Kamis, 27 Juni 2019

Henniwati: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 8, Nomor 1, Januari-Juni 2019, hal. 79-86


PENGARUH PENGGUNAAN TERAPI AIR TERHADAP KONSTIPASI PADA IBU PASCA SALIN SECTIO CAESAREA DI RSUD LANGSA TAHUN 2018

Oleh:
Henniwati, SST, M.Kes

ABSTRAK
Konstipasi merupakan penurunan frekuensi defekasi dan salah satu komplikasi dari persalinan sectio caesarea yang terjadi karena pengaruh anastesi spinal yang memperlambat motilitas gastrointestinal  serta berkurangnya mobilisasi pada ibu pasca sectio caesarea yang sering ditangani dengan penggunaan laxative yang banyak memiliki efek samping. Intervensi alami dengan pemberian terapi air sebanyak 1,5 liter air putih yang diminum pada pagi hari setelah bangun tidur merupakan cara alami untuk merangsang efek gastrokolik sehingga terjadi defekasi. Tujuan Penenlitian : Untuk mengetahui pengaruh terapi air terhadap konstipasi pada ibu pasca salin sectio caesar. Desain Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan rancangan penelitian two group intervensi dan kontrol. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 28 orang pada kelompok intervensi dan 28 orang pada kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan analisa data uji t-independent. Hasil Penelitian : hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh terapi air terhadap waktu defekasi pada ibu pasca salin SC dengan nilai P value 0,000 dan ada pengaruh terapi air terhadap frekuensi defekasi dengan nilai P value 0,000. Saran : disarankan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan yang opimal bagi ibu post SC, agar dapat mengurangi kejadian konstipasi pasca SC.

ABSTRACT
Constipation is a decrease in the frequency of defecation and one of the complications of caesarean section delivery that occurs due to the influence of spinal anesthesia which slows gastrointestinal motility and reduced mobilization in mothers after caesarean section which is often treated with laxative use which has many side effects. Natural intervention with the provision of 1.5 liters of water therapy taken in the morning after waking up is a natural way to stimulate the gastrocolic effect so that defecation occurs. Objective: To determine the effect of water therapy on constipation in women after caesarean section saline. Research Design: This study used a quasi-experimental design with two group intervention and control research designs. The number of samples in this study were 28 people in the intervention group and 28 people in the control group. Sampling is done by using purposive sampling technique with analysis of t-independent test data. Research Results: the results of the study showed that the effect of water therapy on the time of defecation in post-saline SC mothers with a P value of 0,000 and there was an effect of water therapy on the frequency of defecation with a P value of 0,000. Suggestion: it is recommended that health workers be able to provide optimal services for post SC mothers, in order to reduce the incidence of post SC constipation

Keywords: Water Therapy, Constipation, Mother Post-Sectio Caesarea Copy



PENDAHULUAN
Mortalitas maternal akibat sectio caesarea menunjukkan angka kurang dari 1 per 1.000 persalinan. Peninjauan dilakukan kembali dan hampir 400.000 kasus sectio caesarea di Amerika Serikat dari tahun 1965 sampai 1978 menyebabkan kematian maternal terjadi pada 1 dalam 1.635 operasi dan ditegaskan bahwa hanya setengah dari kematian tersebut benar-benar disebabkan langsung dari sectio caesarea1.
Angka kematian langsung di Indonesia akibat sectio caesarea adalah sekitar 5,8 per 100.000 persalinan. Demikian juga angka kesakitan persalinan di Indonesia dengan sectio caesarea lebih tinggi, yakni sekitar 27,3 per 1.000 persalinan2.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi selama atau setelah  sectio caesarea meliputi perdarahan hebat, cedera pada kandung kemih atau usus halus, infeksi-infeksi besar pada uterus, ginjal, paru-paru, atau bagian-bagian lain3. Anastesi spinal pada persalinan sectio caesarea menyebabkan pergerakan kolon yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot kolon. Pasien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga. Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal sementara.Hal ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam.Mendengar suara usus yang mencerminkan motilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen keperawatan pasca bedah.Konstipasi ini terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi4.
Penelitiandari Departemen Kebidanan Universitas Iowa, Amerika Serikat menemukan 25% ibu hamil menderita konstipasi atau sembelit dan berlanjut hingga 3 bulan setelah melahirkan, tentu saja konstipasi menjadi masalah yang serius, karena selain mengganggu kehamilan, juga beresiko menyebabkan kerusakan otot panggul (pelvic floor damage)5.
Berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi air terhadap frekuensi defekasi pada pasien yang mengalami konstipasi  merekomendasikan untuk melakukan terapi 1,5 liter air pada pasien dengan konstipasi karena berpengaruh terhadap frekuensi defekasi pasien yang mengalami konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang (P=0,022, =0,05). Pasien konstipasi yang mendapatkan terapi air juga berpeluang 4,750 kali mengalami defekasi dibanding pasien yang tidak mendapatkan terapi air6.
Pelaksanaan terapi air sangat mudah dan sederhana.Efek samping dari penggunaan terapi air ini tergolong minimal karena air merupakan komponen fisiologis yang senantiasa diperlukan oleh tubuh.Air juga suatu zat yang mudah didapatkan dan tergolong murah dibanding penggunaan obat-obatan yang justru menimbulkan berbagai efek samping. Dengan demikian, terapi air yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian minum sebanyak 1,5 liter air putih yang dilakukan perawat bagi pasien-pasien yang memiliki masalah keperawatan dengan konstipasi pada pagi hari setelah bangun tidur, yang bertujuan untuk menangani konstipasi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 sampai dengan 18 Februari 2018terhadap 17 ibu pasca salin sectio caesarea hari keempat di RSUD Langsa dengan menanyakan proses defekasi pada hari ketiga pasca salin, bahwa 13 dari responden pada hari ketiga pasca salin belum mengalami defekasi dan 4 dari responden mengalami proses defekasi pada hari ketiga pasca sectio caesarea, sehingga persentase dari survey pendahuluan sebanyak 76% responden mengalami konstipasi pasca sectio caesarea dan sebanyak 24% mengalami defekasi yang normal.

Metode Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa lembar observasi  yang disusun berpedoman pada literature dan terdiri dari data demografi dan karakteristik responden mengenai paritas, indikasi persalinan, serta waktu defekasi, dan frekuensi defekasi. Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengaruh terapi air dan variabel dependent adalah konstipasi pasca section caesarea. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol, masing-masing kelompok yang diidentifikasi berdasarkan frekuensi dan waktu defekasi setelah diberikan terapi air. Hasil yang diharapkan adalah terjadinya proses defekasi normal dalam 24 jam setelah pemberian terapi air yang dilakukan setelah fungsi pencernaan normal pada pagi hari setelah bangun tidur atau 24 jam pasca section caesarea
Penelitian telah dilakukan di RSUD Langsa di ruang rawat inap Obgyn, dengan pertimbangan RSUD Langsa ditemukan ibu bersalin sectio caesarea dan menjadi tempat praktek peneliti dengan lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, pada tanggal 03 September s/d 31 Oktober 2018. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah accidental sampling.Accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental (accidental) dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Sehingga dalam teknik sampling disini peneliti mengambil responden pada saat itu juga di Ruang Nifas RSUD Langsa yang berjumlah 30 responden.
variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh penggunaan terapi air pada ibu pasca salin terhadap konstipasi pasca Sectio Caesarea. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statitstik uji T-independent digunakan untuk membandingkan waktu defekasi dan frekuensi defekasi pasca section caesarea pada kelompok intervenes dan control setelah diberikan terapi air putih 1,5 liter. Taraf signifikan (α = 0.05), pedoman dalam menerima hipotesis : jika nilai P < 0.05 maka H0 ditolak, apabila nilai P > 0,05 maka H0  gagal ditolak, dan data disajikan dalam bentuk tabel

Hasil Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Menurut UsiaPadaIbuPost SC DI RSUD Kota Langsa(n = 32)
No
Usia
f
%
1
< 20
4
12,5
2
20-35
20
62,5
3
> 35
8
25,0
Total
32
100,0
Sumber : Data Primer (diolah) 2018

Tabel 4.1. diatas responden dengan mayoriyas usia responden pada interval usia 20-35 tahun sebanyak 20 responden (62,5%).
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Menurut ParitasPadaIbuPost SC DI RSUD Kota Langsa(n = 32)
No
Pekerjaan
f
%
1
Primipara
6
18,8
2
Multipara
18
56,3
3
Grande Multipara
8
25,0
Total
32
100,0
Sumber : Data Primer (diolah) 2018
Tabel 4.2. diatas responden dengan mayoriyas ibu yangmemiliki anak lebih dari 2 (Multipara) sebanyak 18 responden (56,3%).

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden Menurut Indikasi Persalinan PadaIbuPost SC DI RSUD Kota Langsa(n = 30)

No
Pekerjaan
f
%
1
AtasIndikasi
28
87,5
2
Non Indikasi
4
12,5
Total
32
100,0
Sumber : Data Primer (diolah) 2018
Tabel 4.3. diatas responden dengan mayoriyas responden yang bersalin secara sectio caesarea dengan indikasi sebanyak 28 responden (87,5%).

Tabel4.4 Distribusi Frekuensi Pengaruh Terapi Air Terhadap Waktu Defekasi Pada Ibu Pasca Salin Sectio Caesarea Di RSUD LangsaTahun 2018 (Σn= 32 )


No

Terapi Air

Mean
Std. Deviation
Std.
Error Mean

P value

N

1

    Kontrol

    Intervensi

10,88

3,44


3,519

1,861

0,888

0,465


0,000


32
Sumber : Data Primer (diolah) 2018
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui dari 32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsa menunjukkan rata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan adalah 10,88dengan Std. Deviasi 3,519, sedangkan rata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah diberikan terapi airadalah 3,44dengan Std. deviasi1,861. Sedangkan hasil Uji Statistik mengunakan Independen T-test didapatkan waktu defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi dengan terapi air dengannilai P value 0,000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian terapi air terhadap waktu defekasi pada ibu pasca salin SC.

Tabel4.5 DistribusiFrekuensiPengaruhTerapi Air TerhadapFrekuensiDefekasi PadaIbuPascaSalinSectio Caesarea Di RSUD LangsaTahun 2018 (Σn= 32 )

No

Terapi Air

Mean
Std. Deviation
Std.
Error Mean

P value

N

1

    Kontrol

    Intervensi

0,56

1,63


0,512

0,500

0,128

0,25


0,000


32
Sumber : Data Primer (diolah) 2018 Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui dari 32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsamenunjukkanrata-rata frekuensi defekasi pada ibu post SCkelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan adalah0,56dengan Std. deviasi0,512, sedangkan rata-rata frekuansi defekasi pada ibu post SCkelompok interfensi setelah diberikan terapi airadalah 1,63dengan Std. deviasi0,500.SedangkanhasilUjiStatistikmengunakanIndependen T-test didapatkanfrekuensi defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi dengan terapi air dengannilai P value 0,000makadapatdisimpulkanadapengaruh pemberian terapi air terhadap frekuensi defekasi pada ibu pasca salin SC.

PEMBAHASAN
PengaruhTerapi Air Terhadap WaktuDefekasi PadaIbuPascaSalinSectio Caesarea Di RSUD LangsaTahun 2018
Penelitian yang dilakukan terhadap32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsamenunjukkanrata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan  adalah 10,88 dengan Std. deviasi 3,519, sedangkan rata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah diberikan terapi air adalah 3,44 dengan Std. deviasi 1,861.
HasilUjiStatistikmengunakanIndependen T-test didapatkan waktu defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi dengan terapi air dengan nilai P value 0,000 maka dapa tdisimpulkan ada pengaruh pemberian terapi air terhadap waktu defekasi pada ibu pasca salin SC.
Pelaksanaan terapi air sanga tmudah dan sederhana. Efek samping dari penggunaan terapi air initergolong minimal karena air merupakan komponen fisiologis yang senantiasa diperlukan oleh tubuh. Air juga suatu zat yang mudah didapatkan dan tergolong murah dibanding penggunaan obat-obatan yang justru menimbulkan berbagai efeksamping. Dengan demikian, terapi air yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian minum sebanyak 1,5 liter air putih yang dilakukan perawat bagi pasien-pasien yang memiliki masalah keperawatan dengan konstipasi pada pagi hari setelah bangun tidur, yang bertujuan untuk menangani konstipasi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat
Hal ini sejalan dengan penelitian Tampubolon, Lindawati Farida, dengan judul Pengaruh Terapi Air Terhadap Proses Defekasi pasient konstiopasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang. Dengan 50 respenden, menggunakan desai pre-posttest only whit control group. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh waktu terjadinya defekasi yang telah diberikan perlakukan terapi air dengan nilai p= 0,000. Responden kelompok intervensi berpeluang 34 kali menggalami defekasi lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ariani Peni (2012) dengan judul pengaruh Terapi Air Terhadap Konstipasi Pada Ibu Pasca Salin Sectio Caesarea di RSU Sembiring Delitua Tahun 2012. Penelitian ini dengan desain quasi eksperiment dengan rancangan two group, jumlah sampel sebanyak 28 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi air berpengaruh terhadap waktu defekasi ibu yang mengalami konstipasi (p : 0,000). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi air perpengaruh terhadap konstipasi pada ibu pasca salin.
Asumsi peneliti terhadap pengaruh terapi air terhadap konstipasi pada ibu pasca salinsectio caesarea. Dengan cara memberikan terapi air pada responden sebanyak 1,5 liter air putih yang diberikan segerah setelah bangun tidur, dimana dengan 3 (tiga) kali pemberian yaitu satu menit pertama diberikan sebanyak 500 ml, kedua diberikan 5 menit setelah pemberian pertama sebanyak 500 ml dan ketiga diberikan 15-20 menit setelah pemberian kedua sebanyak 500 ml.
Jika tubuh semakin kekurangan air maka gerakan kolon semakin lambat dan membuat feses menjadi keras serta membuat gerakan ampas metabolisme di kolon menjadi lambat dan proses pengeluaran feses menjadi sulit. .Setiap pagi kita membersihkan seluruh saluran pencernaan melalui air putih yang kita minum agar feses lebih mudah keluar. Air yang kita minum di pagi hari akan mengisi lambung dan mengalir keusus lalu membersihkan rongga usus.

PengaruhTerapi Air Terhadap WaktuDefekasi PadaIbuPascaSalinSectio Caesarea Di RSUD LangsaTahun 2018
Penelitian yang dilakukan terhadap 32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsa menunjukkan rata-rata frekuensi defekasi pada ibu post SC kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan  adalah 0,56 dengan Std. deviasi 0,512, sedangkan rata-rata frekuansi defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah diberikan terapi air adalah 1,63 dengan Std. deviasi 0,500.
Hasil Uji Statistik mengunakan Independen T-test didapatkan frekuensi defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi dengan terapi air dengan nilai P value 0,000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian terapi air terhadap frekuensi defekasi pada ibu pasca salin SC.
Terapi air didalam tubuh berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, memperlancar peredaran darah, menyehatkan dan menghaluskan kulit tubuh, memperlancar fungsi pencernaan, dimana konsumsi air yang cukup akan membantu organ-organ pencernaan seperti usus besar agar berfungsi mencegah konstipasi karena gerakan-gerakan usus menjadi lebih lancar. Tujuan pemberian cairan bagi pasien bukan hanya untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, tetapi juga dapat digunakan untuk mengatasi konstipasi melumasi sendi dan otot dan media untuk memulihkan kondisi tubuh.
Hal ini sejalan dengan penelitian Tampubolon, Lindawati Farida, denganjudul Pengaruh Terapi Air Terhadap Proses Defekasi pasient konstiopasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang. Dengan 50 respenden, menggunakan desai pre-posttest only whit control group. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh frekuensi defekasi yang telah diberikan perlakukan terapi air dengan nilai p= 0,000.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ariani Peni (2012) dengan judul pengaruh Terapi Air Terhadap Konstipasi Pada Ibu Pasca Salin Sectio Caesarea di RSU Sembiring Delitua Tahun 2012. Penelitian ini dengan desain quasi eksperimentdengan rancangan two group, jumlah sampel sebanyak 28 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi air berpengaruh terhadap frekuensi defekasi ibu yang mengalami konstipasi (p : 0,000). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi air perpengaruh terhadap konstipasi pada ibu pasca salin.
Asumsi peneliti terhadap pengaruh terapi air terhadap konstipasi pada ibu pasca salin sectio caesarea. Dengan cara memberikan terapi air pada responden sebanyak 1,5 liter air putih yang diberikan segerah setelah bangun tidur, dimana dengan 3 (tiga) kali pemberian yaitu satu menit pertama diberikan sebanyak 500 ml, kedua diberikan 5 menit setelah pemberian pertama sebanyak 500 ml dan ketiga diberikan 15-20 menit setelah pemberian kedua sebanyak 500 ml.
Jika tubuh semakin kekurangan air maka gerakan kolon semakin lambat dan membuat feses menjadi keras serta membuat gerakan ampas metabolisme di kolon menjadi lambat dan proses pengeluaran feses menjadi sulit. . Setiap pagi kita membersihkan seluruh saluran pencernaan melalui air putih yang kita minum agar feses lebih mudah keluar. Air yang kita minum di pagi hari akan mengisi lambung dan mengalir keusus lal umembersihkan rongga usus.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan Pengaruh Terapi Air Terhadap Konstipasi Pada Ibu Pasca Salin Sectio Caesarea di RSUD Langsa Tahun 2017.
1.        Berdasarkan analisis bivariat terhadap32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsa menunjukkan rata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan  adalah 10,88 dengan Std. deviasi 3,519, sedangkan rata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah diberikan terapi air adalah 3,44 dengan Std. deviasi 1,861. Hasil Uji Statistik mengunakan  Independen T-test didapatkan waktu defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi dengan terapi air dengan nilai P value 0,000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian terapi air terhadap waktu defekasi pada ibu pasca salin SC.
2.        Berdasarkan analisis bivariat terhadap32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsamenunjukkanrata-rata frekuensi defekasi pada ibu post SC kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan  adalah 0,56 dengan Std. deviasi 0,512, sedangkan rata-rata frekuansi defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah diberikan terapi air adalah 1,63 dengan Std. deviasi 0,500. Hasil Uji Statistik mengunakan  Independen T-test didapatkanfrekuensi defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi dengan terapi air dengannilai P value 0,000maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian terapi air terhadap frekuensi defekasi pada ibu pasca salin SC.

Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, disarankan untuk :
1.        Direktur BLUD RSUD Kota Langsa agar dapat melaksanakan Program promosi kesehatan memalui strategi Advokasi dan pemberdayaan masyarakat, melakukan kerja sama pada bidang KIA atau Ruang Poli kebidanan pada saat antenatal carememberikan penyuluhan tentang terapi air yang baik untuk mencegah atau mengurangi konstipasi pada saat hamil hingga pasca salin baik persalinan normal maupun Sectio Caesarea.
2.        Demi kesempurnaan penelitian ini, maka perlu kiranya dilaksanakan penelitian lanjutan untuk mendapatkan kajian variabel yang lebih spesifik yang berkaitan dengan variabel faktor-faktor lain penyebab konstipasi post SC, khususnya berkaitan dengan upaya terapi non farmakologi dalam penurunan konstipasisesuai penelitian yang telah dilakukan.


  
DAFTAR PUSTAKA

F, Gant, et al (2006). Obstetri Williams (Edisi ke-11). Alih bahasa: Suryono, J, dkk. Jakarta : EGC.
Juditha, I, Cynthia, S.I (2009). Tips praktis bagi wanita hamil.Jakarta : Penebar Swadaya.
Dewi, Y,  Fauzi, D.A (2007). Operasi Caesar pengantar dari a sampai z.Jakarta : Edsa Mahkota.
Perry, A.G, Potter, P.A (2006). Buku ajar fundamental keperawatan (edisi ke-4). Alih bahasa: Komalasari, R., dkk. Jakarta : EGC.
Fecilia, Nadia (2010. BAB Lancar Kehamilan pun Nyaman. ¶ 2, http://nasional.kompas.com/read/2010/08/26/14331785/BAB.Lancar.Kehamilan.Pun.Nyaman, diperoleh tanggal 8 Januari 2011).
Tampubolon, Sanny. (2010, Jangan Sembarangan Minum Obat Pencahar,11,http://nasional.kompas.com/read,2010/11/16/09311958/Jangan.Sembarangan.Minum.Obat.Pencahar diperoleh tanggal 8 Januari 2011).
Oxorn, H, Forte, W. R (2010).Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Smeltzer, Bare (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa : Waluyo A. Jakarta : EGC.
Gould, B. E (2006).Pathophysiology for the health profession (hlm. 434).Texas : Screen Corporated.
Suyono, S (2003).Buku ajar ilmu penyakit dalam, (Edisi ke-3).Jakarta : EGC.
PDPERSI (2005, Nikmati Hidup sehat dengan terapi air, ¶ 4 & 5, http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=887&tbl=kesling, diperoleh tanggal 18 Oktober 2011).
Tomey, Alligood (2006).Nursing theorist & their work (Edisi ke-6).Philadelphia : Mosby Elsevier.
Amirta, Y (2007). Sehat Murah dengan Air. Purwekerto Utara : Keluarga Dokter
Bangmahelidj, F (2007). Air untuk menjaga kesehatan dan menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit.Jakarta : Gramedia.
Sakthi Foundation. (2007, One simple cleaning method for both body and mind, ¶ 1, 3, 4, & 5, http://www.sakthifoundation.org/WaterHow_to_do-2.htm, diperoleh tanggal 20 Oktober 2011).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar