PENGARUH PEMBERIAN FE, ASAM
FOLAT, VITAMIN C DAN VITAMIN B 12 TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA
MAHASISWI PRODI KEBIDANAN POLTEKKES ACEH TAHUN 2016
Oleh:
Yushida
ABSTRAK
Remaja dengan anemia berdampak pada kesehatan reproduksi dan jika
hamil berisiko abortus, BBLR dan perdarahan pasca persalinan. Upaya lain
diberikan pada penderita anemia defisiensi besi dengan suplementasi tambahan
selain zat besi yaitu asam folat, vitamin C dan vitamin B12.Tujuan
penelitian untuk menganalisa perbedaan pemberian zat besi, asam folat, vitamin
C dan vitamin B12 terhadap
peningkatan kadar hemoglobin. Hipotesa penelitian
adanya perbedaan kelompok Fe, asam folat dengan kelompok Fe, asam folat,
Vitamin C dan kelompok Fe, asam folat dan vitamin B12. .Jenis penelitian
quasy eksperimen. Populasi Mahasiswi umur 18-19 tahun berjumlah 49 orang.
Pemilihan sampel yaitu purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eklusi yang berjumlah 45 orang. Metode analisa data adalah univariat dan Bivariat dengan menggunakan uji T Test Dependent dan uji Anova. Hasil uji
statistik T Test Dependent menunjukkan
adanya pengaruh sebelum dan sesudah pemberian Fe,
asam folat, vitamin C dan B12 terhadap peningkatan kadar hemoglobin
dengan p-value 0,000. Hasil uji Anova menunjukkan dari ketiga kelompok
perlakuan, diperoleh hasil bahwa kelompok perlakuan II (pemberian fe, asam
folat, vitamin C) dengan kelompok perlakuan
I (pemberian fe, asam folat) memiliki p value 0,39 artinya kelompok II memiliki perbedaan
bermakna dengan kelompok I sesudah perlakuan terhadap peningkatan kadar
hemoglobin dengan selisih perbedaan rata-rata 0,873 gr/dl. Diharapkan puskesmas
menyukseskan program pemberian Fe, asam folat selama haid dengan menambahkan
vitamin C sebagai upaya peningkatan hemoglobin remaja yang bermakna.
Kata Kunci : Fe, Asam Folat, Vitamin C, Vitamin B12, Hemoglobin, Remaja
Puteri
PENDAHULUAN
Masa Remaja
merupakan masa aktivitas yang tinggi. Pada masa ini remaja masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sehingga tetap membutuhkan nutrisi untuk tubuh.
Fenomena pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai
potensi pertumbuhan yang maksimal.1
Tingginya
kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan pertambahan
berbagai dimensi tubuh. Masalah nutrisi utama pada remaja putri adalah
defisiensi mikronutrien, khususnya defisiensi zat besi. Zat besi sangat
dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah dan menjadi faktor pengikat
oksigen dalam tubuh, sehingga memberi pengaruh yang sangat besar bagi seluruh
tubuh.2
Menurut
Permadhi (2014),3 kebutuhan zat besi pada perempuan lebih banyak
akibat pengaruh dari siklus menstruasi setiap bulan sehingga pengeluaran darah
dan cairan dapat mencapai 35-50 ml. Selama menstruasi, perempuan dengan
pengeluaran darah 30 ml diperkirakan dapat kehilangan zat besi sebanyak 30 mg.3
Zat besi
merupakan nutrisi penting untuk pertumbuhan tubuh. Zat besi dikatakan penting
karena merupakan zat yang diperlukan untuk membantu pembentukan haemoglobin
sebagai komponen sel darah merah. Haemoglobin berperan dalam transportasi
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, serta memproses karbondioksida kembali
ke paru-paru dan kemudian dikeluarkan.4
Dampak negatif
dari kekurangan zat besi yaitu terjadinya anemia defisiensi besi yang
mengakibatkan kesulitan dalam konsentrasi, menurunnya daya tahan tubuh, mudah
lelah dan lemas, sehingga juga berdampak mudah terserang infeksi atau penyakit
yang lain. Bagi mahasiswa hal ini akan mempengaruhi proses pembelajaran dalam
masa pendidikan.2
Remaja tahap
akhir merupakan masa peralihan ke dewasa awal, apabila menikah atau berkeluarga
maka harus mempersiapkan reproduksi yang sehat. Kondisi anemia dapat berdampak
pada kesehatan reproduksi dan jika hamil akan berisiko abortus, BBLR dan
perdarahan pasca persalinan.4
Salah satu
upaya dalam penanganan pada kasus anemia defisiensi besi yaitu dengan
mengkonsumsi suplementasi fe (zat besi) dalam kurun waktu yang pendek.
Pemberian zat besi saja tidak begitu berpengaruh dibandingkan dengan
mengkonsumsi nutrisi yang cukup dari makanan. Upaya lain yang dapat diberikan
pada penderita anemia defisiensi besi yaitu dengan mengkonsumsi suplementasi
tambahan atau pendamping selain zat besi yaitu asam folat, vitamin A, vitamin
B6 (piridoksin), vitamin C dan
Riboflavin dari berbagai penelitian.5
Menurut
Permadhi, dalam upaya meningkatkan haemoglobin maka dapat dilakukan dengan
pemberian zat besi namun juga diperlukan mikronutrien yang lain seperti vitamin
C dan asam folat. Vitamin C berperan membantu mempercepat penyerapan zat besi,
sedangkan asam folat berperan dalam memproduksi sel darah merah. Asam folat
alamiah mudah rusak akibat pengaruh oksigen dan suhu panas selama proses
memasak, maka dapat diatasi dengan pemberian suplementasi asam folat aktif.3
Angka kejadian
anemia di Indonesia yaitu 21% pada remaja laki-laki dan 30% pada remaja putri.6
Provinsi Aceh angka kejadian anemia mencapai 16,4%, sedangkan di kabupaten Aceh
Barat angka kejadian anemia mencapai 10,3%.7
Penanganan anemia defisiensi gizi yang
paling efektif dalam jangka pendek adalah suplementasi tablet besi. Namun
walaupun suplementasi besi sudah diberikan, defisiensi vitamin seperti vitamin A, riboflavin, asam folat dan vitamin B12 dapat menyebabkan
anemia. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Hertanto (2002) di Karangawen
Demak menemukan bahwa prevalensi anemia sebesar 77,1%, ternyata yang menderita
anemia defisiensi besi murni hanya 3,7%, dan 55,6% adalah anemia dengan
disertai berkurangnya salah satu zat gizi mikro seperti (seng, vitamin A dan vitamin B12).8
Penelitian Ahmed F (2001) di Bangladesh
menunjukkan bahwa anemia tidak hanya disebabkan oleh defisiensi besi saja namun
juga defisiensi asam folat dan vitamin A.9 Hasil penelitian Astuti tahun 2014, tentang pengaruh pemberian fe
dan vitamin C terhadap peningkatan hemoglobin pada remaja puteri SMPN 1 Baso
Kabupaten Agam, menunjukkan hasil rata-rata perubahan kadar hemoglobin
antara kelompok I pemberian fe, asam
folat dan kelompok II yang diberikan fe, asam folat dan vitamin C terjadi
peningkatan secara signifikan dengan p-value 0,00.10
Berdasarkan survey awal terhadap Mahasiswi Prodi Kebidanan Meulaboh, jumlah mahasiswi umur 18-19 tahun yang tinggal
di asrama adalah 62 orang, hasil skrining HB <12 adalah="" dl="" gram="" span="">34 orang. Mahasiswi di asrama kegiatannnya padat sampai malam hari. Makan
disediakan di asrama. Pengurus asrama
tidak menyediakan pemeriksaan kadar hemoglobin secara rutin dan tidak menyediakan tablet tambah darah (TTD). Beberapa
mahasiswi mengeluh lesu, pusing dan
sering mengantuk. Hasil informasi tentang konsumsi makanan terhadap 10 orang siswi, menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi sebesar ≥ 100%, protein sebesar
80%, zat besi sebesar 75%, asam folat sebesar 70%, vitamin A sebesar 70%,
vitamin B12 70% dan vitamin C sebesar 70% dari yang dianjurkan. Jika rata-rata
konsumsi tersebut dibandingkan dengan tingkat konsumsi, maka tingkat konsumsi
untuk energi dikategorikan baik, protein cukup, zat besi, asam folat, vitamin A dan vitamin B12 dikategorikan kurang.12>
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“Bagaimanakah pengaruh pemberian zat besi, asam folat,
vitamin C dan vitamin B12 terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada mahasiswi di
Prodi Kebidanan Meulaboh ?”
Tujuan
penelitian terdiri dari
Tujuan Umum: Untuk
menganalisa pengaruh pemberian zat besi, asam folat, vitamin
C dan vitamin B12 terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada mahasiswi Prodi Kebidanan Meulaboh tahun 2016.
Tujuan Khusus:Menganalisa
pengaruh pemberian
suplementasi Fe dan asam folat terhadap kadar
hemoglobin remaja, Menganalisa pengaruh
pemberian suplementasi Fe, asam folat dan vitamin C
terhadap kadar hemoglobin remaja, Menganalisa pengaruh pemberian suplementasi Fe, asam folat dan vitamin B12 terhadap kadar hemoglobin remaja, Menganalisa
perbedaan peningkatan kadar hemoglobin remaja yang mendapat suplementasi Fe dan
asam folat dibandingkan dengan yang mendapat suplementasi Fe, asam folat dan vit C, dan yang mendapat
suplementasi Fe, asam folat vitamin B12.
Hipotesa dalam penelitian ini
adalah Ada pengaruh pemberian
suplementasi Fe dan asam folat terhadap kadar
hemoglobin remaja, Ada pengaruh pemberian suplementasi Fe, asam folat dan vitamin C terhadap kadar hemoglobin
remaja, Ada pengaruh
pemberian suplementasi Fe, asam folat dan vitamin B12 terhadap kadar hemoglobin remaja, Ada perbedaan
peningkatan kadar hemoglobin remaja yang mendapat suplementasi Fe dan asam
folat dibandingkan dengan yang mendapat suplementasi Fe, asam folat dan vit C, dan yang mendapat
suplementasi Fe, asam folat vitamin B12.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Remaja
Masa remaja
merupakan usia dimana memulai periode maturasi fisik, emosi, sosial dan seksual
menuju dewasa. Setiap orang pasti menginginkan sehat, maka harus diperhatikan
gizi apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh jangan sampai mengalami kekurangan
atau kelebihan. Masa remaja dan dewasa membutuhkan energi dan nutrisi sesuai
usia reproduksi. Apabila wanita mengalami defisiensi besi maka dapat
menyebabkan anemia. Anemia akan mengganggu aktifitas sehari-hari serta
berpengaruh pada sistem reproduksi.4
Menurut Kartono dalam Hariyanto 2010 bahwa batasan usia remaja
yaitu remaja awal 12-15 tahun, remaja pertengahan 15-18 tahun dan remaja akhir
18-21 tahun.11
B.
Anemia
Anemia adalah suatu keadaan menurunnya
kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal
yang dipatok untuk perorangan. Sedangkan anemia gizi adalah keadaan dimana
kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal
sebagai akibat dari defisiensi dari salah satu atau beberapa unsur makanan yang
esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi besi.12
Syaifuddin menyatakan bahwa ada dua faktor penyebab anemia gizi yaitu defisiensi besi dan defisiensi
mikronutrien lain. Defisiensi besi dapat diakibatkan oleh (1) meningkatnya
kebutuhan akan zat besi, seperti pada masa kehamilan, menstruasi, masa
pertumbuhan pada bayi dan remaja, (2) asupan dan ketersediaan zat besi dalam
tubuh yang rendah, dan (3) infeksi dan parasit, seperti malaria, infeksi HIV,
dan infeksi cacing. Infeksi parasit terutama cacing tambang dapat menyebabkan
kehilangan darah yang banyak, karena cacing tambang menghisap darah. Malaria
khususnya Plasmodium falciparum juga dapat menyebabkan pecahnya sel
darah merah. Sedangkan defisiensi karena mikronutrien lain adalah defisiensi vitamin A, riboflavin, asam folat dan vitamin B12. 12
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya anemia adalah sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan, umur, dan
status perkawinan. Faktor sosial ekonomi menentukan kualitas
dan kuantitas makanan dan mempunyai hubungan yang erat dengan masalah gizi.
Pendapatan keluarga yang rendah akan mempengaruhi permintaan pangan sehingga
menentukan hidangan dalam keluarga tersebut baik dari segi kualitas makanan,
kuantitas makanan dan variasi hidangannya.13
Menurut Departemen Kesehatan RI (1999),14 upaya
pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya adalah mengatasi
penyebabnya. Pada anemia berat (kadar Hb <8 anemianya="" antara="" atau="" biasanya="" cacing="" dan="" dilakukan="" g="" harus="" infeksi="" lain="" malaria="" melatarbelakangi="" pada="" penanggulangan="" pencegahan="" pengobatan="" penyakit-penyakit="" penyakit="" sehingga="" selain="" span="" style="mso-spacerun: yes;" tbc="" terhadap="" tersebut.="" untuk="" upaya="" yaitu="" yang=""> 8>menanggulangi anemia akibat
kekurangan konsumsi besi adalah (1). Meningkatkan konsumsi besi dari sumber
alami melalui penyuluhan gizi, terutama makanan sumber hewani besi heme yang
mudah diserap, seperti : hati, ikan dan daging. Selain itu perlu ditingkatkan
juga makanan yang banyak
vitamin C dan vitamin A untuk membantu penyerapan besi dan membantu proses
pembentukan hemoglobin. (2). Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan besi, asam folat, vitamin A dan asam amino essensial pada bahan makanan yang dimakan
secara luas oleh kelompok sasaran. (3). Suplementasi besi-folat secara rutin
selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat.
Dengan demikian, suplementasi tablet besi hanya merupakan salah satu upaya
pencegahan dan penanggulangan anemia, dan perlu diikuti dengan cara lain,
seperti pengobatan terhadap penyakitnya. Untuk anemia berat yakni kadar
hemoglobin kurang dari 8 g/dl harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
penangganan dan pengobatan lebih lanjut.
1.
Anemia
karena Kekurangan Zat Besi (Fe)
Anemia karena kekurangan Zat Besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel
darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah
berada di bawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi.
Pemenuhan Fe oleh tubuh memang sering kurang tercukupi disebabkan oleh
rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama dari sumber Fe nabati
yang hanya diserap 1-2%. Penyerapan Fe asal bahan makanan hewani dapat mencapai
10-20%. Fe bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe nabati
(non heme). Sumber bahan makanan yang tinggi zat besi adalah makanan yang
berasal dari hewan seperti daging, ikan dan telur yang sering disebut zat besi
heme mempunyai bioavailabilitas tinggi dibanding zat besi dalam bentuk non
heme. Makanan yang dapat menghambat absorbsi zat besi adalah tanin (pada teh),
polifenol (vegetarian), oksalat, fosfat dan fitat (serealia), albumin pada
telur dan yolk, kacang-kacangan, kalsium pada susu dan hasil olahannya, serta
mineral lain seperti Cu, Mn, Cd dan Co. Teh yang diminum bersama-sama dengan
hidangan lain ketika makan akan menghambat penyerapan besi non hem sampai 50 %.15
Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu meningkatkan
penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, zink (Zn), asam folat, zat gizi
mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain
mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A. Makanan
sumber zat besi umumnya merupakan sumber vitamin A4.
Anemia gizi besi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan
sampai berat. Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah,
pusing, pucat, dan penglihatan sering berkunang-kunang. Bila terjadi pada anak
sekolah, anemia gizi akan mengurangi kemampuan belajar. Sedangkan pada orang
dewasa akan menurunkan produktivitas kerja. Selain itu, penderita anemia lebih
mudah terserang infeksi. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan
bayi yang berat badannya rendah, risiko perdarahan sebelum dan pada saat
persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi jika ibu hamil
menderita anemia berat.4
2.
Anemia
karena Kekurangan Asam Folat
Asam folat atau folic acid, folate, folacin, vitamin B9, pteroyl-L-glutamic acid, pteroyl-L-glutamate,
pteroylmonoglutamic acid adalah vitamin yang diperlukan oleh anak-anak dan
orang dewasa untuk memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Tanpa
asam folat, tubuh akan mudah terserang penyakit seperti depresi, kecemasan,
kelelahan, insomnia, kesulitan mengingat, lidah merah dan luka hingga gangguan
pencernaan.4
Asam folat terdapat pada sayuran mentah, buah segar dan daging; tetapi
proses memasak biasanya dapat merusak vitamin ini. Karena
tubuh hanya menyimpan asam folat dalam jumlah kecil, maka suatu makanan yang sedikit mengandung asam folat, akan
menyebabkan kekurangan Asam folat dalam waktu beberapa bulan. Kekurangan asam folat terjadi karena
tidak cukup memakan sayuran berdaun yang mentah, adanya gangguan penyerapan
asam folat itu sendiri ataupun karena kebutuhuhannya yang sedang meningkat,
seperti pada penderita penyakit usus halus tertentu, terutama penyakit Crohn dan sprue, pada orang yang
mengkonsumsi obat anti-kejang tertentu dan pil KB, terjadi gangguan penyerapan
asam folat, dan pada wanita hamil dan wanita menyusui, serta penderita penyakit
ginjal yang menjalani hemodialisa, karena kebutuhan akan asam folat
meningkat.4
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang berupa pigmen merah sebagai
transpor O2 yang kaya akan zat besi dan mengikat O2 untuk
pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah. Fungsi hemoglobin ini akan
membawa oksigen dari paru-paru ke dalam jaringan.12
Dalam proses pembentukan haemoglobin, sintesisnya dimulai dalam
eritroblas hingga berlangsung pada tingkat normoblast dan retikulosit. Bagian
heme terutama disintesis dari asam asetat dan gliserin yang terjadi dalam
mitokondria. Langkah awal proses pembentukannya yaitu pembentukan senyawa
piroi, selanjutnya empat senyawa piroi bersatu membentuk senyawa protoproferin,
berikatan dengan satu molekul globin. Suatu molekul globulin disintesis dalam
ribosom retikulum endoplasma membentuk haemoglobin.12
Secara teori,
kemampuan hemoglobin berikatan dengan O2 adalah lemah dan secara reversibel (rangkaian kimia berubah arah). Kemampuan ini
berhubungan dengan respirasi. Hemoglobin memiliki fungsi primer dalam tubuh
yaitu tergantung pada kemampuan untuk berikatan dengan O2 dalam
paru-paru dan mudah melepaskan O2 ke kapiler jaringan yang paling rendah
tekanan O2 dibandingkan di dalam paru-paru.12
Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah
variasi biologis individu, umur dan jenis kelamin, ras, ketinggian, defisiensi
zat besi, defisiensi mikronutrien lain, infeksi parasit dan berbagai status
penyakit. Variasi biologis individu akan mempengaruhi kadar hemoglobin. Kadar
hemoglobin cenderung lebih rendah pada saat sore hari dibanding pagi hari.12
Tabel 2.2. Batas Hemoglobin untuk Anemia pada Remaja
Kelompok
|
Batas Nilai Hemoglobin (g/dl)
|
Normal
|
≥12
|
Anemia Ringan
|
10-11,9
|
Anemia Sedang
|
8-9,9
|
Anemia Berat
|
<8 o:p="">8>
|
Sumber : WHO, 2001.
1.3 Kaitan Fe, Asam folat, Vitamin C dan Vitamin B12
dengan Hemoglobin
Pada umumnya anemia gizi di Indonesia terjadi karena kekurangan
unsur besi dan asam folat, oleh karena itu suplementasi besi atau tablet tambah
darah perlu mengandung zat besi dan asam folat.
Penyertaan zat lain yang membantu penyerapan zat besi dan mempercepat
hematofoesis juga dianjurkan, misalnya dengan vitamin
A, vitamin B12 dan vitamin C.14
Defisiensi vitamin B12 hampir sama
dengan asam folat yaitu menyebabkan anemia makrositik. Vitamin B12 ini sangat penting dalam pembentukan RBC (Red Blood Cell), yaitu sebagai co-enzim untuk
mengubah folat menjadi bentuk aktif dan juga dipergunakan dalam fungsi normal
metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan
jaringan saraf (Almatsier, 2001).18
Manifestasi defisiensi vitamin B12 terjadi pada
tahap awal dengan konsentrasi serum yang rendah kemudian ada indikasi
transcobalamin II yang rendah, pada tahap berikutnya konsentrasi vitamin dalam
sel yang rendah dan selanjutnya defisiensi secara biokimia dengan terjadinya
penurunan sintesis. Anemia pernisiosa yang disertai rasa letih yang parah
merupakan akibat dari defisiensi vitamin B12.12
1.4 Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara
tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis.
Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau
untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah
untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis
adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses
metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan.19
Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan
jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang
baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi. Apabila tubuh
kekurangan zat gizi, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam
jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya
produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status
gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan
protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit
infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian.19
Metode yang digunakan untuk pengukuran
konsumsi makanan adalah metode Recall 24
jam dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode
24 jam hari kemarin, dimulai sejak bangun pagi hingga tidur malam. Biasanya
dilakukan minimal 2 kali pada hari yang berbeda, sehingga diperoleh gambaran
asupan zat gizi yang lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar
tentang intake harian individu. (DKBM).20
METODA
PENELITIAN
Penelitian quasy eksperimen dengan metode acak terkendali (randomized controlled
trial).22 Subjek dibagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok perlakuan I (mendapat suplemen Fe dan
asam folat), kelompok perlakuan II (mendapat suplemen Fe, asam folat dan vitamin C) dan kelompok perlakuan III (mendapat suplemen Fe, asam folat dan vitamin B12).
Penelitian dilaksanakan di Prodi Kebidanan
Meulaboh Poltekkes Kemenkes Aceh.
Populasi pada penelitian ini adalah
Mahasiswa Program Studi Kebidanan umur 18-19 tahun yang mengalami anemia.
Sesuai dengan hasil skrining mahasiswa yang memiliki Hemoglobin <12 4="" berjumlah="" dl="" gr="" span="">9 orang.12>
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu sampel yang
dijadikan subyek penelitian berdasarkan kriteria yang ditentukan. Adapun
kriteria inklusi yaitu mahasiswi yang berumur 18-19 tahun memiliki kadar
hemoglobin <12 dl="" gr="" span="">, mahasiswi lepas menstruasi. Kriteria ekslusi yaitu mahasiswi yang menderita gastritis, mahasiswa
yang sedang mengkonsumsi obat meningkatkan kadar hemoglobin. Berdasarkan
kriteria tersebut maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang.12>
Cara penarikan subjek dalam kelompok penelitian dilakukan
secara simple random sampling, untuk memilih subjek pada
masing-masing kelompok. Seluruh subjek dibagi
menjadi 3 kelompok,
yaitu kelompok perlakuan I
sebanyak 15 orang,
kelompok perlakuan II 15 orang dan kelompok perlakuan III 15 orang.23
A.
Definisi
Operasional
a.
Kadar hemoglobin adalah kandungan hemoglobin dalam darah mahasiswa yang diukur dengan alat pemeriksa Hemoglobin Easy Touch GCH meter dengan satuan g/dl, kemudian dikategorikan
menjadi (standart WHO, 1989) :
Normal
: Hb ≥ 12 g/dl
Anemia Ringan: 10 – 11,9 g/dl
Anemia Sedang: 8 – 9,9 g/dl
Anemia Berat : < 8 g/dl
b.
Suplementasi Fe, asam folat dan vitamin C (kelompok perlakuan I) adalah pemberian
suplemen kapsul yang berisi Fe 60 mg, asam folat 0,25 mg pada mahasiswi selama 6 minggu setiap hari.
c.
Suplementasi Fe, asam folat dan vitamin C (kelompok perlakuan II) adalah pemberian
suplemen kapsul yang berisi Fe 60 mg, asam folat 0,25 mg dan 25 mg
vitamin C pada mahasiswi selama 6 minggu setiap hari.
d. Suplementasi Fe,
asam folat dan vitamin B12 (kelompok
perlakuan II) adalah pemberian suplemen kapsul yang berisi Fe 60 mg,
asam folat 0,25 mg dan 0,72 ug vitamin B12 pada mahasiswi selama 6
minggu setiap hari.
e.
Konsumsi makanan adalah
banyaknya asupan energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin B12
dan vitamin C yang dikonsumsi per orang per hari dengan metode food recall 24 jam selama 2 kali tidak
berturut-turut, lalu dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi tahun 2012, kemudian dikategorikan.
Untuk konsumsi energi dan
protein dikategorikan (Dep.Kes. RI, 1990) :
1.
Baik : ≥ 100% AKG
2.
Cukup : 80–99,9% AKG
3.
Kurang: 70–79,9% AKG
4.
Defisit : < 70% AKG
Untuk konsumsi Fe, asam
folat, vitamin B12 dan vitamin C dikategorikan:19
1.
Cukup : ≥ 65% AKG
2.
Kurang : <
65% AKG
B.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah
1. Alat pengukur hemoglobin (Easy Touch GCH meter)
2. Kuesioner
3. Enumerator
4. Suplemen Fe dan asam folat, vitamin C, vitamin B12
Suplemen yaitu tablet berisi Fe sebesar
60 mg, asam folat sebesar 0,25 mg untuk kelompok I, tablet berisi Fe sebesar 60 mg, asam folat
sebesar 0,25 mg ditambahkan vitamin C 25 mg untuk kelompok II, dan kelompok III
tablet berisi Fe sebesar 60 mg, asam folat sebesar 0,25 mg ditambah vitamin B12 sebesar 5 mcg.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan cara sebagai berikut :
1. Pengukuran hemoglobin dilakukan
dengan dan menggunakan alat pemeriksa
Hemoglobin Easy Touch GCH meter .
2. Pengukuran konsumsi makanan dengan
menggunakan metode food recall 24 jam selama 2 kali
tidak berturut-turut dikumpulkan melalui wawancara.
Sementara untuk data
sekunder, dikumpukan dengan cara :
Data mahasiswa dan gambaran umum Prodi Kebidanan Meulaboh diperoleh dari bagian administrasi.
Analisa
Data
1.
Pengolahan
Data yang telah diperoleh dianalisis
melalui proses pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a)
Editing, pemeriksaan
data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya
kuesioner yang belum terisi
b)
Coding, memberikan kode dan skor
pada tiap jawaban untuk memudahkan dalam proses entry data.
c)
Entry Data, yaitu memasukkan data-data yang diperoleh ke
komputer.
d)
Clearing, yaitu melakukan pengecekan
dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk sebelum dilakukan analisa data.
Analisa Data
Analisa data
diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik yaitu:
a)
Analisa data
Univariat, untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian, yaitu: umur, kadar
Hemoglobin awal, kadar Hemoglobin akhir, tingkatan anemia, Asupan zat gizi
sebagai bahan informasi dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
b)
Analisis
bivariat, dilakukan untuk uji pemgaruh kadar Hemoglobin sebelum dan Hemoglobin
sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok dengan menggunakan uji T Test
Dependen (Paired T Test), kemudian untuk menilai perbedaan dari ketiga kelompok
perlakuan menggunakan uji Anova.
c)
Hasil Penelitian
Analisis Univariat
Uji analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi
tingkatan Anemia, Hemoglobin sebelum dan sesudah, angka kecukupan gizi meliputi
Energi, protein, Fe, asam folat, B12 dan vitamin C, pada mahasiswi Prodi
Kebidanan Meulaboh.
Tabel 5.1 Distribusi Umur berdasarkan kelompok perlakuan Mahasiswi
Prodi Kebidanan Meulaboh Tahun 2016
No
|
Umur
|
n
|
%
|
|
Kelompok I
|
|
|
1
|
18 tahun
|
12
|
80,0
|
2
|
19 tahun
|
3
|
20,0
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
|
Kelompok II
|
|
|
1
|
18
tahun
|
11
|
73,3
|
2
|
19
tahun
|
4
|
26,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
|
KelompokIII
|
|
|
1
|
18
tahun
|
11
|
73,3
|
2
|
19
tahun
|
4
|
26,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100,0
|
Tabel 5.1
menunjukkan bahwa umur remaja yang terbanyak pada kelompok I adalah umur 18
tahun 12 orang (80%), kelompok II yang tebanyak umur 18 tahun 11 orang (73,3%) dan kelompok III terbanyak
11 orang (73,3%).
Tabel 5.2 Distribusi Kadar Hemoglobin sebelum perlakuan pada
Mahasiswi Prodi Kebidanan Meulaboh Tahun 2016
No
|
Kadar HB sebelum
|
n
|
%
|
|
Kelompok I
|
|
|
1
|
8,5
|
1
|
6,7
|
2
|
9,2
|
1
|
6,7
|
3
|
9,4
|
1
|
6,7
|
4
|
9,7
|
1
|
6,7
|
5
|
10,9
|
1
|
6,7
|
6
|
11,1
|
1
|
6,7
|
7
|
11,6
|
4
|
26,7
|
8
|
11,7
|
2
|
13,3
|
9
|
11,8
|
2
|
13,3
|
10
|
11,9
|
1
|
6,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
|
Kelompok II
|
|
|
1
|
9,0
|
1
|
6,7
|
2
|
9,1
|
2
|
13,3
|
3
|
9,4
|
1
|
6,7
|
4
|
10,3
|
1
|
6,7
|
5
|
10,6
|
1
|
6,7
|
6
|
11,2
|
2
|
13,3
|
7
|
11,3
|
1
|
6,7
|
8
|
11,4
|
2
|
13,3
|
9
|
11,5
|
1
|
6,7
|
10
|
11,7
|
2
|
13,3
|
11
|
11,9
|
1
|
6,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
|
Kelompok III
|
|
|
1
|
9,3
|
1
|
6,7
|
2
|
9,5
|
1
|
6,7
|
3
|
10,6
|
1
|
6,7
|
4
|
11,0
|
1
|
6,7
|
5
|
11,4
|
2
|
13,3
|
6
|
11,7
|
2
|
13,3
|
7
|
11,8
|
3
|
20,0
|
8
|
11,9
|
4
|
26,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100,0
|
Hasil tabel 5.2 menunjukkan bahwa kadar hemoglobin remaja sebelum
perlakuan pada kelompok I terbanyak dengan 11,6gr/dl yaitu 4 orang (26,7%).,
kelompok II terbanyak dengan kadar Hb
9,1gr/dl, 11,2gr/dl, 11,4gr/dl dan 11,7 gr/dl masing-masing 2 orang (13,3gr/dl),
sedangkan kelompok 3 yang. terbanyak dengar kadar Hb 11,9 gr/dl yaitu 4 orang
(26,7%)
Tabel 5.3 Distribusi Kadar Hemoglobin sesudah perlakuan pada
Mahasiswi Prodi Kebidanan Meulaboh Tahun 2016
No
|
Kadar Hemoglobin sesudah
|
N
|
%
|
|
Kelompok I
|
|
|
1
|
9,1
|
1
|
6,7
|
2
|
10,1
|
1
|
6,7
|
3
|
10,2
|
1
|
6,7
|
4
|
10,4
|
1
|
6,7
|
5
|
11,5
|
1
|
6,7
|
6
|
12,2
|
2
|
13,3
|
7
|
12,3
|
2
|
13,3
|
8
|
12,5
|
1
|
6,7
|
9
|
12,6
|
3
|
20,0
|
10
|
12,7
|
1
|
6,7
|
11
|
13,3
|
1
|
6,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
|
Kelompok
II
|
|
|
1
|
11,5
|
1
|
6,7
|
2
|
11,8
|
1
|
6,7
|
3
|
12,2
|
1
|
6,7
|
4
|
12,3
|
1
|
6,7
|
5
|
12,5
|
1
|
6,7
|
6
|
12,6
|
1
|
6,7
|
7
|
12,7
|
1
|
6,7
|
8
|
12,8
|
3
|
20
|
9
|
12,9
|
2
|
13,3
|
10
|
13,1
|
1
|
6,7
|
11
|
13,3
|
1
|
6,7
|
12
|
13,5
|
1
|
6,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
|
KelompokIII
|
|
|
1
|
10,0
|
1
|
6,7
|
2
|
10,1
|
1
|
6,7
|
3
|
11,2
|
1
|
6,7
|
4
|
11,7
|
1
|
6,7
|
5
|
10,9
|
1
|
6,7
|
6
|
12,1
|
2
|
13,3
|
7
|
12,4
|
2
|
13,3
|
8
|
12,5
|
1
|
6,7
|
9
|
12,6
|
3
|
20,0
|
10
|
12,7
|
1
|
6,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
Hasil tabel 5.3 menunjukkan bahwa kadar hemoglobin remaja sesudah
perlakuan pada kelompok I terbanyak dengan kadar12,6 gr/dl yaitu 3 orang (20%),
kelompok II terbanyak dengan kadar Hb
12,8gr/dl yaitu 3 orang (20%), sedangkan kelompok 3 yang terbanyak dengan kadar
Hb 12,6 gr/dl yaitu 3 orang (20%),
Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Anemia sesudah perlakuan pada
Mahasiswi Prodi Kebidanan Meulaboh Tahun 2016
No
|
Tingkat anemia
|
N
|
%
|
|
Kelompok I
|
|
|
1
|
Normal
|
10
|
66,7
|
2
|
Ringan
|
4
|
26,6
|
3
|
Sedang
|
1
|
6,7
|
4
|
Berat
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
|
Kelompok II
|
|
|
1
|
Normal
|
13
|
86,7
|
2
|
Ringan
|
2
|
13,3
|
3
|
Sedang
|
0
|
0
|
4
|
Berat
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100.0
|
|
Kelompok III
|
|
|
1
|
Normal
|
10
|
66,7
|
2
|
Ringan
|
5
|
33,3
|
3
|
Sedang
|
0
|
0
|
4
|
Berat
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100,0
|
Hasil tabel 5.5 menunjukkan bahwa tingkatan anemi remaja sesudah
perlakuan pada kelompok I terbanyak normal yaitu 10 orang (66,7%), kelompok
II terbanyak tingkat normal yaitu 13
orang (86,7%), sedangkan kelompok III yang terbanyak tingkat normal yaitu 10 orang (66,7%).
Analisis Bivariat
a.
Pengaruh pemberian Fe dan asam
folat terhadap peningkatan kadar
hemoglobin
Analisis yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian fe, asam
folat dengan menggunakan uji T Test
Dependent (Paired T Test).
Tabel 5.8 Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
pemberian Fe, Asam folat pada mahasiswi Prodi Kebidanan Meulaboh Tahun 2016.
Kelompok
|
N
|
Mean
|
Sd
|
P value
|
Kelompok
I
|
|
|
|
|
Sebelum
|
15
|
11,3
|
0,85
|
0,000
|
Sesudah
|
|
11,9
|
0,87
|
|
Tabel 5.8 menjelaskan rata-rata kadar Hb sebelum perlakuan adaalah
11,3 gr/dl dengan standar deviasi 0,85 gr/dl. Pada pengukuran sesudah perlakuan
rata-rata kadar Hb 11,9 dengan standar deviasi 0,87 gr/dl. Nilai mean perbedaan
antara pengukuran sebelum dan sesudah pemberian fe, asam folat yaitu 0,660
gr/dl dengan standar deviasi 0,112. Hasil statistik didapatkan nilai p value 0,000 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan.
b.Pengaruh
pemberian Fe, asam Folat dan vitamin C terhadap peningkatan kadar hemoglobin
Analisis yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian fe, asam
folat, vitamin C dengan menggunakan uji T
Test Dependent (Paired T Test).
Tabel 5.9
Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian pemberian Fe, Asam
folat dan vitamin C pada mahasiswi Prodi Kebidanan Meulaboh Tahun 2016.
Kelompok
|
N
|
Mean
|
Sd
|
P value
|
Kelompok
I
|
|
|
|
|
Sebelum
|
15
|
10,7
|
1,06
|
0,000
|
Sesudah
|
|
12,6
|
0,53
|
|
Tabel 5.9 menjelaskan bahwa rata-rata kadar Hb sebelum perlakuan
adalah 10,7 gr/dl dengan standar deviasi 1,06 gr/dl. Pada pengukuran sesudah
perlakuan rata-rata kadar Hb 12,6 dengan standar deviasi 0,53 gr/dl. Nilai mean
perbedaan antara pengukuran sebelum dan sesudah pemberian fe, asam folat dan
vitamin C yaitu 1,926 gr/dl dengan standar deviasi 0,770. Hasil statistik
didapatkan nilai p value 0,000 maka
dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara kadar Hb sebelum dan
sesudah perlakuan.
c. Pengaruh
pemberian Fe, Asam Folat dan vitamin B12 terhadap peningkatan kadar hemoglobin
Analisis yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian fe, asam
folat, vitamin B12 dengan menggunakan uji T
Test Dependent (Paired T Test).
Tabel 5.10
Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian pemberian Fe, Asam
folat dan B12 pada Mahasiswi Prodi Kebidanan Meulaboh Tahun 2016.
Kelompok
|
N
|
Mean
|
Sd
|
P value
|
Kelompok
I
|
|
|
|
|
Sebelum
|
15
|
10,9
|
1,14
|
0,000
|
Sesudah
|
|
11,7
|
1,22
|
|
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa kadar Hb rata-rata sebelum perlakuan
adalah 10,9 gr/dl dengan standar deviasi 1,14 gr/dl. Pada pengukuran sesudah
perlakuan rata-rata kadar Hb 11,7 dengan standar deviasi 1,22 gr/dl. Nilai mean
perbedaan antara pengukuran sebelum dan sesudah pemberian fe, asam folat yaitu
0,833 gr/dl dengan standar deviasi 0,266. Hasil statistik didapatkan nilai p value 0,000 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan.
d.
Perbedaan kadar Hemoglobin menurut tiga
kelompok perlakuan
Analisa perbedaan terhadap tiga kelompok perlakuan yaitu dengan
menggunakan uji Anova sesuai tabel
berikut.
Tabel 5.11 Perbedaan kadar Hemoglobin menurut kelompok perlakuan
Kelompok
|
Mean Diference
|
95% CI
|
p-value
|
Kelp
I
|
Kelp II
|
-0,8733
|
-1,713 sd -0,034
|
0,039
|
|
Kelp
III
|
-0,1933
|
-1,033
sd 0,646
|
1,000
|
Kelp II
|
Kelp I
|
0,8733
|
0,034 sd 1,713
|
0,039
|
|
Kelp III
|
0,6800
|
-0,157 sd
1,519
|
0,149
|
KelpIII
|
Kelp I
|
0,1933
|
-0,646 sd
1,033
|
1,000
|
|
KelpII
|
-0,6800
|
-1,519 sd
0,159
|
0,149
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 5.7 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil uji anova tahap post
hoct tests terhadap analisa antara ketiga kelompok menunjukkan kelompok yang
berbeda signifikan terhadap peningkatan kadar hemoglobin yaitu antara kelompok
II (Fe, asam folat dan Vit C) dengan kelompok I (Fe, asam folat) p value 0,039
(<0 dengan="" hemoglobin="" kadar="" perbedaan="" rata-rata="" span="" style="mso-spacerun: yes;" yaitu=""> 0>0,8733 gr/dl.
Pembahasan
1.
Pengaruh Pemberian Fe, asam folat, vitamin C
dan vitamin B12 terhadap peningkatan kadar hemoglobin
Hasil uji statistik dalam penelitian ini dengan menggunakan uji T
Test Independen (Paired T Test) menjelaskan
bahwa sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok I, II dan III terdapat
perbedaan kadar hemoglobin.
Pada kelompok I rata-rata kadar Hb sebelum perlakuan adalah 11,3
gr/dl dengan standar deviasi 0,85 gr/dl. Pada pengukuran sesudah perlakuan
rata-rata kadar Hb 11,9 dengan standar deviasi 0,87 gr/dl. Nilai mean perbedaan
antara pengukuran sebelum dan sesudah pemberian fe, asam folat yaitu 0,660
gr/dl dengan standar deviasi 0,112. Hasil statistik didapatkan nilai p value 0,000 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan.
Pada kelompok II rata-rata kadar Hb sebelum perlakuan adalah 10,7
gr/dl dengan standar deviasi 1,06 gr/dl. Pada pengukuran sesudah perlakuan
rata-rata kadar Hb 12,6 dengan standar deviasi 0,53 gr/dl. Nilai mean perbedaan
antara pengukuran sebelum dan sesudah pemberian fe, asam folat yaitu 1,926
gr/dl dengan standar deviasi 0,770. Hasil statistik didapatkan nilai p value 0,000 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan.
Kelompok perlakuan III rata-rata kadar Hb sebelum perlakuan adalah
10,9 gr/dl dengan standar deviasi 1,14 gr/dl. Pada pengukuran sesudah perlakuan
rata-rata kadar Hb 11,7 dengan standar deviasi 1,22 gr/dl. Nilai mean perbedaan
antara pengukuran sebelum dan sesudah pemberian fe, asam folat yaitu 0,833
gr/dl dengan standar deviasi 0,266. Hasil statistik didapatkan nilai p value 0,000 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan.
Pengaruh suplementasi yang diberikan terhadap tubuh seseorang tergantung
dosis suplemen, sistem ekresi dan absorbsi suplementasi yang diberikan. Adanya peningkatan kadar hemoglobin secara
bermakna pada remaja puteri karena keteraturan konsumsi makanan yang disediakan
dan konsumsi suplemen secara teratur setiap hari sebagai upaya pemenuhan zat
gizi yang dibutuhkan tubuh.4
Defisiensi vitamin B12 hampir sama
dengan asam folat yaitu menyebabkan anemia makrositik. Vitamin B12 ini sangat penting dalam pembentukan RBC (Red Blood Cell), yaitu sebagai co-enzim untuk
mengubah folat menjadi bentuk aktif dan juga dipergunakan dalam fungsi normal
metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan
jaringan saraf.18
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek pada umumnya merasakan
tubuhnya lebih segar dan nafsu makan bertambah, tidur lebih pulas, namun ada
juga yang merasakan reaksi suplemen yaitu
terasa mual beberapa saat dan satu orang diare sehingga digantikan oleh
subyek yang lain.
Perhitungan zat gizi oleh ahli gizi terhadap makanan yang dikonsumsi subyek berdasarkan angka kecukupan
gizi dianjurkan perhari yaitu jumlah tertinggi yang mengkonsumsi energi cukup
yaitu 33 orang (80%), protein: cukup 45 orang (100%), Fe cukup 24 orang
(53,3%), asam folat cukup 24 orang (53,3%), vitamin C cukup 25 orang (55,6%) ,
viamin B12 cukup 23 orang (51,1%).
Penelitian ini sesuai dengan beberapa variabel hasil penelitian
muwakidah (2009), tentang efek pemberian fe, asam folat dan vitamin B12
terhadap peningkatan kadar hemoglobin yang menyatakan bahwa adanya pengaruh
pemberian fe, asam folat dan vitamin B12 terhadap peningkatan kadar hemoglobin.25
Hasil penelitian Utama, TA. Dkk (2013) tentang perbandingan zat
besi dengan dan tanpa vitamin C terhadap peningkatan hemoglobin wanita dewasa
menunjukkan adanya perbedaan peningkatan kadar hemoglobin pada kelompok kontrol
sebelum dan sudah menkonsumsi zat besi saja dan juga pada kelompok perlakuan
sebelum dan sesudah mengkonsumsi zat besi dan vitamin C.26
2.
Perbedaan
Pengaruh Pemberian Fe, asam folat, vitamin C dan vitamin B12 terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada 3 kelompok.
Berdasarkan hasil uji statistik antar 3 kelompok, terdapat
perbedaan signifikan terhadap peningkatan kadar hemoglobin yaitu antara
kelompok II (Fe, asam folat dan Vit C) dengan kelompok I (Fe, asam folat) p
value 0,039 lebih kecil dari alpha 5% dengan perbedaan kadar hemoglobin
rata-rata yaitu 0,8733 gr/dl sedangkan
antara II dengan kelompok III tidak terdapat perbedaan yang bermakna p value
0,149 (>0,05) demikian juga antara kelompok III dengan kelompok I tidak ada
perbedaan yang bermakna p value 1,00 lebih besar dari alpha 5%.
Hasil ini karena keteraturan mengkonsumsi makanan dan suplemen Fe,
asam folat dan vitamin C sehingga meningkatkan kadar hemoglobin secara bermakna
karena remaja puteri dalam keseharian lebih banyak mengkonsumsi makanan yang
tinggi karbohidrat dibandingkan makanan yang mengandung vitamin C.
Konsumsi vitamin C dapat membantu meningkatkan absorbsi zat besi nonhem empat kali
lipat. Zat besi dan vitamin C membentuk
senyawa askorbat besi kompleks sehingga mudah larut dan mudah diabsorbsi
(Utama, dkk. 2013).
Kebutuhan vitamin C pada masing-masing individu berbeda-beda sesuai
dengan umur. Bayi membutuhkan vitamin C 50mg, batita 40mg, balita 45mg, remaja
awal (puteri) 50mg, remaja menengah 65mg, akhir 75mg.21
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Utama, TA. Dkk (2013)
tentang perbandingan zat besi dengan dan tanpa vitamin C terhadap peningkatan
hemoglobin wanita usia subur menjelaskan bahwa hasi uji perbandingan peningkatan
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang bermakna
yaitu kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan
(diberikan zat besi dan vitamin C) lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol (diberikan zat besi).26
Penelitian Astuti tahun 2014, pada remaja puteri terdiri dari dua
kelompok perlakuan. Kelompok I diberikan fe dan asam folat, kelompok II
diberikan Fe, asam folat dan vitamin C, dengan lama pemberian 4 minggu.
Menunjukkan perubahan kadar hemoglobin rata-rata pada kelompok perlakuan I
sebesar 0,30 g/dl, dari kadar hemoglobin rata-rata 10,78 g/dl menjadi 11,08,
sedangkan pada kelompok perlakuan II mengalami perubahan kadar hemoglobin
rata-rata 0,80 g/dl, dari rata-rata 10,5 g/dl menjadi 11,30 g/dl. Rata-rata
perubahan kadar hemoglobin antara kedua kelompok terjadi peningkatan secara
signifikan (p=0,00). Pemberian suplementasi besi+vitamin C dapat meningkatkan
rata- rata kadar Hb jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hanya diberikan
tablet Fe.10
Hasil penelitian muwakidah (2009), tentang efek pemberian fe, asam
folat dan vitamin B12 terhadap peningkatan kadar hemoglobin yang
menyatakan bahwa pada uji perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap peningkatan kadar hemoglobin.25
Kesimpulan
Penelitian dilakukan remaja puteri yang mengalami anemi pada Prodi
Kebidanan Meulaboh Poltekkes Kemenkes Aceh dengan jumlah sampel 45 orang dan
dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 15 orang. Setelah
dilakukan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Ada pengaruh pemberian Fe, asam
folat terhadap peningkatan kadar hemoglobin yaitu 0,660 gr/dl, dengan p-value
0,000.
2.
Ada pengaruh pemberian Fe, asam
folat dan vitamin C terhadap peningkatan kadar hemoglobin yaitu 1,926 gr/dl,
standar deviasi 0,7 dengan p-value 0,000.
3.
Ada pengaruh pemberian Fe, asam folat dan B12
terhadap peningkatan kadar hemoglobin yaitu 0,833 gr/dl, standar deviasi
0,266dengan p-value 0,000.
4.
Ada perbedaan antara 3 kelompok yang
menunjukkan bahwa kelompok perlakuan II (pemberian fe, asam folat dan vitamin
C) dengan kelompok perlakuan I
(pemberian fe, asam folat) memiliki p value 0,39 artinya memiliki perbedaan bermakna sesudah
perlakuan terhadap peningkatan kadar hemoglobin dengan selisih perbedaan
rata-rata 0,873 gr/dl.
Saran
1.
Kepada mahasiswa diharapkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan motivasi dalam mengkonsumsi makanan secara teratur
serta dibantu dengan keteraturan mengkonsumsi suplementasi sebagai upaya
pemenuhan zat gizi dalam tubuh.
2.
Kepada pendidikan diharapkan untuk
meningkatkan pemberdayaan dan pengetahuan pengurus asrama bagian konsumsi agar
meningkatkan pengaturan menu seimbang bagi mahasiswi.
3.
Kepada petugas bidang remaja dan
kespro di puskesmas agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dalam
menyukseskan program pemberian Fe, asam folat sebanyak 10 butir selama haid dan
menambahkan vitamin C dengan mempertimbangkan kondisi remaja sebagai upaya
peningkatan hemoglobin remaja dalam memutuskan mata rantai kekurangan gizi.
DAFTAR PUSTAKA
IDAI, 2013. Nutrisi Pada Remaja. .http (documen di internet) 2013
[diunduh
Sibagariang, E.
2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, Jakarta:
Trans info Media
Mulyawati, Y. 2003. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah
Darah Dengan dan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Pekerja Wanita di
Perusahaan Plywood Jakarta, Universitas Indonesia. Tesis.
Permaesih dan
Herman, 2005. Faktor-faktor yang
mempengaruhi anemia pada remaja, http (documen di internet) 2015 [diunduh
20 Febuari 2016].Tersediadari:http://ejournal.litbang.depkes,go.id/index.php/BPK/article/view/219
Dinkes Aceh Barat, 2015. Profil
Dinas Kesehatan Aceh Barat Tahun 2014, Meulaboh
Hertanto, 2002. Pengaruh pemberian
fe, vitamin A dan vitamin B12 terhadap peningkatan hemoglobin.
Ahmed F. Khan RM, Jackson AA. 2001 Concomitant Suplemental
Vitamin A Enhances Teh Response to Weekly Suplemental Iron and Folic Acid in
Anemic Teenegers in urban Bangladesh. Am J Clin Nutr 2001.
Astuti, D.
(2014). Pengaruh Pemberian Fe dan vitamin
C terhadap Peningkatan Hemoglobin pada Remaja Putri SMPN 1 Baso Kabupaten Agam.
http (dokumen di internet)2014(diunduh 25 September 2016) tersedia dari http
repository.unand.ac.id/21786.
Hariyanto ,
2010. Batasan usia remaja. http (documen di internet)
2010 [diunduh 12 Maret 2016].
Tersedia dari: http://belajarpsikologi.com/batasan-usia-remaja/
Syaifuddin,
(2011). Fisiologi Tubuh Manusia untuk
Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2 ,
Salemba Medika: Jakarta.
Supariasa, IDN, Bakri B, Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi.
EGC. Jakarta.
Dep. Kes. RI. 1999. Pedoman
Suplementasi Fe bagi Petugas.
Direktorat Jendral. Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Muchtadi D, 1993. Metabolisme Zat Gizi, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Murray, RK., Ganner,
DK., Robert, KM., Peter, AM.,
Victor, WR. 1996. Harper’s Biochemistry (14th ed.)
Appliton & Lange, Stanford- Connecticut.
WHO. 2001. Iron Deficiency
Anemia Assessment, Prevention And Control. Geneva.
Almatsier, S, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gamedia Pustaka
Utama. Jakarta
Hardinsyah., Briawan,D., Retnaningsih.,
Herawati, T.
2004 Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan
Gizi. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
Nursandi, LP, 2012. Daftar
Komposisi Bahan Makanan.
IDAI, 2013. Diet Anak. http (documen di internet)
2013 [diunduh 12 Maret 2016].
Tersedia dari: http://diet anak.com
Sastroasmoro, S, Ismael, S, 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa
Aksara, Jakarta
Sugiyono, 2012. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Muwakidah (2009), efek
pemberian fe, asam folat dan vitamin B12 terhadap peningkatan kadar hemoglobin.
Utama, TA., Listiana, Susanti, 2013. Perbandingan zat besi dengan dan tanpa vitamin C terhadap
peningkatan hemoglobin wanita dewasa UNMUHA, Bengkulu