PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK
HALUS PADA BALITA
USIA 36-60 BULAN SEBELUM DAN
SESUDAH STIMULASI
DI DESA BINEH BLANG KECAMATAN
INGIN JAYA
KABUPATEN ACEH BESAR
Oleh:
Nurbaiti dan Cut Nurhasanah
ABSTRAK
Objektif: Kemampuan
motorik merupakan salah satu bagian dari proses tumbuh kembang yang harus
dilalui dalam kehidupan anak, baik motorik halus maupun motorik kasar, namun
seringkali orang tua lebih terfokus pada perkembangan motoric kasar saja,
padahal perkembangan motorik kasar merupakan indikator yang tidak sensitif
dalam hal kemampuan mental secara keseluruhan. Perkembangan anak dipengaruhi
oleh banyak faktor, salah satunya adalah stimulasi.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan perkembangan
keterampilan motorik halus sebelum dan sesudah dilakukan stimulasi perkembangan
pada balita usia 36-60 bulan di desa Bineh Blang Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten
Aceh Besar. Metode: jenis penelitian ini
adalah quasy eksperimen dengan pendekatan pretest and posttest design. Jumlah
sampel sebanyak 30 orang, dengan tehnik pengambilan sampel secara Purposive
sampling. Hasil penelitian: beradasarkan uji Wilcoxon diperoleh nilai Z adalah sebesar -4.161; nilai p = 0.000 (P <0.05. Kesimpulan:
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat perbedaan perkembangan
motorik halus pada balita usia 36 – 60 bulan sebelum dan setelah mendapatkan
stimulasi perkembangan motorik.Oleh karena itu bagi orang tua diharapkan agar
dapat memberikan stimulasi perkembangan sedini mungkin kepada anaknya agar anak
dapat berkembang secara optimal Bagi
Puskesmas agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya melakukan stimulasi dalam
membantu anak mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Kata
Kunci
: Perkembangan, Motorik Halus, Stimulasi
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan kualitas sumber daya manusia Indonesia harus dimulai sedini
mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Pembinaan tumbuh kembang anak
sejak dini merupakan salah satu upaya prioritas dalam mempersiapkan anak
Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria,
tangguh dan berbudi luhur.1
Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, yaitu lima tahun pertama
kehidupan yang merupakan masa yang sangat peka terhadap pengaruh lingkungan.
Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya adalah faktor
gizi, kesehatan dan pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain. Hasil
studi zeitlin diketahui bahwa anak yang diasuh dengan baik akan memiliki
tingkat perkembangan yang baik.2
Peristiwa
tumbuh dan kembang mencakup dua aspek yang berbeda tetapi saling berkaitan dan
sulit dipisahkan. Pertumbuhan (Growth)
berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, panjang, umur
tulang dan keseimbangan metabolis sedangkan perkembangan adalah bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar,
motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.3
Kemampuan motorik merupakan salah satu proses
tumbuh kembang yang harus dilalui dalam kehidupan anak, baik motorik halus
maupun motorik kasar, namun seringkali orang tua lebih terfokus pada
perkembangan motorik kasar saja, padahal perkembangan motorik kasar merupakan
indikator yang tidak sensitif dalam hal kemampuan mental keseluruhan.4
Penelitian
yang dilakukan di Equador pada anak 48-61 bulan tahun 2003-2004, tercatat 28,1%
anak mengalami keterlambatan motorik halus,5 sedangkan dari jurnal penelitian Indonesia yang diambil dari dua rumah
sakit di Jakarta menyebutkan bahwa 11,3% anak mengalami keterlambatan
perkembangan motorik halus.6
Dalam
perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau
stimulasi yang berguna agar potensinya dapat berkembang. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
melalui stimulasi yang merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia
0-6 tahun yang meliputi kemampuan motorik halus, motorik kasar, bicara dan
bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.7
Stimulasi
perkembangan anak ini dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan sekitarnya agar anak dapat
berkembang secara optimal. Oleh karena
itu penelitian ini diharapkan dapat mempelajari perbedaan perkembangan anak
sesuai umur dan perbedaannya sebelum dan setelah dilakukan stimulasi
perkembangan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian adalah quasyeksperimen, dengan one group pre-test –
post-test design yaitu untuk mengetahui perbedaan perkembangan motorik
halus pada balita usia 36 – 60 bulan sebelum dan sesudah mendapatkan stimulasi
perkembangan dengan subjek penelitian adalah balita usia 36 – 60 berjumlah 30
orang. Penelitian ini dilakukan di desa Bineh
Blang Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak balita umur
36-60 bulan di desa Bineh Blang Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar yang
berjumlah sebanyak 58 orang balita.Jumlah sampel sebanyak 30 orang,
dengan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara Purposive
sampling yaitu sampel yang dijadikan subyek penelitian berdasarkan kriteria
yang ditentukan.Sampel dipilih dengan kriteria inklusi yaitu balita yang sehat,
bersedia melakukan kegiatan permainan.Kriteria ekslusi yaitu balita yang sakit
(anak menderita penyakit kronis/berat).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Karakteristik
Responden Penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian tentang Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Pada Balita Usia
36 – 60 Bulan di Desa Bineh Blang Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
diperoleh hasil sebagai berikut:
2.1. Karakteristik Ibu Balita
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Ibu
Usia Ibu Balita |
n |
% |
<
20 tahun |
0 |
0 |
20 – 35
tahun |
16 |
53,3 |
> 35 tahun |
14 |
46,7 |
Jumlah |
30 |
100 |
Tingkat Pendidikan |
n |
% |
Dasar |
0 |
0 |
Menengah |
21 |
70 |
Tinggi |
9 |
30 |
Jumlah |
30 |
100 |
Pekerjaan |
|
|
Bekerja |
9 |
30 |
Tidak Bekerja |
21 |
70 |
Jumlah |
30 |
100 |
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa usia ibu balita paling
banyak berada dalam kurun masa reproduktif yaitu sebanyak 16 orang yaitu 53, 3
%, selanjutnya terdapat 14 orang (46,7%) berusia di atas 35 tahun.Menurut
tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar berada pada jenjang menengah ke
atas yaitu SMA/sederajat sebanyak 21 orang (70%) dan jenjang pendidkan tinggi
yaitu setingkat Akademi dan Perguruan tinggi sebanyak 9 orang (30%). Berdasarkan pekerjaan ibu balita
diketahui mayoritas ibu balita di Desa Bineh Blang tidak bekerja yaitu sebanyak
21 orang (70%) dan bekerja sebanyak 9 orang (30%).
1.2.
Karakteristik
Balita
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita
Jenis kelamin |
N |
% |
Laki-laki |
12 |
40 |
Perempuan |
18 |
60 |
Jumlah |
30 |
100 |
Kelompok
Umur |
N |
% |
36 Bulan |
6 |
20 |
42 Bulan |
11 |
36,7 |
48 Bulan |
6 |
20 |
54 Bulan |
3 |
10 |
60 Bulan |
4 |
13,3 |
Jumlah |
30 |
100 |
Berdasarkan
tabel 4.2 diketahui bahwa karakteristik sampel dalam penelitian ini lebih
banyak jenis kelamin perempuan mencapai 18 orang (60%) dan hanya 12 orang (40%)
laki-laki.Menurut kelompok umur sampel penelitian lebih banyak berada pada
kelompok umur 42 bulan yaitu 11 orang (36,7%) dan yang paling sedikit pada
kelompok umur sebanyak 59 bulan yaitu 3 orang (10 %) .
1.3.
Perkembangan
Motorik Halus Balita sebelum dan sesudah dilakukan stimulasi Perkembangan
berdasarkan kelompok umur.
Tabel 4.3.Distribusi Hasil
Penilaian Pre-test dan Post-test
Perkembangan
motorik halus balita Usia 36 bulan
No |
Motorik Halus Usia 36 Bulan |
Pre tes |
Post tes |
||
x |
SD |
x |
SD |
||
1. |
Beri
4 buah kubus di depan anak. Dapatkah
anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? (kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm) |
1.00 |
.000 |
1.00 |
.000 |
2. |
Beri
8 buah kubus di depan anak. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu
persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?(kubus yang
digunakan ukuran 2.5–5 cm) |
.83 |
.408 |
1.00 |
.000 |
3. |
Berikan
anak 3 kotak.Dapatkah anak membangun jembatan dari 3 kotak |
.67 |
.516 |
1.00 |
.000 |
4. |
Berikan
anak 9 – 10 balok kecil. Dapatkah
anak menyusunnya menjadi menara? |
.33 |
.516 |
.50 |
.548 |
5. |
Berikan
anak kertas dan pinsil. Apakah anak mencoret-coret kertas tanpa bantuan/petunjuk? |
1.00 |
.000 |
1.00 |
.000 |
6 |
Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang-
kurangnya 2.5 cm.Suruh anak menggambar garis lain di samping garis tersebut. Jawab YA
bila ia menggambar garis seperti ini: |
.50 |
.548 |
.83 |
.408 |
7 |
Beri pensil dan kertas. Buatlah lingkaran di atas
kertas tersebut. Minta anak menirunya. Dapatkah anak menggambar lingkaran? |
.50 |
.548 |
.67 |
.516 |
8. |
|
.17 |
.408 |
.33 |
.516 |
Perbedaan perkembangan motorik halus pada balita berdasarkan
kelompok umur.
Berdasarkan
hasil uji statistik diketahui bahwa ada perbedaan perkembangan motorik halus
pada balta usia 36 -60 dengan nilai P.= 0.000, atau nilai P <0.05) maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan motorik halus pada
balita antara sebelum dan setelah dilakukan stimulasi perkembangan’ Hal ini
berarti kegiatan stimulasi perkembangan dapat pada anak balita untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal.
Hal ini sesuai pendapat Adriana (2011)11, bahwa periode penting dalam tumbuh kembang
seorang ank adalah pada masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu
perkembangan anak ini terdapat masa kritis sehingga diperlukan rangsangan atau
stimulasi yang berguna agar potensinya berkembnag.
Menurut pendapat Soetjiningsih (2015)14, bahwa sisi positif pada usia balita setiap
anak sangat terbuka untuk belajar dan diperkaya sedangkan sisi negatifnya anak
lebih peka terhadap gangguan perkembangan yang berasal dari lingkungan terutama
lingkungan yang tidak mendukung, salah satunya stimulasi yang kurang dari
lingkungan sekitarnya, oleh karena itu stimulasi harus dilakukan baik oleh ibu,
ayah, pengasuh atau anggota keluarga lain termasuk kelompok masyarakat dalam
rangka mengoptimalkan perkembangan anak.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh cristiari dalam husnah (2013) yang mengemukakan bahwa salah satu
faktor penting agar tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal dengan
pemberian stimulasi sejak dini. Stimulasi dapat meragsang semua system indera
tubuh, peran orang tua terutama ibu sanagt dibutuhan untuk membeikan perbedaan
yang bermakna pada pencapain perkembnagan anak.15
KESIMPULAN DAN
SARAN
Sebelum
diberikan stimulasi perkembangan didapatkan rata-rata perkembangan motorik
halus usia 36 bulan sebesar 6.00, usia 42 bulan sebesar7.27, usia 48 bulan
sebesar 5.00, usia 54 bulan 5.00, usia 60 bulan sebesar 7.50. Setelah diberikan
stimulasi perkembangan didapatkan rata-rata perkembangan motorik halus usia 36
bulan sebesar 7.33, usia 42 bulan sebesar 8.00, usia 48 bulan sebesar 7.83,
usia 54 bulan 7.33, usia 60 bulan sebesar 8.00. Ada perbedaan perkembangan
motorik halus pada balita antara sebelum dan setelah diberikan stimulasi
perkembangan (p = 0.000; P,0.05)
Oleh
karena itu bagi orang tua diharapkan agar dapat memberikan stimulasi
perkembangan sedini mungkin kepada anaknya agar anak dapat berkembang secara optimal Bagi Puskesmas agar
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya melakukan stimulasi dalam membantu anak mencapai
tumbuh kembang yang optimal. Bagi Dinas kesehatan Kabupaten Aceh Besar
diharapkan dapat menjadi masukan dalam
mengembangkan program kesehatan anak khususnya dalam peningkatan cakupan
stimulasi pertmbuhan dan perkembangan anak balita.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. Stimulasi, Deteksi Dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.;
2012.
Zeitlin.M. Peran Pola Asuh Anak : Pemanfaatan
Hasil Studi Penyimpangan Positif Untuk Program Gizi. Jakarta. 2000;VII.
Permenkes;RI. Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan
dan Gangguan Tumbuh kembang Anak. 2014.
Alpers.A. Buku Ajar Pediatri Rudolph.
Jakarta: Kedokteran EGC; 2006.
Handal A et
al. Sociodemographic and Nutritional Correlates of Neurobehavioral Development:
A Study of Young Children In A Rural Region of Ecuador,. Pan Am J Public
Heal 21(5. 2007:292-300.
Widyastuti S., Soedjatmiko. & AF. Growth and
Development Profile of Children at Two Day Care Centers in Jakarta, ,. Paediatr
Indones. 41(11-12):275-279.
Gunarsa.SD. Psikologi Untuk Keluarga.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.; 1995.
Hawari. Keluarga Dan Kesehatan Jiwa Anak.
Majalah nasehat perkawinan dan keluarga, 3-7 (1989).
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: EGC; 1999.
Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Putra;
2012.
Hurlock E. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Adriana; Dian. Tumbuh Kembang Dan Terapi
Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.; 2011.
Departemen Kesehatan;RI. Pedoman Pelaksanaan;
Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan
Kesehatah Dasar; 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar