PERBEDAAN PERILAKU SISWA SD TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN
SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI SERTA METODE CERAMAH DAN AUDIO
VISUAL DI KECAMATAN LANGSA KOTA TAHUN 2016
Oleh:
Yuli Novita Sari, Wirsal Hasan, Evi Naria
ABSTRACT
The number of students who misbehavein handwashing
using soap is found high, therefore they require improvement in
knowledge and awareness of the importance of handwashing using soap which could be applied in daily life. The objective of the
research is to analyze the difference of elementary school student’sbehavior in
handwashing using soap before and after health counselling by applying lecture with demonstration and lecture with audio visual methods in the sub district of Langsa Kota in 2016. The methodology of the research is a quasi-experiment with a non equivalent control group design.Variables of the research are knowledge,
behavior, and implementation. The population of the research is the entire 5th
grade students in SD Negeri No. 1,
11 and 5 Kota Langsa which are 349 students. Number of samples is 72 students. The sampling method uses Purposive
Sampling.Data analysis uses Wilcoxon test for abnormal data distribution. The result of the
research shows a changing of student’s behavior after health counselling. There
are difference in knowledge (p = 0,000), behavior (p = 0,000) and implementation (p = 0,000) of elementary students in relation to handwashing
using soap in the intervention group before and after health counselling. The students
are expected to practice handwashing using soap after doing any activity. Furthermore,
the school should also create programs with regard to handwashing using soap.
Keywords: Health Counselling, Behavior, Handwashing
using Soap,
elementary School
Students
PENDAHULUAN
Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
saat ini juga kurang menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya
praktik perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja,
tetapi ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakat masih lupa untuk
melakukan perilaku cuci tangan. Fokus CTPS ini adalah Anak sekolah sebagai
“Agen Perubahan” dengan simbolisme bersatunya seluruh komponen keluarga, rumah
dan masyarakat dalam merayakan komitmen untuk perubahan yang lebih baik dalam
berperilaku sehat melalui CTPS (Depkes, 2007).
Hasil pelaksanaan program PHBS
tentang mencuci tangan, menurut studi WHO tahun 2007 menyatakan, kejadian diare
menurun 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 32% dengan meningkatkan
akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, dan 39% perilaku pengelolaan air
minum yang di rumah tangga, dengan upaya tersebut kejadian diare menurun
sebesar 94% (Depkes RI, 2007).
Sekolah dasar di
Kecamatan Langsa Kota umumnya sudah memiliki alat dan perlengkapan untuk cuci
tangan pakai sabun, tapi dari hasil survey awal dikatakan pihak sekolah bahwa
tidak semua anak melakukan cuci tangan pakai sabun. Selain itu berdasarkan
keterangan pihak sekolah dan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Langsa, tim dari
puskesmas sudah pernah mensosialisasikan program cuci tangan pakai sabun dalam
bentuk memberikan penyuluhan dengan metode ceramah tentang cuci tangan pakai
sabun hanya saja tidak ada evaluasi dan tindak lanjut untuk pelaksanaan program
dari cuci tangan pakai sabun tersebut berjalan atau tidak dari pihak yang
memberikan sosialisasi.
Berdasarkan Latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Perbedaan Perilaku Siswa SD tentang Cuci Tangan Pakai
Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan dengan Metode Ceramah dan
Demonstrasi serta Metode Ceramah dan Audio Visual di Kecamatan Langsa Kota
Tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Perbedaan Perilaku
Siswa SD tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Kesehatan dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi serta Metode Ceramah dan Audio
Visual di Kecamatan Langsa Kota Tahun 2016.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan
rancangan non equivalent control group.
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri No. 1, SD Negeri
No. 11 dan SD Negeri No. 5 Kota Langsa yaitu 349 siswa. Sampel berjumlah 72
orang yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu 24 orang kelompok intervensi dengan
metode ceramah dan demonstrasi, 24 orang kelompok intervensi dengan metode
ceramah dan audiovisual dan 24 orang kelompok kontrol. Pengambilan sampel
dengan Purposive Sampling.
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi
normal.
HASIL PENELITIAN
Data karakteristik 72 responden secara umum dalam bentuk distribusi
frekuensi.
Tabel 4.1 menunjukkan keseluruhan
kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi berusia 11 tahun (100
%) dengan jenis kelamin 12 orang laki – laki (50 %) dan 12 orang perempuan (50
%). Untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual mayoritas
berusia 11 tahun yaitu 14 orang (58,3 %) dengan jenis kelamin mayoritas
perempuan yaitu 13 orang (54,2 %). Kelompok kontrol juga mayoritas berusia 11
tahun yaitu 14 orang (58,3 %) dengan jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu 13
orang (54,2 %).
Tabel 4.4 diatas dapat dilihat
pengetahuan siswa kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demostrasi dan
kelompok kontrol sebelum intervensi mayoritas tidak baik yaitu 21 orang (87,5
%), untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual sebelum
intervensi mayoritas berpengetahuan tidak baik sebanyak 23 orang (95,8 %).
Sedangkan setelah penyuluhan untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah
dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan audiovisual
sama – sama mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (95,8 %) dan untuk
kelompok kontrol nilai post test untuk pengetahuan mayoritas berpengetahuan
tidak baik yaitu 17 orang (70,8 %).
Tabel 4.7 menyatakan sikap siswa
seluruh kelompok mayoritas negatif untuk kelompok intervensi dengan metode
ceramah dan demostrasi sebanyak 23 orang (95,8 %), untuk kelompok intervensi
dengan metode ceramah dan audiovisual 19 orang (79,2 %) dan untuk kelompok
kontrol sebanyak 22 orang (91,7 %). Sedangkan setelah penyuluhan untuk kelompok
intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan
metode ceramah dan audiovisual sama – sama mayoritas memiliki sikap positif
sebanyak 23 orang (95,8 %) dan untuk kelompok kontrol nilai post test untuk
sikap mayoritas negatif yaitu 22 orang (91,7 %).
Hasil penelitian menunjukkan tindakan siswa seluruh kelompok mayoritas tidak
baik untuk kelompok intervensi dengan metode ceramah dan demostrasi serta
metode ceramah dan audiovisual sebanyak 18 orang (75,0 %) dan untuk kelompok
kontrol sebanyak 23 orang (95,8 %). Sedangkan setelah penyuluhan untuk kelompok
intervensi dengan metode ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan
metode ceramah dan audiovisual sama – sama mayoritas memiliki tindakan baik
sebanyak 23 orang (95,8 %) dan untuk kelompok kontrol mayoritas memiliki
tindakan tidak baik yaitu 20 orang (83,3 %).
Hasil uji wilcoxon untuk variabel pengetahuan didapatkan nilai p = 0,000,
artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan terhadap
pengetahuan
Untuk variabel sikap hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000, artinya
secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan terhadap sikap.
Dari tabel juga terlihat variabel tindakan hasil uji wilcoxon didapatkan
nilai p = 0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh
penyuluhan terhadap tindakan siswa SD.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penyajian data, maka diperoleh informasi tentang perbedaan
perilaku siswa SD tentang cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi serta metode ceramah
dan audio visual di kecamatan langsa kota tahu 2016 sebagai berikut :
1.
Perbedaan Pengetahuan Siswa SD tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata – rata
sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi dengan metode
ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan
audiovisual sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan pengetahuan siswa SD
tentang cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
kesehatan.
Dari hasil penelitian
dapat terlihat bahwa penyuluhan kesehatan memiliki pengaruh untuk peningkatan
pengetahuan siswa SD tentang cuci tangan pakai sabun dimana terlihat perubahan
pengetahuan pada kelompok yang diberikan perlakuan baik dengan metode ceramah
dan demonstrasi maupun dengan metode ceramah dan audiovisual.Pengetahuan
siswa sebagian besar kurang sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan siswa tentang mencuci tangan. Kurangnya
pengetahuan juga disebabkan karena kurangnya informasi, keterangan dan
pemberitahuan yang menimbulkan kesadaran. Kurangnya sosialisasi tentang
pentingnya cuci tangan pakai sabun juga menyebabkan kurangnya pengetahuan siswa
tentang cuci tangan pakai sabun. Pemberian stimulus berupa penyuluhan kesehatan
tentang cuci tangan pakai sabun sesuai dengan teori SOR terbukti meningkatkan
pengetahuan siswa tentang cuci tangan pakai sabun.
Pada kelompok kontrol terjadi
peningkatan pengetahuan pada post test
tetapi peningkatan pengetahuan tidak signifikan, hal ini disebabkan saat post test siswa sudah mencari informasi
tentang cuci tangan pakai sabun sebelumnya sehingga terjadi peningkatan
pengetahuan tetapi tidak signifikan. Selain itu juga setelah pre test siswa pada kelompok kontrol
berdiskusi dengan teman – temannya.
Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Sitorus dan Fransisca (2014) tentang Pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun
pada siswa SD Negeri 157 Kota Palembang Tahun 2014 menunjukkan ada pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa SDN 157 tentang cuci
tangan pakai sabun dan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap cuci
tangan pakai sabun pada siswa SDN 157.
Hasil
penelitian ini juga senada dengan penelitian Sumarmi (2013) yang menunjukkan ada pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa SD tentang cuci tangan yang benar
dan ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap perilaku cuci tangan yang benar
pada siswa SD.
2. Perbedaan Sikap Siswa SD
tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata – rata
sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi dengan metode
ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan
audiovisual sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan sikap siswa SD
tentang cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
kesehatan
Penelitian ini menunjukkan bahwa
sikap siswa sebagian besar buruk sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan,
kebanyakan dari siswa tidak mengetahui kapan waktu dan pentingnya cuci tangan
pakai sabun. Hal ini disebabkan karena siswa kurang mendapat informasi tentang
pentingnya melakukan cuci tangan pakai sabun. Pengetahuan dapat ditingkatkan
melalui penyuluhan,baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan sikap siswa dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Peningkatan sikap juga berhubungan
dengan peningkatan pengetahuan sehingga pengetahuan yang tinggi mendukung sikap
responden menjadi lebih baik
Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Riries Sarach (2015) Pada hasil analisis ditemukan ada pengaruh pemberian penyuluhan
CTPS terhadap sikap pencegahan diare pada siswa kelas V SD N Triharjo Sleman.
Hasil penelitian ini juga senada
dengan hasil penelitian Sitorus dan
Fransisca (2014) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap
Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun pada siswa SD Negeri 157 Kota
Palembang Tahun 2014 menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan siswa SDN 157 tentang cuci tangan pakai sabun dan ada
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap cuci tangan pakai sabun pada siswa
SDN 157.
Hal senada juga dapat dilihat dari penelitian Ratna Wati (2011) dengan
judul pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan terhadap
pengetahuan dan sikap mencuci tangan pada siswa kelas V di SDN Bulu Kantil
Surakarta menunjukkan ada pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang mencuci
tangan terhadap pengetahuan dan sikap tentang mencuci tangan pada siswa SD
kelas V di SDN Bulu Kantil Surakarta.
3. Perbedaan Tindakan Siswa SD tentang Cuci
Tangan Pakai Sabun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan
Untuk melihat pengaruh penyuluhan kesehatan tentang cuci tangan pakai sabun
terhadap tindakan siswa SD menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata – rata
sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi dengan metode
ceramah dan demonstrasi dan kelompok intervensi dengan metode ceramah dan
audiovisual sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan tindakan siswa SD
tentang cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan. Pada
kelompok kontrol terdapat perubahan tindakan
siswa SD tetapi tidak signifikan.
Penelitian ini
menunjukkan bahwa tindakan siswa keseluruhan tidak baik sebelum dilakukan
penyuluhan kesehatan, seluruh siswa mencuci tangan tidak sesuai dengan cara
mencuci tangan yang baik menurut WHO. Ini disebabkan karena siswa tidak
mengetahui cara mencuci tangan yang benar. Selama ini mereka mencuci tangan
hanya sebatas tangannya basah dengan air. Hal ini disebabkan karena siswa tidak
mengetahui cara mencuci tangan yang benar dan kurangnya pengetahuan siswa
tentang cara mencuci tangan yang benar. Kurangnya informasi tentang pentingnya
cuci tangan pakai sabun juga menyebabkan siswa malas untuk melakukan cuci
tangan pakai sabun dengan benar.
Pada kelompok
kontrol terjadi perubahan tindakan, hal ini disebabkan responden saling
bertanya dengan temannya mana tindakan yang harus dilakukan sehingga terjadi
perubahan tindakan tetapi tidak signifikan
Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Dewi Listyowati (2012) bahwa adanya
perbedaan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan praktek cuci tangan pakai
sabun di sekolah bsebelum dan sesudah diberikan intervensi promosi kesehatan di
sekolah.
Hal senada juga
dikatakan oleh
Danuwirahadi (2010) tentang efektifitas metode expository teaching terhadap perilaku mencuci tangan dengan
menggunakan sabun menyebutkan bahwa terdapat perbedaan perilaku mencuci tangan
dengan sabun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perilaku mencuci
tangan dengan menggunakan sabun pada kelompok eksperimen setelah treatment lebih tinggi daripada kelompok
kontrol. Dengan demikian metode expository teaching memberikan efek yang
sangat signifikan terhadap perilaku mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan pengetahuan siswa SD kelas V tentang cuci tangan pakai
sabun di SD Negeri No. 1 dan SD Negeri No. 11 Kota Langsa sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi serta metode ceramah
dan audio visual.
2. Terdapat perbedaan sikap siswa SD kelas V tentang cuci tangan pakai sabun
di SD Negeri No. 1 dan SD Negeri No. 11 Kota Langsa sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi serta metode ceramah
dan audio visual.
3. Terdapat perbedaan tindakan siswa SD kelas V tentang cuci tangan pakai
sabun di SD Negeri No. 1 dan SD Negeri No. 11 Kota Langsa sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi serta metode ceramah
dan audio visual.
SARAN
1. Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Langsa untuk melakukan
kegiatan sosialisasi pentingnya cuci tangan pakai sabun dan melakukan
peninjauan kembali pelaksanaan cuci tangan pakai sabun secara periodik 3 bulan
sekali
2. Diharapkan pihak sekolah dapat lebih menggalakkan program cuci tangan pakai
sabun dengan cara menganjurkan seluruh siswa untuk melakukan cuci tangan pakai
sabun setelah melakukan kegiatan seperti ketika mau makan dan setelah
makan,setelah bermain dan lain – lain dan menyediakan informasi tentang cuci
tangan pakai sabun seperti menyediakan poster – poster, buku bacaan tentang
pentingnya cuci tangan pakai sabun serta memanfaatkan fasilitas yang tersedia
secara optimal.
3. Diharapkan kepada siswa untuk mempraktekkan cuci tangan pakai sabun sesudah
melakukan kegiatan seperti sebelum dan sesudah makan, setelah bermain, setelah
buang air kecil dan buang air besar dan lain - lain.
4. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk lebih tertarik melakukan
penelitian cuci tangan pakai sabun dengan variabel yang berbeda dan metode
penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A, 2005. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Andriani, D.
Minarti, N. Adriana, D . 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Audio
Visual terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra di PAUD Aisyiah
Dalung Tahun 2013. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Bali
Danuwirahadi (2010). Efektifitas Metode Expitory Teaching Terhadap
Perilaku Mencuci Tangan Dengan Menggunakan Sabun. Skripsi Fakultas Universitas
Katolik Soegijagranata Semarang.
Depkes, 2007. Pedoman Untuk Tenaga Kesehatan Usaha
Kesehatan Sekolah di Tingkat Sekolah Dasar. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Fajar dan Misnaniarti,
2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
Pada Masyarakat Di Desa Seniro Timur. Jurnal
Pembangunan Manusia Volume 5 Nomor 1
Isnaw, R.P., Anggraini, D., Restuastuti, T. 2012. Daya Anti Bakteri Cairan mencuci Tangan
Formula World Health Organization (WHO) yang Langsung Digunakan dan yang
Digunakan 40 Hari Setelah Produksi, dikutip dari penelitian Fajar Ardi Desiyanto, Sitti Nur Djannah,
diakses tanggal 30 Januari 2016, Yogyakarta.
Listyowati, 2012, Pengaruh
intervensi promosi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik cuci
tangan pakai sabun pada siswa kelas 5 di SDN Pengasisnan IV Kota bekasi
Lutfianti ,2008, Hubungan Perilaku
Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare Di Sd Advent Sario Kota Manado
Megaria, 2013, Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
Dengan Terjadinya Diare Pada Anak Usia Sekolah Di SdG mim Dua Kecamatan tareran
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Muninjaya,
2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC
Proverawati & Rahmawati, 2012. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta : Nuha Medika
Ratna Wati, 2011. Pengaruh Pemberian Penyuluhan
PHBS tentang Mencuci Tangan terhadap Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan pada
Siswa Kelas V di SDN Bulu Kantil Surakarta. Program Studi D – IV Kebidanan FK
UNS
Sitorus, N dan
Fransisca, L, 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan
Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa SD Negeri 157 Kota Palembang Tahun
2014. Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan
Suliha, 2002. Pendidikan
Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Sumarmi, 2013.
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Cuci
Tangan yang Benar pada Siswa SD INPRES Baraya 1 Kota Makassar 2013. Stikes
Tanawali Persada Takalar Sulawesi – Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar