Selasa, 28 Juni 2016

Arnela Nur dan Intan Liana: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2016, hal. 17-24

 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN TENAGA KESEHATAN GIGI TENTANG PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DALAM PENGENDALIAN INFEKSI SILANG DI PUSKESMAS ACEH BESAR TAHUN 2016

Oleh:
Arnela Nur dan Intan Liana

ABSTRAK
Perawat yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya, karena perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lainnya. Berdasarkan observasi di 3 puskesmas diantaranya Puskesmas Blang Bintang, Peukan Bada, Krueng Barona Jaya. tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan gigi tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap, mereka menggunaan jenis APD handscone dan masker, dari tiga puskesmas tenaga kesehatan gigi 14 orang yang menggunakan APD dengan kategori lengkap 5 (35,7%) dan yang tidak 9 orang (64,3%). Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang di Puskesmas Aceh Besar. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah sampel 45 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan list  observasi. Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi pada kategori berpengetahuan tinggi yaitu 26 orang (57,8%). Sikap tenaga kesehatan gigi pada kategori positif yaitu 33 orang (73,3%) dan tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) paling banyak pada kategori ada dan tidak lengkap sebanyak 24 orang (53,3%). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian alat pelindung diri dalam pengendalian infeksi silang berada pada kategori tinggi, sikap positif, dan tindakan penggunaan alat pelindung diri pada kategori ada dan tidak lengka. Disarankan kepada tenaga kesehatan gigi agar menggunakan APD secara lengkap dalam penanganan pasien sehingga dapat mengurangi kejadian infeksi silang.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Alat Pelindung Diri



I.         PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pelayanan medik (medical care) adalah subsistem pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu (personal health care), terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diberikan kepada individu dengan tujuan untuk meningkatkan derapt kesehatan individu tersebut. Upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan pada individu tersebut merupakan upaya pelayanan kesehatan yang bersifat continuum. Pelayanan medik yang diberikan kepada individu tersebut dapat bersifat pelayanan medik dasar, meliputi aspek pencegahan primer (health promotion dan specific protection) yang dapat dilakukan oleh tenaga medik maupun nonmedik; pencegahan sekunder yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacat dan pencegahan terrier berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal dapat dilakukan oleh dokter umum/dokter gigi termasuk dokter keluarga maupun tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan keahliannya. Pelayanan medik dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik kesehatan. Efektivitas dari sistem rupkan sangat ditentukan oleh mutu pelayanan medik dasar di seluruh jajaran pelayanan kesehatan.1
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas yaitu berupa perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat kemanusiaan dan moral agama. Perlindungan tersebut agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.2
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.3 Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi. Penularan infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh.4
Perawat yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya, karena perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lainnya.4
Tenaga kedokteran gigi umumnya terpajan sejumlah besar mikroorganisme di dalam darah dan saliva pasien. Mikroorganisme ini dapat menimbulkan berbagai penyakit menular seperti flu, pneumonia, tuberkulosis, herpes, hepatitis B, dan sindrom Acquired Immune Deficiency (AIDS). Pemakaian prosedur pengontrolan infeksi yang efektif di dalam praktik dokter gigi dan laboratorium kedok­teran gigi akan dapat mencegah terjadinya penyebaran kontaminasi yang dapat meluas baik yang mengenai pada dokter gigi, staf dokter gigi, tekniker gigi maupun pada pasien.5
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lender petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret atau ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan yang beresiko mencakup tindakan rutin. Jenis alat pelindung: Sarung tangan, masker dan gaun pelindung. Tidak semua alat pelindung tubuh harus dipakai, tetapi tergantung pada jenis tindakan yang akan dikerjakan.4
Adapun permasalahan yang terjadi yaitu berdasarkan observasi di 3 puskesmas di Aceh Besar diantaranya Puskesmas Blang Bintang, Peukan bada, Krueng Barona Jaya. tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan gigi tidak  menggunakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap pada saat menangani pasien, tenaga kesehatan gigi menggunaan jenis APD handscone dan masker saja, sedangkan pakaian pelindung, isolator karet, kacamata pelindung tidak digunakan saat penanganan pasien. Berdasarkan observasi di 3 puskesmas diantaranya Puskesmas Blang Bintang, Peukan Bada, Krueng Barona Jaya. tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan gigi tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap, jenis APD yang digunakan yaitu handscone dan masker, dari tiga puskesmas tenaga kesehatan gigi 14 orang yang menggunakan APD dengan kategori lengkap 5 (35,7%) dan yang tidak 9 orang (64,3%).  
B.   Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang di Puskesmas Aceh Besar Tahun 2016?.

C.  Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang di Puskesmas Aceh Besar Tahun 2016.

D.     Manfaat Penelitian
1.        Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu terutama yang menyangkut dengan pemakaiaan alat pelindung diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang.
2.      Bagi Lokasi Penelitian
a.     Dapat digunakan sebagai bahan masukan/informasi tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam penanganan pasien gigi.   
b.    Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada petugas kesehatan gigi kearah yang lebih baik dalam pemanfaatan alat pelindung diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang.
3.      Bagi Akademik
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para Mahasiswa/I serta dapat membantu peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian lanjutan.

II.      METODE PENELITIAN
A.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian alat pelindung diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang di Puskesmas Aceh Besar Tahun 2016.

B.     Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Aceh Besar .

C.     Populasi dan Sampel Penelitian
1.        Populasi
Populasi dalam penelitian seluruh tenaga kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Aceh Besar yaitu 45 orang.
2.        Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar yaitu 45 orang.


D.     Instrumen Penelitian
            Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, list  observasi

E.     Cara Pengumpulan Data
1.      Data Primer
Data ini diperoleh melalui pengisian kuisioner dan list observasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan gigi diseluruh Puskesmas Aceh Besar.
2.      Data Sekunder
Data ini diperoleh dari berbagai sumber yang terpercaya dan akurat yaitu sumber absensi dan data jumlah tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar dari dinas kesehatan.

F.      Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan melalui instrumen penelitian ataupun kuisioner kemudian dilakukan pengolahan data sebagai berikut :
a.       Editing, yaitu memeriksa kembali kuisioner dan kartu status apakah sudah terisi dengan lengkap atau belum.
b.      Coding, yaitu data yang telah terkumpul diubah bentuknya ke bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode, sehingga lebih mudah dan sederhana.
c.       Tabulating, yaitu data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan dalam bentuk tabel.
G.    Analisa Data
Kumpulan data yang telah diolah dan disajikan kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran atau informasi yang dapat menggambarkan suatu situasi yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kejadian atau kerangka konsep penelitian yang ada.



III.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil Penelitian
1.         Data Umum
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tenaga Kesehatan Gigi di Puskesmas Aceh Besar
Tahun 2016

No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Laki-Laki
18
40%
2.
Perempuan
27
60%
Jumlah
45
100%
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar, paling banyak yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak 27 orang (60%) dan laki-laki sebanyak 18 orang (40%).





Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Tenaga Kesehatan Gigi Berdasarkan Pendidikan
Di Puskesmas Aceh Besar Tahun 2016

No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
D-II 
8
17,7
2.
D-III
16
35,6
3.
D-IV
12
26,7
4.
Dokter Gigi
9
20
Jumlah
45
100%

Berdasarkan tabel. 2 diketahui bahwa tenaga kesehatan gigi dengan kriteria pendidikan paling banyak yaitu D-III jurusan gigi 16 orang (35,6%).

2.    Data Khusus
Tabel. 3

Distribusi Frekuensi  Responden Berdasarkan Pengetahuan Tenaga Kesehatan Gigi Tentang Pemakaian Alat Pelindung
Diri (APD) dalam Pengendalian Infeksi Silang
Di Puskesmas Aceh Besar
Tahun 2016

No
Pengetahuan  
Frekuensi
Persentase (%)
1
Tinggi (67-100)
26
57,8
2
Sedang (34-66)
13
28,9
3
Rendah (0-33)
6
13,3
Total
45
100

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang paling banyak pada kategori berpengetahuan tinggi yaitu 26 orang (57,8%).

Tabel. 4

Distribusi Frekuensi  Responden Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan Gigi Tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam
Pengendalian Infeksi Silang Di Puskesmas Aceh Besar
Tahun 2016

No
Sikap  
Frekuensi
Persentase (%)
1
Positif  (≥50)
33
73,3
2
Negatif (<50 o:p="">

12
26,7
Total
45
100


Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa sikap tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang paling banyak pada kategori positif yaitu 33 orang (73,3%).

Tabel. 5

Distribusi Frekuensi  Responden Berdasarkan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Secara Lengkap dalam Pengendalian
Infeksi Silang Di Puskesmas Aceh Besar
Tahun 2016

No
Tindakan Penggunaan APD
Frekuensi
Persentase (%)
1
Ada dan Lengkap: ≥50
16
35,6
2
Ada dan tidak lengkap  : < 50
24
53,3
3
Tidak ada : 0
5
11,1
Total
45
100

Berdasarkan tabel. 5 diketahui bahwa tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) paling banyak pada kategori ada dan tidak lengkap sebanyak 24 orang (53,3%).



B.   Pembahasan
1.    Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dibahas tentang pengetahuan tenaga kesehatan gigi tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang berada pada kategori berpengetahuan tinggi yaitu 26 orang (57,8%). Menunjukkan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap dalam pengendalian infeksi silang pada kategori tinggi, penulis berasumsi bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi mayoritas berpendidikan D-III hal ini menunjukkan pengetahuan seseorang sangat ditentukan dari tingkat pendidikan yang diperolehnya. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) diperoleh dari berbagai sumber yang diterimanya baik dari penyuluhan yang diberikan oleh dinas terkait maupun pengarahan kepala puskesmas tentang pengendalian infeksi silang dan dari berbagai media misalnya tentang penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh layanan info kesehatan perawat yang diperoleh dari media elektornik visual maupun audio, sehingga terbentuk pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri saat penanganan pasien.
Seseorang memperoleh pengetahuan melalui penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan diperoleh sebagai akibat stimulus yang ditangkap pancaindera.6 Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan. Teori Notoatmodjo (2003 cit Budiharto 2009) juga mendukung tentang pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (overt behavior), ternyata perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tanpa dilandasi penge­tahuan.
2.    Sikap
Berdasarkan tabel. 4 diatas dapat diketahui bahwa sikap tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang paling banyak pada kategori positif yaitu 33 orang (73,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap tenaga kesehatan gigi tentang penggunaan Alat pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang dengan tanggapan yang positif, tenaga kesehatan gigi menyadari akan pentingnya penggunaan APD dalam pengendalian infeksi silang pada penanganan pasen. Berdasarkan wawancara dengan seorang tenaga kesehatam gigi menyatakan “sangat setuju jika APD digunakan secara lengkap saat penanganan pasien namun ketersediaan APD, misalnya handscone dan masker sangat terbatas”. Penulis berasumsi bahwa mereka setuju terhadap penggunaan APD secara lengkap namun ketersedian tidak mencukupi untuk digunakan setiap pasien yang berkunjung.       
Hal ini sejalan dengan pendapat Budiharto (2009) Sikap dan norma positif atau negatif yang terjadi pada diri seseorang akan menyebabkan niat untuk bertindak. Untuk norma atau sikap positif, dorongan niat yang ada pada diri seseorang adalah mendekati objek. Artinya ada niat untuk melakukan sesuatu yang positif. Akan tetapi, norma atau sikap negatif akan menjauhkan diri seseorang dari objek. Artinya orang tersebut tidak ada niat atau menolak tindakan yang seharusnya dilakukan berdasarkan prinsip kesehatan gigi.

3.    Tindakan
Berdasarkan tabel. 5 diketahui bahwa tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) paling banyak pada kategori ada dan tidak lengkap sebanyak 24 orang (53,3%). Penulis berasumsi bahwa sikap tenaga kesehatan gigi positif tentang penggunaan APD namun ketersediaan APD yang kurang membuat tenaga kesehatan gigi membatasi dalam penggunaan APD terutama jenis sarung tangan dan handscone dengan pertimbangan jika digunakan sekali untuk satu orang pasien akan kekurangan stok, sementara kunjungan pasien yang tidak sesuai dengan jumlah APD yang tersedia.
 Seharusnya sesuai dengan standar hygiene petugas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa pada setiap melakukan perawatan harus selalu disediakan pakaian kerja, masker, sarung tangan, bahan desinfektan dan handuk steril.7
Kepercayaan seseorang terhadap kerentanan dirinya dari suatu penyakit dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut.6

PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Pengetahuan tenaga kesehatan gigi dan mulut tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang paling banyak pada kategori berpengetahuan tinggi yaitu 26 orang (57,8%).
2.    Sikap tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang paling banyak pada kategori positif yaitu 33 orang (73,3%).
3.    Tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) paling banyak pada kategori ada dan tidak lengkap sebanyak 24 orang (53,3%). Mereka meu untuk menggunakan secara lengkap namun APD yang tersedia tidak mencukupi untuk digunakan setiap pasien yang berkunjung.  
B.   Saran
1.        Bagi Tenaga Kesehatan
a.       Diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi dan mulut yang bertugas di puskesmas khususnya puskesmas aceh besar untuk lebih meningkatkan lagi pengetahuan tentang penggunaan APD seta bahaya yang diakibatkan jika tidak menggunakan APD secara lengkap.    
b.      Diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi dan mulut agar menggunakan Alat Pelindung Diri dengan lengkap sehingga terhindar dari cemaran bakteri dan mengurangi kejadian infeksi silang.
c.       Diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi agar penggunaan masker dan sarung tangan digunakan untuk sekali penanganan atau satu orang pasien. Sedangkan untuk kaca mata pelindung, pakaian pelindung, tudung permukaan setelah penggunaan harus dilakukan desinfektan.
2.      Bagi Kepala Puskesmas
Diharapkan kepa kepala puskesmas masing-masing di Kabupaten Aceh Besa agar memberi pengarahan kepada tenaga kesehatan untuk menggunakan APD secara lengkap untuk menghindari dari kejadian infeksi silang, serta menyediakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap.
3.        Bagi Dinas Kesehatan
Diharapkan kepada lembaga/dinas terkait untuk melakukan pemantauan terhadap kinerja petugas kesehatan gigi dan menegur jika terdapat tenaga kesehatan khususnya kesehatan gigi yang tidak menggunakan APD secara langkap, hal ini merupakan wujud perlindungan pemerintah terhadap tenaga kesehatan dari kejadian penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, 2002, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta
Suma’mur, 1999, Hygiene Perusahaan dan Kecelakaan Kerja, Gunung Agung. Jakarta
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek. Edisi ke 4. Jakarta. EGC.
Emaliyawati, 2006, Tindakan Kewaspadaan Universal Sebagai Upaya Untuk Mengurangi Resiko Penyebaran Infeksi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Bandung.
Budiharto, 2009, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan Dan Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar