OVERVIEW OF
KNOWLEDGE ABOUT MOTHER CROWDING TEETH OF THE CHILDREN AGES 6-12 YEARS IN THE
VILLAGE KAMPONG BARO
DISTRICT PIDIE
By:
Reca
ABSTRACT
Crowding of the teeth growing
state overlap or irregular. This is because parents do not pay attention to the
health of their teeth and they assume that if no tooth pain need not go to the
health service. This study aims to reveal the mother's knowledge about the
crowding of the children aged 6-12 years in the village of Kampong Baro Pidie
District Pidie District. The population in this study are all children aged
6-12 years in the village of Kampong Baro totaling 30 children and their
mothers as respondents. The sample in this study was the total population.
Analysis of data using univariate analysis and research instruments in the form
of questionnaires and diagnostic sets and KSP. Results showed mothers who are
knowledgeable both about crowding as many as 3 people (10%), knowledgeable
being as many as 23 people (77%) and were knowledgeable lower by 4 people (13.3%).
Of the 30 children aged 6-12 years, who are crowding as many as 16 people
(53.3%). It can be concluded that the mother's knowledge is still lacking, so
the impact on the oral health of children. Recommended to mothers in order to
increase knowledge about oral health so as to provide direction to the child so
that the child is able to preserve and maintain the health of your teeth and
mouth. Then it is also recommended to dental health professionals in order to
provide education on oral health on an ongoing basis in the village
Keywords: Knowledge Of Mother, Crowding Teeth Of The Children
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIGI BERJEJAL PADA ANAK
USIA 6-12 TAHUN DI DESA KAMPONG BARO
KABUPATEN PIDIE
Oleh:
Reca
ABSTRAK
Gigi berjejal merupakan keadaan gigi yang
tumbuh bertumpuk atau tidak teratur. Hal ini disebabkan karena orang tua tidak memperhatikan kesehatan gigi anaknya dan mereka menganggap bahwa kalau tidak sakit gigi
tidak perlu berobat ke pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan ibu tentang gigi berjejal pada anak usia 6-12 tahun di
Desa Kampong Baro Kabupaten Pidie. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak
usia 6-12 tahun di Desa Kampong Baro yang berjumlah 30 anak dan ibunya sebagai responden. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. Analisis data menggunakan analisis
univariat dan instrumen
penelitian ini berupa kuesioner dan diagnosa set serta KSP. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang berpengetahuan baik tentang gigi
berjejal sebanyak 3 orang (10%), yang berpengetahuan sedang sebanyak 23 orang
(77%) dan yang berpengetahuan rendah sebanyak 4 orang (13,3%). Dari 30 anak
usia 6-12 tahun, yang mengalami gigi berjejal sebanyak 16 orang (53,3%). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu masih kurang, sehingga berdampak pada kesehatan gigi dan mulut anak. Direkomendasikan kepada ibu agar dapat menambah wawasan mengenai
kesehatan gigi dan mulut sehingga mampu memberikan arahan kepada anak agar anak
mampu memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Kemudian juga direkomendasi kepada tenaga kesehatan gigi agar dapat
memberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara berkesinambungan di desa
Kata kunci: Pengetahuan
Ibu, Gigi Berjejal Pada Anak
PENDAHULUAN
Undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009 pasal 46
dan pasal 47 yang menyatakan bahwa untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam
bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Lebih lanjut, pasal 93 ayat 1 tentang kesehatan gigi dan mulut menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan
kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan
pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.1
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari
terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan
mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara
terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orangtua yang pengetahuannya rendah mengenai kesehatan
gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari
pendidikan yang tidak mendukung
kesehatan gigi dan mulut anak.2
Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang
penting karena kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi kesehatan tubuh secara
menyeluruh. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya
bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk mencapai kesehatan gigi dan
mulut secara optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan
dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan, pembersihan sisa makanan dengan
cara menyikat gigi yang benar, dan kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam
bulan sekali.3 Tindakan-tindakan nyata orang tua tersebut
sangat dibutuhkan dalam
membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas
kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. 2
Para
ahli umumnya mengatakan bahwa susunan gigi yang tidak teratur (gigi berjejal)
akan sulit dibersihkan, sehingga memudahkan melekatnya makanan yang
mengakibatkan mudah terjadinya karies.4 Bila gigi bertumpuk yang
terkena sikat gigi pada saat pembersihan adalah gigi pada lengkungan terluar. Kebersihan gigi dan mulut mempunyai peranan
penting dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan gigi dan jaringan
sekitarnya. Kebersihan gigi dan mulut yang jelek dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada gigi dan pertumbuhan
gigi.5
Hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan penduduk Indonesia yang mempunyai
masalah gigi dan mulut sebesar 25,9%.6
Lebih lanjut pada penelitian Astoeti menunjukkan bahwa 21% anak usia 12 tahun
di DKI Jakarta menderita gigi berjejal dan sebanyak 51,6% murid-murid kelas 4-6
SD di DKI Jakarta juga menderita gigi berjejal. Menurut kelompok umur
persentase orang dengan gigi berjejal rata-rata sama sejak usia 10-14 tahun
hingga dewasa. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhnya gigi berjejal yang diperoleh
sejak muda akan dibawa hingga masa tua.7
Berdasarkan
observasi dan pemeriksaan awal yang peneliti lakukan pada anak yang berumur
6-12 tahun di Gampong Baro sebanyak 15 orang anak di dapatkan data bahwa 9 orang anak mengalami
gigi berjejal. Dari hasil wawancara pada anak-anak tersebut diperoleh bahwa
mereka tidak pernah dibawa ke rumah sakit atau ke puskesmas untuk memeriksa kesehatan
gigi mereka. Peneliti juga mewawancarai 15 orang tua (ibu) dari anak tersebut,
orangtua (ibu) anak tersebut mengatakan bahwa mereka jarang memperhatikan
kesehatan gigi anaknya mereka menganggap bahwa kalau tidak sakit gigi tidak
perlu untuk berkunjung ke poli gigi atau puskesmas dan orang tua juga tidak
mengerti kapan harus berkunjung ke puskesmas untuk memeriksa gigi dan mulut
anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang gigi
berjejal pada anak usia 6-12 tahun di Desa Kampong Baro Kabupaten Pidie.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh anak usia 6-12 tahun di Desa Kampong Baro yang berjumlah 30 anak
dan ibunya sebagai responden. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi.
Instrumen penelitian ini berupa kuesioner untuk mengetahui pengetahuan ibu
tentang gigi berjejal pada anak dan diagnosa set serta
KSP. Analisis data menggunakan analisis
univariat.
HASIL PENELITIAN
Penelitian
dilakukan di Desa Kampong Baro Kabupaten
Pidie yang
dilaksanakan bulan Januari sampai dengan Februari 2016. Berikut disajikan
hasil-hasil analisis statistik tersebut.
1. Pengetahuan
Tabel 1. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang gigi berjejal di Desa Kampong Baro Kabupaten Pidie
No
|
Pengetahuan
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Baik
|
3
|
10
|
2
|
Sedang
|
23
|
77
|
3
|
Rendah
|
4
|
13,3
|
Total
|
30
|
100
|
Tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi pengetahuan ibu tentang gigi berjejal pada kategori baik 3
orang (10%), sedang sebanyak 23 orang (77%) dan yang pengetahuannya rendah
sebanyak 4 orang (13,3%).
2.
Gigi
Berjejal Anak
Tabel 2. Frekuensi Gigi Berjejal Pada
Anak Usia 6-12 Tahun Di
Desa Kampong Baro Kabupaten
Pidie
No.
|
Gigi Berjejal
|
F
|
%
|
1
|
Ada
|
16
|
53,3
|
2
|
Tidak Ada
|
14
|
47
|
Total
|
30
|
100
|
Tabel
diatas menunjukkan bahwa 16 anak menderita gigi berjejal sebanyak (53,3%) dan sebanyak 14
anak (47%) tidak menderita gigi berjejal.
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Ibu tentang Gigi Berjejal
Berdasarkan
tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi pengetahuan ibu tentang gigi berjejal pada
kategori baik 3 orang (10%), sedang sebanyak 23 orang (77%) dan yang
pengetahuannya rendah sebanyak 4 orang (13,3%). Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang masih
kurang tentang kesehatan gigi dan mulut turut mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulut anak. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat para ahli yang
menyatakan bahwa pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari
terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung keesehatan gigi dan
mulut anak. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan
mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung
kesehatan gigi dan mulut anak.2 Jadi jelas
bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut. Maka dapat disimpulkan bahwa apabila orang tua kurang
memahami masalah kesehatan gigi maka akan berdampak negatif pada kesehatan gigi dan mulut anaknya. Akan tetapi
orang tua yang berpengetahuan baik itu belum
tentu kesehatan gigi dan mulut anaknya juga baik, karena pengetahuan tanpa
diwujudkan dengan tindakan yang nyata segala sesuatu tidak akan berjalan dengan
baik dan tidak akan menghasilkan sesuatu hal yang diinginkan untuk mewujudkan pengetahuan yang baik juga.
Oleh karena itu diperlukan kesadaran dan kepedulian kepada anak untuk menjaga
kesehatan gigi guna menghindari kelainan pada giginya.8
2.
Gigi
Berjejal Anak
Berdasarkan
tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 orang anak usia 6-12 tahun,16 anak
menderita gigi berjejal (53,3%). Hasil ini menunjukkan
bahwa gigi berjejal sangat mempengaruhi mental anak usia dini
karena pergantian gigi biasanya terjadi pada usia dini. Jika orang tua tidak memperhatikan
dan mengontrol pertumbuhan gigi anak maka akan terjadi gigi berjejal sehingga
penampilan gigi anak tidak baik mengakibatkan anak tidak percaya diri. Salah satu
masalah estetik gigi
yang paling banyak dikeluhkan orang adalah gigi berjejal. Gigi berjejal sangat
mempengaruhi estetika dan kebersihan gigi dan mulut, karena gigi
berjejal merupakan ideal bagi bakteri untuk berkembang disebabkan adanya
bagian-bagian gigi yang sulit dijangkau oleh bulu sikat gigi. Jika susunan gigi yang berjejal terletak di salah satu
lengkung gigi, susunan ini akan bisa diperbaiki dengan cara dilakukan
pencabutan pada bagian lengkung tersebut. Meskipun demikian, prinsip ini
bukanlah sesuatu yang tepat. Susunan insisivus yang berjejal biasanya
diperbaiki dengan mencabut gigi premolar, sehingga bisa diperoleh keseimbangan
oklusal dan penampilan akhir yang lebih memuaskan daripada jika gigi insisivus
yang dicabut. Premolar pertama, pada kenyataannya adalah gigi yang paling
sering dicabut untuk memperbaiki susunan gigi berjejal, hal ini dikarenakan
letaknya di tengah pada setiap kuadran rahang, gigi premolar pertama biasanya
terletak cukup dekat dengan daerah gigi berjejal,
baik di segmen anterior maupun bukal.9
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah
dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang gigi berjejal
pada anak usia 6-12 tahun di Desa Kampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie.,
dapat disimpulkan bahwa: proporsi ibu yang berpengetahuan baik tentang gigi
berjejal sebanyak 3 orang (10%), yang berpengetahuan sedang sebanyak 23 orang
(77%) dan yang berpengetahuan rendah sebanyak 4 orang (13,3%). Sedangkan
proporsi anak yang mengalami gigi berjejal sebanyak 16 orang anak (53,3%).
Berdasarkan
hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, dapat disarankan sebagai berikut:
1.
Untuk
mewujudkan keadaan kesehatan gigi anak yang
optimal maka perlu ditingkatkan pengetahuan orang tua sebagai
bekal dalam mendidik anak.
2.
Orangtua
diharapkan dapat memberi contoh kepada anaknya di lingkungan rumah dengan
menunjukkan sikap yang positif dan berperilaku kesehatan gigi
yang baik.
3. Diharapkan kepada tenaga
kesehatan khususnya tenaga kesehatan gigi agar dapat memberikan penyuluhan yang
dilakukan secara berkala dan berkesinambungan tentang gigi berjejal dan tentang
kesehatan gigi dan mulut di desa khususnya Desa Kampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie
UCAPAN
TERIMA KASIH
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes
Aceh dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini, kemudian terima kasih kepada Kepala Desa Kampong Baro
Kabupaten Pidie yang telah
membantu jalannya penelitian ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes,
RI, 2009, Undang – Undang Republik
Indonesia No. 36 Tentang Kesehatan, Jakarta
Riyanti,
E. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan
Gigi Anak Sejak Dini. Jakarta. Seminar Sehari Kesehatan-Psikologi Anak; Mei
2005; available from: resources.unpad.ac.id/.
Maulani, C. dan Jubilee E. Kiat
Merawat Gigi Anak. Gramedia. Jakarta. 2005;19-65
Suwelo,
1992. Penyakit Gigi pada Anak dengan
Pelbagai Faktor Etiologi. EGC, Jakarta
Boediharjo,
1985, Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Keluarga, hal: 3, 42. Air langga. University press, Jakarta
Riset Kesehatan Dasar, 2013,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Astoeti,
T.E., 2008, Hubungan Antara Kesehatan Gigi
Dan Mulut Dengan Status Maloklusi Dental Kelas I, Skripsi, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta
Herijulianti, E. Pendidikan Kesehatan
Gigi. EGC. Jakarta. 2002; 35-60
Andlaw,
R.J., Rock, W.R., 1992, Perawatan Gigi
Anak, Widya Medika, Jakarta, hal: 162