagai waktu hancur kapsul yang bersangkutan.Jika waktu hancurnya tidak lebih dari 15 menit, maka kapsul memenuhi syarat {17}

HASIL DAN DISKUSI
Determinasi dan Ekstraksi Tumbuhan Pinang
              Hasil determinasi yang didapat adalah Familia: Arecaceae, Genus: Areca L., DAN Spesies: Areca catechu L. Proses ekstraksi biji pinang menggunakan metode maserasi, pelarut yang digunakan adalah etanol 80% yang menghasilkan ekstrak 28,5 gram (Gambar 1) dengan persentase rendemen ekstrak adalah 57%. Proses skrinning alkaloid (Gambar 2) menggunakan pereaksi mayer, hager dan borchard, pada pereaksi mayer hasilnya tidak terbentuk larutan putih keruh, pada uji memakai pereaksi hager tidak terjadi perubahan warna dan pada uji memakai pereaksi borchard tidak terbentuk endapan coklat. sehingga dapat dipastikan bahwa ekstrak biji pinang tidak lagi mengandung alkaloid, karena saat penguapan ekstrak pada suhu tinggi senyawa alkaloid rusak (Fajar, dkk., 2014).
Gambar 1. Ektrak biji pinang           Gambar 2. Skrinning Alkaloid
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Biji Pinang
              Pembuatan granul dalam 2 formula yaitu F0 (tanpa amprotab®) dan FI (amprotab® 2%) menggunakan metode granulasi basah dengan mencampurkan ekstrak biji pinang dengan zat tambahan.Berdasarkan penentuan kadar lembab granul, hasil yang diperoleh dari Formula F0 sebesar 3,91% dan Formula FI sebesar 3,93%. Hasil yang diperoleh sesuai dengan persyaratan kadar lembab granul yang baik yaitu 3-5% {13}.
Pertama evaluasi sifat alir, pada pengujian sifat alir menunjukkan hasil F0 adalah 4,77 g/detik dan FI adalah 4,77 g/detik.. Hal yang mempengaruhi kecepatan aliran serbuk ada beberapa faktor yaitu ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan bobot jenis partikel {13}.
Kedua evaluasi sudut istirahat, rerata sudut istirahat F0 adalah 21,75º, FI adalah 21,8º. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan Mg stearat dan talk sebagai pelicin dan pelincir sehingga meningkatkan daya alir pada granul dan dikarenakan seluruh formula menggunakan lubrikan yang sama {13}.
Ketiga evaluasi bulk density dan tapped density, F0 menunjukkan hasil indeks tap 21,77% yang lebih buruk dibandingkan dengan FI yaitu 18,9. Kandungan lembab berpengaruh pada indeks tap dan sifat alir massa granul karena semakin lembab massa granul maka akan mengakibatkan kurang bebasnya granul mengalir {13}.
Tabel 3. Hasil Evaluasi Granul Biji Pinang
Formula
Sifat Alir
Sudut Istirahat
Bulk density dan tapped density
Rerata
Kategori
Rerata
Kategori
Rerata
Kategori
F0
4,77
Baik
21,75 º
Istimewa
21,77
Agak Baik
FI
4,77
Baik
21,8 º
Istimewa
18,9
Cukup Baik

Evaluasi kapsul pertama yang dilakukan adalah keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia edisi III. Evaluasi bertujuan untuk memastikan bahwa bobot yang terdapat di dalam kapsul memiliki jumlah yang sama dan zat aktif yang sama dengan asumsi granul terdistribusi homogen. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada uji keseragaman bobot kapsul ekstrak biji pinang tidak ada kapsul yang menyimpang sehingga kapsul memenuhii persyaratan dari Farmakope Indonesia Edisi III.
Evaluasi kapsul kedua adalah uji waktu hancur menggunakan alat desintegrator tester.Uji waktu hancur pada F0 adalah 5 menit 41 detik dan FI adalah 5 menit.Hasil uji waktu hancur menunjukkan bahwa kedua formula memenuhi syarat uji waktu hancur kapsul menurut Farmakope Indonesia edisi III yaitu waktu hancur tidak lebih dari 15 menit.Formula yang memakai amprotab® lebih cepat hancur tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang jauh antara F0 dan FI. Disebabkan kedua formula (F0 dan FI) memakai pengikat yang sama dan dalam jumlah yang sama, karena pengikat berpengaruh dalam waktu hancur kapsul.
Tabel 4. Hasil Uji Waktu Hancur Kapsul Biji Pinang

Formula
Rerata Pengulangan
(dalam menit dan detik)


Rerata
P I
P II
P III
F0
5’57”
5’8”
5’8”
5’ 41”
FI
5’
5’
5’
5’

              Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan pengujian granul dan evaluasi kapsul kedua formula dengan penggunaan amprotab® atau tanpa amprotab® memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan menurut Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979.

KESIMPULAN
              Kapsul ekstrak biji pinang F0 tanpa amprotab® dan F1 mengandung amprotab® 2% dengan menggunakan metode granulasi basah memenuhi persyaratan evaluasi kapsul menurut Farmakope Indonesia tahun 1979.Kapsul ekstrak biji pinang tanpa amprotab® dan mengandung amprotab® tidak berpengaruh dalam evaluasi granul dan evaluasi kapsul,

  
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Kurniawan, R. (2015). Uji Akivitas Antidiare Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Mencit Jantan Galur Balb-C yang Diinduksi Oleum Ricini. Karya Tulis Ilmiah. Banda Aceh, Politeknik Kesehatan Kementerian Aceh,.
BPP Sumatera Utara. (2011). Pinang Obat Diare. http://balitbang.sumutprov.go.id/. Tanggal akses 2 Desember 2015
Fleming, T. (2000). PDR for Herbal Medicines. New Jersey: Medicall Economics Company.
Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB.
Arifianti, L., Oktarina, R. D.&Kusumawati, I. (2014). Pengaruh Jenis Pelarut Pengekstraksi Terhadap Kadar Sinensetin dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus Benth. E-journal Planta Husada Vol. 2 No. 1: 3
Kemenkes RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta :Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Suryaningsih, B.A. 2011. Formulasi Tablet Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis Lamk.) dengan Metode Granulasi Basah. Skripsi. Bandung :Universitas IslamBandung.
Sari, N., M. (2015). Formulasi dan Evaluasi Kapsul Chlorpeniramin Maleat dengan Metode Granulasi Basah Berdasarkan Variasi Amprotab Sebagai Penghancur. Karya Tulis Ilmiah. Banda Aceh: Politeknik Kesehatan Kementerian Aceh.
BPOM RI. (2011). Acuan Sediaan Herbal Edisi I Volume IV, Jakarta :Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Harborne, J., B. (1987). Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB.
Syamsuni. (2012). Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Voigt, R. (1989). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah: Soendani Noerono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Roselyndiar. (2012). Formulasi Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens L.) dan Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.). Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lieberman, H. A., Lachman, L., Kanig, J. L. 1994. Teori dan praktek farmasi industri Edisi III. Penerjemah: Suyatmi S. Jakarta: UI Press.
Sofiah, S., Faizatun, Riyana, Y. 2007. Formulasi Tablet Matriks  Mukoadhesif Diltiazem Hidroklorida Menggunakan Hidroksi Propil Metil Selulosa dan Carbopol 940. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar