Kamis, 27 Juni 2019

Dewita dkk: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 8, Nomor 1, Januari-Juni 2019, hal. 65-70


HUBUNGAN PERAN SUAMI TERHADAP KECEMASAN IBU BERSALIN
DALAM MENGHADAPI PROSES PERSALINAN

Oleh :
 Dewita1, Magfirah2, Emma Sumasni2

Dosen Prodi Kebidanan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh1
Dosen Prodi Kebidanan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh2
Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes kemenkes Aceh2
Email : witadewita1980@gmail.com

ABSTRAK
Kecemasan (ansietas) merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme dirinya yang digunakan dalam mengatasi permasalahan. Kecemasan yang dialami oleh ibu awal persalinan berhubungan dengan berbagai macam faktor yang terkait dengan proses persalinan. Ibu merasakan kehadiran suami sebagai pendamping penolong persalinan akan menambah kenyamanan, aman, semangat, dukungan emosional  pada ibu saat bersalin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan peran suami terhadap kecemasan ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan di wilayah kerja Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan jenis penelitian cross sectional dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang akan menghadapi proses persalinan sebanyak 43 orang. Hasil uji statistic chi-square diperoleh hasil ada hubungan peran suami terhadap kecemasan ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan (p=0.000 <0 span=""> Peran suami dalam membantu proses persalinan istri dapat menurunkan tingkat kecemasan saat akan menghadapi proses persalinan.

Kata Kunci : Peran suami, Kecemasan ibu bersalin, Proses persalinan

PENDAHULUAN
Kecemasan yang dialami oleh ibu bersalin semakin lama akan semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya kontraksi muncul sehingga keadaan ini akan membuat ibu semakin tidak kooperatif. Stres persalinan secara reflex menyebabkan peningkatan kadar katekolamin ibu jauh diatas kadar yang ditemukan pada wanita yang tidak hamil atau wanita hamil sebelum persalinan. Stress psikologis dan hipoksia yang berkaitan dengan nyeri dan rasa cemas meningkatkan sekresi adrenalin. Peningkatan sekresi adrenalin dapat menyebabkan kontraksi uterus berlebihan sehingga terjadi vasokonstriksi akibatnya aliran darah uterus menurun. Sehingga mengakibatkan terjadinya hipoksia dan bradikardi janin yang akhirnya akan terjadi kematian janin (Mukhoirotin & Khusniyah, 2012).
Tahun 2016 proporsi kematian ibu di Provinsi Aceh di dominasi oleh kematian ibu nifas 76 kasus (45 %), diikuti kematian ibu bersalin sebanyak 65 kasus (38 %) dan kematian ibu dalam keadaan hamil sebanyak 28 kasus (17 %). Daerah terbanyak memberi kontribusi pada kematian ibu di Aceh adalah Kabupaten Aceh Utara dengan jumlah kematian ibu mencapai 26 kasus, diikuti Aceh Timur sebanyak 21 kasus dan Bireuen 11 kasus serta kabupaten/kota lainnya di Aceh yang capaiannya antara 1 sampai 9 kasus. Jumlah persalinan di Provinsi Aceh pada tahun 2017 sebanyak 122.421 ibu bersalin (Dinkes Aceh, 2016).
Menurut Suyati, dkk (2015), Kemajuan persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah psikologis ibu. Psikologis ibu yang terganggu akibat ketakutan atau kecemasan selama bersalin dapat menghambat proses bersalin. Perbedaan waktu persalinan antara wanita yang mengalami ketakutan dengan yang tidak mengalami ketakutan adalah 1 jam 32 menit.
Peran adalah perilaku-perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang suatu posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Suami dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi ibu saat menghadapi proses persalinan. Saat kemajuan persalinan sampai fase kecepatan maksimum, rasa khawatir ibu menjadi meningkat (Saswita & Marisah, 2011).
Menurut Maryunani (2011), Kehadiran dan dukungan dari suami akan membantu proses persalinan berjalan lancar, karena suami dapat berbuat banyak untuk membantu ibu saat persalinan. Ibu merasakan kehadiran suami sebagai pendamping penolong persalinan akan menambah kenyamanan, aman, semangat, dukungan emosional pada ibu saat bersalin.
Kehadiran suami, walaupun sekedar menemani, memegang tangan istri, dan membisikkan kata-kata menghibur pada istri akan memberikan dorongan kekuatan mental ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat mengurangi rasa sakit namun kekuatan mental yang diperoleh istri akan membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada akhirnya akan mempermudah proses persalinan (Nikmah, 2018).
Survei awal yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Birem Bayeun pada tahun 2018, sebanyak 5 ibu yang peneliti wawancarai diperoleh data sebanyak 3 ibu mengalami kecemasan sedang, 2 ibu mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi proses persalinan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan peran suami terhadap kecemasan ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan di wilayah kerja Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

BAHAN DAN METODE
Metode penelitian adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional, dimana peneliti mengetahui hubungan peran suami terhadap kecemasan ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan. Tehnik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi, dimana peneliti mewawancarai responden berdasarkan pedoman yang ada dilembaran Tailor Manifest Anxiety Scale (T-MAS) (Notoatmodjo2010)
Peneliti mengamati langsung peran suami yang diberikan kepada ibu hamil untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi kecemasan saat  menghadapi proses persalinan. Hasil pengamatan yang diperoleh dicatat dilembaran checklistPenelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2019 dan tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang akan menghadapi proses persalinan di wilayah kerja Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.
Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara kebetulan bertemu pada saat peneliti melakukan penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sampel yang telah ditetapkan (Notoatmojdo, 2010). Kriteria Inklusi penelitian ini adalah Ibu bersalin kala I yang normal dan Ibu bersalin kala I dengan komplikasi. Teknik analisa data dalam penelitian menggunakan uji chi square



HASIL PENELITIAN
1.    Peran  Suami
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Peran Suami terhadap Ibu
Dalam Menghadapi Proses Persalinan
Peran Suami
F
%
-      Aktif
-      Tidak Aktif
25
18
58,1%
41,9%

Pada tabel 1. dapat lihat, sebagian besar responden yaitu sebanyak 25 (58,1%) memiliki suami yang berperan aktif terhadap ibu bersalin dalam menghadapi persalinan.
2.    Kecemasan ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan
                                           Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Bersalin
Dalam Menghadapi Proses Persalinan

Kecemasan Ibu Bersalin
Total


Peran Suami
Ringan
Sedang
P Value
χ²

N
%
N
%
N
%


Aktif
17
68,0
8
32,0
25
100
0,001
11,085
Tidak Aktif
    3
16,7 
15 
83,3 
18 
100 



Pada tabel 2. dapat dilihat, sebagian besar responden yaitu sebanyak 23 (53,5%) mengalami kecemasan sedang saat mengadapi proses persalinan.
3.    Hubungan Peran suami Terhadap Kecemasan
Tabel 3.
Hubungan Peran Suami Terhadap Kecemasan Ibu Bersalin
Dalam Menghadapi Proses Persalinan


Kecemasan Ibu Bersalin
Total


Peran Suami
Ringan
Sedang
P Value
χ²

N
%
N
%
N
%


Aktif
17
68,0
8
32,0
25
100
0,001
11,085
Tidak Aktif
    3
16,7 
15 
83,3 
18 
100 



Pada tabel 3 dapat dilihat, bahwa suami yang berperan aktif menemani responden dalam menghadapi proses persalinan, 17 (68,0%) responden mengalami kecemasan ringan dan 8 (32,0%) responden mengalami kecemasan sedang. Sedangkan suami yang tidak berperan aktif, sebanyak 3 (16,7%) responden mengalami kecemasan ringan dan 15 (83,3%) responden mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan.

Gambar 1. 
Hubungan Peran Suami Terhadap Kecemasan Ibu Bersalin Dalam Menghadapi Proses Persalinan

Hasil uji statistik chi square diperoleh hasil, nilai p value < nilai α (0,001 < 0,05) artinya ada hubungan peran suami terhadap kecemasan ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan.

PEMBAHASAN
Suami dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi ibu saat menghadapi proses persalinan. Data yang diperoleh diwilayah kerja Puskesmas Birem Bayeun sebagian besar ibu hamil dalam menghadapi persalinan, yaitu sebanyak 25 (58,1%) memiliki suami yang berperan aktif terhadap ibu bersalin dalam menghadapi persalinan. Sebanyak 18 (41,9%) responden yang memiliki suami tidak berperan aktif terhadap ibu bersalin dalam menghadapi persalinan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mukhoirotin & Khusniyah bahwa dengan adanya keterlibatan para suami sejak awal kehamilan sampai dengan persalinan akan mengurangi rasa takut ibu hamil dan dapat  mempermudah dalam proses persalinan, serta ibu hamil dapat mengatasi dengan adanya perubahan tubuh dengan adanya sesosok manusia mungil di dalam perut, keberhasilan seorang ibu dalam masa kehamilan sampai dengan proses persalinan dapat dilihat dari seberapa besar perhatian dan dukungan yang diberikan kepada ibu hamil sehingga dapat mengurangi kecemasan.
Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stress dan kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan ibu hamil mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses persalinan yang akan dialaminya. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang rendah atau sedikit tentang persalinan cenderung memiliki rasa cemas yang berlebihan. Ibu akan merasakan cemas terhadap suatu hal yang terjadi dalam proses persalinannya sebelum ia mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan kejadian saat persalinan (Fazdria&Meiliani, 2016).
Data yang diperoleh diwilayah kerja Puskesmas Birem Bayeun, sebagian besar ibu bersalin yaitu sebanyak 23 (53,5%) mengalami kecemasan sedang saat menghadapi proses persalinan dan sebanyak 20 (46,5%) responden mengalami kecemasan ringan. Suami yang berperan aktif menemani ibu dalam menghadapi proses persalinan, 17 (68,0%) ibu mengalami kecemasan ringan dan 8 (32,0%) ibu mengalami kecemasan sedang. Sedangkan suami yang tidak berperan aktif, sebanyak 3 (16,7%) ibu mengalami kecemasan ringan dan 15 (83,3%) ibu mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan peran suami terhadap kecemasan ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Mukhoirotin dan Khusniyah, dengan judul : Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Kecemasan Ibu Pada Proses Persalinan Kala I (Fase Laten-Fase Aktif), hasil adanya pengaruh pendampingan suami terhadap penurunan tingkat kecemasan dengan nilai ρ = 0,02. Pendampingan suami sangat dibutuhkan ibu pada proses persalinan karena dengan pendampingan suami yang maksimal dapat menurunkan kecemasan.
Peran yang dapat suami lakukan dalam proses persalinan antara lain mengatur posisi ibu, memberikan nutrisi dan cairan, mengalihkan perhatian ibu dari rasa nyeri selama proses persalinan, menginformasikan kemajuan persalinan, memberikan dorongan spiritual, memberi dukungan moral, menghibur dan memberi dorongan semangat (Mubarak&Chayatin, 2009). Hal yang sama juga dibuktikan dari hasil penelitian Mukhadiono dkk (2015), dengan judul penelitian : Hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan pada ibu primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (91,1%) menyatakan bahwa suami memberikan dukungan yang tinggi kepada istrinya yang sedang hamil. Dukungan ini memberikan kontribusi positif terhadap suasana psikologis ibu hamil, terutama untuk mengurangi tingkat kecemasan yang muncul pada kehamilan pertama. Semua responden mengalami kecemasan pada trimester ketiga. Mayoritas (60,7%) mengalami kecemasan yang parah, diikuti oleh kecemasan sedang (33,9%), dan hanya 5,4% yang mengalami kecemasan ringan. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan primigravida pada trimester ketiga dalam menghadapi persalinan dengan nilai p-Value 0.027.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran suami dalam membantu proses persalinan istri dapat menurunkan tingkat kecemasan saat akan menghadapi proses persalinan.



DAFTAR PUSTAKA

Mukhoirotin & Khusniyah. 2012. Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Kecemasan Ibu Pada Proses Persalinan Kala I (Fase Laten-Fase Aktif). Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU Jombang. Vol 1 No.1
Dinkes Aceh. 2017. Profil Kesehatan Aceh 2016. Banda Aceh: Dinas Kesehatan Aceh.
Suyati, Azizah N, Adawiyah SR. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III di Desa Sambirejo Jogoroto. https://media.neliti.com/media/publications/171033-ID-hubungan-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-p.pdf. Diakses 2 Januari 2019.
Saswita, R & Marisah. 2011.  Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.  Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani A. 2010. Nyeri Dalam Persalinan ; Tehnik dan Cara Penanganannya, Jakarta : TIM.
Nikmah K. 2018. Hubungan Pendamping Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primi Gravidarum Saat Menghadapi Persalinan. Journal for Quality in Women's Health. Vol 1 No.2, pp 15-21.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Mubarak & Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas ; Konsep dan Aplikasi, Jakarta : Salemba Medika.
Mukhadiono, Widyo.S, D. Wahyuningsih. 2015. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Ptimigravida Trimester III dalam Menghadapi Persalinan. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing). Vol 10, No.1, pp 53-59
Fazdria. dan S. Meliani. 2016. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Desa Tualang Tengoh Kecamatan Langsa Kota Kabupaten Kota Langsa. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol 16. No.1, pp 6-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar