Rabu, 25 Desember 2019

Nurbaiti dan Cut Nurhasanah: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2019, hal. 89-94

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA BALITA

USIA 36-60 BULAN SEBELUM DAN SESUDAH STIMULASI

DI DESA BINEH BLANG KECAMATAN INGIN JAYA

KABUPATEN ACEH BESAR

 

Oleh:

Nurbaiti dan Cut Nurhasanah

 

ABSTRAK

Objektif: Kemampuan motorik merupakan salah satu bagian dari proses tumbuh kembang yang harus dilalui dalam kehidupan anak, baik motorik halus maupun motorik kasar, namun seringkali orang tua lebih terfokus pada perkembangan motoric kasar saja, padahal perkembangan motorik kasar merupakan indikator yang tidak sensitif dalam hal kemampuan mental secara keseluruhan. Perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah stimulasi.Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui perbedaan perkembangan keterampilan motorik halus sebelum dan sesudah dilakukan stimulasi perkembangan pada balita usia 36-60 bulan di desa Bineh Blang Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Metode: jenis penelitian ini adalah quasy eksperimen dengan pendekatan pretest and posttest design. Jumlah sampel sebanyak 30 orang, dengan tehnik pengambilan sampel secara Purposive sampling. Hasil penelitian: beradasarkan uji Wilcoxon diperoleh nilai Z adalah sebesar -4.161; nilai p = 0.000 (P <0.05. Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat perbedaan perkembangan motorik halus pada balita usia 36 – 60 bulan sebelum dan setelah mendapatkan stimulasi perkembangan motorik.Oleh karena itu bagi orang tua diharapkan agar dapat memberikan stimulasi perkembangan sedini mungkin kepada anaknya agar anak dapat  berkembang secara optimal Bagi Puskesmas agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat   tentang pentingnya melakukan stimulasi dalam membantu anak mencapai tumbuh kembang yang optimal.

 

Kata Kunci  : Perkembangan, Motorik Halus, Stimulasi

PENDAHULUAN

Upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia Indonesia harus dimulai sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Pembinaan tumbuh kembang anak sejak dini merupakan salah satu upaya prioritas dalam mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, tangguh dan berbudi luhur.1

  Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, yaitu lima tahun pertama kehidupan yang merupakan masa yang sangat peka terhadap pengaruh lingkungan. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya adalah faktor gizi, kesehatan dan pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain. Hasil studi zeitlin diketahui bahwa anak yang diasuh dengan baik akan memiliki tingkat perkembangan yang baik.2

  Peristiwa tumbuh dan kembang mencakup dua aspek yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolis sedangkan perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.3

Kemampuan motorik merupakan salah satu proses tumbuh kembang yang harus dilalui dalam kehidupan anak, baik motorik halus maupun motorik kasar, namun seringkali orang tua lebih terfokus pada perkembangan motorik kasar saja, padahal perkembangan motorik kasar merupakan indikator yang tidak sensitif dalam hal kemampuan mental keseluruhan.4  

  Penelitian yang dilakukan di Equador pada anak 48-61 bulan tahun 2003-2004, tercatat 28,1% anak mengalami keterlambatan motorik halus,5 sedangkan dari jurnal penelitian Indonesia yang diambil dari dua rumah sakit di Jakarta menyebutkan bahwa 11,3% anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus.6

  Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya dapat berkembang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak adalah melalui stimulasi yang merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun yang meliputi kemampuan motorik halus, motorik kasar, bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.7

            Stimulasi perkembangan anak ini dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan sekitarnya agar anak dapat berkembang secara optimal.  Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat mempelajari perbedaan perkembangan anak sesuai umur dan perbedaannya sebelum dan setelah dilakukan stimulasi perkembangan.

 

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian adalah quasyeksperimen, dengan one group pre-test – post-test design yaitu untuk mengetahui perbedaan perkembangan motorik halus pada balita usia 36 – 60 bulan sebelum dan sesudah mendapatkan stimulasi perkembangan dengan subjek penelitian adalah balita usia 36 – 60 berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilakukan di desa Bineh Blang Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak balita umur 36-60 bulan di desa Bineh Blang Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah sebanyak  58 orang balita.Jumlah sampel sebanyak 30 orang, dengan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara Purposive sampling yaitu sampel yang dijadikan subyek penelitian berdasarkan kriteria yang ditentukan.Sampel dipilih dengan kriteria inklusi yaitu balita yang sehat, bersedia melakukan kegiatan permainan.Kriteria ekslusi yaitu balita yang sakit (anak menderita penyakit kronis/berat).

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.    Karakteristik Responden Penelitian        

Berdasarkan hasil penelitian tentang Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Pada Balita Usia 36 – 60 Bulan di Desa Bineh Blang Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar diperoleh hasil sebagai berikut:

 

2.1. Karakteristik Ibu Balita

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu

 

Usia Ibu Balita

n

%

< 20       tahun

0

0

 20 – 35  tahun

16

53,3

> 35       tahun

14

46,7

Jumlah

30

100

Tingkat Pendidikan

n

%

Dasar

0

0

Menengah

21

70

Tinggi

9

30

Jumlah

30

100

Pekerjaan

 

 

Bekerja

9

30

Tidak Bekerja

21

70

Jumlah

30

100

            

Dari tabel  4.1 diketahui bahwa usia ibu balita paling banyak berada dalam kurun masa reproduktif yaitu sebanyak 16 orang yaitu 53, 3 %, selanjutnya terdapat 14 orang (46,7%) berusia di atas 35 tahun.Menurut tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar berada pada jenjang menengah ke atas yaitu SMA/sederajat sebanyak 21 orang (70%) dan jenjang pendidkan tinggi yaitu setingkat Akademi dan Perguruan tinggi sebanyak 9 orang (30%).            Berdasarkan pekerjaan ibu balita diketahui mayoritas ibu balita di Desa Bineh Blang tidak bekerja yaitu sebanyak 21 orang (70%) dan bekerja sebanyak 9 orang (30%).

 

1.2.   Karakteristik Balita

Tabel 4.2.  Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita

Jenis kelamin

N

%

 Laki-laki

12

40

 Perempuan

18

60

Jumlah

30

100

Kelompok Umur

N

%

36 Bulan

6

20

42 Bulan

11

36,7

48 Bulan

6

20

54 Bulan

3

10

60 Bulan

4

13,3

Jumlah

30

100

 

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa karakteristik sampel dalam penelitian ini lebih banyak jenis kelamin perempuan mencapai 18 orang (60%) dan hanya 12 orang (40%) laki-laki.Menurut kelompok umur sampel penelitian lebih banyak berada pada kelompok umur 42 bulan yaitu 11 orang (36,7%) dan yang paling sedikit pada kelompok umur sebanyak 59 bulan yaitu 3 orang (10 %) .

 

1.3.            Perkembangan Motorik Halus Balita sebelum dan sesudah dilakukan stimulasi Perkembangan berdasarkan kelompok umur.

 

Tabel 4.3.Distribusi  Hasil  Penilaian Pre-test  dan  Post-test

            Perkembangan motorik halus balita Usia 36 bulan

No

Motorik Halus Usia 36 Bulan

Pre tes

Post tes

x

SD

x

SD

1.

Beri 4 buah kubus di depan anak.

Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? (kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm)

1.00

.000

1.00

.000

2.

Beri 8 buah kubus di depan anak. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?(kubus yang digunakan ukuran 2.5–5 cm)

.83

.408

1.00

.000

3.

Berikan anak 3 kotak.Dapatkah anak membangun jembatan dari 3 kotak

.67

.516

1.00

.000

4.

Berikan anak 9 – 10 balok kecil.

Dapatkah anak menyusunnya menjadi menara?

.33

.516

.50

.548

5.

Berikan anak kertas dan pinsil. Apakah anak mencoret-coret kertas tanpa  bantuan/petunjuk?

1.00

.000

1.00

.000

6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang- kurangnya 2.5 cm.Suruh anak menggambar garis lain di samping garis tersebut.

 

Jawab YA bila ia menggambar garis seperti ini:

 

 


Jawab TIDAK bila ia menggambar garis seperti ini:

 

 

 

 

 

 

.50

 

 

 

 

 

.548

 

 

 

 

 

.83

 

 

 

 

 

.408

7

 

 

 

 

 

 

 

 

Beri pensil dan kertas. Buatlah lingkaran di atas kertas tersebut. Minta anak menirunya. Dapatkah anak menggambar lingkaran?

 

 

 


.50

.548

.67

.516


8.

Beri pensil dan kertas. Buatlah Garis silang di atas kertas tersebut. Minta anak menirunya. Dapatkah anak menggambar garis silang?

 

 

 

.17

.408

.33

.516

 

 

Perbedaan perkembangan motorik halus pada balita berdasarkan

kelompok umur.

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa ada perbedaan perkembangan motorik halus pada balta usia 36 -60 dengan nilai P.= 0.000, atau nilai P <0.05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan motorik halus pada balita antara sebelum dan setelah dilakukan stimulasi perkembangan’ Hal ini berarti kegiatan stimulasi perkembangan dapat pada anak balita untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Hal ini sesuai pendapat Adriana (2011)11, bahwa periode penting dalam tumbuh kembang seorang ank adalah pada masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu perkembangan anak ini terdapat masa kritis sehingga diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya berkembnag.

Menurut pendapat Soetjiningsih (2015)14, bahwa sisi positif pada usia balita setiap anak sangat terbuka untuk belajar dan diperkaya sedangkan sisi negatifnya anak lebih peka terhadap gangguan perkembangan yang berasal dari lingkungan terutama lingkungan yang tidak mendukung, salah satunya stimulasi yang kurang dari lingkungan sekitarnya, oleh karena itu stimulasi harus dilakukan baik oleh ibu, ayah, pengasuh atau anggota keluarga lain termasuk kelompok masyarakat dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh cristiari dalam husnah (2013) yang mengemukakan bahwa salah satu faktor penting agar tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal dengan pemberian stimulasi sejak dini. Stimulasi dapat meragsang semua system indera tubuh, peran orang tua terutama ibu sanagt dibutuhan untuk membeikan perbedaan yang bermakna pada pencapain perkembnagan anak.15

 

KESIMPULAN DAN SARAN

            Sebelum diberikan stimulasi perkembangan didapatkan rata-rata perkembangan motorik halus usia 36 bulan sebesar 6.00, usia 42 bulan sebesar7.27, usia 48 bulan sebesar 5.00, usia 54 bulan 5.00, usia 60 bulan sebesar 7.50. Setelah diberikan stimulasi perkembangan didapatkan rata-rata perkembangan motorik halus usia 36 bulan sebesar 7.33, usia 42 bulan sebesar 8.00, usia 48 bulan sebesar 7.83, usia 54 bulan 7.33, usia 60 bulan sebesar 8.00. Ada perbedaan perkembangan motorik halus pada balita antara sebelum dan setelah diberikan stimulasi perkembangan (p = 0.000; P,0.05)

            Oleh karena itu bagi orang tua diharapkan agar dapat memberikan stimulasi perkembangan sedini mungkin kepada anaknya agar anak dapat  berkembang secara optimal Bagi Puskesmas agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat   tentang pentingnya melakukan stimulasi dalam membantu anak mencapai tumbuh kembang yang optimal. Bagi Dinas kesehatan Kabupaten Aceh Besar diharapkan dapat menjadi  masukan dalam mengembangkan program kesehatan anak khususnya dalam peningkatan cakupan stimulasi pertmbuhan dan perkembangan anak balita.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Kementerian Kesehatan RI. Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.; 2012.

Zeitlin.M. Peran Pola Asuh Anak : Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpangan Positif Untuk Program Gizi. Jakarta. 2000;VII.

Permenkes;RI. Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh kembang Anak. 2014.

Alpers.A. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta: Kedokteran EGC; 2006.

Handal A  et al. Sociodemographic and Nutritional Correlates of Neurobehavioral Development: A Study of Young Children In A Rural Region of Ecuador,. Pan Am J Public Heal 21(5. 2007:292-300.

Widyastuti S., Soedjatmiko. & AF. Growth and Development Profile of Children at Two Day Care Centers in Jakarta, ,. Paediatr Indones. 41(11-12):275-279.

Gunarsa.SD. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.; 1995.

Hawari. Keluarga Dan Kesehatan Jiwa Anak. Majalah nasehat perkawinan dan keluarga, 3-7 (1989).

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1999.

Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Putra; 2012.

Hurlock E. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Adriana; Dian. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.; 2011.

Departemen Kesehatan;RI. Pedoman Pelaksanaan; Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatah Dasar; 2015.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar