Selasa, 28 Juni 2016

Anita: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2016, hal. 37-46

SUMBER INFORMASI DAN USIA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA
TENTANG PUBERTAS PADA DISABILITY
DI BUKESRA BANDA ACEH

Oleh:
Anita

ABSTRAK
Pengetahuan pubertas dan pemberian informasi tentang reproduksi sehat sangat dibutuhkan oleh remaja penyandang cacat,. Remaja yang tidak siap menghadapi perubahan pubertas akan mengalami kendala dalam mengendalikan dirinya. Secara nasional remaja yang mengetahui masa subur dengan benar hanya 21,6%. Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dan usia dengan pengetahuan remaja tentang pubertas pada disabilitas di bukesra banda aceh Tahun 2015. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross Sectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Data dianalisa secara analitik menggunakan Chi square tes dengan program komputerisasi (SPSS) dan signifikasi  95% (P Value < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan dengan nilai p = 0,029 (p < 0,05). Usia tidak ada hubungan yang bermakna dengan pengetahuan dengan nilai p value > 0,05. Ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang pubertas. Usia tidak ada hubungan dengan pengetahuan. Diharapkan pada dinas pendidikan dapat memfasilitasi dalam upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi melalui media tehnologi yang dapat digunakan khususnya oleh remaja disabilitas

Kata kunci: Sumber informasi, Usia, Pengetahuan, Disability.


SOURCES OF INFORMATION AND AGE WITH KNOWLEDGE
ADOLESCENTS PUBERTY ABOUT THE DISABILITY
IN BUKESRA BANDA ACEH

By:
Anita

ABSTRACT
Knowledge of puberty and the provision of information about healthy reproduction is needed by adolescents with disabilities ,. Teens who are not prepared to face the changes of puberty will experience problems in controlling himself. Nationally adolescents who know the fertile period correctly only 21.6%. To determine the relationship of age with the resources and knowledge of adolescents about puberty in Banda Aceh bukesra disabilities in 2015. This study is a cross sectional analytic approach. Population and sample in this study amounted to 30 people. Data were analyzed using Chi-square test analytic with a computerized program (SPSS) and the significance of 95% (P Value <0 .05="" a="" age="" between="" knowledge="" meaningful="" no="" p="" relationship="" resources="" results="" showed="" that="" the="" there="" value="" was="" with=""> 0.05. There is significant correlation between resources with knowledge of adolescents about puberty. Age is not nothing to do with knowledge. Expected at the education office can facilitate in improving reproductive health knowledge through media technology that can be used especially by teenagers disabilities

Keywords: Sources of information, age, knowledge, Disability.



PENDAHULUAN
            Pubertas bukan hanya terjadi pada remaja normal tetapi juga pada remaja dengan penyandang cacat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), "Cacat meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan partisipasi pembatasan. Gangguan merupakan masalah di dalam tubuh fungsi atau struktur, dan keterbatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan partisipasi keterbatasan adalah masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan yang tidak dapat dikatagorikan dalam cara yang tetap (Ghai, A. 2010). Menurut WHO jumlah anak berkebutuhan khusus diIndonesia adalah sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 pada tahun 2007 (DKRI, 2010).                    
            Adolescent atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa. Masa remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara alami. Pada anak perempuan masa pubertas terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan dalam masa pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja (adolescent) dibagi dalam 3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent. Masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri. Segala sesuatu yang mengganggu proses maturasi fisik dan hormonal pada masa remaja ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis dan emosi sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang proses perubahan yang terjadi pada remaja dari segala aspek (Batubara, 2010).
            Perkembangan seksual pada remaja ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Setelah seorang gadis mengalami menstruasi yang pertama dan mimpi basah pada laki-laki, maka sejak itu fungsi reproduksinya akan bekerja berdasarkan fungsinya. Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan-perubahan dalam dirinya termasuk diantaranya menerima kenyataan dorongan seks yang mulai meningkat dan sulit dikendalikan, mengakibatkan mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengelola dorongan seksnya (Wiknjosastro, 2006).
            Pemberian informasi tentang reproduksi sehat, pengetahuan seks dan kesehatan lainnya sangat dibutuhkan oleh remaja tidak terkecuali pada remaja penyandang cacat, sama halnya pada remaja normal, remaja penyandang cacat juga mengalami perkembangan seksual dan perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja lainnya.  Menurut Widyastuti, (2010) Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkan. Informasi tentang haid dan mimpi basah, serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh setiap remaja.
            Pusat Nasional Penyalahgunaan Anak dan Penelantaran telah melaporkan bahwa anak-anak penyandang cacat mengalami pelecehan seksual pada tingkat 2,2 kali lebih tinggi dari anak-anak tanpa cacat (Crosse dkk, 1993). Peneliti lain telah melaporkan hal yang sama tingkat dari pelecehan seksual di kalangan anak-anak cacat  jauh lebih tinggi ( Quint, 1999). The US Department of Justice melaporkan bahwa 68% sampai 83% dari wanita dengan cacat perkembangan mengalami kekerasan seksual dalam hidup mereka dan kurang  setengah dari mereka mencari bantuan dari jasa hukum dan tenaga kesehatan (Suris dkk,1996).
            Penelitian yang dilakukan Gomes dkk, (2002) menunjukkan hasil penelitian masih rendahnya tingkat pengetahuan dan  perlunya tindakan edukatif mengenai kesehatan dan seksualitas pada awal remaja di sekolah. Data SDKI-R tahun (2007) menunjukkan bahwa remaja perempuan yang tidak mengetahui tentang perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan sebanyak 13,3% lebih tinggi dibandingkan hasil SDKI-R tahun 2002/2003 sebesar 10,7 persen. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak mengetahui kapan seorang perempuan memiliki hari atau masa suburnya. Sedangkan dalam penelitian RPJMN, (2010) menunjukkan persentase pengetahuan responden laki-laki yang mengetahui masa subur seorang perempuan lebih tinggi (32,3%) dibandingkan dengan responden perempuan (29%). Secara nasional remaja yang mengetahui masa subur dengan benar sebesar 21,6% dan remaja yang terpapar informasi PIK-Remaja (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) mencapai 28%. Berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan dengan informasi kesehatan reproduksi.
            Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di yayasan bina upaya kesejahteraan para cacat (BUKESRA) bahwa masih kurangnya informasi yang disampaikan tentang pubertas dan kurangnya buku-buku yang dapat memberikan informasi tentang pendidikan seksual. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang sumber informasi dan usia dengan pengetahuan remaja tentang pubertas pada disabilitas di bukesra banda aceh.

METODELOGI PENELITIAN
            Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Desain cross sectional yaitu suatu penelitian dimana pengumpulan data dilakukan secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat dan  mengetahui Pengetahuan remaja tentang pubertas remaja penyandang cacat di yayasan BUKESRA Banda Aceh Tahun 2015.
            Penelitian ini akan dilakukan di yayasan BUKESRA Banda Aceh pada bulan Juni tahun 2015. Adapun teknik akan dipakai dalam pengambilan sampel adalah total populasi yaitu siswa-siswi  yang berusia 10-24 tahun yang berjumlah 30 orang yang ada di  yayasan BUKESRA Banda Aceh. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh populasi diambil dijadikan sebagai sampel.
            Jenis data yang digunakan ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian dengan cara membagikan kuesioner kepada siswa-siswi yang bersekolah di yayasan BUKESRA Tahun 2015 yang telah disusun untuk menjaring informasi yang ingin diketahui sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan enumerator 2 orang yaitu staff administrasi sekolah.
            Setelah data terkumpul, dilakukan editing untuk mengetahui kelengkapan data untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya dilakukan coding untuk memudahkan dalam melakukan tabulasi data. Tabulasi data dilakukan sesuai dengan variabel yang diteliti nuntuk mempermudah dalam melakukan analisis. Analisis data menggunakan komputer dengan sofware Statistical Program For Socisl Science ( SPSS).

HASIL PENELITIAN
a.       Analisa univariat
Hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi variabel dependen dan independen yang meliputi pengetahuan  dengan teman sebaya, jenis kelamin dan usia remaja

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas di BUKESRA Banda Aceh Tahun 2015
           
No
Pengetahuan
Frekuensi
%
1
Baik
8
26,7
2
Kurang
22
73,3

Total
30
100

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang pubertas  dari 30 remaja mayoritas berpengetahuan rendah yaitu 22 orang (73,3%).
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
di BUKESRA Banda Aceh
Tahun 2015
No
Sumber Informasi
Frekuensi
%
1
Ada
24
80,0
2
Tidak Ada
6
20,0

Total
30
100
      
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 remaja yang mendapatkan  sumber informasi tentang pubertas mayoritas 24 orang (80,0%).
Tabel 3.
Frekuensi Responden Berdasarkanm
Usia  di BUKESRA Banda Aceh
Tahun 2015
No
Usia
Frekuensi
%
1
Remaja Awal
1
3,3
2

Remaja Menengah
10
33,3
  3
Remaja Akhir
19
63,3

Total
30
100
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa usia dari 30 remaja yang terbanyak adalah remaja akhir sebanyak 19 orang (63,3%).
b.      Analisa bivariat
Analisa bivariat untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antra variabel bebas dan variabel  terikat.





Tabel 4.
Analisis Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja Tentang
Pubertas di BUKESRA Banda Aceh Tahun 2015

Variabel
Pengetahuan
Baik                   Kurang
f       %           f        %
Total
%
P
Cl
Sumber Informasi





Ada

4     50,0         20    90,9
24
24,0
0,029
95%
Tidak Ada

      4    50,0         2      9,1

6,0


                


Berdasarkan tabel 4  di atas menunjukkan bahwa dari 30 remaja yang mendapatkan sumber informasi tentang pubertas  mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan pengetahuan yaitu sebanyak (90,9%).  Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan dengan nilai p = 0,029 (p < 0,05).




Tabel 5.
Analisis Hubungan Usia dengan Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas di BUKESRA Banda Aceh Tahun 2015

Variabel
Pengetahuan
Baik                   Kurang
f       %           f        %
Total
%
P
Cl
Usia






Remaja Awal
   1     12,5          0      0
1
1,0


Remaja Menengah
   4     50,0          6      27,3
10
10,0
0,090
95%
Remaja Akhir
   3     37,5          16    72,7
19
19,0




                
                 Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa usia tidak ada hubungan yang bermakna dengan pengetahuan karena nilai p value > 0,05


DISKUSI
Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan  remaja yang mendapatkan sumber informasi dengan pengetahuan tentang pubertas  mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan pengetahuan yaitu sebanyak (90,9%). 
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, media informasi untuk komunikasi massa. Sumber informasi dapat diperoleh melalui media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (Televisi, radio, internet) dan melalui kegiatan tenaga kesehatan seperti pelatihan yang diadakan oleh dokter, perawat dan bidan.
Remaja Memerlukan infomasi yang sesuai dengan usianya Mengenai perkembangan fisik dan emosional, resiko-resiko yang terjadi dari kegiatan seksual yang tidak terlindungi, kekerasan, bagaimana mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan pendidikan. Program-program yang tersukses dicapai ketika informasi dan pendidikan dilakukan secara interaktif dan dihubungkan dengan pelayanan     Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Semakin sering orang membaca, pengetahuannya akan lebih baik daripada hanya sekedar mendengar atau melihat saja (Sarwono, 2005; Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil SDKI-R tahun (2007) menunjukkan ketidaktahuan remaja perempuan tentang perubahan fisik terjadi peningkatan bila dibandingkan hasil SDKI-R tahun 2002/2003 Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak mengetahui masa suburnya. Sedangkan dalam penelitian BKKBN, (2010) menunjukkan persentase pengetahuan responden laki-laki yang mengetahui masa subur seorang perempuan lebih tinggi (32,3%) dibandingkan dengan responden perempuan (29%). Secara nasional remaja yang mengetahui masa subur dengan benar sebesar 21,6%.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Gomes dkk, (2002) bahwa pengetahuan yang rendah memerlukan informasi tentang kesehatan reproduksi pada masa pubertas ketika pertama remaja di sekolah .
Pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja dapat di pengaruhi media massa dan internet yang menyediakan informasi yang kurang tepat dan salah. Keluarga, sekolah kurang membekali pengetahuan kesehatan reproduksi yang sebanding sehingga remaja tidak mampu membuat keputusan secara tepat. Akibatnya rasa ingin tahu yang sangat kuat membuat remaja menjadi terjebak ke dalam permasalahan seksualitas. Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja sehingga para remaja tahu bagaimana cara menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai sikap, perilaku yang sehat dan bertanggung jawab (Imran, 2000).
      
Hubungan Usia dengan Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa usia tidak ada hubungan yang bermakna dengan pengetahuan dengan nilai p value > 0,05. Penelitian ini tidak mempunyai hubungan yang bermakna, karena remaja dengan penyandang cacat  mempunyai keterbatasan yang dapat di buktikan dari usia mereka yang sudah mencapai remaja menengah tapi mereka masih duduk di bangku SD.
Remaja secara psikologis adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa dirinya berada dibawah tingkat orang yg lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar ( Ali, 2005).
Kematangan seksual dipengaruhi oleh Usia, perubahan fisik pada remaja mempengaruhi kematangan seksual. Diberbagai masyarakat ada kecenderungan penurunan usia kematangan seksual. Pada gilirannya, penurunan usia kematangan ini akan diikuti oleh meningkatnya aktivitas seksual pada usia dini Sarwono, (2010).
Anak-anak perlu diberikan pengetahuan pubertas sesuai dengan tahapan perkembangan untuk membantu mereka dan melindungi mereka dari kehamilan yang tidak direncanakan dan PMS (Nancy, 2006).
Remaja penyandang cacat dapat mengekspresikan keinginan dan harapan untuk menikah, punya anak, dan kehidupan seks dewasa normal.  Bahkan, remaja penyandang cacat fisik secara seksual mengalami perkembangan seperti halnya yang dialami oleh remaja tanpa cacat.  Namun, orang tua dan tenaga kesehatan sering pesimis terhadap potensi anak-anak cacat untuk menikmati keintiman dan seksualitas dalam hubungan mereka (Cheng and Udry, 2002). Orang dengan cacat sering keliru dianggap sebagai anak kecil, aseksual, dan membutuhkan perlindungan (Berman dkk, 1999).
Anak-anak dan remaja penyandang cacat harus diberikan pengetahuan pubertas sesuai dengan tahapan perkembangan. Orangtua mungkin perlu jaminan dan dukungan dalam mendapatkan pendidikan seksualitas bagi anak-anak dan remaja penyandang cacat. Diskusi harus dimulai dengan orang tua atau wali dari anak-anak cacat di usia muda untuk mendorong bentuk-bentuk perlindungan diri (Suris, 1996).
Menurut asumsi penelitian pengetahuan remaja tentang pubertas dapat ditingkatkan dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sesuai dengan tahapan perkembangan mereka, melalui peran orang tua dan sekolah sehingga mereka dapat mengetahui perubahan perkembangan selama masa pubertas mereka.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.   Terdapat hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang pubertas nilai p = 0,029 (p < 0,05).
2.   Usia tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan pengetahuan pengetahuan remaja tentang pubertas dengan nilai p value > 0,05.

Rekomendasi
            Bagi tempat penelitian dapat meningkatkan pengetahuan pubertas di sekolah dengan penyediaan informasi melalui  media cetak, internet yang dapat digunakan bagi remaja disabilitas. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan tentang perilaku seksual pada remaja disabilitas.
   
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan. Jakarta : Bumi aksara.
Bappenas. (2009). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Jakarta.
Batubara Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta : Sari Pediatri, Vol. 12.
Berman H, Harris D, R enright, Gilpin M, Cathers T, Bukovy G.  Sexuality and the adolescent with a physical disability: understandings and misunderstandings.  Issues Compr Pediatr 199; 22:183-196.
BKKBN. (2010). Survei Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional. Jakarta.
Cheng MM, Udry JR. Sexual behaviors of physically disabled adolescents in the United States. J Adolesc Health. 2002, 31: 48 - 58.
Crosse SB, Kaye E, Ratnofsky AC. (1993) A Report on the Maltreatment of Children With Disabilities Washington, DC: National Center on Child Abuse and Neglect, Administration for Children and Families, US Department of Health and Human Services.
Departemen Kementrian Republik Indonesia (DKRI). 2010. Pedoman pelayanan kesehatan anak di sekolah luar biasa (SLB). Jakarta.
Ghai, A,. (2010). Sexuality and Disability in the Indian Context, Paper Working : Tarshi
Gomes, Waldelene De A,. et al. (2002) Adolescents' knowledge about adolescence, puberty and sexuality Pediart ,J. vol.78, n.4, pp. 301-308. 
Imran, I., 2000.  Modul 2 Perkembangan Seksualitas Remaja . Jakarta : PKBI,IPPF, BKKBN, UNFPA.
Nancy A. Murphy , MDEllen Roy Elias , MD,. (2006). Sexuality of Children and Adolescents With Developmental Disabilities.
Notoatmodjo S . (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Quint EH. (1999) Gynecological health care for adolescents with developmental disabilities. Adolesc Med.  10 : 221 – 229.
Sarwono W.S. (2010). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Press.
.            (2005). Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Suris JC, Resnick MD, Cassuto NUS De, Blum RW. (1996) Sexual behavior of adolescents with chronic disease and disability. J Adolesc Health. 19 : 124 – 131.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Remaja (SDKI-R). (2007). Calverton, Maryland, USA: BPS and ORC Macro.
Wahyuni, D dan Rahmadewi. (2011) Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan – BKKBN : Policy Brief
Wikjosastro, G,H. (2006). Kesehatan reproduksi. Jakarta : DEPKES, IBI, YPKP





Tidak ada komentar:

Posting Komentar