Selasa, 28 Juni 2016

Yuli Novita Sari dkk: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2016, hal. 47-54

PERBEDAAN PERILAKU SISWA SD TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH  DAN DEMONSTRASI SERTA METODE CERAMAH DAN AUDIO VISUAL DI KECAMATAN LANGSA KOTA TAHUN 2016

Oleh:
Yuli Novita Sari, Wirsal Hasan, Evi Naria

ABSTRACT
The number of students who misbehavein handwashing using soap is found high, therefore they require improvement in knowledge and awareness of the importance of handwashing using soap which could be applied in daily life. The objective of the research is to analyze the difference of elementary school student’sbehavior in handwashing using soap before and after health counselling by applying lecture with demonstration and lecture with audio visual methods in the sub district of Langsa Kota in 2016. The methodology of the research is a quasi-experiment with a non equivalent control group design.Variables of the research are knowledge, behavior, and implementation. The population of the research is the entire 5th grade students in SD Negeri No. 1, 11 and 5 Kota Langsa which are 349 students. Number of samples is 72 students. The sampling method uses Purposive Sampling.Data analysis uses Wilcoxon test for abnormal data distribution. The result of the research shows a changing of student’s behavior after health counselling. There are difference in knowledge (p = 0,000), behavior (p = 0,000) and implementation (p = 0,000) of elementary students in relation to handwashing using soap in the intervention group before and after health counselling. The students are expected to practice handwashing using soap after doing any activity. Furthermore, the school should also create programs with regard to handwashing using soap.


Keywords: Health Counselling, Behavior, Handwashing using Soap,     elementary School Students



PENDAHULUAN
Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga kurang menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktik perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakat masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan. Fokus CTPS ini adalah Anak sekolah sebagai “Agen Perubahan” dengan simbolisme bersatunya seluruh komponen keluarga, rumah dan masyarakat dalam merayakan komitmen untuk perubahan yang lebih baik dalam berperilaku sehat melalui CTPS (Depkes, 2007).
Hasil pelaksanaan program PHBS tentang mencuci tangan, menurut studi WHO tahun 2007 menyatakan, kejadian diare menurun 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang di rumah tangga, dengan upaya tersebut kejadian diare menurun sebesar 94% (Depkes RI, 2007).
Sekolah dasar di Kecamatan Langsa Kota umumnya sudah memiliki alat dan perlengkapan untuk cuci tangan pakai sabun, tapi dari hasil survey awal dikatakan pihak sekolah bahwa tidak semua anak melakukan cuci tangan pakai sabun. Selain itu berdasarkan keterangan pihak sekolah dan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Langsa, tim dari puskesmas sudah pernah mensosialisasikan program cuci tangan pakai sabun dalam bentuk memberikan penyuluhan dengan metode ceramah tentang cuci tangan pakai sabun hanya saja tidak ada evaluasi dan tindak lanjut untuk pelaksanaan program dari cuci tangan pakai sabun tersebut berjalan atau tidak dari pihak yang memberikan sosialisasi.
Berdasarkan Latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan Perilaku Siswa SD tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi serta Metode Ceramah dan Audio Visual di Kecamatan Langsa Kota Tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Perbedaan Perilaku Siswa SD tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi serta Metode Ceramah dan Audio Visual di Kecamatan Langsa Kota Tahun 2016.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan non equivalent control group. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri No. 1, SD Negeri No. 11 dan SD Negeri No. 5 Kota Langsa yaitu 349 siswa. Sampel berjumlah 72 orang yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu 24 orang kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi, 24 orang kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual dan 24 orang kelompok kontrol. Pengambilan sampel dengan Purposive Sampling. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal.

HASIL PENELITIAN
Data karakteristik 72 responden secara umum dalam bentuk distribusi frekuensi.


Tabel 4.1 menunjukkan keseluruhan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi berusia 11 tahun (100 %) dengan jenis kelamin 12 orang laki – laki (50 %) dan 12 orang perempuan (50 %). Untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual mayoritas berusia 11 tahun yaitu 14 orang (58,3 %) dengan jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu 13 orang (54,2 %). Kelompok kontrol juga mayoritas berusia 11 tahun yaitu 14 orang (58,3 %) dengan jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu 13 orang (54,2 %).

Tabel 4.4 diatas dapat dilihat pengetahuan siswa kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demostrasi dan kelompok kontrol sebelum intervensi mayoritas tidak baik yaitu 21 orang (87,5 %), untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual sebelum intervensi mayoritas berpengetahuan tidak baik sebanyak 23 orang (95,8 %). Sedangkan setelah penyuluhan untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual sama – sama mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (95,8 %) dan untuk kelompok kontrol nilai post test untuk pengetahuan mayoritas berpengetahuan tidak baik yaitu 17 orang (70,8 %).

Tabel 4.7 menyatakan sikap siswa seluruh kelompok mayoritas negatif untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demostrasi sebanyak 23 orang (95,8 %), untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual 19 orang (79,2 %) dan untuk kelompok kontrol sebanyak 22 orang (91,7 %). Sedangkan setelah penyuluhan untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual sama – sama mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 23 orang (95,8 %) dan untuk kelompok kontrol nilai post test untuk sikap mayoritas negatif yaitu 22 orang (91,7 %).

Hasil penelitian menunjukkan tindakan siswa seluruh kelompok mayoritas tidak baik untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demostrasi serta metode ceramah dan audiovisual sebanyak 18 orang (75,0 %) dan untuk kelompok kontrol sebanyak 23 orang (95,8 %). Sedangkan setelah penyuluhan untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual sama – sama mayoritas memiliki tindakan baik sebanyak 23 orang (95,8 %) dan untuk kelompok kontrol mayoritas memiliki tindakan tidak baik yaitu 20 orang (83,3 %).
Hasil uji wilcoxon untuk variabel pengetahuan didapatkan nilai p = 0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan
Untuk variabel sikap hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan terhadap sikap.
Dari tabel juga terlihat variabel tindakan hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan terhadap tindakan siswa SD.


PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penyajian data, maka diperoleh informasi tentang perbedaan perilaku siswa SD tentang cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi serta metode ceramah dan audio visual di kecamatan langsa kota tahu 2016 sebagai berikut :
1.    Perbedaan Pengetahuan Siswa SD tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata – rata sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan pengetahuan siswa SD tentang cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan.
Dari hasil penelitian dapat terlihat bahwa penyuluhan kesehatan memiliki pengaruh untuk peningkatan pengetahuan siswa SD tentang cuci tangan pakai sabun dimana terlihat perubahan pengetahuan pada kelompok yang diberikan perlakuan baik dengan metode ceramah dan demonstrasi maupun dengan metode ceramah dan audiovisual.Pengetahuan siswa sebagian besar kurang sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan siswa tentang mencuci tangan. Kurangnya pengetahuan juga disebabkan karena kurangnya informasi, keterangan dan pemberitahuan yang menimbulkan kesadaran. Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun juga menyebabkan kurangnya pengetahuan siswa tentang cuci tangan pakai sabun. Pemberian stimulus berupa penyuluhan kesehatan tentang cuci tangan pakai sabun sesuai dengan teori SOR terbukti meningkatkan pengetahuan siswa tentang cuci tangan pakai sabun.
Pada kelompok kontrol terjadi peningkatan pengetahuan pada post test tetapi peningkatan pengetahuan tidak signifikan, hal ini disebabkan saat post test siswa sudah mencari informasi tentang cuci tangan pakai sabun sebelumnya sehingga terjadi peningkatan pengetahuan tetapi tidak signifikan. Selain itu juga setelah pre test siswa pada kelompok kontrol berdiskusi dengan teman – temannya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sitorus dan Fransisca (2014) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun pada siswa SD Negeri 157 Kota Palembang Tahun 2014 menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa SDN 157 tentang cuci tangan pakai sabun dan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap cuci tangan pakai sabun pada siswa SDN 157.
Hasil penelitian ini juga senada dengan penelitian Sumarmi (2013)  yang menunjukkan ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa SD tentang cuci tangan yang benar dan ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap perilaku cuci tangan yang benar pada siswa SD.


2. Perbedaan Sikap Siswa SD tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata – rata sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan sikap siswa SD tentang cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan
Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap siswa sebagian besar buruk sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan, kebanyakan dari siswa tidak mengetahui kapan waktu dan pentingnya cuci tangan pakai sabun. Hal ini disebabkan karena siswa kurang mendapat informasi tentang pentingnya melakukan cuci tangan pakai sabun. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan,baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan sikap siswa dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Peningkatan sikap juga berhubungan dengan peningkatan pengetahuan sehingga pengetahuan yang tinggi mendukung sikap responden menjadi lebih baik
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Riries Sarach (2015) Pada hasil analisis ditemukan ada pengaruh pemberian penyuluhan CTPS terhadap sikap pencegahan diare pada siswa kelas V SD N Triharjo Sleman.
Hasil penelitian ini juga senada dengan hasil penelitian Sitorus dan Fransisca (2014) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun pada siswa SD Negeri 157 Kota Palembang Tahun 2014 menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa SDN 157 tentang cuci tangan pakai sabun dan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap cuci tangan pakai sabun pada siswa SDN 157.
Hal senada juga dapat dilihat dari penelitian Ratna Wati (2011) dengan judul pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan terhadap pengetahuan dan sikap mencuci tangan pada siswa kelas V di SDN Bulu Kantil Surakarta menunjukkan ada pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan terhadap pengetahuan dan sikap tentang mencuci tangan pada siswa SD kelas V di SDN Bulu Kantil Surakarta.
3.  Perbedaan Tindakan Siswa SD tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan
Untuk melihat pengaruh penyuluhan kesehatan tentang cuci tangan pakai sabun terhadap tindakan siswa SD menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata – rata sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan tindakan siswa SD tentang cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan. Pada kelompok kontrol terdapat perubahan tindakan  siswa SD tetapi tidak signifikan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan siswa keseluruhan tidak baik sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan, seluruh siswa mencuci tangan tidak sesuai dengan cara mencuci tangan yang baik menurut WHO. Ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui cara mencuci tangan yang benar. Selama ini mereka mencuci tangan hanya sebatas tangannya basah dengan air. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui cara mencuci tangan yang benar dan kurangnya pengetahuan siswa tentang cara mencuci tangan yang benar. Kurangnya informasi tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun juga menyebabkan siswa malas untuk melakukan cuci tangan pakai sabun dengan benar.
Pada kelompok kontrol terjadi perubahan tindakan, hal ini disebabkan responden saling bertanya dengan temannya mana tindakan yang harus dilakukan sehingga terjadi perubahan tindakan tetapi tidak signifikan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dewi Listyowati (2012) bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan praktek cuci tangan pakai sabun di sekolah bsebelum dan sesudah diberikan intervensi promosi kesehatan di sekolah.
Hal senada juga dikatakan oleh Danuwirahadi (2010) tentang efektifitas metode expository teaching terhadap perilaku mencuci tangan dengan menggunakan sabun menyebutkan bahwa terdapat perbedaan perilaku mencuci tangan dengan sabun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perilaku mencuci tangan dengan menggunakan sabun pada kelompok eksperimen setelah treatment lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dengan demikian  metode expository teaching memberikan efek yang sangat signifikan terhadap perilaku mencuci tangan dengan menggunakan sabun.

KESIMPULAN
1.    Terdapat perbedaan pengetahuan siswa SD kelas V tentang cuci tangan pakai sabun di SD Negeri No. 1 dan SD Negeri No. 11 Kota Langsa sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi serta metode ceramah dan audio visual.
2.    Terdapat perbedaan sikap siswa SD kelas V tentang cuci tangan pakai sabun di SD Negeri No. 1 dan SD Negeri No. 11 Kota Langsa sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi serta metode ceramah dan audio visual. 
3.    Terdapat perbedaan tindakan siswa SD kelas V tentang cuci tangan pakai sabun di SD Negeri No. 1 dan SD Negeri No. 11 Kota Langsa sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi serta metode ceramah dan audio visual.

SARAN
1.    Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Langsa untuk melakukan kegiatan sosialisasi pentingnya cuci tangan pakai sabun dan melakukan peninjauan kembali pelaksanaan cuci tangan pakai sabun secara periodik 3 bulan sekali
2.    Diharapkan pihak sekolah dapat lebih menggalakkan program cuci tangan pakai sabun dengan cara menganjurkan seluruh siswa untuk melakukan cuci tangan pakai sabun setelah melakukan kegiatan seperti ketika mau makan dan setelah makan,setelah bermain dan lain – lain dan menyediakan informasi tentang cuci tangan pakai sabun seperti menyediakan poster – poster, buku bacaan tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun serta memanfaatkan fasilitas yang tersedia secara optimal.
3.    Diharapkan kepada siswa untuk mempraktekkan cuci tangan pakai sabun sesudah melakukan kegiatan seperti sebelum dan sesudah makan, setelah bermain, setelah buang air kecil dan buang air besar dan lain - lain.
4.    Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk lebih tertarik melakukan penelitian cuci tangan pakai sabun dengan variabel yang berbeda dan metode penelitian yang berbeda.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A, 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Andriani, D. Minarti, N. Adriana, D  . 2013.  Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Audio Visual terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra di PAUD Aisyiah Dalung Tahun 2013. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Danuwirahadi (2010). Efektifitas Metode Expitory Teaching Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Dengan Menggunakan Sabun. Skripsi Fakultas Universitas Katolik Soegijagranata Semarang.
Depkes, 2007. Pedoman Untuk Tenaga Kesehatan Usaha Kesehatan Sekolah di Tingkat Sekolah Dasar. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Fajar dan Misnaniarti, 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Masyarakat Di Desa Seniro Timur. Jurnal Pembangunan Manusia Volume 5 Nomor 1
Isnaw, R.P., Anggraini, D., Restuastuti, T. 2012. Daya Anti Bakteri Cairan mencuci Tangan Formula World Health Organization (WHO) yang Langsung Digunakan dan yang Digunakan 40 Hari Setelah Produksi, dikutip dari penelitian Fajar Ardi Desiyanto, Sitti Nur Djannah, diakses tanggal 30 Januari 2016, Yogyakarta.
Listyowati, 2012, Pengaruh intervensi promosi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 5 di SDN Pengasisnan IV Kota bekasi
Lutfianti ,2008, Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare Di Sd Advent Sario Kota Manado
Megaria, 2013, Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadinya Diare Pada Anak Usia Sekolah Di SdG mim Dua Kecamatan tareran Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Muninjaya, 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC
Proverawati & Rahmawati, 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta : Nuha Medika
Ratna Wati, 2011. Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS tentang Mencuci Tangan terhadap Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan pada Siswa Kelas V di SDN Bulu Kantil Surakarta. Program Studi D – IV Kebidanan FK UNS
Sitorus, N dan Fransisca, L, 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa SD Negeri 157 Kota Palembang Tahun 2014. Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan
Suliha, 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Sumarmi, 2013. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Cuci Tangan yang Benar pada Siswa SD INPRES Baraya 1 Kota Makassar 2013. Stikes Tanawali Persada Takalar Sulawesi – Selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar