Kamis, 27 Desember 2018
Evi Zahara dkk: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018, hal. 91-98
HUBUNGAN STATUS
GIZI REMAJA DENGAN USIA MENARCHE
Oleh:
Evi Zahara1*, Cut Dinda Mastri Julita1,
Silvya Masyitah1
1Program Studi D-III KebidananMeulaboh,
PoliteknikKesehatanKemenkes, Aceh, Indonesia.
ABSTRAK
Latar Belakang : Menarche adalah haid pertama yang terjadi pada
seorang perempuan, yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang
sehat dan tidak hamil. Umumnya seorang perempuan haid untuk pertama kali pada
usia 12 atau 13 tahun. Namun demikian ada juga yang mengalaminya lebih awal
(usia 8 tahun) atau lebih lambat yaitu pada usia 18 tahun. Status gizi remaja
putri dianggap berperan dalam mempengaruhi terjadinya menarche. Status gizi
terkait dengan pemenuhan nutrisi. Nutrisi mempengaruhi kematangan seksual pada
gadis yang mendapat menstruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat
dan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia
yang sama. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan gizi dengan usia
menarche pada remaja putri. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat survey
analitik dalam bentuk rancangan cross sectional. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif korelatif untuk mendeskripsikan hubungan status gizi
dengan usia menarche. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 209 siswi
MTsN Meurebo Kelas VII dan VIII tahun ajaran 2018/2019. Penarikan jumlah sampel
ini menggunakan tehnik random sampling sehingga didapatkan jumlah
sampelnyasebanyak 42 orang siswi. Data dikumpulkan dengan pemeriksaan dan pengukuran
tinggi dan berat badan responden. Berdasarkan hasil
analisis statistik menggunakan chi square didapat nilai Pvalue= 0,003 < 0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara status giziremajaputridenganusia menarche. Diharapkan bagi
pihak kesehatan terkait dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi remaja putri tentang gizi guna
meningkatkan pengetahuan selanjutnya dapat berdampak pada peningkatan status
gizi mereka.
Kata Kunci: status gizi, menarche
PENDAHULUAN
Sebelum
seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari
masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa remaja (Sawyer et al, 2018). Menurut
WHO dalam Kemenkes, 2015 menyebutkan batasan usia remaja adalah 10- 19 tahun. Masa ketika seorang anak mulai mengalami
kematangan secara seksual dan organ-organ reproduksi siap untuk menjalankan
fungsi reproduksinya. Pada masa remaja
terjadi pertumbuhan cepat, munculnya seks sekunder, terjadi perubahan
psikologis serta kognitif (Sawyer et al, 2018). Masa remaja ditandai dengan terjadinya onset pubertas. Pubertas
remaja putri ditandai dengan munculnya ciri fisik yang khas, seperti pembesaran
payudara (telarche), adanya pertumbuhan rambut pubis (pubarche) dan terjadinya menarche
(Olivia et al., 2012).
Menarche
adalah menstruasi pertama di tengah masa pubertas. Biasanya, peristiwa ini
terjadi di awal masa remaja (Prawirohardjo, 2011). Usia seorang anak perempuan
mendapatkan menarche sangat bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor, di
antaranya faktor keturunan, kesehatan gizi, dan keadaan umum (Prawirohardjo,
2007). Saat ini, usia rata-rata menarche antara 12 dan 13 tahun (Gant dan
Cunningham, 2010).
Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid
(menarche) bervariasi yaitu antara 10-16 tahun,tetapi rata-ratanya 12,5 tahun.
Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak
ke dewasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche diantaranya status
gizi yang meliputi berat badan dan tinggi badan, aktivitas fisik, genetik,
lingkungan, dan status social ekonomi(Prawirohardjo,
2011).
Di
Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun
dan umur rata-rata 12,5 tahun (Ganong, 2005). Sedangkan di Indonesia gadis
remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata menarche
12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal
di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2009).
Hasil penelitian AL-Awadhi N et al,
(2013) di Kuwait melaporkan bahwa erjadi penurunan usia menarche pada perempuan
yang mengalami obesitas. Hasil penelitian Olivia, et al, (2012) pada remaja putri usia 10-15 tahun di Medan
disebutkan remaja yang obesitas mengalami menarche lebih cepat yaitu usia 10-11
tahun dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami obesitas.
Makanan bergizi
dan faktor lingkungan, juga menjadi pemicu seseorang perempuan mengalami
menstruasi lebih dini. Dibandingkan dengan kondisi perempuan beberapa tahun
lalu, perempuan dimasa sekarang ini yang asupan makananya lebih bergizi dan
lingkunganya lebih modern pun lebih dini mengalami
menstruasi. Perkembangan seksual sekunder dipengaruhi oleh faktor endogen
dan eksogen, antara lain status gizi, lingkungan, media massa, sosial ekonomi,
dan derajat kesehatan secara keseluruhan. Faktor yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan seksual sekunder untuk hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar hypothalamus, pituitary, dan ovarium. Hormon yang berpengaruh terhadap
terjadinya menarche adalah estrogen dan progesterone. Estrogen berfungsi
mengatur siklus haid, sedangkan progesteron berpengaruh pada uterus, yaitu
dapat mengurangi kontraksi selama siklus haid (Waryana 2010).
Adanya hubungan
antara jumlah tertentu lemak tubuh dengan mulai dan berlangsungnya menstruasi.
Teori ini menekankan bahwa menarche terjadi pada berat badan tertentu daripada
usia tertentu pada seorang wanita. Menstruasi yang datang lebih tinggi biasanya
disebabkan oleh beberapa faktor lain, diantaranya adalah berat badan yang
berlebihan, aktifitas fisik, dan genetik. Selain itu dipengaruhi
rangsangan-rangsangan kuat seperti film, buku-buku bacaan dan majalah orang
dewasa yang dapat mempercepat datangnya menstruasi lebih dini (Waryana 2010).
Berdasarkan
survai awal yang dilakukan di MTsN Meurebo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat. Hasil wawancara peneliti dengan 10 orang siswi MTsN di peroleh ada nya 4
siswa yang memang belum menstruasi di usia yang seharusnya sudah menarche, hal
ini belum di ketahui penyebabnya. Salah satu siswa menyebutkan bahwa di
keluarga mereka memang keluar haid pertama pada saat Sekolah Menengah Pertama (
SMP ). Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk mengetahui tentang “ Hubungan status gizi pada remaja putri dengan
usiamenarche di MTsN Meurebo”
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Meurebo Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat dan dilaksanakan selama 2 hari pada
tanggal 17 Juli sampai dengan 18 Juli 2018.
Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas VII dan
VIII MTsN Meurebo Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 209
orang.Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengacu pada rumusan
(Aikunto, 2008) yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada subjek
penelitian kurang dari 100 maka dapat diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, tetepi bila jumlah subjek lebih dari 100 dapat
diambil 10-20% dari jumlah populasi.Berdasarkan hal tersebut maka penelitian
mengambil 20% dari keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel yang berjumlah
41,8 dibulatkan menjadi 42 orang.
Metode penelitian
yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional.
Teknik analisa data yang dilakukan dengan cara tekhnikunivariat dan
bivariat yaitu untuk mencarihubungan Status
gizi dengan usia Menarche di MTsN Meurebo Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh
Barat.
HASIL
PENELITIAN
Status Gizi
Variabel status gizi responden di kelompokkan dalam tiga katagori
yakni kurus, normal dan gemuk yang disajikan dalam bentuk diagram batang
berikut:
Gambar 1 Status gizi
remaja putri yang mengalami menarche
Keterangan: Batasan kategori status gizi kurus IMT
<18 18-27="" dan="" dengan="" gemuk="" imt="" normal="">27 dan keseluruhan
responden berjumlah 42 orang.18>
Usia
Menarche
Adapun hasil
penelitian yang diperoleh adalah data remaja putri sebagai responden yang
dikelompokkan berdasarkan usia menarche dibagi dalam dua katagori yaitu usia normal dan
lambat yang di sajikan dalam bentukdiagram batang berikut:
Gambar 2 Kelompok usia
remaja putri yang mengalami menarche berdasarkan katagori usia
Keterangan: Batasan kategori usia
normal antara 11-13 tahun dan Lambat antara 14-16 tahun dengan responden
keseluruhan berjumlah 42 orang.
Hubungan Status GiziRemajaPutriDengan Usia Menarche
Berdasarkanhasiluji statistik menggunakanujichi square antara status gizi dengan katagori
kurus, normal dan gemuk dengan usia menarche normal dan lambat maka didapatkan
hasil sebagai berikut.
Tabel1. Hubungan Status GiziRemajaPutridenganUsia Menarche
Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Meurebo
Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh BaratTahun 2018.
No
|
Status Gizi
|
Usia Menarche
|
Total
|
P
|
||||
Normal
|
Lambat
|
|||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
f
|
%
|
0.003
|
||
1.
|
Kurus
|
6
|
23,1%
|
20
|
76,9%
|
26
|
100%
|
|
2.
|
Normal
|
10
|
71,4%
|
4
|
28,6%
|
14
|
100%
|
|
3.
|
Gemuk
|
2
|
100%
|
0
|
0%
|
2
|
100%
|
Keterangan : Berdasarkan hasil analisis statistik
menggunakan uji chi square didapat
nilai Pvalue= 0,003 < 0,05. Hal
ini bermakna bahwa ada hubungan antara status
giziremajaputridenganusia menarche.
PEMBAHASAN
Usia Menarche
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 42
siswi MTsN usia antara 11-16 tahun menunjukkan bahwa mayoritas responden
termasuk dalam katagori menarce pada usia lambat yaitu usia 14-16 tahun. Menarche
yang dialami remaja pada usia ini di sebut juga dengan menarche tarda, disebabkan
oleh faktor herediter, gangguan kesehatan dan kekurangan gizi (Prawiroharjo,
2007). Menarche merupakan
perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita di masa pubertas
umumnya terjadi antara usia 10-14 tahun.
Menarche merupakan perubahan yang menandakan bahwa
remaja sudah memasuki tahap kematangan organ seksual. Dimulainya menarche
membuat organ seks sekunder ikut tumbuh dan berkembang, seperti pembesaran
payudara, mulai tumbuh rambut ketiak dan pubis, panggul membesar dan juga mulai
berkembangnya beberapa organ vital yang siap untuk dibuahi (Manuaba, 2007). Hal
ini sesuai dengan Menurut Pardede dalam Niken, (2013), mengatakan bahwa usia
menarche remaja putri terjadi pada usia 12-16 tahun dengan rata- rata usia 13
tahun. Usia menarche dapat bervariasi pada setiap individu dan wilayah, banyak
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses (Febri, 2009). Menarche pada
responden penelitian ini dominan mengalami keterlambatan dibanding menarche
pada anak umumnya mungkin dapat dikaitkan dengan faktor gizi sebagai salah satu
faktor penyebab terlambatnya menarche.
Status gizi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
siswi MTsN usia antara 11-16 tahun menunjukkan bahwa mayoritas responden
termasuk dalam katagori status gizi kurus yaitu 61,9% dengan IMT<18 .="" span="">Menurut Adriani (2014) bahwa status gizi remaja dapat dakibatkan oleh keteraturan
pola makan dan aktifitas fisik. Pertumbuhan status gizi remaja juga dipengaruhi
oleh asupan protein, kalori, dan energi. Energi yang dibutuhkan oleh remaja
sesuai dengan aktifitas yang mereka lakukan. Jika tidak seimbang antara
konsumsi nutrisi dan aktifitas maka dapat menyebabkan kebutuhan gizi oleh tubuh
tidak terpenuhi. Dengan mengkonsumsi
protein dan kalori sesuai kebutuhan atau cukup maka pertumbuhan badan yang
menyangkut pertambahan berat badan dan tinggi badan akan dicapai dengan baik. Ketidak seimbangan antara asupan nutrisi untuk kebutuhan tubuh akan
menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih (gemuk) maupun
gizi kurang (kurus). 18>
Hubungan antara status gizi dan usia menarche
Berdasarkan
hasil penelitian terhadap Siswi Putri MTsNMeureboKecamatanMeureboKabupaten
Aceh Barat tahun 2018menunjukkan bahwaada hubungan bermakna
antara status gizidengan menarchedengan perolehan
nilai p< 0,05 (0,003). Hasil yang diperolehdari 42 Siswa
putri terdapat 6 Orang (23,1%) Siswa Putri yang mempunyai gizi dalam kategori
kurus mendapat menarche pada usia yang normal dan 20 orang siswi (76,9%) dalam
kategori kurus belum mendapatkan menarche pada usia yang seharusnya sudah
menadapatkan menarche. Selanjutnyaada 10 orang siswi (71%) dalamkategorigizi normal sudahmendapatkan menarche padausia yang
normal dan 4 orang siswi (28,6%) belum menarche. Sisanyaterdapat 2 orang siswi yang
gizinyadalamkategorigemuksebanyak 2 orang (100%) sudahmendapat menarche padausia yang normal ini. Sehingga hipotesa penelitian ini diterima.
Hasil di
atas mungkin disebabkan karena selain status gizi, Saraswati (2012) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa aktivitas fisik juga memengaruhi usia
menarche. Faktor lingkungan juga berpengaruh, dimana semakin banyak media yang
mempertontonkan materi pornografi akan lebih mempercepat kematangan
seksual seorang gadis
(Smart, 2008). Dikemukakan oleh
Eka (2004), bahwa ibu yang mendapatkan menarche lebih awal, maka anak mereka
memulai periode menstruasi lebih awal pula. Naryanti (2012) mengungkapkan dalam
penelitiannya bahwa faktor keturunan, usia menarche saudara perempuan kandung,
dan kondisi kesehatan umum juga berpengaruh terhadap usia menarche.
Penelitian
Prajawati(2013) menujukkanbahwaadahubunganantara
status giziremajaputridenganusiaterjadinyamenstruasipertamapadasiswi di SMP
Muhammadiyah 10 Surakarta. PenelitianMutasya (2016) tentangFaktor-Faktor yang
BerhubungandenganUsia Menarche Siswi SMP Adabiahdidapatkan bahwa adanya
hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan per kapita dan status gizi
dengan usia menars sedangkan tingkan pendidikan orang tua dan paparan media
massa tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan usia menars. Status
gizimemilikipengaruhbesarterhadapusia menarche yang terjadipadaremajaperempuan.
Kekurangangizidapatmemperlambatdatangnya menarche
danmemperlambatpertumbuhan.Hasilpenelitian yang dilakukan di beberapanegaramenunjukanbahwaremajaperempuan
yang memiliki status gizikurangakanmengalamiketerlambatandatangnyamenstruasi.
Penyebabutamanyaadalahkarenaterjadipenurunankalori, protein
danjugaunsurgizilainnyasehinggaakanberdampakpadapenurunanproduksihormon gonadotropin.
(Ditha, 2010)
Hasilpenelitiandiatas berbeda denganpenelitianAriwibowo
(2004)yang menyatakantidakadahubunganantarastatusgizidanmenarche.
Perbedaantersebutmungkindisebabkanoleh perbedaanjumlah
sampel,dimana Ariwibowo menggunakan91 siswi.
Dalampenelitiannya,Aishah (2011)
mengungkapkan bahwaremajayang memilikiIMTyang
lebihtinggicenderung
mendapatkanmenstruasipertamanya
terlebihdahulu,karenakadarleptinyang disekresikanoleh kelenjaradiposa. Boenga(2011)mengatakan
bahwaleptin memengaruhi
kadarneuropeptidaY yang
memengaruhiGnRH.Lalu,berubahnyakadarGnRHyang disekresikanjuga mengubahkadarsekresiLH.Selainitu,leptinberpengaruhpadamaturasioosit yangmerangsang
pematanganovumyangdihasilkanolehovarium.Makadapat disimpulkanbahwa remajayangmemilikistatusgizitinggiakanmengalami
menarchediusiayang lebihcepatdibanding merekayang
memilikistatusgizi rendah,karena perbedaanjumlahkelenjaradiposayang merekapunya menghasilkan
jumlah sekresikadar
leptinyang berbeda. Merekayang
memiliki statusgizitinggiataudiatasnormalakanmendapatmenarchediusiayang
terlalu cepat,sedangkanmerekayang memilikistatusgizirendahataudibawahnormal
mengalamimenarchediusiayang terlalulambat.Lalu,merekadenganstatusgizi yangnormal
mengalamimenarchedi
usiayangjuganormal.
Menurut Proverawati et al, (2009), Kekurangan gizi merupakan masalah penting, karena
seorang wanita yang kurang gizi makan akan lebih mudah mengalami gangguan
kesehatan seperti anemia, Kekurangan Energi Kronik (KEK), kekurangan kalsium,
vitamin D, yodium, seng dan kekurangan vitamin 5 serta mineral akan
mempengaruhi proses reproduksi, dan menurut Erick (2009).
Francin, et
al, (2005) menjelaskanseorangwanita
yang
mengalamikekuranganmaupunkelebihangiziakanberdampakpadapenurunanfungsihipotalamus
yang tidakmemberikanrangsangankepadahipofisa anterior untukmenghasilkan FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) dimana FSH
iniberfungsimerangsangpertumbuhansekitar 3-30 folikel yang
masing-masingmengandung 1 seltelur. Tetapihanya 1 folikel yang terustumbuh,
yang lainnyahancur.Sedangkan Luteinizing Hormone(LH)
berfungsidalampematanganselteluratauovulasi (fasesekresi) yang
nantinyajikatidakdibuahiakanmengalamipeluruhan (menstruasi),
sehinggaapabilaproduksi FSH dan LH terganggumakasiklusmenstruasijugaakanterganggu.
Berhubungandenganmenstruasi,
secarakhususjumlahwanitaanovulasiakanmeningkatapabilaberatbadannyamengalamiperubahan
(meningkatataumenurun).
Remajarentanmengalamikuranggizipadaperiodepuncaktumbuhkembangsertaasupangizikarenapolamakan
yang salahsebagaiakibatdaripengaruhlingkungan
(inginlangsing).Akibatkekurangangizipadaremajaputrimenjadi (kurus, pendek,
danpertumbuhantulangtidakproporsional). Hal iniakanberdampakpadagangguanhaid,
tetapiakanmembaikbilaasupannutrisinyabaik. Asupangizi yang tidakadekuatjugadapatberlanjutpadaketidakteraturanmenstruasiyang
dialamikebanyakanremajaputri.
KESIMPULAN
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali
pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa. Usia remaja putri pada
waktu mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10 – 16
tahun, tetapi rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun.
Semakinbaikstatusgiziseseorang,semakincepatusiamenarche
orang
tersebut. Remaja yang memiliki status gizi tinggi akan mengalami menarche di usia yang
lebih cepat dibanding mereka yang memiliki status gizi rendah. Mereka dengan
status gizi yang normal mengalami menarche di usia yang juga normal. Dari hasil
penelitian ini didapatkan mayoritas remaja putri MTsN Meureubo belum menarche karena status
gizinya kebanyakan dalam katagori kurus.
Berdasarkan hasil analisis statistik
menggunakan Chi Square menunjukkan
bahwa adanya hubungan bermakna antara status gizi remaja putri dengan usia menarche di MTsN
Meureubo dengan nilai p(0,003)< 0,05.
SARAN
Disarankan
kepada petugas kesehatan setempat untuk dapat memberikan penyuluhan kesehatan
kepada siswa putri mengenai gizi remaja sebagai
upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang dapat berdampak pada peningkatan
status gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Awadhi,
N., N. Al-kandari, T. Al-Hasan, D. AlMurjan, S. Ali dan A. Al-Talar. 2013. Age
at Menarche and Its Relationship to Body Mass Index Among Adolescent
Girls in Kuwait.BMC Public Health 13(29): 1471-2458.
Amalia,
N. R. Hubungan Indeks Massa Tubuh
Dan Persen Lemak Tubuh Dengan Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja Putri Di Sma
Bina Insani Bogor . [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2013
Arikunto,
S 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arisman.
2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta: EGC
Francin P,
Rumdasih Y, Heryati. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2005.
Gant, N. F dan Cunningham, F.G. 2010.Dasar-dasarGinekologi&Obstetri.
EGC. Jakarta.
Ganong,
William F. 2005. Review of Medical Physiology 22nd Edition. Boston:
McGraw-Hill.
Kemenkes. 2014. Pedoman Gizi Seimbang.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kusmiran,
E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan wanita. Jakarta: SalembaMedika
Olivia
D., M. Deliana, Supriatmo, Hakimi, S. M. Lubis. 2012. Body Mass Index and Age
of Menarche in YoungGirls. Paediatrica Indonesiana 52(6).
Prawirohardjo,
S. 2007. Ilmu Kebidanan.
Bina Pustaka: Jakarta. Hal 98-99.
Proverawati.,
Atikah., & Asfuah, S. (2009). Gizi Untuk Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Putri. 2009. Hubungan antara Status Gizi, Status Menarche Ibu,
Media Massa, Aktifitas Olahraga dengan Status Menarche Siswi di SMP
Islam Al- Azhar Rawamangun Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Manuaba.
(2007). Ilmu Kebidanan, Pemyakit Kandungan, Dan KB Untuk Pendidikan Bidan Ed.2.
Jakarta: EGC.
Mutasya F.U, Hasyim H. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia
Menarche Siswi SMP Adabiah. 2016;5(1):233–7.
Saraswati, R. 2012. Hubungan Antara Status Gizi dengan Usia
Menarche Siswi SMPAl Azhar 8 Kemang Pratama Bekasi. Skripsi. UPN Veteran:Jakarta.
Sayogo, S. Gizi remaja putri.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006.
Sediaoetama, A. D .2006 . Ilmu Gizi. Penerbit : Dian Rakyat.
Jakarta
Supariasa, I.D.N. dkk. 2013. Penilaian Status Gizi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sawyer, S. M., P. S. Azzopardi, D.
Wickremarathne, G. C. Patton. 2018. The Age of Adolescence. The Lancet Child
& Adolescence Health 2(3).
Winkjosastro,
H. 2009. Ilmu Kandungan. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama.
Yogyakarta.
Wiryo,H. 2002. Gizi Untuk
Praktisi Kesehatan. Jakarta: ECG
Langganan:
Postingan (Atom)