Kamis, 27 Desember 2018

Maharani, Sri Wahyuni, Diah Fitrianti: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018, hal. 71-78


PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN TAMBAHAN MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PIR BATEE PUTEH KECAMATAN WOYLA BARAT
KABUPATEN ACEH BARAT

Relationship Knowledge And Mother Attitudes About Additional Food With Nutrition Status On Understanding In Working Area Puskesmas Pir Batee Puteh
Sub District Woyla West District Aceh West

By:
Maharani, Sri Wahyuni, Diah Fitrianti
Prodi Kebidanan Meulaboh Poltekkes Kemenkes Aceh

ABSTRACT
The problem with nutritional status is that nutrition is also not less interesting in Indonesia, more than 4% of Indonesian children suffering from more nutrition. Thi sresearch is an analytic survey using cross sectional approach.  Population in this research is all mother of toddler in Working Area of Puskesmas Pir Batee Puteh Sub District Woyla Wesr District Aceh West as much as 639. The number of sample of this research counted 86 people. The results were analyze dusing univariate and bivariate analyzes with chi-square test. From the result of the research there is relationship of mother knowledge about supplementary food with nutritional status in work area of Puskesmas Pir Batee Puteh Sub District West Woyla West Aceh Regency where its probability value 0.000 or <0 0.000="" about="" aceh="" area="" as="" at="" attitude="" balita="" bateeputeh="" be="" counseling="" district="" districtprobabilityvalue="" do="" expected="" food="" fulfill="" in="" input="" is="" material="" mother="" nutrient="" nutritional="" o:p="" of="" or="" pir="" pondok="" puskesmas="" puteh="" regency="" relationship="" research="" status="" sub-district="" sub="" supplementary="" the="" there="" this="" to="" toddler.="" toddlers="" used="" west="" with="" working="" woyla="" woylawest="">
Keywords : Knowledge, Attitude, Supplementary Food, Nutrition Status

ABSTRAK
Masalah pada status gizi yaitu gizi lebih pada anak balita memiliki angka yang memprihatinkan, lebih dari 4% anak Indonesia menderita gizi lebih.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.Penelitian ini bersifat survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat sebanyak 639. Jumlah sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 86 orang. Hasil penelitian dianalisa menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Dari hasil penelitian ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat (nilai p= 0,000). Kesimpulan dalam penelitin ini adalah ada hubungan sikap ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita.

Keywords: Pengetahuan, Sikap, Makanan Tambahan, Status Gizi Balita

PENDAHULUAN

Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perl unya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak sementara otak tumbuh selama masa dewasa, fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.
Pada tahun 2012, World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 870 juta orang dari 7,1 miliar penduduk dunia atau 1 dari delapan orang penduduk dunia menderita gizi buruk.Sebagian besar (sebanyak 852 juta) di antaranya tinggal di negara-negara berkembang. Anak-anakmerupakan penderita gizi buruk terbesar di seluruh dunia. Dilihat dari segi wilayah, lebih dari 70 % kasus gizi buruk pada anak didominasi Asia, sedangkan 26 % di Afrika dan 4 % di Amerika Latin serta Karibia. Setangah dari 10,9 juta kasus kematian anak didominasi kasus gizi buruk. Sebab gizi buruk bisa berefek ke penyakit lainnya juga, seperti campak dan malaria.1
Salah satu masalah pokok kesehatan di Negara berkembang adalah masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Masalah gizi di Indonesia masih di dominasi oleh masalah kurang energi protein (KEP), anemia zat besi. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dan kurang vitamin A (KVA). Penyakit gizi kurang banyak ditemui pada masyarakat golongan rentan yaitu golongan yang mudah sekali menderita akibat kurang gizi dan juga kekurangan zat makanan. Status gizi yang kurang baik atau buruk pada anak dapat menimbulkan pengaruh yang tidak baik karena dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.2
Masalah pada status gizi yaitu gizi lebih juga tidak kalah menariknya di Indonesia, lebih dari 4% anak Indonesia menderita gizi lebih. Gizi lebih diartikan keadaan ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan kebutuhan atau pemakaian energi. Obesitas adalah istilah yang sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas yang berasal dari bahasa latin mempunyai arti makan berlebihan, tetapi saat ini obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak secara berlebihan. Dampak dari obesitas yaitu dapat mengalami gangguan pernafasan dan komplikasi ortopedik (tulang). Hal ini jelas membuktikan bahwa balita yang menderita gizi lebih tidak baik untuk kesehatan.3
Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktor-faktor lain menentukan kebutuhan masing-masing orang akan zat makanan  hingga menjadi kurang energi protein (KEP) sehingga sangat mudah terserang penyakit dan dapat berakibat kematian. 4
Makanan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu.Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan.5
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Indonesia mencapai 19,6 % serta gizi lebih 4%. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 sebesar 17,9% dan Riskesdas 2007 sebesar 18,4%.  Di antara 34 provinsi, Aceh menduduki peringkat ke 11 (7,9%) untuk kategori gizi buruk, untuk kategori kurang Aceh menduduki peringkat ke 7 (18,4%) serta untuk kategori gizi lebih aceh menduduk peringkat ke 29 (2.9%) di Indonesia. Sementara untuk mencapai sasaran MDGs 2015 yakni 15,5 persen, angka prevalensi gizi buruk secara nasional harus diturunkan sebesar 4,1%.6
Berdasarkan Profil Kesehatan Aceh angka kematian bayi di bawah lima tahun (balita) di Provinsi Aceh terus meningkat setiap tahun, jumlah balita yang meninggal pada 2014 mencapai 1.558 jiwa atau meningkat dari 1.323 jiwa pada 2013. Sementara itu, angka gizi buruk menurun. Tahun 2013, tercatat 820 balita menderita gizi buruk dan merosot menjadi 341 kasus pada tahun 2014. Dari 23 Kabupaten yang ada di Aceh Kabupaten Aceh Barat menduduki peringkat ke 18 untuk masalah gizi pada balita.7
Rekapan Dinas Kesehatan Aceh Barat tahun 2016 jumlah seluruh balita dari 13 Wilayah kerja Puskesmas sebanyak 1258 balita dengan klasifikasi laki-laki 7.343 dan perempuan 6.915 balita dari seluruh balita jumlah balita dibawah garis merah sebanyak 173 dengan klasifikasi 96 balita laki-laki dan 77 balita perempuan, kemudian di Puskesmas Pir Batee Puteh jumlah balita sebanyak 639 balita dengan klasifikasi 337 balita laki-laki dan 302 balita perempuan serta balita yang dibawah garis merah sebanyak 18 orang, 9 orang laki-laki dan 9 orang balita perempuan.8
Berdasarkan rekapan Puskesmas Pir Batee Puteh jumlah balita tahun 2017 adalah 639 balita, jumlah balita yang mempunyai KMS sebanyak 639, balita yang datang dan ditimbang bulan ini sebanyak 537 balita, balita yang naik berat badannya sebanyak 340 balita, balita yang tidak naik berat badannya tetap sebanyak 128, balita yang berat badannya tidak naik 2 bulan berurut-turut sebanyak 31 balita, balita yang tidak bulan lalu sebanyak 31, balita yang baru ditimbang sebanyak 12 balita dan balita gizi kurang sebanyak 20 balita.9
Pada tanggal 25 Agustus 2017 peneliti mewawancarai 8 ibu-ibu yang memiliki balita yang datang ke Puskesmas, peneliti menanyakan seputar sikap ibu mengenai status gizi balita, dari 8 ibu balita yang datang 5 diantaranya dengan keadaan gizi kurang, ibu-ibu tersebut mengaku selama ini jarang memantau secara rutin berat badan balitanya baik itu di Puskesmas maupun di Posyandu, mereka jarang datang ke posyandu karena alasan pekerjaan, ibu-ibu tersebut mengaku kurang mengerti dan tidak tahu cara pemenuhan status gizi yang baik untuk balitanya dalam kesehariannya mereka hanya menyiapkan makanan bagi balitanya tanpa memantau frekuensi makan dan jumlah makanan yang di makan oleh anak, ibu tersebut mengaku jarang memberikan makanan tambahan yang bergizi, dan ketika anak mereka tidak selera makan juga para ibu-ibu tersebut tidak memberikan vitamin penambah nafsu makan bagi balita, kemudian sebagian ibu juga mengaku anak mereka sangat rutin mengkonsumsi makanan, baik itu nasi dan jajanan, sebagian anak dari para ibu tersebut terlihat gemuk dan ibu mengaku balitanya sering makanan berlebihan, ibu berpendapat bahwa semakin banyak balita mereka mengkonsumsi makanan dan semakin bertambah  gemuk balitanya maka semakin sehat anak tersebut. Dari hal tersebut sangat jelas kita lihat bahwa perilaku ibu-ibu ini dapat meningkatkan masalah status gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.

BAHAN DAN METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di 24 desa wilayah kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat, karena kurangnya pengetahuan dan sikap ibu terhadap makanan tambahan dengan status gizi pada balita.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat sebanyak 639.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan perhitungan rumus slovin dan dapat diperoleh sampel sebanyak 86 responden yang terdiri dari 24 desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat
Teknik analisa data yang dilakukan dengan cara tekhnikunivariat dan bivariat  yaitu untuk mencari hubungan pengetahuan dan sikap tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.10

TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pir Bateee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat menggunakan analisis univariate dan bivariate dengan uji chi-square pada batas kemaknaan perhitungan statistik sig α (0,05).11
KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Umur, Pendidikan dan Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
 Kabupaten Aceh Barat

No
Umur
Jumlah
Persentase
1
<20 o:p="" tahun="">
32
37.2
2
20-35 tahun
19
22.1
3
>35 tahun
35
40.7

Total
86
100
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
SD
12
14.0
2
SMP
33
38.4
3
SMA
31
36.0
4
Sarjana
10
11.6

Total
86
100
No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase
1
Tidak bekerja
51
59.3
2
Bekerja
35
40.7

Total
86
100

Dari tabel 1 diatas dapat di lihat bahwa dari 86 responden mayoritas  ibu balita berumur <20 span="" tahun="">yaitu sebanyak 32 responden (37.2%) artinya ibu balita mayoritas memiliki umur yang tergolong muda sehingga belum cukup memiliki ilmu pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan untuk menunjang status gizi balita. Pendidikan ibu balita mayoritas responden berpendidikan  SMP sebanyak 33 responden (38.4%) banyak ibu balita yang memiliki pendidikan yang masih tergolong rendah dan artinya ibu-ibu balita belum cukup mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai makanan tambahan untuk status gizi balita. Pekerjaan ibu balita mayoritas tidak bekerja sebanyak 51 responden (59.3%) yang artinya ibu-ibu balita hanya bekerja mengurus rumah tangga dan seharusnya ibu balita lebih banyak memiliki waktu untuk menyediakan variasi makanan pada balita yang dapat menunjang status gizi balita.

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

No
Pengetahuan
Jumlah
Persentase
1
Baik
26
30.2
2
3
Cukup
Kurang
17
43
19.8
52.0

Total
86
100

Dari tabel 4 diatas dapat di lihat bahwa dari 86 responden, mayoritas ibu memiliki pengetahuan  kurang sebanyak 43 responden (52.0%), yang artinya mayoritas ibu tidak mengerti mengenai makanan tambahan yang baik bagi balita.

Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

No
Sikap
Jumlah
Persentase
1
Positif
34
39.5
2
Negatif
52
60.5

Total
86
100

Dari tabel 5 diatas dapat di lihat bahwa dari 86 responden, mayorotas ibu memiliki sikap negatif sebanyak 52 responden (60.5%), artinya mayoritas ibu tidak memiliki sikap yang baik dan tidak memiliki ide yang banyak untuk melakukan variasi makanan tambahan yang baik bagi balita.

Tabel 6.
Distribusi Frekuensi status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
 KabupatenAceh Barat

No
Status Gizi
Jumlah
Persentase
1
Kurang
47
56
2
3
Lebih
Baik
10
29
11.6
33.7

Total
86
100

Dari tabel 6 diatas dapat di lihat bahwa dari 86 responden, mayoritas balita memiliki status gizi kurang sebanyak 47 responden (56%), artinya sebagian besar balita tidak seimbang antara berat badan dan usianya.

Tabel 7.
Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Makanan Tambahan dengan
Status Gizi Pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Pir Batee Puteh
Kecamatan Woyla Barat  Kabupaten Aceh Barat

Pengetahuan
Status Gizi
Total
Sig p
Kurang
Lebih
Baik
f
%
f
%
f
%
f
%
0,000
Kurang
32
37.2
8
9.3
3
3.5
43
50.0
Cukup
15
17.4
1
1.2
1
1.2
17
1.2
Baik
0
.0
1
1.2
25
29.1
26
30.2

47
56
10
11.6
29
33.7
86
100


Dari tabel 7 tabulasi silang diatas dilihat bahwa dari 43 responden yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas memiliki status gizi anak dengan kategori kurang sebanyak 32 (37.2%), artinya hal ini menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh mayoritas ibu balita tidak mengetahui apa itu gizi balita, kecukupan status gizi balita dan batasan balita sesuai dengan umur, hal ini terjadi disebabkan karena rendahnya rasa ingin tau dari ibu balita itu sendiri, ibu balita kurang dalam mencari sumber informasi mengenai status gizi balita dan makanan tambahan yang dapat menunjang status gizi balita.

Tabel 8.
Tabulasi Silang sikap ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat

Sikap
Status Gizi
Total
Sig p
Kurang
Lebih
Baik
f
%
f
%
f
%
f
%
0,000
Negatif
40
46.5
8
9.3
4
6
52
60.5
Positif
7
8.1
2
2.3
25
29.1
34
39.5

47
56
10
11.6
29
33.7
86
100


Dari tabel 8 tabulasi silang diatas dilihat bahwa dari 52 responden yang memiliki sikap negatif mayoritas status gizi balitanya kurang sebanyak 40 responden (46.5%), artinya hal ini menunjukkan masih banyak ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pirr Batee Puteh yang kurang memahami dan mengerti tentang tindakan nyata terhadap status gizi balita, ibu tidak paham tentang makanan tambahan yang harus diolah untuk menunjang berat badan dan status gizi balita, hal ini disebabkan karena rendahnya sikap ibu yang mau mengganti menu masakan untuk kecukupan status gizi balita, ibu tidak merinisiatif untuk mengganti menu masakan guna tercukupinya status gizi balita.

PEMBAHASAN

Dari tabel tabulasi silang diatas dilihat bahwa dari 43 responden yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas memiliki status gizi anak dengan kategori kurang sebanyak 32 (37.2%), 17 responden yang memiliki pengetahuan cukup mayoritas memiliki status gizi anak dengan kategori kurang sebanyak 15 (17.4%), 26 responden yang memiliki pengetahuan baik mayoritas memiliki status gizi anak dengan kategori baik sebanyak 25 (29.1%).
Penelitian Adi (2016) dengan judul hubungan perilaku ibu dengan status gizi pada anak balita di dapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan pengetahuan ibu dengan status gizi pada balita di Gampong Blang Muling Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dimana hasil PValue (0,000) <α (0,05), RP= 32.000, adanya hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan status gizi pada balita di Gampong Blang Muling Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dimana hasil PValue (0,001) <α (0,05), RP = 20.000, adanya hubungan yang signifikan antara tindakan ibu dengan status gizi pada balita di Gampong Blang Muling Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dimana hasil PValue (0,003) <α (0,05), RP= 16.000.11
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). 22
Berdasarkan asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan didapatkan hasil yaitu mayoritas pengetahuan ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh memiliki pengetahuan kurang sebanyak 32 ibu, serta memiliki status gizi anak yang kurang baik, hal ini menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh mayoritas ibu balita tidak mengetahui apa itu gizi balita, mereka tidak tahu mengetanai makanan tambahan yang dapat menunjang status gizi balita, mereka tidak memiliki referensi untuk melakukan variasi makanan yang dapat memenuhi status gizi balita, hal ini terjadi disebabkan karena rendahnya rasa ingin tau dari ibu balita itu sendiri, ibu balita kurang dalam mencari sumber informasi mengenai status gizi balita dan makanan tambahan yang dapat menunjang status gizi balita seperti makanan yang kaya akan vitamin seperti sayuran buah-buahan, makanan yang kaya akan protein seperti telur dan kacang-kacangan
Dari tabel tabulasi silang diatas dilihat bahwa dari 52 responden yang memiliki sikap negatif mayoritas status gizi balitanya kurang sebanyak 40 responden (46.5%), dari 34 responden yang mengalami sikap positif mayoritas status gizi balitanya baik sebanyak 25 responden (29.1%).
Penelitian Purwaningsih (2012) dengan judul pengetahuan dan sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita didapatkan sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita yang baik sebesar 57,5%. Sikap pemenuhan gizi yang kurang baik adalah sebesar 60%. Maka terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemenuhan sttus gizi balita di Kelurahan Bangun Harjo Sewon Bantul dengan nilai p < 0,05.11
Sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik tertentu.Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran dan perilaku. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu. 22
Berdasarkan asumsi peneliti yang diapatkan dari hasil penelitian ini adalah sikap ibu balita di Wilayah Kerja Pir Batee Puteh masih banyak yang memiliki sikap negatif, artinya masih banyak ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pirr Batee Puteh yang kurang memahami dan mengerti tentang tindakan nyata tentang hal-hal yang harus dilakukan utnuk menunjang status gizi balita, ibu tidak paham tentang makanan tambahan yang harus diolah seperti memasak sayuran dan cemilan sehat untuk di konsumsi oleh balita, hal ini disebabkan karena rendahnya sikap ibu yang mau mengganti menu masakan untuk kecukupan status gizi balita, ibu tidak merinisiatif untuk mengganti menu masakan guna tercukupinya status gizi balita.

KESIMPULAN

Ada hubungan pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat dimana nilai p=0,000.
Ada hubungan sikap ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat dimana nilai p=0,000.

SARAN

Bagi Responden diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan  dan referensi untuk menambah wawasan ibu balita tentang makanan tambahan yang dapat di olah dan diberikan kepada balita untuk menunjang status gizi.

Terimakasih kepada seluruh pihak yang terkait dalam penelitian ini seperti kepala Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat yang telah memberikan data dan izin melakukan penelitian, terimakasih kepada seluruh ibu balita yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.



















DAFTAR PUSTAKA


1.        World Health Organization (WHO). 2017. Data Angka prevalensi gizi di Dunia. dikutip 3 Juli 2017
2.        Almatsier, S. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Pustaka Utama
3.        Santoso, R. 2010. Kesehatan dan gizi. Jakarta : PT Asdi Mahasatya
4.        Sediaoetama. 2013. Ilmu  Gizi Dalam Kesehatan. Dian Rakyat. Jakarta
5.        Supariasa, dkk. 2012. Penilaian stantus gizi. Jakarta: EGC
6.        Profil Kesehatan Indonesia. 2017. Data Cakupan Status Gizi di Indonesia. http://www.depkes.go.id dikutip 3 Juli 2017
7.        Profil Kesehatan Aceh. 2017. Data Cakupan Status Gizi  di Aceh
8.        Dinas Kesehatan Aceh Barat. 2017. Data Jumlah Balita Dan Status Gizi tahun 2017
9.        Puskesmas Pir Batee Puteh. 2017. Data Jumlah Balita Dan Status Gizi tahun 2017
10.    Khilmiana dan Setiowati. 2012. Hubungan sikap dengan sttus gizi balita.
11.    Adi.  2015. Tentang hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita.
12.    Purwaningsih. 2012. Pengetahuan dan sikap ibu dalam pemenuhan gizi
13.    Roesli, U. 2013. Mengenal Gizi Balita. Cetakan Pertama. Jakarta Timur: Trans Info Media
14.    Utami, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jilid II, Salemba Medika, Jakarta
15.    Purwanti, S. H. 2014. Konsep Gizi, EGC, Jakarta
16.    Mayunani, 2012. Ilmu Dasar Giizi. Rineka Cipta. Jakarta.
17.    Vinda. 2013. Ilmu Gizi Dasar Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta
18.    Sediaoetama. 2014. Ilmu  Gizi Dalam Kesehatan. Dian Rakyat. Jakarta
19.    Notoatmodjo S. 2015. Metodologi Penelitian. Ketujuh. Jakarta: Rineka Cipta
20.    Setiawan A. 2013. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Ketiga. Yogyakarta: Nuha Medika
21.    Muhammad I. 2016. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan Metode Ilmiah. Cetakan Keenam. Bandung: Citapustaka Media Perintis
22.    Muhammad I. 2016. Pemanfaatan SPSS Dalam Penelitian Bidang Kesehatan & Umum.  Cetakkan Keenam. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis




Tidak ada komentar:

Posting Komentar