GAMBARAN
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN TENAGA KESEHATAN GIGI TENTANG PEMAKAIAN ALAT
PELINDUNG DIRI (APD) DALAM PENGENDALIAN INFEKSI SILANG DI PUSKESMAS ACEH BESAR TAHUN 2016
Oleh:
Arnela
Nur dan Intan Liana
ABSTRAK
Perawat yang bekerja di fasilitas kesehatan
sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya,
karena perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan kontak
langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana
agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi
dari pasien satu ke pasien yang lainnya. Berdasarkan observasi di 3 puskesmas
diantaranya Puskesmas Blang Bintang, Peukan Bada, Krueng Barona Jaya. tenaga
kesehatan khususnya tenaga kesehatan gigi tidak menggunakan alat pelindung diri
(APD) secara lengkap, mereka menggunaan jenis APD handscone dan masker, dari tiga
puskesmas tenaga kesehatan gigi 14 orang yang menggunakan APD dengan kategori
lengkap 5 (35,7%) dan yang tidak 9 orang (64,3%). Tujuan penelitian ini adalah Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan, sikap
dan tindakan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
dalam pengendalian infeksi silang di Puskesmas Aceh Besar. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan
jumlah sampel 45 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner dan list observasi. Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan
tenaga kesehatan gigi pada kategori berpengetahuan tinggi yaitu 26 orang
(57,8%). Sikap tenaga kesehatan gigi pada kategori positif yaitu 33 orang
(73,3%) dan tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) paling banyak pada
kategori ada dan tidak lengkap sebanyak 24 orang (53,3%). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi
tentang pemakaian alat pelindung diri dalam pengendalian infeksi silang berada
pada kategori tinggi, sikap positif, dan tindakan penggunaan alat pelindung
diri pada kategori ada dan tidak lengka. Disarankan
kepada tenaga kesehatan gigi agar menggunakan APD secara lengkap dalam
penanganan pasien sehingga dapat mengurangi kejadian infeksi silang.
Kata Kunci : Pengetahuan,
Sikap, Tindakan dan Alat Pelindung Diri
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pelayanan medik (medical care) adalah
subsistem pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu (personal
health care), terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diberikan kepada individu dengan tujuan untuk meningkatkan
derapt kesehatan individu tersebut. Upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diberikan pada individu tersebut merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang bersifat continuum. Pelayanan medik yang diberikan kepada
individu tersebut dapat bersifat pelayanan medik dasar, meliputi aspek
pencegahan primer (health promotion dan specific protection) yang
dapat dilakukan oleh tenaga medik maupun nonmedik; pencegahan sekunder yang
terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacat dan pencegahan
terrier berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal dapat dilakukan oleh
dokter umum/dokter gigi termasuk dokter keluarga maupun tenaga kesehatan
lainnya, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan keahliannya. Pelayanan
medik dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik kesehatan. Efektivitas
dari sistem rupkan sangat ditentukan oleh mutu pelayanan medik dasar di seluruh
jajaran pelayanan kesehatan.1
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup
luas yaitu berupa perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja
serta perlakuan yang sesuai dengan martabat kemanusiaan dan moral agama. Perlindungan tersebut agar tenaga kerja secara
aman melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional.2
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen
atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit.3 Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai macam
penyakit diantaranya penyakit karena infeksi,
dari mulai yang ringan sampai yang terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi
dari satu pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi.
Penularan infeksi dapat melalui
beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh.4
Perawat yang bekerja di fasilitas kesehatan
sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya,
karena perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan kontak
langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana
agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi
dari pasien satu ke pasien yang lainnya.4
Tenaga kedokteran gigi umumnya terpajan
sejumlah besar mikroorganisme di dalam darah dan saliva pasien. Mikroorganisme
ini dapat menimbulkan berbagai penyakit menular seperti flu, pneumonia,
tuberkulosis, herpes, hepatitis B, dan sindrom Acquired Immune Deficiency
(AIDS). Pemakaian prosedur pengontrolan infeksi yang efektif di dalam praktik
dokter gigi dan laboratorium kedokteran gigi akan dapat mencegah terjadinya
penyebaran kontaminasi yang dapat meluas baik yang mengenai pada dokter gigi,
staf dokter gigi, tekniker gigi maupun pada pasien.5
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi
kulit dan selaput lender petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret atau ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.
Jenis tindakan yang beresiko mencakup tindakan rutin. Jenis alat pelindung:
Sarung tangan, masker dan gaun pelindung. Tidak semua alat pelindung tubuh
harus dipakai, tetapi tergantung pada jenis tindakan yang akan dikerjakan.4
Adapun permasalahan yang
terjadi yaitu berdasarkan observasi di 3 puskesmas di Aceh Besar diantaranya
Puskesmas Blang Bintang, Peukan bada, Krueng Barona Jaya. tenaga kesehatan
khususnya tenaga kesehatan gigi tidak menggunakan
alat pelindung diri (APD) secara lengkap pada saat menangani pasien, tenaga
kesehatan gigi menggunaan jenis APD handscone dan masker saja, sedangkan
pakaian pelindung, isolator karet, kacamata pelindung tidak digunakan saat
penanganan pasien. Berdasarkan observasi di 3 puskesmas diantaranya Puskesmas
Blang Bintang, Peukan Bada, Krueng Barona Jaya. tenaga kesehatan khususnya
tenaga kesehatan gigi tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) secara
lengkap, jenis APD yang digunakan yaitu handscone dan masker, dari tiga
puskesmas tenaga kesehatan gigi 14 orang yang menggunakan APD dengan kategori
lengkap 5 (35,7%) dan yang tidak 9 orang (64,3%).
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana gambaran
pengetahuan, sikap dan tindakan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang di Puskesmas Aceh Besar
Tahun 2016?.
C. Tujuan
Penelitian
Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan, sikap
dan tindakan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
dalam pengendalian infeksi silang di Puskesmas Aceh Besar Tahun 2016.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Penulis
Menambah
pengetahuan, wawasan dan pengalaman untuk mengembangkan diri dalam disiplin
ilmu terutama yang menyangkut dengan pemakaiaan alat pelindung diri (APD) dalam
pengendalian infeksi silang.
2.
Bagi Lokasi Penelitian
a. Dapat digunakan sebagai bahan masukan/informasi
tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam penanganan pasien gigi.
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada
petugas kesehatan gigi kearah yang lebih baik dalam pemanfaatan alat pelindung
diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang.
3.
Bagi Akademik
Hasil
penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan dan dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi para Mahasiswa/I serta dapat membantu peneliti berikutnya
dalam melakukan penelitian lanjutan.
II.
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu
mengetahui gambaran pengetahuan, sikap
dan tindakan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian alat pelindung diri (APD)
dalam pengendalian infeksi silang di Puskesmas Aceh Besar Tahun 2016.
B.
Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Aceh Besar
.
C.
Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi
dalam penelitian seluruh tenaga kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Aceh Besar yaitu 45 orang.
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total
populasi tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar yaitu 45 orang.
D.
Instrumen Penelitian
Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, list observasi
E.
Cara Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Data ini diperoleh melalui pengisian kuisioner
dan list observasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan gigi diseluruh
Puskesmas Aceh Besar.
2.
Data Sekunder
Data ini
diperoleh dari berbagai sumber yang terpercaya dan akurat yaitu sumber absensi
dan data jumlah tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar dari dinas kesehatan.
F.
Pengolahan Data
Data
yang telah dikumpulkan melalui instrumen penelitian ataupun kuisioner kemudian
dilakukan pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memeriksa kembali kuisioner dan kartu
status apakah sudah terisi dengan lengkap atau belum.
b. Coding, yaitu data yang telah terkumpul diubah
bentuknya ke bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode, sehingga
lebih mudah dan sederhana.
c. Tabulating, yaitu data yang telah dikoreksi kemudian
dikelompokkan dalam bentuk tabel.
G.
Analisa Data
Kumpulan data yang telah diolah dan disajikan
kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran atau informasi yang dapat
menggambarkan suatu situasi yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan
kejadian atau kerangka konsep penelitian yang ada.
III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Data Umum
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Tenaga Kesehatan Gigi di Puskesmas Aceh Besar
Tahun 2016
No
|
Jenis Kelamin
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Laki-Laki
|
18
|
40%
|
2.
|
Perempuan
|
27
|
60%
|
Jumlah
|
45
|
100%
|
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tenaga
kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar, paling banyak yaitu jenis kelamin perempuan
sebanyak 27 orang (60%) dan laki-laki sebanyak 18 orang (40%).
Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Tenaga Kesehatan Gigi
Berdasarkan Pendidikan
Di Puskesmas Aceh Besar Tahun 2016
No
|
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
D-II
|
8
|
17,7
|
2.
|
D-III
|
16
|
35,6
|
3.
|
D-IV
|
12
|
26,7
|
4.
|
Dokter
Gigi
|
9
|
20
|
Jumlah
|
45
|
100%
|
Berdasarkan tabel. 2 diketahui bahwa tenaga
kesehatan gigi dengan kriteria pendidikan paling banyak yaitu D-III jurusan
gigi 16 orang (35,6%).
2.
Data Khusus
Tabel. 3
Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tenaga Kesehatan Gigi Tentang Pemakaian Alat Pelindung
Diri
(APD) dalam Pengendalian Infeksi Silang
Di
Puskesmas Aceh Besar
Tahun
2016
No
|
Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1
|
Tinggi (67-100)
|
26
|
57,8
|
2
|
Sedang (34-66)
|
13
|
28,9
|
3
|
Rendah (0-33)
|
6
|
13,3
|
Total
|
45
|
100
|
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui
bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) dalam pengendalian infeksi silang paling banyak pada kategori berpengetahuan
tinggi yaitu 26 orang (57,8%).
Tabel. 4
Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap
Tenaga Kesehatan Gigi Tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam
Pengendalian
Infeksi Silang
Di
Puskesmas Aceh Besar
Tahun 2016
No
|
Sikap
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1
|
Positif (≥50)
|
33
|
73,3
|
2
|
Negatif (<50 o:p="">50>
|
12
26,7
Total
45
100
Berdasarkan
tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa sikap tenaga kesehatan gigi tentang
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang paling
banyak pada kategori positif yaitu 33 orang (73,3%).
Tabel. 5
Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Secara Lengkap dalam Pengendalian
Infeksi
Silang Di
Puskesmas Aceh Besar
Tahun 2016
No
|
Tindakan Penggunaan APD
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1
|
Ada dan Lengkap: ≥50
|
16
|
35,6
|
2
|
Ada dan tidak lengkap : < 50
|
24
|
53,3
|
3
|
Tidak ada : 0
|
5
|
11,1
|
Total
|
45
|
100
|
Berdasarkan
tabel. 5 diketahui bahwa tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar tindakan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) paling banyak pada kategori ada dan tidak
lengkap sebanyak 24 orang (53,3%).
B.
Pembahasan
1.
Pengetahuan
Berdasarkan
hasil penelitian maka dapat dibahas tentang pengetahuan tenaga kesehatan gigi
tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang
berada pada kategori berpengetahuan tinggi yaitu 26 orang (57,8%). Menunjukkan
bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi tentang penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) secara lengkap dalam pengendalian infeksi silang pada kategori tinggi,
penulis berasumsi bahwa pengetahuan tenaga kesehatan gigi mayoritas
berpendidikan D-III hal ini menunjukkan pengetahuan seseorang sangat ditentukan
dari tingkat pendidikan yang diperolehnya. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
diperoleh dari berbagai sumber yang diterimanya baik dari penyuluhan yang
diberikan oleh dinas terkait maupun pengarahan kepala puskesmas tentang
pengendalian infeksi silang dan dari berbagai media misalnya tentang penyuluhan
kesehatan yang dilakukan oleh layanan info kesehatan perawat yang diperoleh
dari media elektornik visual maupun audio, sehingga terbentuk pengetahuan tentang
penggunaan alat pelindung diri saat penanganan pasien.
Seseorang
memperoleh pengetahuan melalui penginderaan terhadap objek tertentu.
Pengetahuan diperoleh sebagai akibat stimulus yang ditangkap pancaindera.6
Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui
proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan. Teori Notoatmodjo (2003 cit Budiharto 2009) juga mendukung tentang pengetahuan. Pengetahuan merupakan
domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (overt
behavior), ternyata perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng
dibandingkan yang tanpa dilandasi pengetahuan.
2.
Sikap
Berdasarkan tabel. 4 diatas dapat diketahui
bahwa sikap tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
dalam pengendalian infeksi silang paling banyak pada kategori positif yaitu 33
orang (73,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap tenaga kesehatan gigi tentang
penggunaan Alat pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang dengan
tanggapan yang positif, tenaga kesehatan gigi menyadari akan pentingnya
penggunaan APD dalam pengendalian infeksi silang pada penanganan pasen.
Berdasarkan wawancara dengan seorang tenaga kesehatam gigi menyatakan “sangat
setuju jika APD digunakan secara lengkap saat penanganan pasien namun
ketersediaan APD, misalnya handscone dan masker sangat terbatas”. Penulis
berasumsi bahwa mereka setuju terhadap penggunaan APD secara lengkap namun
ketersedian tidak mencukupi untuk digunakan setiap pasien yang berkunjung.
Hal ini sejalan dengan pendapat Budiharto
(2009) Sikap dan norma positif atau negatif yang terjadi pada diri seseorang
akan menyebabkan niat untuk bertindak. Untuk norma atau sikap positif, dorongan
niat yang ada pada diri seseorang adalah mendekati objek. Artinya ada niat
untuk melakukan sesuatu yang positif. Akan tetapi, norma atau sikap negatif
akan menjauhkan diri seseorang dari objek. Artinya orang tersebut tidak ada
niat atau menolak tindakan yang seharusnya dilakukan berdasarkan prinsip
kesehatan gigi.
3.
Tindakan
Berdasarkan tabel. 5 diketahui bahwa tenaga
kesehatan gigi di Puskesmas Aceh Besar tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) paling banyak pada kategori ada dan tidak lengkap sebanyak 24 orang
(53,3%). Penulis berasumsi bahwa sikap tenaga kesehatan gigi positif tentang
penggunaan APD namun ketersediaan APD yang kurang membuat tenaga kesehatan gigi
membatasi dalam penggunaan APD terutama jenis sarung tangan dan handscone
dengan pertimbangan jika digunakan sekali untuk satu orang pasien akan
kekurangan stok, sementara kunjungan pasien yang tidak sesuai dengan jumlah APD
yang tersedia.
Seharusnya sesuai dengan standar hygiene
petugas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
yang menyatakan bahwa pada setiap melakukan perawatan harus selalu disediakan
pakaian kerja, masker, sarung tangan, bahan desinfektan dan handuk steril.7
Kepercayaan
seseorang terhadap kerentanan dirinya dari suatu penyakit dan potensi penyakit,
akan menjadi dasar seseorang melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan
terhadap penyakit tersebut.6
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan tenaga kesehatan gigi dan mulut
tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang
paling banyak pada kategori berpengetahuan tinggi yaitu 26 orang (57,8%).
2. Sikap tenaga kesehatan gigi tentang pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengendalian infeksi silang paling banyak pada
kategori positif yaitu 33 orang (73,3%).
3. Tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
paling banyak pada kategori ada dan tidak lengkap sebanyak 24 orang (53,3%).
Mereka meu untuk menggunakan secara lengkap namun APD yang tersedia tidak
mencukupi untuk digunakan setiap pasien yang berkunjung.
B.
Saran
1.
Bagi
Tenaga Kesehatan
a. Diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi dan
mulut yang bertugas di puskesmas khususnya puskesmas aceh besar untuk lebih
meningkatkan lagi pengetahuan tentang penggunaan APD seta bahaya yang
diakibatkan jika tidak menggunakan APD secara lengkap.
b. Diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi dan
mulut agar menggunakan Alat Pelindung Diri dengan lengkap sehingga terhindar
dari cemaran bakteri dan mengurangi kejadian infeksi silang.
c. Diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi agar
penggunaan masker dan sarung tangan digunakan untuk sekali penanganan atau satu
orang pasien. Sedangkan untuk kaca mata pelindung, pakaian pelindung, tudung
permukaan setelah penggunaan harus dilakukan desinfektan.
2. Bagi Kepala Puskesmas
Diharapkan
kepa kepala puskesmas masing-masing di Kabupaten Aceh Besa agar memberi
pengarahan kepada tenaga kesehatan untuk menggunakan APD secara lengkap untuk
menghindari dari kejadian infeksi silang, serta menyediakan alat pelindung diri
(APD) secara lengkap.
3.
Bagi
Dinas Kesehatan
Diharapkan
kepada lembaga/dinas terkait untuk melakukan pemantauan terhadap kinerja
petugas kesehatan gigi dan menegur jika terdapat tenaga kesehatan khususnya
kesehatan gigi yang tidak menggunakan APD secara langkap, hal ini merupakan
wujud perlindungan pemerintah terhadap tenaga kesehatan dari kejadian penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Aditama, 2002, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja, Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta
Suma’mur, 1999, Hygiene Perusahaan dan Kecelakaan
Kerja, Gunung
Agung. Jakarta
Perry
& Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktek. Edisi ke 4. Jakarta. EGC.
Emaliyawati, 2006, Tindakan Kewaspadaan Universal Sebagai Upaya Untuk Mengurangi Resiko
Penyebaran Infeksi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Bandung.
Budiharto, 2009, Pengantar
Ilmu Perilaku Kesehatan Dan Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar