Kamis, 27 Desember 2018

Evi Zahara dkk: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018, hal. 91-98


HUBUNGAN STATUS GIZI REMAJA DENGAN USIA MENARCHE

Oleh:
Evi Zahara1*, Cut Dinda Mastri Julita1, Silvya Masyitah1
1Program Studi D-III KebidananMeulaboh, PoliteknikKesehatanKemenkes, Aceh, Indonesia.

ABSTRAK
Latar Belakang : Menarche adalah haid pertama yang terjadi pada seorang perempuan, yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Umumnya seorang perempuan haid untuk pertama kali pada usia 12 atau 13 tahun. Namun demikian ada juga yang mengalaminya lebih awal (usia 8 tahun) atau lebih lambat yaitu pada usia 18 tahun. Status gizi remaja putri dianggap berperan dalam mempengaruhi terjadinya menarche. Status gizi terkait dengan pemenuhan nutrisi. Nutrisi mempengaruhi kematangan seksual pada gadis yang mendapat menstruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan gizi dengan usia menarche pada remaja putri. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat survey analitik dalam bentuk rancangan cross sectional. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif untuk mendeskripsikan hubungan status gizi dengan usia menarche. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 209 siswi MTsN Meurebo Kelas VII dan VIII tahun ajaran 2018/2019. Penarikan jumlah sampel ini menggunakan tehnik random sampling sehingga didapatkan jumlah sampelnyasebanyak 42 orang siswi. Data dikumpulkan dengan pemeriksaan dan pengukuran tinggi dan berat badan responden. Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan chi square didapat nilai Pvalue= 0,003 < 0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara status giziremajaputridenganusia menarche. Diharapkan bagi pihak kesehatan terkait dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi remaja putri tentang gizi guna meningkatkan pengetahuan selanjutnya dapat berdampak pada peningkatan status gizi mereka.

Kata Kunci: status gizi, menarche


PENDAHULUAN
Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa remaja (Sawyer et al, 2018). Menurut WHO dalam Kemenkes, 2015 menyebutkan batasan usia remaja adalah 10- 19 tahun. Masa ketika seorang anak mulai mengalami kematangan secara seksual dan organ-organ reproduksi siap untuk menjalankan fungsi reproduksinya.  Pada masa remaja terjadi pertumbuhan cepat, munculnya seks sekunder, terjadi perubahan psikologis serta kognitif (Sawyer et al, 2018). Masa remaja ditandai dengan terjadinya onset pubertas. Pubertas remaja putri ditandai dengan munculnya ciri fisik yang khas, seperti pembesaran payudara (telarche), adanya pertumbuhan rambut pubis (pubarche) dan terjadinya menarche (Olivia et al., 2012).
Menarche adalah menstruasi pertama di tengah masa pubertas. Biasanya, peristiwa ini terjadi di awal masa remaja (Prawirohardjo, 2011). Usia seorang anak perempuan mendapatkan menarche sangat bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor, di antaranya faktor keturunan, kesehatan gizi, dan keadaan umum (Prawirohardjo, 2007). Saat ini, usia rata-rata menarche antara 12 dan 13 tahun (Gant dan Cunningham, 2010).
Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi yaitu antara 10-16 tahun,tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke dewasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche diantaranya status gizi yang meliputi berat badan dan tinggi badan, aktivitas fisik, genetik, lingkungan, dan status social ekonomi(Prawirohardjo, 2011).
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun (Ganong, 2005). Sedangkan di Indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata menarche 12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2009). Hasil penelitian AL-Awadhi N et al, (2013) di Kuwait melaporkan bahwa erjadi penurunan usia menarche pada perempuan yang mengalami obesitas. Hasil penelitian Olivia, et al, (2012) pada remaja putri usia 10-15 tahun di Medan disebutkan remaja yang obesitas mengalami menarche lebih cepat yaitu usia 10-11 tahun dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami obesitas.
Makanan bergizi dan faktor lingkungan, juga menjadi pemicu seseorang perempuan mengalami menstruasi lebih dini. Dibandingkan dengan kondisi perempuan beberapa tahun lalu, perempuan dimasa sekarang ini yang asupan makananya lebih bergizi dan lingkunganya lebih modern pun lebih dini mengalami menstruasi. Perkembangan seksual sekunder dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen, antara lain status gizi, lingkungan, media massa, sosial ekonomi, dan derajat kesehatan secara keseluruhan. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan seksual sekunder untuk hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hypothalamus, pituitary, dan ovarium. Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menarche adalah estrogen dan progesterone. Estrogen berfungsi mengatur siklus haid, sedangkan progesteron berpengaruh pada uterus, yaitu dapat mengurangi kontraksi selama siklus haid (Waryana 2010).
Adanya hubungan antara jumlah tertentu lemak tubuh dengan mulai dan berlangsungnya menstruasi. Teori ini menekankan bahwa menarche terjadi pada berat badan tertentu daripada usia tertentu pada seorang wanita. Menstruasi yang datang lebih tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor lain, diantaranya adalah berat badan yang berlebihan, aktifitas fisik, dan genetik. Selain itu dipengaruhi rangsangan-rangsangan kuat seperti film, buku-buku bacaan dan majalah orang dewasa yang dapat mempercepat datangnya menstruasi lebih dini (Waryana 2010).
Berdasarkan survai awal yang dilakukan di MTsN Meurebo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Hasil wawancara peneliti dengan 10 orang siswi MTsN di peroleh ada nya 4 siswa yang memang belum menstruasi di usia yang seharusnya sudah menarche, hal ini belum di ketahui penyebabnya. Salah satu siswa menyebutkan bahwa di keluarga mereka memang keluar haid pertama pada saat Sekolah Menengah Pertama ( SMP ).  Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui tentang “ Hubungan status gizi pada remaja putri dengan usiamenarche di MTsN Meurebo”

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Meurebo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dan dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 17 Juli sampai dengan 18 Juli 2018.
Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas VII dan VIII MTsN Meurebo Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 209 orang.Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengacu pada rumusan (Aikunto, 2008) yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada subjek penelitian kurang dari 100 maka dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetepi bila jumlah subjek lebih dari 100 dapat diambil 10-20% dari jumlah populasi.Berdasarkan hal tersebut maka penelitian mengambil 20% dari keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel yang berjumlah 41,8 dibulatkan menjadi 42 orang.
Metode penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional.

Teknik analisa data yang dilakukan dengan cara tekhnikunivariat dan bivariat  yaitu untuk mencarihubungan Status gizi dengan usia Menarche di MTsN Meurebo Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.


HASIL PENELITIAN
Status Gizi
Variabel status gizi responden di kelompokkan dalam tiga katagori yakni kurus, normal dan gemuk yang disajikan dalam bentuk diagram batang berikut:

Gambar 1       Status gizi remaja putri yang mengalami menarche
Keterangan:     Batasan kategori status gizi kurus IMT <18 18-27="" dan="" dengan="" gemuk="" imt="" normal="">27 dan keseluruhan responden berjumlah 42 orang.


Usia Menarche
Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah data remaja putri sebagai responden yang dikelompokkan berdasarkan usia menarche dibagi dalam dua katagori yaitu usia  normal dan  lambat yang di sajikan dalam bentukdiagram batang berikut:


Gambar 2       Kelompok usia remaja putri yang mengalami menarche berdasarkan katagori usia
Keterangan:     Batasan kategori usia normal antara 11-13 tahun dan Lambat antara 14-16 tahun dengan responden keseluruhan berjumlah 42 orang.

Hubungan Status GiziRemajaPutriDengan Usia Menarche
Berdasarkanhasiluji statistik menggunakanujichi square antara status gizi dengan katagori kurus, normal dan gemuk dengan usia menarche normal dan lambat maka didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel1. Hubungan Status GiziRemajaPutridenganUsia Menarche Di  Madrasah Tsanawiyah Negeri Meurebo Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh BaratTahun 2018.

No
Status Gizi
Usia Menarche
Total
P
Normal
Lambat
F
%
F
%
f
%

0.003
1.
Kurus
6
23,1%
20
76,9%
26
100%
2.
Normal
10
71,4%
4
28,6%
14
100%
3.
Gemuk
2
100%
0
0%
2
100%

Keterangan    :      Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,003 < 0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara status giziremajaputridenganusia menarche.

PEMBAHASAN
Usia Menarche
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 42 siswi MTsN usia antara 11-16 tahun menunjukkan bahwa mayoritas responden termasuk dalam katagori menarce pada usia lambat yaitu usia 14-16 tahun. Menarche yang dialami remaja pada usia ini di sebut juga dengan menarche tarda, disebabkan oleh faktor herediter, gangguan kesehatan dan kekurangan gizi (Prawiroharjo, 2007). Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita di masa pubertas umumnya terjadi antara usia 10-14 tahun.
Menarche merupakan perubahan yang menandakan bahwa remaja sudah memasuki tahap kematangan organ seksual. Dimulainya menarche membuat organ seks sekunder ikut tumbuh dan berkembang, seperti pembesaran payudara, mulai tumbuh rambut ketiak dan pubis, panggul membesar dan juga mulai berkembangnya beberapa organ vital yang siap untuk dibuahi (Manuaba, 2007). Hal ini sesuai dengan Menurut Pardede dalam Niken, (2013), mengatakan bahwa usia menarche remaja putri terjadi pada usia 12-16 tahun dengan rata- rata usia 13 tahun. Usia menarche dapat bervariasi pada setiap individu dan wilayah, banyak faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses (Febri, 2009). Menarche pada responden penelitian ini dominan mengalami keterlambatan dibanding menarche pada anak umumnya mungkin dapat dikaitkan dengan faktor gizi sebagai salah satu faktor penyebab terlambatnya menarche.
Status gizi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswi MTsN usia antara 11-16 tahun menunjukkan bahwa mayoritas responden termasuk dalam katagori status gizi kurus yaitu 61,9% dengan IMT<18 .="" span="">Menurut Adriani (2014) bahwa status gizi remaja dapat dakibatkan oleh keteraturan pola makan dan aktifitas fisik. Pertumbuhan status gizi remaja juga dipengaruhi oleh asupan protein, kalori, dan energi. Energi yang dibutuhkan oleh remaja sesuai dengan aktifitas yang mereka lakukan. Jika tidak seimbang antara konsumsi nutrisi dan aktifitas maka dapat menyebabkan kebutuhan gizi oleh tubuh tidak terpenuhi. Dengan mengkonsumsi protein dan kalori sesuai kebutuhan atau cukup maka pertumbuhan badan yang menyangkut pertambahan berat badan dan tinggi badan akan dicapai dengan baik. Ketidak seimbangan antara asupan nutrisi untuk kebutuhan tubuh akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih (gemuk) maupun gizi kurang (kurus).

Hubungan antara status gizi dan usia menarche
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Siswi Putri MTsNMeureboKecamatanMeureboKabupaten Aceh Barat tahun 2018menunjukkan bahwaada hubungan bermakna antara status gizidengan menarchedengan perolehan nilai p< 0,05 (0,003). Hasil yang diperolehdari 42 Siswa putri terdapat 6 Orang (23,1%) Siswa Putri yang mempunyai gizi dalam kategori kurus mendapat menarche pada usia yang normal dan 20 orang siswi (76,9%) dalam kategori kurus belum mendapatkan menarche pada usia yang seharusnya sudah menadapatkan menarche. Selanjutnyaada 10 orang siswi (71%) dalamkategorigizi normal sudahmendapatkan menarche padausia yang normal dan 4 orang siswi (28,6%) belum menarche. Sisanyaterdapat 2 orang siswi yang gizinyadalamkategorigemuksebanyak 2 orang (100%) sudahmendapat menarche padausia yang normal ini. Sehingga hipotesa penelitian ini diterima.
Hasil di atas mungkin disebabkan karena selain status gizi, Saraswati (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa aktivitas fisik juga memengaruhi usia menarche. Faktor lingkungan juga berpengaruh, dimana semakin banyak media yang mempertontonkan materi pornografi akan lebih mempercepat  kematangan  seksual  seorang  gadis  (Smart, 2008).  Dikemukakan oleh Eka (2004), bahwa ibu yang mendapatkan menarche lebih awal, maka anak mereka memulai periode menstruasi lebih awal pula. Naryanti (2012) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa faktor keturunan, usia menarche saudara perempuan kandung, dan kondisi kesehatan umum juga berpengaruh terhadap usia menarche.
Penelitian Prajawati(2013) menujukkanbahwaadahubunganantara status giziremajaputridenganusiaterjadinyamenstruasipertamapadasiswi di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. PenelitianMutasya (2016) tentangFaktor-Faktor yang BerhubungandenganUsia Menarche Siswi SMP Adabiahdidapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan per kapita dan status gizi dengan usia menars sedangkan tingkan pendidikan orang tua dan paparan media massa tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan usia menars. Status gizimemilikipengaruhbesarterhadapusia menarche yang terjadipadaremajaperempuan. Kekurangangizidapatmemperlambatdatangnya menarche danmemperlambatpertumbuhan.Hasilpenelitian yang dilakukan di beberapanegaramenunjukanbahwaremajaperempuan yang memiliki status gizikurangakanmengalamiketerlambatandatangnyamenstruasi. Penyebabutamanyaadalahkarenaterjadipenurunankalori, protein danjugaunsurgizilainnyasehinggaakanberdampakpadapenurunanproduksihormon gonadotropin. (Ditha, 2010)
Hasilpenelitiandiatas berbeda denganpenelitianAriwibowo (2004)yang menyatakantidakadahubunganantarastatusgizidanmenarche. Perbedaantersebutmungkindisebabkanoleh perbedaanjumlah sampel,dimana Ariwibowo menggunakan91 siswi.
Dalampenelitiannya,Aishah (2011) mengungkapkan bahwaremajayang memilikiIMTyang lebihtinggicenderung mendapatkanmenstruasipertamanya terlebihdahulu,karenakadarleptinyang disekresikanoleh kelenjaradiposa. Boenga(2011)mengatakan  bahwaleptin  memengaruhi  kadarneuropeptidaY yang memengaruhiGnRH.Lalu,berubahnyakadarGnRHyang disekresikanjuga mengubahkadarsekresiLH.Selainitu,leptinberpengaruhpadamaturasioosit yangmerangsang pematanganovumyangdihasilkanolehovarium.Makadapat disimpulkanbahwa remajayangmemilikistatusgizitinggiakanmengalami menarchediusiayang lebihcepatdibanding merekayang memilikistatusgizi rendah,karena perbedaanjumlahkelenjaradiposayang merekapunya menghasilkan jumlah sekresikadar leptinyang berbeda. Merekayang memiliki statusgizitinggiataudiatasnormalakanmendapatmenarchediusiayang terlalu cepat,sedangkanmerekayang memilikistatusgizirendahataudibawahnormal mengalamimenarchediusiayang terlalulambat.Lalu,merekadenganstatusgizi yangnormal mengalamimenarchedi usiayangjuganormal.
Menurut Proverawati et al, (2009), Kekurangan gizi merupakan masalah penting, karena seorang wanita yang kurang gizi makan akan lebih mudah mengalami gangguan kesehatan seperti anemia, Kekurangan Energi Kronik (KEK), kekurangan kalsium, vitamin D, yodium, seng dan kekurangan vitamin 5 serta mineral akan mempengaruhi proses reproduksi, dan menurut Erick (2009).
Francin, et al,  (2005) menjelaskanseorangwanita yang mengalamikekuranganmaupunkelebihangiziakanberdampakpadapenurunanfungsihipotalamus yang tidakmemberikanrangsangankepadahipofisa anterior untukmenghasilkan FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) dimana FSH iniberfungsimerangsangpertumbuhansekitar 3-30 folikel yang masing-masingmengandung 1 seltelur. Tetapihanya 1 folikel yang terustumbuh, yang lainnyahancur.Sedangkan Luteinizing Hormone(LH) berfungsidalampematanganselteluratauovulasi (fasesekresi) yang nantinyajikatidakdibuahiakanmengalamipeluruhan (menstruasi), sehinggaapabilaproduksi FSH dan LH terganggumakasiklusmenstruasijugaakanterganggu. Berhubungandenganmenstruasi, secarakhususjumlahwanitaanovulasiakanmeningkatapabilaberatbadannyamengalamiperubahan (meningkatataumenurun).
Remajarentanmengalamikuranggizipadaperiodepuncaktumbuhkembangsertaasupangizikarenapolamakan yang salahsebagaiakibatdaripengaruhlingkungan (inginlangsing).Akibatkekurangangizipadaremajaputrimenjadi (kurus, pendek, danpertumbuhantulangtidakproporsional). Hal iniakanberdampakpadagangguanhaid, tetapiakanmembaikbilaasupannutrisinyabaik. Asupangizi yang tidakadekuatjugadapatberlanjutpadaketidakteraturanmenstruasiyang dialamikebanyakanremajaputri.

KESIMPULAN
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa. Usia remaja putri pada waktu mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun.
Semakinbaikstatusgiziseseorang,semakincepatusiamenarche orang tersebut. Remaja yang memiliki status gizi tinggi akan mengalami menarche di usia yang lebih cepat dibanding mereka yang memiliki status gizi rendah. Mereka dengan status gizi yang normal mengalami menarche di usia yang juga normal. Dari hasil penelitian ini didapatkan mayoritas remaja putri MTsN Meureubo belum menarche karena status gizinya kebanyakan dalam katagori kurus.
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara status gizi remaja putri dengan usia menarche di MTsN Meureubo dengan nilai p(0,003)< 0,05.

SARAN
Disarankan kepada petugas kesehatan setempat untuk dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada siswa putri mengenai gizi remaja sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang dapat berdampak pada peningkatan status gizi.

 

DAFTAR PUSTAKA


Al-Awadhi, N., N. Al-kandari, T. Al-Hasan, D. AlMurjan, S. Ali dan A. Al-Talar. 2013. Age at Menarche and Its Relationship to Body Mass Index Among Adolescent Girls in Kuwait.BMC Public Health 13(29): 1471-2458.
Amalia, N. R. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Persen Lemak Tubuh Dengan Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja Putri Di Sma Bina Insani Bogor . [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2013
Arikunto, S 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta: EGC
Francin P, Rumdasih Y, Heryati. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005.
Gant, N. F dan Cunningham, F.G. 2010.Dasar-dasarGinekologi&Obstetri. EGC. Jakarta.
Ganong, William F. 2005. Review of Medical Physiology 22nd Edition. Boston: McGraw-Hill.
Kemenkes. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan wanita. Jakarta: SalembaMedika

Olivia D., M. Deliana, Supriatmo, Hakimi, S. M. Lubis. 2012. Body Mass Index and Age of Menarche in YoungGirls. Paediatrica Indonesiana 52(6).

Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka: Jakarta. Hal 98-99.

Proverawati., Atikah., & Asfuah, S. (2009). Gizi Untuk Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika.

Putri. 2009. Hubungan antara Status Gizi, Status Menarche Ibu, Media Massa, Aktifitas Olahraga dengan Status Menarche Siswi di SMP Islam Al- Azhar Rawamangun Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Manuaba. (2007). Ilmu Kebidanan, Pemyakit Kandungan, Dan KB Untuk Pendidikan Bidan Ed.2. Jakarta: EGC.
Mutasya F.U, Hasyim H. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP Adabiah. 2016;5(1):233–7.
Saraswati, R. 2012. Hubungan Antara Status Gizi dengan Usia Menarche Siswi SMPAl Azhar 8 Kemang Pratama Bekasi. Skripsi. UPN Veteran:Jakarta.

Sayogo, S. Gizi remaja putri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006.

Sediaoetama, A. D .2006 Ilmu Gizi. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta

Supariasa, I.D.N. dkk. 2013. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sawyer, S. M., P. S. Azzopardi, D. Wickremarathne, G. C. Patton. 2018. The Age of Adolescence. The Lancet Child & Adolescence Health 2(3).

Winkjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama. Yogyakarta.

Wiryo,H. 2002. Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Jakarta: ECG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar