PENGETAHUAN DAN
SIKAP IBU TENTANG MAKANAN TAMBAHAN MEMPENGARUHI
STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PIR
BATEE PUTEH KECAMATAN WOYLA BARAT
KABUPATEN ACEH
BARAT
Relationship Knowledge And Mother Attitudes About Additional Food With Nutrition
Status On Understanding In Working Area Puskesmas Pir Batee Puteh
Sub District Woyla West District Aceh West
By:
Maharani, Sri Wahyuni, Diah Fitrianti
Prodi Kebidanan Meulaboh Poltekkes Kemenkes Aceh
ABSTRACT
The problem with
nutritional status is that nutrition is also not less interesting in Indonesia,
more than 4% of Indonesian children suffering from more nutrition. Thi sresearch is an analytic survey
using cross sectional approach. Population in
this research is all mother of toddler in Working Area of Puskesmas Pir Batee Puteh Sub District Woyla Wesr District Aceh West as much as 639. The number of sample of this research counted 86 people.
The results were analyze dusing univariate and bivariate analyzes with chi-square test. From the result of the research there is relationship of mother
knowledge about supplementary food with nutritional status in work area of
Puskesmas Pir Batee Puteh Sub District West Woyla West Aceh Regency where its
probability value 0.000 or <0 0.000="" about="" aceh="" area="" as="" at="" attitude="" balita="" bateeputeh="" be="" counseling="" district="" districtprobabilityvalue="" do="" expected="" food="" fulfill="" in="" input="" is="" material="" mother="" nutrient="" nutritional="" o:p="" of="" or="" pir="" pondok="" puskesmas="" puteh="" regency="" relationship="" research="" status="" sub-district="" sub="" supplementary="" the="" there="" this="" to="" toddler.="" toddlers="" used="" west="" with="" working="" woyla="" woylawest="">0>
Keywords : Knowledge, Attitude, Supplementary Food,
Nutrition Status
ABSTRAK
Masalah
pada status gizi yaitu gizi lebih pada anak balita memiliki angka yang
memprihatinkan, lebih dari 4% anak Indonesia menderita gizi lebih.Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang
makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir
Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.Penelitian ini bersifat
survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat
sebanyak 639. Jumlah sampel
penelitian ini ditentukan sebanyak 86
orang. Hasil penelitian dianalisa menggunakan analisa univariat dan bivariat
dengan uji chi-square. Dari hasil penelitian ada
hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat (nilai p= 0,000). Kesimpulan
dalam penelitin ini adalah ada hubungan sikap ibu tentang makanan tambahan
dengan status gizi pada balita.
Keywords: Pengetahuan, Sikap, Makanan Tambahan, Status Gizi Balita
PENDAHULUAN
|
Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perl unya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih).
Kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak sementara otak tumbuh
selama masa dewasa, fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30
minggu sampai bayi 18 bulan.
Pada tahun 2012, World Health
Organization (WHO)
memperkirakan sekitar 870 juta orang dari 7,1 miliar penduduk dunia atau 1 dari delapan orang penduduk dunia menderita
gizi buruk.Sebagian besar (sebanyak 852 juta) di antaranya tinggal di
negara-negara berkembang. Anak-anakmerupakan penderita gizi buruk terbesar di
seluruh dunia. Dilihat dari segi wilayah, lebih dari 70 % kasus gizi buruk pada
anak didominasi Asia, sedangkan 26 % di Afrika dan 4 % di Amerika Latin serta
Karibia. Setangah dari 10,9 juta kasus kematian anak didominasi kasus gizi
buruk. Sebab gizi buruk bisa berefek ke penyakit lainnya juga, seperti campak
dan malaria.1
Salah satu masalah pokok kesehatan di Negara berkembang adalah
masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan
gizi. Masalah gizi di Indonesia masih di dominasi oleh masalah kurang energi
protein (KEP), anemia zat besi. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dan
kurang vitamin A (KVA). Penyakit gizi kurang banyak ditemui pada masyarakat golongan rentan
yaitu golongan yang mudah sekali menderita akibat kurang gizi dan juga
kekurangan zat makanan. Status gizi yang kurang baik atau buruk pada anak dapat
menimbulkan pengaruh yang tidak baik karena dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya.2
Masalah pada status gizi yaitu gizi lebih juga tidak kalah
menariknya di Indonesia, lebih dari 4% anak Indonesia menderita gizi lebih. Gizi lebih diartikan keadaan ketidakseimbangan
antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi dimana konsumsi terlalu berlebihan
dibandingkan kebutuhan atau pemakaian energi. Obesitas adalah istilah yang
sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas
yang berasal dari bahasa latin mempunyai arti makan berlebihan, tetapi saat ini
obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang
ditandai dengan penimbunan jaringan lemak secara berlebihan. Dampak dari obesitas yaitu dapat mengalami
gangguan pernafasan dan komplikasi ortopedik (tulang). Hal ini jelas
membuktikan bahwa balita yang menderita gizi lebih tidak baik untuk kesehatan.3
Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan
akan berbagai zat gizi juga berbeda. Pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin,
macam pekerjaan dan faktor-faktor lain menentukan kebutuhan masing-masing orang
akan zat makanan hingga menjadi kurang energi
protein (KEP) sehingga sangat mudah terserang penyakit dan dapat berakibat
kematian. 4
Makanan tambahan
adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan
dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita
rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat
meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral
dan vitamin
Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu.Bahan
aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan.5
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Prevalensi
balita gizi buruk dan kurang di Indonesia mencapai 19,6 % serta gizi lebih 4%.
Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 sebesar 17,9%
dan Riskesdas 2007 sebesar 18,4%. Di antara 34 provinsi, Aceh menduduki
peringkat ke 11 (7,9%) untuk kategori gizi buruk, untuk kategori kurang Aceh
menduduki peringkat ke 7 (18,4%) serta untuk kategori gizi lebih aceh menduduk
peringkat ke 29 (2.9%) di Indonesia. Sementara untuk mencapai sasaran MDGs 2015
yakni 15,5 persen, angka prevalensi gizi buruk secara nasional harus diturunkan
sebesar 4,1%.6
Berdasarkan Profil Kesehatan Aceh angka kematian bayi
di bawah lima tahun (balita) di Provinsi Aceh terus meningkat setiap tahun,
jumlah balita yang meninggal pada 2014 mencapai 1.558 jiwa atau meningkat dari
1.323 jiwa pada 2013. Sementara itu, angka gizi buruk menurun. Tahun 2013,
tercatat 820 balita menderita gizi buruk dan merosot menjadi 341 kasus pada
tahun 2014. Dari 23 Kabupaten yang
ada di Aceh Kabupaten Aceh Barat menduduki peringkat ke 18 untuk masalah gizi
pada balita.7
Rekapan Dinas Kesehatan Aceh Barat tahun 2016 jumlah
seluruh balita dari 13 Wilayah kerja Puskesmas sebanyak 1258 balita dengan
klasifikasi laki-laki 7.343 dan perempuan 6.915 balita dari seluruh balita
jumlah balita dibawah garis merah sebanyak 173 dengan klasifikasi 96 balita
laki-laki dan 77 balita perempuan, kemudian di Puskesmas Pir Batee Puteh jumlah
balita sebanyak 639 balita dengan klasifikasi 337 balita laki-laki dan 302
balita perempuan serta balita yang dibawah garis merah sebanyak 18 orang, 9 orang
laki-laki dan 9 orang balita perempuan.8
Berdasarkan rekapan Puskesmas Pir Batee Puteh jumlah
balita tahun 2017 adalah 639 balita, jumlah balita yang mempunyai KMS sebanyak
639, balita yang datang dan ditimbang bulan ini sebanyak 537 balita, balita yang
naik berat badannya sebanyak 340 balita, balita yang tidak naik berat badannya
tetap sebanyak 128, balita yang berat badannya tidak naik 2 bulan berurut-turut
sebanyak 31 balita, balita yang tidak bulan lalu sebanyak 31, balita yang baru
ditimbang sebanyak 12 balita dan balita gizi kurang sebanyak 20 balita.9
Pada tanggal 25 Agustus 2017 peneliti mewawancarai 8
ibu-ibu yang memiliki balita yang datang ke Puskesmas, peneliti menanyakan
seputar sikap ibu mengenai status gizi balita, dari 8 ibu balita yang datang 5
diantaranya dengan keadaan gizi kurang, ibu-ibu tersebut mengaku selama ini
jarang memantau secara rutin berat badan balitanya baik itu di Puskesmas maupun
di Posyandu, mereka jarang datang ke posyandu karena alasan pekerjaan, ibu-ibu
tersebut mengaku kurang mengerti dan tidak tahu cara pemenuhan status gizi yang
baik untuk balitanya dalam kesehariannya mereka hanya menyiapkan makanan bagi
balitanya tanpa memantau frekuensi makan dan jumlah makanan yang di makan oleh
anak, ibu tersebut mengaku jarang memberikan makanan tambahan yang bergizi, dan
ketika anak mereka tidak selera makan juga para ibu-ibu tersebut tidak
memberikan vitamin penambah nafsu makan bagi balita, kemudian sebagian ibu juga
mengaku anak mereka sangat rutin mengkonsumsi makanan, baik itu nasi dan
jajanan, sebagian anak dari para ibu tersebut terlihat gemuk dan ibu mengaku
balitanya sering makanan berlebihan, ibu berpendapat bahwa semakin banyak
balita mereka mengkonsumsi makanan dan semakin bertambah gemuk balitanya maka semakin sehat anak
tersebut. Dari hal tersebut sangat jelas kita lihat bahwa perilaku ibu-ibu ini
dapat meningkatkan masalah status gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee
Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.
BAHAN
DAN METODE
|
Metode penelitian yang digunakan adalah observational
analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di
24 desa wilayah kerja Puskesmas
Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten
Aceh Barat, karena kurangnya pengetahuan dan sikap ibu terhadap makanan tambahan
dengan status gizi pada balita.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat sebanyak 639.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan perhitungan rumus slovin dan dapat diperoleh sampel sebanyak
86 responden yang terdiri dari 24 desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat
Teknik analisa data yang dilakukan dengan cara tekhnikunivariat
dan bivariat yaitu untuk mencari hubungan pengetahuan dan sikap tentang makanan tambahan
dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan
Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.10
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan
data sekunder. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Pir Bateee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat menggunakan analisis univariate dan
bivariate dengan uji chi-square pada batas
kemaknaan perhitungan statistik sig α (0,05).11
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Tabel
1.
Distribusi
Karakteristik Umur, Pendidikan dan Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh
Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat
No
|
Umur
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
<20 o:p="" tahun="">20>
|
32
37.2
2
20-35 tahun
19
22.1
3
>35 tahun
35
40.7
Total
86
100
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
SD
12
14.0
2
SMP
33
38.4
3
SMA
31
36.0
4
Sarjana
10
11.6
Total
86
100
No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase
1
Tidak
bekerja
51
59.3
2
Bekerja
35
40.7
Total
86
100
Dari tabel 1
diatas dapat di lihat bahwa dari 86 responden mayoritas ibu
balita berumur <20 span="" tahun="">yaitu sebanyak 32 responden (37.2%) artinya ibu balita mayoritas memiliki umur yang
tergolong muda sehingga belum cukup memiliki ilmu pengetahuan mengenai
jenis-jenis makanan untuk menunjang status gizi balita. Pendidikan ibu balita mayoritas
responden berpendidikan SMP sebanyak 33 responden (38.4%) banyak ibu balita yang memiliki pendidikan
yang masih tergolong rendah dan artinya ibu-ibu balita belum cukup mendapatkan
ilmu pengetahuan mengenai makanan tambahan untuk status gizi balita. Pekerjaan ibu balita mayoritas tidak
bekerja sebanyak 51 responden (59.3%)
yang artinya ibu-ibu balita hanya bekerja mengurus rumah tangga dan seharusnya
ibu balita lebih banyak memiliki waktu untuk menyediakan variasi makanan pada
balita yang dapat menunjang status gizi balita. 20>
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh
Barat
No
|
Pengetahuan
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Baik
|
26
|
30.2
|
2
3
|
Cukup
Kurang
|
17
43
|
19.8
52.0
|
|
Total
|
86
|
100
|
Dari tabel 4
diatas dapat di lihat bahwa dari 86 responden, mayoritas ibu memiliki pengetahuan kurang sebanyak 43 responden (52.0%), yang artinya mayoritas ibu tidak mengerti
mengenai makanan tambahan yang baik bagi balita.
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh
Barat
No
|
Sikap
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Positif
|
34
|
39.5
|
2
|
Negatif
|
52
|
60.5
|
|
Total
|
86
|
100
|
Dari tabel 5
diatas dapat di lihat bahwa dari 86 responden, mayorotas ibu memiliki sikap
negatif sebanyak 52 responden (60.5%), artinya mayoritas ibu tidak memiliki sikap yang baik
dan tidak memiliki ide yang banyak untuk melakukan variasi makanan tambahan
yang baik bagi balita.
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi status gizi pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
KabupatenAceh Barat
No
|
Status
Gizi
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Kurang
|
47
|
56
|
2
3
|
Lebih
Baik
|
10
29
|
11.6
33.7
|
|
Total
|
86
|
100
|
Dari tabel 6
diatas dapat di lihat bahwa dari 86 responden, mayoritas balita memiliki
status gizi kurang sebanyak 47 responden (56%), artinya sebagian besar balita tidak seimbang antara
berat badan dan usianya.
Tabel
7.
Tabulasi
Silang Hubungan
Pengetahuan
Ibu
tentang Makanan
Tambahan
dengan
Status Gizi Pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Pir Batee Puteh
Kecamatan
Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat
Pengetahuan
|
Status Gizi
|
Total
|
Sig p
|
||||||
Kurang
|
Lebih
|
Baik
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
0,000
|
|
Kurang
|
32
|
37.2
|
8
|
9.3
|
3
|
3.5
|
43
|
50.0
|
|
Cukup
|
15
|
17.4
|
1
|
1.2
|
1
|
1.2
|
17
|
1.2
|
|
Baik
|
0
|
.0
|
1
|
1.2
|
25
|
29.1
|
26
|
30.2
|
|
|
47
|
56
|
10
|
11.6
|
29
|
33.7
|
86
|
100
|
|
Dari tabel
7 tabulasi silang diatas dilihat bahwa dari 43 responden yang
memiliki pengetahuan kurang mayoritas memiliki status gizi anak dengan kategori
kurang sebanyak 32 (37.2%), artinya hal
ini menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh mayoritas ibu
balita tidak mengetahui apa itu gizi balita, kecukupan status gizi balita dan
batasan balita sesuai dengan umur, hal ini terjadi disebabkan karena rendahnya
rasa ingin tau dari ibu balita itu sendiri, ibu balita kurang dalam mencari
sumber informasi mengenai status gizi balita dan makanan tambahan yang dapat
menunjang status gizi balita.
Tabel
8.
Tabulasi
Silang sikap ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten
Aceh Barat
Sikap
|
Status Gizi
|
Total
|
Sig p
|
||||||
Kurang
|
Lebih
|
Baik
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
0,000
|
|
Negatif
|
40
|
46.5
|
8
|
9.3
|
4
|
6
|
52
|
60.5
|
|
Positif
|
7
|
8.1
|
2
|
2.3
|
25
|
29.1
|
34
|
39.5
|
|
|
47
|
56
|
10
|
11.6
|
29
|
33.7
|
86
|
100
|
|
Dari tabel
8 tabulasi silang diatas dilihat bahwa dari 52 responden yang
memiliki sikap negatif mayoritas status gizi balitanya kurang sebanyak 40
responden (46.5%), artinya hal ini menunjukkan
masih banyak ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pirr Batee Puteh yang kurang
memahami dan mengerti tentang tindakan nyata terhadap status gizi balita, ibu
tidak paham tentang makanan tambahan yang harus diolah untuk menunjang berat
badan dan status gizi balita, hal ini disebabkan karena rendahnya sikap ibu
yang mau mengganti menu masakan untuk kecukupan status gizi balita, ibu tidak
merinisiatif untuk mengganti menu masakan guna tercukupinya status gizi balita.
PEMBAHASAN
|
Dari tabel tabulasi silang diatas dilihat bahwa dari 43
responden yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas memiliki status gizi anak
dengan kategori kurang sebanyak 32 (37.2%), 17 responden yang memiliki
pengetahuan cukup mayoritas memiliki status gizi anak dengan kategori kurang sebanyak
15 (17.4%), 26 responden yang memiliki pengetahuan baik mayoritas memiliki
status gizi anak dengan kategori baik sebanyak 25 (29.1%).
Penelitian Adi (2016) dengan judul hubungan perilaku ibu dengan
status gizi pada anak balita di dapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan pengetahuan
ibu dengan status gizi pada balita di Gampong Blang Muling Kecamatan Suka
Makmue Kabupaten Nagan Raya dimana hasil
PValue (0,000) <α
(0,05), RP= 32.000, adanya hubungan yang signifikan antara sikap ibu
dengan status gizi pada balita di Gampong Blang Muling Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya dimana hasil PValue (0,001) <α (0,05),
RP = 20.000, adanya hubungan yang signifikan antara tindakan ibu dengan
status gizi pada balita di Gampong Blang Muling Kecamatan Suka Makmue Kabupaten
Nagan Raya dimana hasil PValue (0,003) <α (0,05),
RP= 16.000.11
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behaviour). 22
Berdasarkan asumsi peneliti dari
hasil penelitian yang telah dilakukan dan didapatkan hasil yaitu mayoritas
pengetahuan ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 32 ibu, serta memiliki status gizi anak
yang kurang baik, hal ini menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Pir
Batee Puteh mayoritas ibu balita tidak mengetahui apa itu gizi balita, mereka
tidak tahu mengetanai makanan tambahan yang dapat menunjang status gizi balita,
mereka tidak memiliki referensi untuk melakukan variasi makanan yang dapat
memenuhi status gizi balita, hal ini terjadi disebabkan karena rendahnya rasa
ingin tau dari ibu balita itu sendiri, ibu balita kurang dalam mencari sumber
informasi mengenai status gizi balita dan makanan tambahan yang dapat menunjang
status gizi balita seperti makanan yang kaya akan vitamin seperti sayuran
buah-buahan, makanan yang kaya akan protein seperti telur dan kacang-kacangan
Dari tabel tabulasi silang diatas dilihat bahwa dari 52
responden yang memiliki sikap negatif mayoritas status gizi balitanya kurang
sebanyak 40 responden (46.5%), dari 34 responden yang mengalami sikap positif mayoritas
status gizi balitanya baik sebanyak 25 responden (29.1%).
Penelitian Purwaningsih (2012)
dengan judul pengetahuan dan sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita didapatkan
sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita yang baik sebesar 57,5%. Sikap pemenuhan gizi
yang kurang baik adalah sebesar 60%. Maka terdapat hubungan yang signifikan
antara sikap ibu dengan pemenuhan sttus gizi balita di Kelurahan Bangun Harjo
Sewon Bantul dengan nilai p < 0,05.11
Sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan
perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan,
tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik
tertentu.Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan,
jalan pikiran dan perilaku. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang
melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara
tertentu. 22
Berdasarkan asumsi peneliti yang
diapatkan dari hasil penelitian ini adalah sikap ibu balita di Wilayah Kerja
Pir Batee Puteh masih banyak yang memiliki sikap negatif, artinya masih banyak
ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pirr Batee Puteh yang kurang memahami dan
mengerti tentang tindakan nyata tentang hal-hal yang harus dilakukan utnuk
menunjang status gizi balita, ibu tidak paham tentang makanan tambahan yang
harus diolah seperti memasak sayuran dan cemilan sehat untuk di konsumsi oleh
balita, hal ini disebabkan karena rendahnya sikap ibu yang mau mengganti menu
masakan untuk kecukupan status gizi balita, ibu tidak merinisiatif untuk mengganti
menu masakan guna tercukupinya status gizi balita.
KESIMPULAN
|
Ada hubungan pengetahuan ibu tentang makanan tambahan
dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh
Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat dimana nilai p=0,000.
Ada hubungan sikap
ibu tentang makanan tambahan dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat dimana
nilai p=0,000.
SARAN
|
Bagi Responden diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
masukan dan referensi untuk menambah wawasan ibu balita tentang
makanan tambahan yang dapat di olah dan
diberikan kepada balita untuk menunjang status gizi.
Terimakasih kepada seluruh pihak yang terkait dalam
penelitian ini seperti kepala Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh
Barat yang telah memberikan data dan
izin melakukan penelitian, terimakasih kepada seluruh ibu balita yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
|
1.
World
Health Organization (WHO). 2017. Data Angka
prevalensi gizi di Dunia. dikutip 3 Juli 2017
2.
Almatsier,
S. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Pustaka Utama
3.
Santoso, R. 2010. Kesehatan dan
gizi.
Jakarta : PT Asdi Mahasatya
4.
Sediaoetama. 2013. Ilmu Gizi Dalam Kesehatan. Dian Rakyat.
Jakarta
5.
Supariasa, dkk. 2012. Penilaian
stantus gizi. Jakarta: EGC
6.
Profil Kesehatan Indonesia. 2017. Data Cakupan Status Gizi di Indonesia. http://www.depkes.go.id
dikutip 3 Juli 2017
7.
Profil Kesehatan Aceh. 2017. Data Cakupan Status Gizi di
Aceh
8.
Dinas Kesehatan Aceh Barat. 2017. Data Jumlah Balita Dan Status Gizi tahun 2017
9.
Puskesmas Pir Batee Puteh. 2017. Data Jumlah Balita Dan Status Gizi tahun 2017
10.
Khilmiana dan Setiowati. 2012. Hubungan sikap dengan sttus gizi balita.
11.
Adi.
2015. Tentang hubungan perilaku
ibu dengan status gizi balita.
12.
Purwaningsih.
2012. Pengetahuan dan sikap ibu dalam pemenuhan gizi
13.
Roesli, U. 2013. Mengenal Gizi Balita. Cetakan
Pertama. Jakarta Timur: Trans Info Media
14.
Utami, S. 2013. Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak, Jilid II, Salemba Medika, Jakarta
15.
Purwanti, S. H. 2014. Konsep Gizi, EGC, Jakarta
16.
Mayunani, 2012. Ilmu Dasar Giizi. Rineka Cipta.
Jakarta.
17.
Vinda. 2013. Ilmu Gizi Dasar Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta
18.
Sediaoetama. 2014. Ilmu Gizi Dalam Kesehatan. Dian Rakyat.
Jakarta
19.
Notoatmodjo S. 2015. Metodologi Penelitian. Ketujuh. Jakarta: Rineka Cipta
20.
Setiawan A. 2013. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Ketiga.
Yogyakarta: Nuha Medika
21.
Muhammad I. 2016. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan
Metode Ilmiah. Cetakan Keenam. Bandung: Citapustaka Media Perintis
22.
Muhammad I. 2016. Pemanfaatan SPSS Dalam Penelitian Bidang Kesehatan & Umum. Cetakkan Keenam. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar