PENGARUH PENGGUNAAN TERAPI AIR TERHADAP KONSTIPASI PADA IBU PASCA
SALIN SECTIO CAESAREA DI RSUD LANGSA
TAHUN 2018
Oleh:
Henniwati,
SST, M.Kes
ABSTRAK
Konstipasi merupakan penurunan frekuensi defekasi dan salah satu
komplikasi dari persalinan sectio caesarea yang terjadi karena pengaruh
anastesi spinal yang memperlambat motilitas gastrointestinal serta berkurangnya mobilisasi pada ibu pasca
sectio caesarea yang sering ditangani dengan penggunaan laxative yang banyak
memiliki efek samping. Intervensi alami dengan pemberian terapi air sebanyak
1,5 liter air putih yang diminum pada pagi hari setelah bangun tidur merupakan
cara alami untuk merangsang efek gastrokolik sehingga terjadi defekasi. Tujuan
Penenlitian : Untuk mengetahui pengaruh terapi air terhadap konstipasi pada ibu
pasca salin sectio caesar. Desain Penelitian : Penelitian ini menggunakan
desain quasi eksperimen dengan rancangan penelitian two group intervensi dan
kontrol. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 28 orang pada kelompok intervensi
dan 28 orang pada kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling dengan analisa data uji t-independent.
Hasil Penelitian : hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh terapi air
terhadap waktu defekasi pada ibu pasca salin SC dengan nilai P value 0,000 dan
ada pengaruh terapi air terhadap frekuensi defekasi dengan nilai P value 0,000. Saran : disarankan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan
pelayanan yang opimal bagi ibu post SC, agar dapat mengurangi kejadian
konstipasi pasca SC.
ABSTRACT
Constipation
is a decrease in the frequency of defecation and one of the complications of
caesarean section delivery that occurs due to the influence of spinal
anesthesia which slows gastrointestinal motility and reduced mobilization in
mothers after caesarean section which is often treated with laxative use which
has many side effects. Natural intervention with the provision of 1.5 liters of
water therapy taken in the morning after waking up is a natural way to stimulate
the gastrocolic effect so that defecation occurs. Objective: To determine the effect of water therapy on constipation
in women after caesarean section saline. Research Design: This study used a quasi-experimental design with
two group intervention and control research designs. The number of samples in
this study were 28 people in the intervention group and 28 people in the
control group. Sampling is done by using purposive sampling technique with
analysis of t-independent test data. Research Results: the results of the study showed that the effect
of water therapy on the time of defecation in post-saline SC mothers with a P
value of 0,000 and there was an effect of water therapy on the frequency of
defecation with a P value of 0,000. Suggestion: it is recommended that health workers be able to
provide optimal services for post SC mothers, in order to reduce the incidence
of post SC constipation
Keywords:
Water Therapy, Constipation, Mother Post-Sectio Caesarea Copy
PENDAHULUAN
Mortalitas
maternal akibat sectio caesarea
menunjukkan angka kurang dari 1 per 1.000 persalinan. Peninjauan dilakukan
kembali dan hampir 400.000 kasus sectio
caesarea di Amerika Serikat dari tahun 1965 sampai 1978 menyebabkan
kematian maternal terjadi pada 1 dalam 1.635 operasi dan ditegaskan bahwa hanya
setengah dari kematian tersebut benar-benar disebabkan langsung dari sectio caesarea1.
Angka kematian langsung di
Indonesia akibat sectio caesarea
adalah sekitar 5,8 per 100.000 persalinan. Demikian juga angka kesakitan
persalinan di Indonesia dengan sectio
caesarea lebih tinggi, yakni sekitar 27,3 per 1.000 persalinan2.
Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi selama atau setelah sectio
caesarea meliputi perdarahan hebat, cedera pada kandung kemih atau usus
halus, infeksi-infeksi besar pada uterus, ginjal, paru-paru, atau bagian-bagian
lain3. Anastesi spinal pada persalinan sectio caesarea menyebabkan pergerakan kolon yang normal menurun
dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot kolon. Pasien yang mendapat
anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga. Pembedahan yang langsung
melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal
sementara.Hal ini disebut paralytic ileus,
suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam.Mendengar suara usus yang
mencerminkan motilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen
keperawatan pasca bedah.Konstipasi ini terjadi ketika pergerakan feses melalui
usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus
besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan
meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi4.
Penelitiandari
Departemen Kebidanan Universitas Iowa, Amerika Serikat menemukan 25% ibu hamil
menderita konstipasi atau sembelit dan berlanjut hingga 3 bulan setelah
melahirkan, tentu saja konstipasi menjadi masalah yang serius, karena selain
mengganggu kehamilan, juga beresiko menyebabkan kerusakan otot panggul (pelvic floor damage)5.
Berdasarkan
hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi air terhadap
frekuensi defekasi pada pasien yang mengalami konstipasi merekomendasikan untuk melakukan terapi 1,5
liter air pada pasien dengan konstipasi karena berpengaruh terhadap frekuensi
defekasi pasien yang mengalami konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang
(P=0,022, =0,05). Pasien konstipasi yang mendapatkan terapi air juga berpeluang
4,750 kali mengalami defekasi dibanding pasien yang tidak mendapatkan terapi
air6.
Pelaksanaan
terapi air sangat mudah dan sederhana.Efek samping dari penggunaan terapi air
ini tergolong minimal karena air merupakan komponen fisiologis yang senantiasa
diperlukan oleh tubuh.Air juga suatu zat yang mudah didapatkan dan tergolong
murah dibanding penggunaan obat-obatan yang justru menimbulkan berbagai efek
samping. Dengan demikian, terapi air yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah pemberian minum sebanyak 1,5 liter air putih yang dilakukan perawat bagi
pasien-pasien yang memiliki masalah keperawatan dengan konstipasi pada pagi
hari setelah bangun tidur, yang bertujuan untuk menangani konstipasi yang dapat
dilakukan secara mandiri oleh perawat.
Berdasarkan
survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 sampai dengan 18
Februari 2018terhadap 17 ibu pasca salin sectio
caesarea hari keempat di RSUD Langsa dengan menanyakan proses defekasi pada
hari ketiga pasca salin, bahwa 13 dari responden pada hari ketiga pasca salin
belum mengalami defekasi dan 4 dari responden mengalami proses defekasi pada
hari ketiga pasca sectio caesarea,
sehingga persentase dari survey pendahuluan sebanyak 76% responden mengalami
konstipasi pasca sectio caesarea dan
sebanyak 24% mengalami defekasi yang normal.
Metode
Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa lembar
observasi yang disusun berpedoman pada
literature dan terdiri dari data demografi dan karakteristik responden mengenai
paritas, indikasi persalinan, serta waktu defekasi, dan frekuensi defekasi.
Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengaruh terapi air dan
variabel dependent adalah konstipasi pasca section
caesarea. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok intervensi
dan kontrol, masing-masing kelompok yang diidentifikasi berdasarkan frekuensi
dan waktu defekasi setelah diberikan terapi air. Hasil yang diharapkan adalah
terjadinya proses defekasi normal dalam 24 jam setelah pemberian terapi air
yang dilakukan setelah fungsi pencernaan normal pada pagi hari setelah bangun
tidur atau 24 jam pasca section caesarea
Penelitian telah dilakukan di RSUD
Langsa di ruang rawat inap Obgyn, dengan pertimbangan RSUD Langsa ditemukan ibu
bersalin sectio caesarea dan menjadi
tempat praktek peneliti dengan lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggal
peneliti, pada tanggal 03 September s/d 31 Oktober 2018. Teknik pengambilan
sampel yang dilakukan adalah accidental
sampling.Accidental sampling yaitu
pengambilan sampel secara aksidental (accidental)
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian. Sehingga dalam teknik sampling disini
peneliti mengambil responden pada saat itu juga di Ruang Nifas RSUD Langsa yang
berjumlah 30 responden.
variabel yang akan diteliti dalam
penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
Variabel
Independen Variabel Dependen
Analisis ini digunakan untuk menguji
pengaruh penggunaan terapi air pada ibu pasca salin terhadap konstipasi pasca Sectio Caesarea. Dalam menganalisis data
secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statitstik uji T-independent digunakan untuk
membandingkan waktu defekasi dan frekuensi defekasi pasca section caesarea pada kelompok intervenes dan control setelah
diberikan terapi air putih 1,5 liter. Taraf signifikan (α = 0.05), pedoman
dalam menerima hipotesis : jika nilai P < 0.05 maka H0 ditolak,
apabila nilai P > 0,05 maka H0 gagal
ditolak, dan data disajikan dalam bentuk tabel
Hasil
Penelitian
Tabel
4.1. Distribusi Karakteristik Responden Menurut UsiaPadaIbuPost SC DI RSUD Kota
Langsa(n = 32)
No
|
Usia
|
f
|
%
|
1
|
<
20
|
4
|
12,5
|
2
|
20-35
|
20
|
62,5
|
3
|
>
35
|
8
|
25,0
|
Total
|
32
|
100,0
|
Sumber : Data
Primer (diolah) 2018
Tabel 4.1. diatas responden dengan mayoriyas
usia responden pada interval usia 20-35 tahun sebanyak 20 responden (62,5%).
Tabel
4.2. Distribusi Karakteristik Responden Menurut ParitasPadaIbuPost SC DI RSUD
Kota Langsa(n = 32)
No
|
Pekerjaan
|
f
|
%
|
1
|
Primipara
|
6
|
18,8
|
2
|
Multipara
|
18
|
56,3
|
3
|
Grande Multipara
|
8
|
25,0
|
Total
|
32
|
100,0
|
Sumber : Data
Primer (diolah) 2018
Tabel 4.2. diatas responden dengan
mayoriyas ibu yangmemiliki anak lebih dari 2 (Multipara) sebanyak 18 responden
(56,3%).
Tabel 4.3.
Distribusi Karakteristik Responden Menurut Indikasi Persalinan PadaIbuPost SC
DI RSUD Kota Langsa(n = 30)
No
|
Pekerjaan
|
f
|
%
|
1
|
AtasIndikasi
|
28
|
87,5
|
2
|
Non
Indikasi
|
4
|
12,5
|
Total
|
32
|
100,0
|
Sumber : Data
Primer (diolah) 2018
Tabel 4.3. diatas responden dengan mayoriyas responden yang
bersalin secara sectio caesarea dengan indikasi sebanyak 28 responden (87,5%).
Tabel4.4 Distribusi Frekuensi Pengaruh Terapi Air Terhadap Waktu Defekasi
Pada Ibu Pasca Salin Sectio Caesarea
Di RSUD
LangsaTahun 2018 (Σn= 32 )
No
|
Terapi
Air
|
Mean
|
Std.
Deviation
|
Std.
Error
Mean
|
P value
|
N
|
1
|
−
Kontrol
−
Intervensi
|
10,88
3,44
|
3,519
1,861
|
0,888
0,465
|
0,000
|
32
|
Sumber : Data Primer (diolah) 2018
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui dari 32 responden ( kelompok
kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsa
menunjukkan rata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok kontrol yang
tidak diberikan perlakuan adalah 10,88dengan Std. Deviasi 3,519, sedangkan
rata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah diberikan
terapi airadalah 3,44dengan Std. deviasi1,861. Sedangkan hasil Uji Statistik
mengunakan Independen T-test didapatkan waktu defekasi ibu post SC pada
kelompok intervensi dengan terapi air dengannilai P value 0,000 maka dapat
disimpulkan ada pengaruh pemberian terapi air terhadap waktu defekasi pada ibu
pasca salin SC.
Tabel4.5 DistribusiFrekuensiPengaruhTerapi Air TerhadapFrekuensiDefekasi
PadaIbuPascaSalinSectio Caesarea Di
RSUD LangsaTahun 2018 (Σn= 32 )
No
|
Terapi
Air
|
Mean
|
Std.
Deviation
|
Std.
Error
Mean
|
P value
|
N
|
1
|
−
Kontrol
−
Intervensi
|
0,56
1,63
|
0,512
0,500
|
0,128
0,25
|
0,000
|
32
|
Sumber : Data
Primer (diolah) 2018 Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui dari 32 responden ( kelompok
kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota
Langsamenunjukkanrata-rata frekuensi defekasi pada ibu post SCkelompok kontrol
yang tidak diberikan perlakuan adalah0,56dengan Std. deviasi0,512, sedangkan
rata-rata frekuansi defekasi pada ibu post SCkelompok interfensi setelah
diberikan terapi airadalah 1,63dengan Std.
deviasi0,500.SedangkanhasilUjiStatistikmengunakanIndependen T-test didapatkanfrekuensi
defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi dengan terapi air dengannilai P
value 0,000makadapatdisimpulkanadapengaruh pemberian terapi air terhadap
frekuensi defekasi pada ibu pasca salin SC.
PEMBAHASAN
PengaruhTerapi
Air Terhadap WaktuDefekasi PadaIbuPascaSalinSectio
Caesarea Di RSUD LangsaTahun 2018
Penelitian yang dilakukan terhadap32
responden ( kelompok kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD
Kota Langsamenunjukkanrata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan
adalah 10,88 dengan Std. deviasi 3,519, sedangkan rata-rata waktu
defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah diberikan terapi air
adalah 3,44 dengan Std. deviasi 1,861.
HasilUjiStatistikmengunakanIndependen
T-test didapatkan waktu defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi
dengan terapi air dengan nilai P value 0,000 maka dapa tdisimpulkan ada
pengaruh pemberian terapi air terhadap waktu defekasi pada ibu pasca salin SC.
Pelaksanaan terapi air sanga tmudah
dan sederhana. Efek samping dari penggunaan terapi air initergolong minimal
karena air merupakan komponen fisiologis yang senantiasa diperlukan oleh tubuh.
Air juga suatu zat yang mudah didapatkan dan tergolong murah dibanding
penggunaan obat-obatan yang justru menimbulkan berbagai efeksamping. Dengan
demikian, terapi air yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian
minum sebanyak 1,5 liter air putih yang dilakukan perawat bagi pasien-pasien
yang memiliki masalah keperawatan dengan konstipasi pada pagi hari setelah
bangun tidur, yang bertujuan untuk menangani konstipasi yang dapat dilakukan
secara mandiri oleh perawat
Hal ini sejalan dengan penelitian Tampubolon,
Lindawati Farida, dengan judul Pengaruh Terapi Air Terhadap Proses Defekasi
pasient konstiopasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang. Dengan 50 respenden,
menggunakan desai pre-posttest only whit control group. Hasil penelitian
menunjukan ada pengaruh waktu terjadinya defekasi yang telah diberikan
perlakukan terapi air dengan nilai p= 0,000. Responden kelompok intervensi
berpeluang 34 kali menggalami defekasi lebih cepat dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Ariani Peni (2012) dengan judul pengaruh Terapi Air Terhadap Konstipasi Pada
Ibu Pasca Salin Sectio Caesarea di RSU Sembiring Delitua Tahun 2012. Penelitian
ini dengan desain quasi eksperiment dengan
rancangan two group, jumlah sampel
sebanyak 28 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi air berpengaruh
terhadap waktu defekasi ibu yang mengalami konstipasi (p : 0,000). Hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi air perpengaruh terhadap
konstipasi pada ibu pasca salin.
Asumsi peneliti terhadap pengaruh
terapi air terhadap konstipasi pada ibu pasca salinsectio caesarea. Dengan cara memberikan terapi air pada responden
sebanyak 1,5 liter air putih yang diberikan segerah setelah bangun tidur,
dimana dengan 3 (tiga) kali pemberian yaitu satu menit pertama diberikan
sebanyak 500 ml, kedua diberikan 5 menit setelah pemberian pertama sebanyak 500
ml dan ketiga diberikan 15-20 menit setelah pemberian kedua sebanyak 500 ml.
Jika tubuh semakin kekurangan air
maka gerakan kolon semakin lambat dan membuat feses menjadi keras serta membuat
gerakan ampas metabolisme di kolon menjadi lambat dan proses pengeluaran feses
menjadi sulit. .Setiap pagi kita membersihkan seluruh saluran pencernaan
melalui air putih yang kita minum agar feses lebih mudah keluar. Air yang kita
minum di pagi hari akan mengisi lambung dan mengalir keusus lalu membersihkan
rongga usus.
PengaruhTerapi
Air Terhadap WaktuDefekasi PadaIbuPascaSalinSectio
Caesarea Di RSUD LangsaTahun 2018
Penelitian yang dilakukan terhadap
32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok intevensi) yang terdapat di BLUD
RSUD Kota Langsa menunjukkan rata-rata frekuensi defekasi pada ibu post SC
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan
adalah 0,56 dengan Std. deviasi 0,512, sedangkan rata-rata frekuansi
defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah diberikan terapi air
adalah 1,63 dengan Std. deviasi 0,500.
Hasil Uji Statistik mengunakan Independen
T-test didapatkan frekuensi defekasi ibu post SC pada kelompok
intervensi dengan terapi air dengan nilai P value 0,000 maka dapat disimpulkan
ada pengaruh pemberian terapi air terhadap frekuensi defekasi pada ibu pasca
salin SC.
Terapi air didalam tubuh berfungsi
untuk mengatur suhu tubuh, memperlancar peredaran darah, menyehatkan dan
menghaluskan kulit tubuh, memperlancar fungsi pencernaan, dimana konsumsi air
yang cukup akan membantu organ-organ pencernaan seperti usus besar agar
berfungsi mencegah konstipasi karena gerakan-gerakan usus menjadi lebih lancar.
Tujuan pemberian cairan bagi pasien bukan hanya untuk mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh, tetapi juga dapat digunakan untuk mengatasi
konstipasi melumasi sendi dan otot dan media untuk memulihkan kondisi tubuh.
Hal ini sejalan dengan penelitian
Tampubolon, Lindawati Farida, denganjudul Pengaruh Terapi Air Terhadap Proses
Defekasi pasient konstiopasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang. Dengan 50
respenden, menggunakan desai pre-posttest only whit control group. Hasil penelitian
menunjukan ada pengaruh frekuensi defekasi yang telah diberikan perlakukan
terapi air dengan nilai p= 0,000.
Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Ariani Peni (2012) dengan judul pengaruh Terapi Air Terhadap
Konstipasi Pada Ibu Pasca Salin Sectio Caesarea di RSU Sembiring Delitua Tahun
2012. Penelitian ini dengan desain quasi
eksperimentdengan rancangan two group,
jumlah sampel sebanyak 28 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi
air berpengaruh terhadap frekuensi defekasi ibu yang mengalami konstipasi (p :
0,000). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi air perpengaruh
terhadap konstipasi pada ibu pasca salin.
Asumsi peneliti terhadap pengaruh
terapi air terhadap konstipasi pada ibu pasca salin sectio caesarea. Dengan cara memberikan terapi air pada responden
sebanyak 1,5 liter air putih yang diberikan segerah setelah bangun tidur,
dimana dengan 3 (tiga) kali pemberian yaitu satu menit pertama diberikan
sebanyak 500 ml, kedua diberikan 5 menit setelah pemberian pertama sebanyak 500
ml dan ketiga diberikan 15-20 menit setelah pemberian kedua sebanyak 500 ml.
Jika tubuh semakin kekurangan air
maka gerakan kolon semakin lambat dan membuat feses menjadi keras serta membuat
gerakan ampas metabolisme di kolon menjadi lambat dan proses pengeluaran feses
menjadi sulit. . Setiap pagi kita membersihkan seluruh saluran pencernaan
melalui air putih yang kita minum agar feses lebih mudah keluar. Air yang kita
minum di pagi hari akan mengisi lambung dan mengalir keusus lal umembersihkan
rongga usus.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat
diambil beberapa kesimpulan Pengaruh Terapi Air Terhadap Konstipasi Pada Ibu
Pasca Salin Sectio Caesarea di RSUD
Langsa Tahun 2017.
1.
Berdasarkan
analisis bivariat terhadap32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok
intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsa menunjukkan rata-rata waktu
defekasi pada ibu post SC kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan adalah 10,88 dengan Std. deviasi 3,519,
sedangkan rata-rata waktu defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi setelah
diberikan terapi air adalah 3,44 dengan Std. deviasi 1,861. Hasil Uji Statistik
mengunakan Independen T-test didapatkan
waktu defekasi ibu post SC pada kelompok intervensi dengan terapi air dengan
nilai P value 0,000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian terapi air
terhadap waktu defekasi pada ibu pasca salin SC.
2.
Berdasarkan
analisis bivariat terhadap32 responden ( kelompok kontrol dan kelompok
intevensi) yang terdapat di BLUD RSUD Kota Langsamenunjukkanrata-rata frekuensi
defekasi pada ibu post SC kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan adalah 0,56 dengan Std. deviasi 0,512,
sedangkan rata-rata frekuansi defekasi pada ibu post SC kelompok interfensi
setelah diberikan terapi air adalah 1,63 dengan Std. deviasi 0,500. Hasil Uji
Statistik mengunakan Independen
T-test didapatkanfrekuensi defekasi ibu post SC pada kelompok
intervensi dengan terapi air dengannilai P value 0,000maka dapat disimpulkan
ada pengaruh pemberian terapi air terhadap frekuensi defekasi pada ibu pasca
salin SC.
Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, disarankan
untuk :
1.
Direktur
BLUD RSUD Kota Langsa agar dapat melaksanakan Program promosi kesehatan memalui
strategi Advokasi dan pemberdayaan masyarakat, melakukan kerja sama pada bidang
KIA atau Ruang Poli kebidanan pada saat antenatal
carememberikan penyuluhan tentang terapi air yang baik untuk mencegah atau
mengurangi konstipasi pada saat hamil hingga pasca salin baik persalinan normal
maupun Sectio Caesarea.
2.
Demi
kesempurnaan penelitian ini, maka perlu kiranya dilaksanakan penelitian
lanjutan untuk mendapatkan kajian variabel yang lebih spesifik yang berkaitan
dengan variabel faktor-faktor lain penyebab konstipasi post SC, khususnya
berkaitan dengan upaya terapi non farmakologi dalam penurunan konstipasisesuai
penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
F, Gant, et al (2006). Obstetri
Williams (Edisi ke-11). Alih bahasa: Suryono, J, dkk. Jakarta : EGC.
Juditha, I, Cynthia, S.I (2009). Tips praktis bagi wanita hamil.Jakarta : Penebar Swadaya.
Dewi, Y, Fauzi, D.A (2007). Operasi Caesar pengantar dari a sampai z.Jakarta
: Edsa Mahkota.
Perry, A.G, Potter, P.A (2006). Buku
ajar fundamental keperawatan (edisi ke-4). Alih bahasa: Komalasari, R.,
dkk. Jakarta : EGC.
Fecilia, Nadia (2010. BAB
Lancar Kehamilan pun Nyaman. ¶ 2, http://nasional.kompas.com/read/2010/08/26/14331785/BAB.Lancar.Kehamilan.Pun.Nyaman,
diperoleh tanggal 8 Januari 2011).
Tampubolon, Sanny. (2010, Jangan
Sembarangan Minum Obat Pencahar,11,http://nasional.kompas.com/read,2010/11/16/09311958/Jangan.Sembarangan.Minum.Obat.Pencahar
diperoleh tanggal 8 Januari 2011).
Oxorn, H, Forte, W. R (2010).Ilmu
kebidanan patologi dan fisiologi persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia
Medica.
Smeltzer, Bare (2002). Buku
ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa : Waluyo
A. Jakarta : EGC.
Gould, B. E (2006).Pathophysiology
for the health profession (hlm. 434).Texas : Screen Corporated.
Suyono, S (2003).Buku ajar
ilmu penyakit dalam, (Edisi ke-3).Jakarta : EGC.
PDPERSI (2005, Nikmati Hidup
sehat dengan terapi air, ¶ 4 & 5, http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=887&tbl=kesling,
diperoleh tanggal 18 Oktober 2011).
Tomey, Alligood (2006).Nursing
theorist & their work (Edisi ke-6).Philadelphia : Mosby Elsevier.
Amirta, Y (2007). Sehat Murah
dengan Air. Purwekerto Utara : Keluarga Dokter
Bangmahelidj, F (2007). Air
untuk menjaga kesehatan dan menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit.Jakarta
: Gramedia.
Sakthi Foundation. (2007, One
simple cleaning method for both body and mind, ¶ 1, 3, 4, & 5, http://www.sakthifoundation.org/WaterHow_to_do-2.htm,
diperoleh tanggal 20 Oktober 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar