Kamis, 27 Desember 2018

Alchalidi: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018, hal. 59-63


KARAKTERISTIK UMUR REMAJA PUTRI TERHADAP DISMENOREA PRIMER PADA MAHASISWI  PRODI D­-III KEBIDANAN LANGSA POLTEKKES KEMENKES ACEH

HARACTERISTICS OF PRINCESS ADOLESCENT ADMINISTRATION IN PRIMARY DISMENOREA IN STUDENTS OF D¬-III PRODUCTS OF MIDWIFE VOCATIONAL VOCATIONAL SCHOOL OF HEALTH POLYTECHNIC ACEH

Oleh:
Alchalidi
Prodi Kebidanan LangsaPoltekkes Kemenkes Aceh

ABSTRAK
Latar Belakang : Permasalahan dismenorea adalah permasalahan yang sering dikeluhkan saat wanita datang kedokter atau tenaga kesehatan yang berkaitan dengan haid. Manajemen nyeri dapat dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan dengan menggunakan  metode farmakologis dan nonfarmakologis. Secara farmakologis dengan obat golongan anti nyeri, sedangkan cara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan relaksasi, hipnoterapi, kompres air hangat, senam atau olahraga secara teratur, yoga, distraksi dan massage.  Mengkonsumsi bahan makanan (buah dan sayuran) yang dapat memicu perlepasan endorphin dan juga yang mengandung vitamin E  serta analgetik alami, salah satu bahan  makanan yang merangsang otak melepaskan hormon endorphin dan vitamin E yaitu coklat, serta sayuran wortel yang mengandung vitamin E dan analgetik alami. Tujuan umum penelitian ini adalah : untuk mengetahui karakteristik umur remaja putri terhadap kejadian disminore primer. Jenis penelitian ini adalah metode survey yang bersifat analitik   dengan   pendekatan   cross   sectional, jumlah sampel 24 orang ibu hamil. Hasil penelitian : Secara deskriptip terdapat perbedaan rerata disminore primer paiap masing- usia remaja putri. Kesimpulan : Dari 24 responden didapatkan hasil Semuanya mengalami kombinasi gejala dismenore  primer, sedangkan yang terbanyak adalah nyeri perut bagian bawah.

Keywords: Disminore

ABSTRACT
Background: Dysmenorrhoea problems are problems that are often complained of when women come to the doctor or health workers related to menstruation. Pain management can be done by a health worker using pharmacological and non-pharmacological methods. Pharmacologically with anti-pain drugs, while non-pharmacological methods can be done with relaxation, hypnotherapy, warm water compresses, gymnastics or regular exercise, yoga, distraction and massage. Consuming food ingredients (fruits and vegetables) that can trigger endorphin release and also containing vitamin E and natural analgesics, one of the foods that stimulates the brain to release endorphin hormones and vitamin E, chocolate, and carrots containing vitamin E and natural analgesics. The general purpose of this study is: to determine the characteristics of the age of adolescent girls towards the incidence of primary dysminore. This type of research is an analytical survey method with cross sectional approach, a sample of 24 pregnant women. Results: Descriptive there were differences in the mean primary dysminore per year of adolescent girls. Conclusion: From 24 respondents obtained the results All experienced a combination of dysmenorrhea symptoms primary, while the most is lower abdominal pain.

Keywords: Disminore
 
 
 

PENDAHULUAN
Dilihat dari siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu.Masa ini bisa dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap berikutnya. Perubahan yang mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki-laki  memasuki usia remaja. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisik maupun perubahan psikologis, yang merupakan sebuah ciri dari anakanak menuju pada kedewasaan. Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada masa/ usia antara anak-anak dan dewasa. Masa remaja merupakan masa penghubung antara masa anak anak dengan dewasa.(Lukman, 2004).
Menstruasi adalah tanda bahwa siklus masasubur telah dimulai.Pada masa ini tingkakesuburan seorang wanita mencapai puncaknyadan secara seksualitas sudah siap untuk memilikketurunan.Menstruasi terjadi saat lapisan dalamdinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yangdikenal dengan istilah darah menstruasi. Menstruasi pada masa ini paling teraturdan siklus pada alat reproduksi yang dipengaruh hormon cukup baik untuk kehamilan. Dalam keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketikasudah terjadi pengeluaran sel telur yang matang(ovulasi) pada siklus menstruasi (Proverawati danmisaroh, 2009).
Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.Periode ini penting dalam hal reproduksi, biasanya terjadi setiap bulan antara remaja sampai menopause. (Joseph dan Nugroho, 2010)
Namun ada kalanya terdapat kelainan atau gangguan yang ada hubungan dengan menstruasi diantaranya premenstrual tension (ketegangan sebelum haid), mastodinia, mittelschmerz (rasa nyeri saat ovulasi) dan dismenore (rasa nyeri saat menstruasi) (Manuaba, 1999).Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering  dialami ketika haid menyerang. Nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai lima hari dan sering kali tampak seperti nyeri berkepanjangan. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun.Ada yang pingsan, ada yang merasa mual, ada juga yang  benar-benar muntah.Hal ini sangat mengganggu aktivitas wanita sehari hari dan dapat berdampak pada turunnya produktivitas kerja (Kingston, 1995).
Permasalahan dismenorea adalah permasalahan yang sering dikeluhkan saat wanita datang kedokter atau tenaga kesehatan yang berkaitan dengan haid. Kondisi ini akan bertambah parah apabila disertai dengan kondisi psikis yang tidak stabil. Terlebih lagi dikalangan wanita yang berkerja dan harus tetap masuk kerja dalam kondisi kesakitan (Anurogo,2011). Salah satu penyebab dari dismenorea diduga karena terjadinya ketidak seimbangan hormonal dan tidak ada hubungan dengan organ reproduksi. Nyeri tersebut timbul akibat adanya hormon prostaglandin yang membuat otot rahim berkontraksi (Jayati,2017).
Dismenorea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan perkerjaan sehari-hari. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa diperut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang, dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesudah itu semua rasa tidak enak tadi hilang3. Kondisi dismenorea ini makin parah bila disertai dengan kondisi psikis yang tidak stabil seperti stress, depresi, cemas berlebihan, dan keadaan sedih atau gembira yang berlebihan. Dismenorea dapat menyerang perempuan yang mengalami haid pada usia berapapun (Anurogo,2011)..
Dismenorea dapat dialami dari setengah wanita yang sedang mestruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari beberapa negara, angka kejadian dismenorea didunia cukup tinggi. Diperkirakan 50% dari seluruh wanita didunia menderita dismenorea dalam sebuah siklus menstruasi. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana sebanyak 12% dismenorea sudah parah, 37% dismenorea sedang dan 49% dismenorea masih ringan (Hapsari Retni, 2013).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), angka kejadian dismenorea sebesar 1.769.425 jiwa (90%) dengan 10-15% mengalami dismenorea berat. Sedangkan di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 107.673 jiwa (64,25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%) mengalami dismenorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%) yang mengalami dismenorea skunder (Puspita Nara, 2018).
Manajemen nyeri dapat dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan dengan menggunakan metode farmakologis dan nonfarmakologis. Secara farmakologis dengan obat golongan anti nyeri, sedangkan cara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan relaksasi, hipnoterapi, kompres air hangat, senam atau olahraga secara teratur, yoga, distraksi dan massage ( Anjelina, 2015).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi gejala nyeri pada dismenorea, seperti mengkonsumsi obat-obatan antinyeri (asam mefenamat, ibuprofen, metapiron dan lain-lain). Penggunaan analgesik yang berlebihan dapat membuat seseorang ketergantungan terhadap efek penghilang nyeri, hal ini tentu saja berbahaya, ditambah lagi dengan efek samping penggunaan analgesik jangka panjang yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati bahkan hipertensi ( Puspita, 2013)
Data yang didapat dari Prodi Kebidanan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh jumlah mahasiswi tingkat I, II dan III berjumlah 108 mahasiswi, jumlah mahasiswi tingat I berjumlah 46 mahasiswi. Mahasiswi yang mengalami dismenorea primer dari tingkat I, II dan III sebanyak 98 mahasiswi, mahasiswi tingkat 1 yang mengalami dismenorea berjumlah 32 mahasiswi.   Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan februari 2019 dengan cara wawancara terhadap 10 mahasiswi yang mengalami dismenorea, 7 mahasiswi mengkonsum siobat anti nyeri untuk mengurangi rasa dismenorea yang dirasakan dan sebanyak 3 mahasiswi tidak mengkonsumsi obat apapun.
Dismenorea terjadi saat 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimalnya pada usia 15-25 tahun. Dismenorea primer tersebut dialami oleh 60-75 % perempuan muda. Dari tiga perempat jumlah tersebut mengalami dismenorea dengan tingkat berat dan terkadang menyebabkan tidak berdaya dalam memahami nyerinya tersebut (Jayati, 2010)

METODE
Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode survey yang bersifat analitik   dengan   pendekatan   Cross   Sectional   yaitu   penelitian   yang mempelajari dinamika karakteristik umur remaja putri terhadap disminore primer, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara Simple Random Sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana) yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Nasriah.  P,  2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi tingkat I yang mengalami Disminore primer Tingkat I yaitu sebanyak 32 mahasiswi.
Penelitian ini adalah menggunakan metode survey yang bersifat analitik   dengan   pendekatan   Cross   Sectional.
Berdasarkan hasil  pengumulan data penelitian maka karakteristik responden adalah sebagai berikut

Tabel 1 : Distribusi frekuensi Karakteristik Umur Responden
No
Umur
F
%
1
18 Tahun
13
54,2
2
19 Tahun
8
33,3
3
20 Tahun
3
15,5
Total
24
100

Tabel di atas diketahui bahwa dari 24 (100 %) responden tingkat I, mayoritas mahasiswi berumur 18 tahun sebanyak 13 orang (54,2%) dan minoritas mahasiswi yang berumur 20 tahun sebanyak 3 orang (15,5%).

DISKUSI
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa umur responden sebagian besar berumur 18-20 tahun, wanita yang biasanya mengalami disminore primer berumur 15-25 tahun, jadi kemungkinan besar responden mengalan disminore primer. Lama menstruasi menstruasi merupakan salah satu faktor resiko seorang wanita menderita disminore primer, lama menstruasi yang normal 3-7 hari, jika lebih dari itu maka dikatakan mengalami disminore primer berat.
Munculnya disminore primer yaitu sebagian sejak menstruasi pertama, muncul 6-12 bulan setelah menarkhe. Waktu hilangnya gejala disminore primer 24-48 jam sejak mulainya menstruasi. Dampak dari disminore primer yaitu produktifitas menurun.
Hal ini sejalan dengan teori yang menjelaskan bahwa menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikitsedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari) menimbulkan adanya kontraksi uterus, dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi disminore (Anurogo, 2011).
Menurut Prawirohardjo (2005), dismenore primer (disebut juga sebagai dismenore idiopatik, esensial, intrinsik)  adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata, atau tidak ada hubungan dengan kelainan ginekologik. Dismenore primer merupakan rasa sakit yang wajar dan biasa terjadi, disebabkan karena  tingginya kadar prostaglandin atau zat yang membuat otot-otot rahim berkontraksi dan melepaskan dindingnya. Dismenore primer terjadi mpada hari pertama sampai hari ketiga menstruasi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar siswi Remaja putri yang mengalami menstruasi dini (premature).Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal.Faktor internal karena ketidakseimbangan hormon bawaan lahir.Hal ini juga berkorelasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi. Tidak kualitas gizi yang lebih baik pada masyarakat saat ini memicu menstruasi dini, tapi gizi yang kurang juga mengakibatkan hal yang sama.
Dalam 1 tahun setelah terjadinya menarche, ketidakteraturan menstruasi masih sering dijumpai. Ketidakteraturan terjadinya menstruasi adalah kejadian yang biasa dialami oleh para remaja putri, namun demikian hal ini dapat menimbulkan keresahan pada diri remaja itu sendiri. Sekitar 2 tahun setelah menarcheakan terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak harus terjadi setiap bulan tetapi dapat terjadi setiap 2 atau 3 bulan dan secara beransur siklusnya akan menjadi lebih teratur. Dengan terjadinya ovulasi, dismenore primer dapat timbul. Dengan bertambahnya umur nyeri haid  akan semakin berkurang dan hilang dengan sendirinya (Proverawati dan misaroh, (2009). 
Teori oleh  Basalamah et al, (1993) dalam Yustianingsih 2004, bahwa dismenore primer dapat dijumpai pada wanita muda yang telah berusia antara usia 15-25 tahun dan akan menghilang pada usia akhir 20-an atau 30-an tanpa ditemukan kelainan alat genital pada pemeriksaan ginekologi sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan , seluruh siswi dapat mengalami dismenore primer. Hal ini sesuai dengan teoriteorim bahwa dismenore primer dapat terjadi pada usia-usia sekolah.Absensi pada siswi sekolah yang diakibatkan oleh dismenore primer mencapai 25%.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahit.et.al.(2007), yang menyatakan bahwa faktor umur adalah variable penting yang mempengaruhi respon nyeri. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga harus mengkaji respon nyeri pada anak, anak-anak mempunyai respon nyeri yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usia remaja, dewasa dan orang tua. Anak-anak mempunyai respon yang lebih tinggi karena dapat mengekspresikan nyeri lebih bebas.Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
Teori ini diajukan oleh Hipoorates bahwa akhir-akhir ini diyakini bahwa dilatasi serviks akan merupakan pengobatan permanen diemenore primer, hal ini didukung oleh hilangnya dismenore primer setelah kelahiran anak yang pertama (Akerlund, 1979 dalam Wiiduri 1995).

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa umur responden sebagian besar berumur 18-20 tahun mengalami disminor primer.






DAFTAR PUSTAKA

Andriyani Avie. Panduan Kesehatan Wanita Haid, Hamil, Melahirkan, Nifas, Menyusui. Jakarta : As-Salam. 2012

Anjelina, N. Perbedaan Efektifitas Tehnik Yoga (Chat Strech Exercise) Dengan Senam Dismenore Terhadap Penurunan Nyeri Haid (Dismenorhea Primer). Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang (Unpublis) Hal-34 2013

Anurogo. Cara Jitu Mengatasi NYeri Haid. Yogyakarta. Andi. 2011
Devi, N. Gizi Saat Sindrome Menstruasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. 2012
Hapsari Retni W dan Tri Anasari. Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Metode Pemberian Cokelat Terhadap Penurunan Intensitas Dismenore Pada Remaja Putri Di SMK Swagaya 2 Purwokerto. Jurnal Involusi Kebidanan. Vol 3, No 5, Januari 2013. Hal-28 3013
Haryono Rudy. Siap Menghadapi Menstruasi & Menopause. Yogyakarta: Gosyen Publishing. 2018
Jayati. FR. Efektifitas Pemberian Yogurt Terhadap Penurunan Nyeri Haid (Dismenorhea) Pada Wanita Usia 18-22 Tahun Di Wilayah Sumber Sari. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang ( Unpublis). Hal : 2-5 2010
Kumalasari I dan Iwan A. Kesehatan Reproduksi : Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2012
LailaNajmi L. Buku Pintar Menstruasi Solusi Mengatasi Segala Keluhan. Jogjakarta : Buku Biru. 2011
Lestari NMSD. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. Pengaruh Dismenorea Pada Remaja. 2013 ; 329 - 9. Journal Undikha. 2013
Lukman, Abdul Jabbar. 2004. Remaja Hari Ini Adalah Pemimpin Masa Depan. Jakarta: BKKB
Nasriah.  P,  2010.  Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  pengetahuan  remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang.http://faktor-faktorkespro.com
Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti Ratna D. 3 Fase Penting Pada Wanita (Menarche, Menstruasi dan Menopause). Jakarta : Elex Media Komputido. 2012
Sinaga Emawati, Nonon S, Suprihatin et al. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta : Global One. 2017
Widyastuti Y, Anita R dan Yulianti Eka P. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: FitraMaya. 2017



 




1 komentar:

  1. Live Dealer Roulette at Slots - Play For Free
    Live Roulette 슬롯 나라 at Slots.lv casino is one 벳익스플로어 of the most entertaining and 승인 전화 없는 가입 머니 innovative 아르고캡쳐 games 구글 룰렛 available online. Try this live dealer roulette game for free.

    BalasHapus