Kamis, 26 Desember 2019

Gustiana dkkk: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2019, hal. 81-88

 

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN

KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

LAMPISANGKECAMATAN PEUKAN BADA

KABUPATEN ACEH BESAR

 

Oleh:

Gustiana, Salmiani Abdul Manaf, Fatma S

 

ABSTRAK

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, diselenggarakan olehdan bersama masyarakat, dalam rangka  memberikan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Keberhasilan  kegiatanposyandu tergantungpadapartisipasiaktifkader. Salah satu dampak kurang aktifnya kader adalah jumlah kunjungan posyandu rendah yaitu 50%.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu di wilayah Puskesmas Lampisang. Rancangan penelitian ini menggunakanpendekatan cross sectional study.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang tersebar di 12 posyandu  .Sample merupakan total populasiberjumlah 51 kader. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian tidak ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue 1,000 (p>0,05), tidak ada hubungan sikap dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai P value0,148 (p>0,05), tidak ada hubungan umur dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue0,249 (p>0,05), tidak ada hubungan pekerjaan dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue0,680 (p>0,05), tidak ada hubungan lama menjadi kader dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue 1,000 (p>0,05),  Saran perlu pembinaan dan penyegaran kader posyandu dan peningkatan keaktifan kader di hari sebelum dan sesudah posyandu, terutama dalam memberikan penyuluhan . 

 

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, pekerjaan, umur, lama menjadi kader ,  keaktifan kader

 

A.     Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) dan status gizi  merupakan salah satu indikator kesehatan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. Pada tahun 2012 AKB sebesar 40/1000 kelahiran hidup dan tahun 2017 sebesar 32/1000 kelahiran hidup1. Penduduk Indonesia masih mengalami berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi tidak seimbang. Berdasarkan data kementerian kesehatan pada tahun 2016 didapatkan gizi kurang 17,8%, stunting 27,5%, kurus 11,1% dan gemuk 4,3%. Angka tersebut meningkat di tahun 2017 menjadigizi kurang 17,8%, stunting 29,6%, kurus 9,5% dan gemuk 4,6%2

Posyandu merupakan bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, dikelola, diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,untuk  memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Salah satu tugas di posyandu adalah memantau pertumbuhan dan perkembangan balita3.

Pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami peningkatan yang pesat pada usiadini (0-5 tahun). Masa ini disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar dapat terdeteksi kelainan sedini mungkin,sehingga kelainan yang bersifat permanen dapat dicegah4. Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologidan sosial, yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan3.

Posyandu merupakan langkah strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia, agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri5. Posyandu dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempatlainnya yang mudah didatangi oleh masyarakat. Manfaat posyandu adalah mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan untuk bayi, balita dan ibu, pemantauan pertumbuhan anakbalitasehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk dan penyuluhan kesehatanberkaitan dengan ibu dan anak6.

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat terutama bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui dan pasangan usia subur. Kegiatannya terdiri dari KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare6.Penyelenggaraan posyandu menggunakan sistem 5 meja, meliputi:Meja 1:  pendaftaran balita, ibu hamil, dan ibu menyusui, Meja 2 penimbangan balita, Meja 3 pencatatan hasil penimbangan, Meja 4 penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui, Meja 5 pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit6

Posyandu di Aceh berjumlah 6484, sedangkan posyandu yang aktif berjumlah 1428(22,02%)1. Keberhasilan kegiatan posyandu sangat tergantung pada partisipasi aktif  kader. Kader merupakan tenaga suka rela yang dipilih oleh, dari dan untuk masyarakat, bertugas untuk mengembangkan masyarakat. Kriteria kader antara lain dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia, mempunyai penghasilan sendiri, tinggal di desa tersebut, aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunan desanya, dikenal, diterima dan dapat bekerja sama dengan masyarakat5.

Keaktifan kader dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari luar maupun faktor dari dalam dirinya.Faktor yang mempengaruhi keaktifan kader adalah    pengetahuansikap,usia dan lama menjadi kader7,8.Menurut Greenfaktor yang mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu:1) predisposing factorsmeliputi: pengetahuan, pendidikan, sikap, pekerjaan,keyakinan dan fasilitas, 2) enabling factors meliputi: ketersediaan sarana atau prasarana dan fasilitas kesehatan dan 3)reinforcing factorsmeliputi: sikap dan prilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan, termasuk undang-undang, dan peraturan-peraturan baik dari pusat maupun daerah yang terkait dengan kesehatan9.

Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada  terdapat 12 posyandu yang tersebar di 8 desa, masing-masing desa terdiri dari 4-5kader. Kegiatanposyandudiadakan setiap bulannya, namun target kunjungan hanya 50% dari target nasional.Dari permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan Kader posyandu di wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besarmeliputi pengetahuan, sikap,umur, pekerjaan dan lama menjadi kader.

 

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di 12 posyandu yang tersebar di 8 desa yaitu: Rima Keunerom, Beuraden, Rima Jeune, Lampisang, Ajuen, Payating, Lam Asan dan Keuneue. Penelitian dilakukan bulan September-Oktober 2017.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi berjumlah 51 kader.

Jumlah kader tersebut tersebar di 8 desa dengan 12 posyandu terdiri dari :Rima Keunerom 1 posyandu dengan 3 kader, Beuraden 1 posyandu dengan 5 kader Rima Jeune 2 posyandu dengan 7 kader, Lampisang 1 posyandu dengan 5 kader, Ajuen 3 posyandu dengan 15 kader, Payating 1 posyandu dengan 5 kader, Lam Asan 2 posyandu dengan 6 kader dan Keuneue 1 posyandu dengan 3 kader

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang pengetahuan,  sikap kader, umur, pekerjaan dan lama bekerja.Peneliti dibantu oleh 8 bidan desa sebagai enumerator.

 

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.Analisis Univariat

Tabel1. Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader Di Wilayah kerja Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

No

Keaktifan kader

Frekuensi

Persentase(%)

1

Tidak aktif

     21

    41,2

2

Aktif

     30

    58,8

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

             

Berdasarkan tabel 1 diatas didapatkan dari 51 kader, terdapat 30(58,8%) kader aktif dan 21(41,2%) kader tidak aktif

 

Tabel2. Distribusi Frekuensi Usia, Pekerjaan, Lama Menjadi Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

No

Keaktifan kader                    

     Frekuensi

Persentase(%)

1

Usia (tahun)

Sangat produktif(15-49)

Produktif (50-64)

 

         43

           8

 

   84,3

   15,7

2

 

 

 

3

Pekerjaan 

Tidak bekerja

Bekerja

 

Lama menjadi kader

<5 tahun

≥5 tahun

 

          45

6

 

 

17

34

 

88,2

11,8

 

33,6

66,4

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

             

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat disimpulkan dari 51 kader,  mayoritas kader usia sangat produktif 43(84,3%) dan usia produktif 8 (15,7%). Mayoritas kader tidak bekerja 45(88,2%) kader yang bekerja  6(11,8%). Lama bekerja≥5tahun berjumlah 34(66,4%) dan <5tahun berjumlah 17(33,6%). 

 

Tabel3.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kader Di WilayahPuskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

No

Keaktifan kader

Frekuensi

Persentase(%)

1

Rendah

     29

    56,9

2

Tinggi

     22

43,1

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

             

Berdasarkan tabel 3 diatas dadapatkan hasil dari 51 kader, mayoritas kaderberpengetahuan rendah sejumlah 29(56,9%) dan 22(43,1%) kader berpengetahuan tinggi  

 

Tabel4. Distribusi Frekuensi Sikap Kader Di Wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

No

Keaktifan kader

Frekuensi

Persentase(%)

1

Negatif

     31

    60,8

2

Positif

     20

    39,2

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

             

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil dari 51 kader, mayoritas kader  sikap negatif31(60,8%) dan  20(39,1%)sikap positif.

 

2.  Analisa Bivariat

a.       Hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader

Tabel5. Hubungan Pengetahuan Kader Dengan Keaktifan Posyandu Di Wilayah             Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

No

Pengetahuan

Keaktifan

Kader

 

 

Total

%

Pvalue

 

 

Tdk aktif

%

aktif

%

 

 

 

1

Rendah

12

41,3

17

58,6

29

100

 

2

Tinggi

9

40,9

13

59,1

22

100

1.000

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

 

Berdasarkan tabel 5 diatas didapatkan kader berpengetahuan  rendah tidak aktif ke posyandu sebanyak 12 (41,3%) dibandingkan kader yang berpengetahuan tinggi 9(40,9%). Setelah dilakukan analisis uji chi-square didapatkan nilai P value 1,000(P>0,05) berakti tidak ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan ke posyandu.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Pakasi7 menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan pelayanan posyandu dengan nilai p=0,002, juga berbeda dengan Wibowo yang menyatakan ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu13. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Djafar10menyatakan ada hubungan pengetahuan dengan tindakan kader ke posyandu tentang Pedoman Umum Gizi seimbang di Pondok Aren Kota Tangerang.

Penelitian Rewanti menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader ke posyandu. Pengetahuan yang dimiliki kader tentangkegiatan dan manfaat posyandu, mengakibatkan kader aktif ke posyandu11. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman kade dalam kehidupan.Pengalaman dapat meningkatkan   pengetahuan kader, sehingga mendorong minat untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu5.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Suryati12 yang menyatakan tidak ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu dalam penanggulangan diare. Pengetahuan merupakan dasar berperilaku. Pengetahuan akan mempengaruhi kebiasaan serta perilaku seseorang terhadap objek tertentu. Pengetahuan kader tentang posyandu, akan mempengaruhi keaktifan kader.

            Pengetahuan dan ketrampilan kader sangat dipengaruhi oleh adanya pembinaan kader, sehingga perlu dilakukan peningkatan pengetahuan, aktivitas dan ketrampilan kader dalam menjalankan tugasnya. Bimbingan dan supervisi dari petugas kesehatan akan berpengaruh terhadap peningkatan  pengetahuan dan ketrampilan kader. Hal yang dapat dilakukan curah pendapat atas pengalaman  kader selama menjalankan kegiatan posyandu.

Berdasarkan asumsi peneliti kurang aktifnya kader ke posyandu dikarenakan kader beranggapan kalau posyandu merupakan milik Puskesmas, dan tugas penyuluhan merupakan tugas tenaga kesehatan. Hal tersebut masih didapatkan dari kurangnya pengetahuan kader tentang penyuluhan di meja IV, kunjungan setelah hari posyandu jarang dilakukan.Kader juga kurang memahami   tingkatan posyandu (posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri).

 

b. Hubungan Sikap dengan keaktifan kader

Tabel6. Hubungan Sikap Kader Dengan Keaktifan Posyandu DiWilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar .

 

No

Sikap

Keaktifan

Kader

 

 

Total

%

Pvalue

 

 

Tdk aktif

%

Aktif

%

 

 

 

1

Negatif

10

32,3

21

67,7

31

100

 

2

Positif

11

55,0

  9

45,0

20

100

0,148

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

 

Berdasarkan tabel 6didapatkan kader yang mempunyai sikap negatif sebanyak 10 (32,3%) tidak aktif ke posyandu dibandingkan kader sikap positif 11 (55%). Hasil analisis uji chi-square didapatkan nilai Pvalue 0,148 (P>0,05) berakti tidak ada hubungan sikap dengan keaktifan kader ke posyandu

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Djafar10 yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan tindakan kader ke posyandu tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang Di Pondok Aren Kota Tangerang.Hasil ini juga berbeda dengan penelitian Pakasi yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan pelayanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tomohon.Sikap negatif cenderung tidak aktif ke posyandu dengan berbagai alasan kesibukan antaralain mengurus rumah tangga, mengantar anak sekolah serta perhatian dari pemerintah setempat untuk kesejahteraan mereka, sehingga kader malas melaksanakan tugasnya7. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu objek, kader yang mempunyai sikap mendukung akan lebih aktif dari kader bersikap tidak mendukung13.

Berdasarkan asumsi peneliti kader yang bersikap negatif masih beranggapan posyandu milik Puskesmas. Berdasarkan wawancara dengan kader di posyandu ayahanda masih ada kader yang beranggapan penyuluhanmerupakan tugas tenaga kesehatan (bidan desa).Kegiatan di H-1 dan H+1 sangat jarang dilakukan. Kader hanya aktif pada hari posyandudi meja I, IIdan III, sedangkan kunjungan rumah kurang maksimal. Namun ada kader yang aktif hingga mereka mengetahuianak sakit di wilayahnya serta  melaporkan ke bidan di desa.

 

c. Hubungan Umur  dengan keaktifan kader

Tabel 7. Hubungan umur Dengan Keaktifan kader ke Posyandu Di Wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

 

No

Umur

Keaktifan

Kader

 

 

Total

%

Pvalue

 

 

Tdk aktif

%

Aktif

%

 

 

 

1

Produktif

  5

62,5

  3

37,5

   8

100

 

2

Sangat produktif

16

37,2

27

62,8

  43

100

0, 249

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

 

Berdasarkan tabel 7 tersebut  diatas dapat disimpulkan bahwa kader yang mempunyai umur produktif tidak aktif ke posyandu sebanyak 5(62,5%) dibandingkan kader yang berumur sangat produktif16 (37,2%). Hasil analisis uji chi-square didapatkan nilai P value 0,249 (P>0,05) berakti tidak ada hubungan antara umur dengan keaktifan kader ke posyandu

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Djafar menyatakan tidak ada hubungan antara umur dengan tindakan kader ke posyandu10.Menurut Sarwono umur akan mempengaruhi kinerja, semakin lanjut umur kader maka akan semakin bertanggung jawab, lebih tertib, lebih berbakti sedangkan dewasa merupakan komitmen yang dimulai dengan memikul tanggung jawab dan lebih mudah bersosialisasi14. Namun berbeda menurut iqbal yang menyatakan dengan bertambahnya usia maka produktifitas menurun, ketrampilan fisik akan berkurang, namun pengalaman dan kematangan jiwa semakin meningkat, hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan kinerja15.

Berdasarkan wawancara dengan kader menyatakan perlu dilakukan  penambahan kader baru, karena pada saat posyandu kader posyandu yang hadir hanya 2-3 kader.

 

d. Hubungan Pekerjaan Dengan Keaktifan Kader

Tabel8. Hubungan Pekerjaan Dengan Keaktifan Kader Ke Posyandu Di Wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

 

No

Pekerjaan

Keaktifan

Kader

 

 

Total

%

Pvalue

 

 

Tdk aktif

%

Aktif

%

 

 

 

1

Tidak bekerja 

   18

40

27

37,5

  60

100

 

2

Bekerja

    3

50

3

62,8

  50

100

0,680

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

Berdasarkan tabel 8 tersebut  disimpulkan bahwa kader yang tidak bekerja tidak aktif ke posyandu sebanyak 18 (40%) dibandingkan kader yang bekerja sebanyak 3 (50%). Hasil analisis uji chi-square didapatkan nilai Pvalue 0,680 (P>0,05) berakti tidak ada hubungan umur dengan keaktifan kader ke posyandu

Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Djafar yang menyatakan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tindakan kader ke posyandu10. Menurut Widagdo pekerjaan merupakan kegiatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang kader untuk membantu, membiayai kehidupan keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangganya. Kesibukan dalam pekerjaan terkadang membuat lupa terhadap tugasdan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Pekerjaan dapat menjadi salah satu kendala dalam keaktifan kader posyandu. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan merupakan salah satu sumber pendapatan. Bekerja akan berpengaruh terhadap kehidupan keluarga, sehingga semakin banyak waktu yang tersita untuk melakukan pekerjaan,maka semakin sempit kesempatan untuk menjadi kader15

 

e. Hubungan Lama Menjadi Kader  Dengan Keaktifan Kader

Tabel9. Hubungan Lama Menjadi Kader Dengan Keaktifan Kader Ke Posyandu Di Wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

 

No

Lama kader

Keaktifan

Kader

 

 

Total

%

Pvalue

 

 

Tdk aktif

%

aktif

%

 

 

 

1

<5 tahun 

  7

41,2

10

58,8

17

100

 

2

≥5 tahun

  14

41,2

27

58,8

34

100

1.000

Sumber : data primer (diolah tahun 2017)

 

Berdasarkan tabel 9 tersebut  diatas dapat disimpulkan bahwa lama menjadi kader <5tahun tidak aktif ke posyandu sebanyak 7(41,2%) dibandingkan kader ≥5tahun sebanyak 14(41,2%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan nilai Pvalue 1,000 (P>0,05) berakti tidak ada hubungan antara umur dengan keaktifan kader ke posyandu

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Widiastuti yang menyatakan ada hubungan lama bertugas menjadi kader dengan kelengkapan pencatatan anak balita, semakin lama kader bertugas maka semakin lengkap pula pencatatan anak balita pada Sistem Informasi Posyandu17.Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sandiyani yang menyatakan tidak ada hubungan antara lama menjadi kader dengan perilaku penyampaian informasi tentang pesan gizi seimbang dengan nilai p=0,524(P<0,05). Hal ini dikarenakan lama menjadi kader posyandu belum tentu dapat meningkatkan penyampaian informasi tentang gizi seimbang.

Kader kesehatan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja di tempatpelayanan kesehatan9.Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak kasus yang ditangani sehingga semakin berpengalaman, terampil dalam bidangnya6.Kader merupakan tenaga sukarela yang di pilih oleh, dari dan untuk masyarakat.Syarat kader posyandu dapat membaca menulis, berjiwa sosial dan mampu bekerja secara sukarela, mengetahui adat istiadat dan kebiasaan  masyarakat, disamping itu juga mempunyai waktu yang cukup, bertempat tinggal di wilayah posyandu, berpenampilan ramah dan simpati serta di terima oleh masyarakat setempat.

Lama menjadi kader harus didukung sarana dan prasarana agar penyampaian informasi dapat berjalan lancar seperti tempat yang digunakan untuk posyandu  bersih dan sehat, kursi atau tempat duduk saat penyuluhan, pelayanan oleh kader dan media penyuluhan. Menurut Sandiyani menunjukkan bahwa sarana prasarana yang ada hanya meja, tempat duduk serta buku KMS dan buku KIA18.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kader, ada yang baru bekerja 9 bulan dan belum dilatih. Saat pengamatan dalamkegiatanposyandu, hanya dilakukan  penimbangan, pengisian KMS. Saat wawancara dengan bidan didesa didapatkan hasil untuk kelancaran laporan dilakukan oleh bidan desa, sehingga kader kurang mengetahui tentang balok SKDN dan beranggapan tugas posyandu merupakan tugas bidan di desa.Berdasarkan wawancara dengan koordinator posyandu didapatkan hasil bahwa posyandu aktif terdapat di desa Keuneu dan Beuraden, posyandu yang tidak aktif di desa payating dan desa ajun ayahanda. Adapun pelatihan posyandu terakhirdilaksanakan bulan maret tahun 2016. Proses pengrekrutan kader dengan cara bidan desa mencari kader baru dan melaporkanke koordinator posyandu.

 

Kesimpulan

1.      Tidak ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai P value =1,000 (p>0,05) 

2.      Tidak ada hubungan sikap dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai P value=0,148 (p>0,05)

3.      Tidak ada hubungan umur dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai P value=0,249 (p>0,05)

4.      Tidak ada hubungan pekerjaan dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue=0,680 (p>0,05)

5.      Tidak ada hubungan lama menjadi kader dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue=1,000 (p>0,05)

 

Saran

1.      Perlu dilakukan penyegaran kader terutama peran dan tugas kader posyandu.

2.      Diharapkan keaktifan kader tidak hanya hari pelaksanaan posyandu,melainkan sebelum posyandu dan setelah posyandu, untuk memberikan penyuluhan baik perorangan maupun perkelompok.

3.      Kepada peneliti selanjutnya, agar meneliti variabel motivasi dengan pendekatan kualitatif. 

 

  

DAFTAR PUSTAKA

 

Kemenkes RI, 2017, Profil Kesehatan Indonesia.

Kemenkes RI, 2018, Masalah Gizi Balita Di Indonesia Tahun 2016-2017.

Kemenkes RI, 2015, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar

Hidayat , 2007, Kunci Sukses Mempersiapkan Anak Tumbuh Dan Cerdas. Seri Problem solving tumbuhkembang  anak,  PT Elex MediaKomputindo, Jakarta

Ismawati C. sulistyorini, (2010) Posyandu Dan Desa Siaga : Panduan Untuk Bidan Dan Kader. Yogyakarta: Nuha Medika.

Depkes,RI,2006. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Dasar, Jakarta, Pusat Promosi kesehatan

Pakasi, A,M; Karoh, B. Imbar HS; 2016. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu, JIDAN, Jurnal Ilmiah Bidan, ISSN; 2339-1731

Nurayu,AW, 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan Usia Dan  Lama Menjadi Kader Posyandu Dengan Kualiatas Laporan Bulanan Data Kegiatan Posyandu

Green. et.al. 1990. Community Health, 7 th ed. Amerika: Mosby Year Book.

Djafar, M (2014), Dampak Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Tindakan Kader Posyandu Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Di Pondok Betung Pondok Aren, Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 2 No 2 Mei-Juli 2014

Rewanti P, Pangemanan JM, Cristian T, Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Tareran Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan

Suryati B, 2013, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Dalam Penanggulangan Diare Balita di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

Wibowo E, Dewi E,R, 2012 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah Upt Puskesmas Ngebal Kulon Kabupaten Kudus. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat, Vol 2 No 2 Maret 2014.

Sarwono SW, 2002, Psikologi Sosial, Jakarta, Balai Pustaka

Iqbal, 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2,  Jakarta,  CV Sagung Seto

Widagdo L. 2009. Pemanfaatan Buku KIA Oleh Kader Posyandu. Studi Pada Kader Posyandu Di Wilayah Kera Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro, Makara Kesehatan Vol 13 No 1, 2009

Widiastuti, 2011, Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pencatatan Anak Balita Pada Sistim Informasi Posyandu (SIP)Di Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga, Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Sandiyani R.A, 2011, Lama Menjadi Kader, Frekuensi Pelatihan Dan Sikap Kader Posyandu Dengan Penyampaian Informasi Tentang Pesan Gzi Seimbang.Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro. Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar