ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DALAM MELAKUKAN SIKAT GIGI PADA PASIEN RAWAT INAP
(Studi Kasus Puskesmas Kuta Makmur Aceh Utara)
Oleh:
Wirza
(Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes
Kemenkes Aceh)
ABSTRAK
Karies
gigi adalah hasil interaksi dari plak atau biofilm, diet dan memerlukan cukup
waktu sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi. Asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap di Puskesmas Beber belum dilakukan dengan optimal, nilai rata-rata skor OHI-S 4,3 dengan
kriteria OHI-S buruk pada saat pasien selesai perawatan diruang rawat inap.
Maka perlu dilaksanakan Kebersihan gigi dan mulut berupa asuhan keperawatan gigi dengan intervensi sikat gigi.
Untuk menganalisis pengaruh
pemberian asuhan keperawatan gigi terhadap peningkatan oral hygiene pada pasien rawat inap.Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan
pendekatan pre and post test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Subjek penelitian menggunakan tekhnik Purposive Sampling berjumlah
minimal 20 pasien rawat inap. Dengan memberikan asuhan keperawatan gigi dan
diukur menggunakan OHI-S. Analisis data
menggunakan statistik deskriptif, analisis bivariat menggunakan uji t-test
berpasangan untuk membedakan hasil skor rata-rata OHI-S awal dan akhir pada
pasien rawat inap setelah dilakukan asuhan keperawatan gigi. Ada perbedaan rerata skor OHI-S awal sebesar 2,52 (SD±1,45) dan akhir
sebesar 1,66 (SD±1,13) dengan nilai signifikansi ρ-value 0,001, artinya ada perbedaan yang bermakna rerata skor OHI-S awal
dan akhir dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap.
Kata Kunci : Asuhan
Keperawatan Gigi, Oral Hygiene,
Pasien Rawat Inap
PENDAHULUAN
Karies gigi adalah hasil interaksi dari plak atau biofilm, diet
(khususnya karbohidrat yang dapat
difermentasikan oleh plak menjadi asam, terutama asam latat dan asetat) dan
memerlukan cukup waktu sehingga terjadi demineralisasi
jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya. (1)
Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi,
yaitu gingiva/ gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang
menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Studi
etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa
penyakit ini dapat dicegah. Tahap awal dari peradangan jaringan pendukung gigi
adalah peradangan gingiva (gingivitis) dan berlanjut menjadi periodontitis
kronis. (2)
Kesehatan
gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih perlu mendapat perhatian serius dari
tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat gigi, hasil Riset Kesehatan Dasar
Nasional (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa 25,9 persen penduduk
Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir (potential
demand). Diantara mereka, terdapat 31,1 persen yang menerima perawatan dan
pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi
spesialis), sementara 68,9 persen lainnya tidak dilakukan perawatan. Secara
keseluruhan keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga
medis gigi/EMD hanya 8,1 persen (Depkes, 2013) Penyakit yang terbanyak yang
dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi (460 buah gigi per 100
orang) (depkes, 2013) dan penyakit periodontal mencapai 80% dari jumlah
penduduk. (3)
Berdasarkan
bukti-bukti yang didapatkan dari penelitian mengenai plak gigi, telah
disimpulkan bahwa plak memegang peranan penting dalam etiologi dua macam
penyakit utama pada gigi dan jaringan pendukungnya, yaitu karies dan penyakit
periodontal. (4) Plak
merupakan suatu deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi yang
terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu metrik
interseluler apabila seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulut. (5) Dalam Plak akan terlihat apabila telah diwarnai dengan disclosing atau telah mengalami
diskolorasi oleh pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Apabila plak
telah menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan
kuning. (4)
Menurut
penelitian mengenai Oral Care of Hospitalised Older Patients in
the Acute Medical Setting menyatakan bahwa perawatan kebersihan mulut merupakan bagian penting dari
pengobatan untuk semua pasien. (6), (7) Pasien rawat Inap merupakan awal dari penurunan fungsional dan peningkatan
ketergantungan yang dapat menyebabkan seorang individu membutuhkan perawatan
jangka panjang. (8), (9) Perawatan
mulut yang tidak memadai dapat merusak interaksi sosial, kesejahteraan
emosional dan mempengaruhi dengan orang lain. (10) Kebersihan
mulut yang buruk juga meningkatkan risiko infeksi, seperti infeksi nosokomial. (11), (12) Risiko ini
sering diremehkan signifikan, sehingga prioritas yang lebih rendah untuk
perawatan oral dibandingkan dengan kegiatan keperawatan lainnya. (13)
Penelitian
di Amerika Serikat menyatakan bahwa kesehatan gigi
mulut memburuk pada pasien rawat inap, infeksi yang sering terjadi pada pasien
rawat inap yaitu gingivitis, plak dan mucositis. (14) Mayoritas pasien rawat inap memiliki kebersihan gigi yang buruk
sebesar 38 (69%), 58 (98,1%) mengalami gingivitis, 41 (74,5%) penyakit
periodontal dan 33 (60%) karies. Lesi Oral terdeteksi pada 30 (36,5%) dan
kandidiasis 16 (19,6%), lesi pada mukosa merupakan kejadian yang sering tejadi. (15), (16)
Kebersihan
gigi dan mulut merupakan salah satu tindakan yang diperlukan untuk menjaga agar
mulut terhindar dari infeksi, membersihkan dan menyegarkan mulut. (17), (18) Tidak
ada obat yang dapat menggantikan usaha membersihkan rongga mulut secara
menyeluruh dan sistematis. (18) Tindakan
menyikat gigi dua kali dalam sehari dengan cara
benar akan memberikan efek yang sama baiknya
bila dilakukan pembersihan plak dengan sempurna. (19)
Asuhan
keperawatan gigi dapat diartikan sebagai suatu proses menggunakan pendekatan
sistematik dalam pelayanan perawatan gigi. Di dalam pelaksanaannya terdapat
beberapa aspek yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan gigi, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Aspek- aspek tersebut merupakan kesatuan yang
menyeluruh dalam proses keperawatan gigi sehingga perawat gigi bertanggung
jawab untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ruang lingkup praktek
pelayanan asuhan keperawatan gigi. (20)
Implementasi menjaga
kebersihan gigi dan mulut sebaiknya
dikerjakan oleh dua
perawat dan
dijadwalkan
dua kali dalam sehari didukung oleh permenkes 284 tahun 2006. (21), (22) Dalam
melaksanakan praktek sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan gigi, perawat
gigi harus memahami proses asuhan keperawatan gigi sehingga mengetahui cara
penatalaksanaan yang optimal yang bertujuan untuk menjaga bibir dan mukosa
lembut, bersih, utuh dan lembab, dapat mengurangi ketidaknyamanan pada mulut
pasien, meningkatkan asupan oral dan mencegah halitosis. (23), (24)
Rumusan Masalah
Ketidakmampuan pasien
rawat inap untuk memenuhi kebutuhan oral
hygiene dirinya menjadi tanggung
jawab perawat gigi.
Oral hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan yang diperlukan agar kondisi rongga
mulut tetap bersih dan segar sehingga terhindar
dari infeksi, tetapi perawat gigi belum melaksanakan tindakan oral hygiene
salah satunya tindakan sikat gigi secara optimal
pada pasien rawat inap. Kebersihan
mulut yang buruk juga meningkatkan risiko infeksi, risiko ini sering diremehkan
sehingga prioritas yang lebih rendah untuk perawatan oral dibandingkan dengan kegiatan keperawatan lainnya. (13)
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka peneliti ingin peneliti
mengetahui adalah “Bagaimana
Peningkatan Oral Hygiene Pasien Rawat
Inap Di Puskesmas Kuta Makmur Aceh Utara Setelah Dilakukan Asuhan Keperawatan Gigi?”.
A.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh asuhan keperawatan gigi
terhadap peningkatan oral hygiene pada pasien rawat inap di Puskesmas.
2.
Tujuan Khusus
a.
Menganalisis
masalah oral hygiene yang terjadi
pada pasien rawat inap Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol.
b.
Menganalisis perbedaan Skor OHI-S
awal dan akhir pada pasien rawat inap di Puskesmas.
B.
Hipotesis
1.
Hipotesis Mayor
Ada pengaruh
pemberian asuhan keperawatan gigi terhadap peningkatan oral hygiene pada pasien
rawat inap di Puskesmas Kuta Makmur Aceh Utara
2.
Hipotesis Minor
a.
Ada masalah oral hygiene yang terjadi pada pasien
rawat inap pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
b.
Ada
perbedaan skor plak (OHI-S) awal dan akhir pada pasien
rawat inap di Puskesmas
Kuta Makmur Aceh Utara
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan
pendekatan pre and post test pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Subjek
penelitian menggunakan tekhnik Purposive
Sampling berjumlah minimal 20 pasien rawat inap. Dengan memberikan asuhan
keperawatan gigi dan diukur menggunakan OHI-S. Analisis data menggunakan
statistik deskriptif, analisis bivariat menggunakan uji t-test berpasangan untuk
membedakan hasil skor rata-rata OHI-S
awal dan akhir pada pasien rawat inap setelah dilakukan asuhan keperawatan
gigi.
HASIL PENELITIAN
Analisis
Univariat
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Puskesmas Kuta Makmur
Kabupaten Aceh Utara yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan satu kelompok
sebanyak 15 orang. Sehingga total sampel yang digunakan pada penelitian ini
berjumlah 30 orang. Terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jumlah
Sampel Pasien Rawat Inap
|
L
|
P
|
∑
|
Kelompok
Intervensi
|
7
|
8
|
15
|
Kelompok
Kontrol
|
6
|
9
|
15
|
1.
Distribusi
Frekuensi Oral Hygiene Pasien Rawat
Inap
Gambar 4.1. Distribusi
Frekuensi OHIS pada pasien Rawat Inap Pada Kedua Kelompok
Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa kelompok intervensi asuhan
keperawatan gigi yang dilakukan pada pasien rawat inan rata-rata OHIS pre 2,52
dengan kriterianya buruk namun setelah dilakukan asuhan keperawatan gigi rata-rata
OHISnya menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan rata-rata 1,6 dengan kriteria
sedang sedangkan pada kelompok kontrol pasien rawat inap yang baru dating OHISnya
rata-rata 3,05 dengan kriteria buruk dan pada saat kembali ketempat tinggal rata-rata
skor OHIS cendrung meningkat (3,97) dengan kriteria buruk.
Analisis
Bivariat
Hasil Uji t-test Berpasangan Oral Hygiene Setelah Dilakukan Asuhan
Keperawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Rawat Inap
1.
Uji Dependen
Hasil Uji t-test Berpasangan
Skor OHIS Setelah Dilakukan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien
Rawat Inap pada kelompok perlakuan
Tabel 4.3. Hasil Uji T-Tes Dependent Skor OHIS Pada kedua Kelompok
Variabel
|
Klp. Perlakuan
|
Klp. Kontrol
|
||
Mean±SD
|
ρ-value
|
Mean±SD
|
ρ-value
|
|
OHI-S sebelum
OHI-S sesudah
|
2,52±1,45
1,66±1,13
|
0,001
|
3,05±1,08
3,97±1,23
|
0,001
|
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata
skor OHI-S sebelum pada kelompok
intervensi adalah 2,52 (SD 1,45) dan rata-rata skor OHI-S sesudah mengalami perubahan menjadi 1,66 (SD 1,13) dengan nilai
ρ-value 0,001 (ρ<0 1="" 3="" ada="" artinya="" bermakna="" dengan="" gigi="" inap="" kebersihan="" kelompok="" kontrol="" pada="" pasien="" penurunan="" perbedaan="" perlakuan="" rata-rata="" rawat="" sebelum="" sedangkan="" span="" style="mso-spacerun: yes;" terjadi="" tingkat="" yang=""> 0>dan rata-rata sesudah 3,97 (SD 1,23) dengan
nilai
ρ-value 0,001 (ρ<0 ada="" artinya="" bermakna="" perbedaan="" span="" style="mso-spacerun: yes;" yang=""> 0>terhadap kebersihan gigi dan mulut pasien
rawat inap.
2. Uji Independent (Perbedaan pada
kedua kelompok)
Berdasarkan uji normalitas data berdistribusi tidak
normal Nilai ρ-value <0 analisis="" antar="" artinya="" berdistribusi="" data="" delta="" i="" kedua="" kelompok="" maka="" menggunakan="" normal="" pada="" semua="" style="mso-bidi-font-style: normal;" tidak="" uji="">Mann Whitney.0>
Tabel 4.4 Hasil Uji Independen Nilai OHIS Pada Kelompok
Perlakuan Dan Kelompok Kontrol
Variabel
|
Kelompok
|
ρ-value
|
|
Rerata
Perlakuan
|
Rerata
Kontrol
|
||
OHIS
|
1,66
|
3,97
|
<0 o:p="">0>
|
Berdasarkan
tabel 4.4 di atas dapat terlihat bahwa selisih nilai OHIS nilai rerata lebih besar pada kelompok perlakuan dari pada kelompok
kontrol dengan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai alpha (p<0,05), maka Ho ditolak artinya ada perbedaan nilai OHIS pada pasien rawat
inap kedua kelompok.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian asuhan keperawatan gigi terhadap
peningkatan oral hygiene indek pada pasien rawat inap Puskesmas
kutamakmur yang dibagi dalam dua kelompok yang dilaksanakan pada tanggal
1 s/d 6 Agustus 2016 dengan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian
ini berjumlah 30 orang. Dengan teknik Purposive Sampling sesuai dengan kriteria
inklusi.
Berdasarkan
hasil studi pendahuluan di
Puskesmas Kutamakmur pelayanan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap belum
dilakukan, sehingga
peran perawat terutama perawat gigi sebagai pelaksana belum terlaksana
dengan
baik. Hasil studi pendahuluan pada
pasien rawat inap memiliki nilai rata-rata OHI-S
awal 4,2 dengan kriteria OHI-S buruk pada saat pasien selesai perawatan
diruang rawat inap. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kebersihan gigi dan mulut tersebut perlu diberlakukan prosedur tetap tentang pelaksanaan oral hygiene pada pasien rawat inap, agar terciptanya lingkungan yang kondusif terhadap pelaksanaan oral hygiene, penyegaran tentang oral hygiene dan penyajian
kasus secara rutin untuk mengetahui
berbagai kekurangan
dalam pemberian asuhan keperawatan
gigi.
Berdasarkan
analisis uji t-test berpasangan
menunjukan bahwa rata-rata skor OHI-S sebelum pada
kelompok intervensi adalah 2,52 (SD 1,45) dan rata-rata skor OHI-S sesudah
mengalami perubahan menjadi 1,66 (SD
1,13) dengan perbedaan rata-rata skor OHI-S sebesar
-0,86 (SD 0,72). Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi ρ-value pada skor OHI-S sebesar 0,001 (ρ<0 ada="" artinya="" bermakna="" i="" perbedaan="" rerata="" skor="" style="mso-bidi-font-style: normal;" yang="">OHI-S0>
sebelum
dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap.
Berdasarkan
analisis uji t-test berpasangan
menunjukan bahwa rata-rata skor OHI-S
sebelum pada kelompok kontrol adalah 3,05 (SD 1,08) dan rata-rata skor OHI-S
sesudah mengalami perubahan menjadi 3,97 (SD 1,23) dengan perbedaan rata-rata skor OHI-S sebesar 0,93 (SD
0,55). Hasil analisis diperoleh nilai
signifikansi ρ-value pada skor OHI-S sebesar 0,001 (ρ>0,05),
artinya ada perbedaan yang bermakna rerata skor OHI-S sebelum dan sesudah pasien di rawat
inap.
Kelompok intervensi yang dilakukan asuhan keperawatan gigi pada
pasien rawat inap oleh perawat gigi menunjukan nilai signifikansi
(ρ-value) sebesar 0,001 (ρ<0 ada="" berarti="" bermakna="" i="" perbedaan="" rerata="" skor="" style="mso-bidi-font-style: normal;" yang="">OHI-S0>
sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien rawat inap artinya terjadi peningkatan tingkat kebersihan gigi pada pasien intervensi. Hal itu sesuai dengan pernyataan para ahli bahwa ketidakmampuan pasien rawat inap untuk memenuhi kebutuhan
oral hygiene dirinya menjadi
tanggung jawab perawat gigi.
36,37
Oral hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan
yang diperlukan agar kondisi rongga mulut tetap bersih dan segar sehingga terhindar dari infeksi, tetapi perawat gigi belum melaksanakan tindakan oral hygiene
secara optimal pada pasien
rawat inap.22
Berdasarkan
penelitian African Journal of Chemical
Education menyatakan bahwa pelayanan preventif perawatan mulut yang
umum diberikan adalah menyikat gigi (28%), penggunaan obat kumur (24,8%). Mayoritas (96,1%) percaya bahwa perawatan mulut harus
diberikan prioritas pada pasien rawat inap agar terjaga kebersihan rongga
mulutnya.28 Hasil penelitian tersebut sesuai dengan konsep teori
yang dikembangkan oleh wilkins yaitu pada pasien rawat inap perlu dilakukan
asuhan keperawatan gigi agar kebersihan mulut tetap terjaga.29
Asuhan
keperawatan gigi dapat diartikan sebagai suatu proses menggunakan pendekatan
sistematik dalam pelayanan perawatan gigi. Di dalam pelaksanaannya terdapat
beberapa aspek yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan gigi, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Aspek- aspek tersebut merupakan kesatuan yang
menyeluruh dalam proses keperawatan gigi sehingga perawat gigi bertanggung
jawab untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ruang lingkup praktek
pelayanan asuhan keperawatan gigi.30
Implementasi oral hygiene
sebaiknya
dikerjakan oleh dua
perawat dan
dijadwalkan
dua kali dalam sehari didukung oleh permenkes 284 tahun 2006.35,36,37
Dalam melaksanakan praktek sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan gigi,
perawat gigi harus memahami proses asuhan keperawatan gigi sehingga mengetahui
cara penatalaksanaan yang optimal yang bertujuan untuk menjaga bibir dan mukosa
lembut, bersih, utuh dan lembab, dapat mengurangi ketidaknyamanan pada mulut
pasien, meningkatkan asupan oral dan mencegah halitosis.38,39
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai asuhan keperawatan gigi dalam melakukan oral hygiene pada pasien rawat inap (studi kasus di Puskesmas Kutamakmur kab. Aceh Utara ), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Terdapat perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara pasien yang diberikan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dengan pasien yang hanya dirawat penyakit umum
saja.
2.
Ada perbedaan
rerata skor OHI-S awal sebesar 2,52 (SD±1,45) dan akhir sebesar 1,66 (SD±1,13)
dengan nilai signifikansi ρ-value 0,001,
artinya ada perbedaan yang bermakna rerata skor OHI-S awal dan akhir dilakukan asuhan keperawatan gigi pada pasien
rawat inap.
Saran
a.
Dapat dijadikan
bahan informasi dan pertimbangan pengelola instansi kesehatan untuk memberikan
pelayanan asuhan keperawatan gigi pada semua pasien rawat inap.
b.
Asuhan
keperawatan gigi perlu dilakukan pada pasien rawat inap dengan implementasi minimal melakukan sikat gigi pada pasien untuk tetap terjaga oral hygiene pasien.
c.
Perlu adanya
tenaga perawat gigi minimal 2 (dua) orang disetiap rawat inap pada setiap
puskesmas.
d.
Perlu dilakukan
Implementasi asuhan keperawatan gigi yang
berkelanjutan pada pasien rawat inap berupa pelayanan preventif perawatan mulut
yang umum diberikan adalah menyikat gigi dan berkumur menggunakan obat kumur serta tindakan kuratif jika diketahui gigi pasien sudah terindikasi karies.
i.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stookey,
G. The Effect Of Saliva On Dental Caries. . American : Journal Of The Dental Association, 2008. Vol. 5:139. Hal :
11S-17S.
2. Saptrorini. Poket Periodontal Padda
Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Wonosari Kota Semarang. Siliwangi :
s.n., 2011. 261-265.
3. RI, Kementerian Kesehatan. Laporan
Riset Kesehatan Nasianal. Jakarta : Badan Pengembangan Kesehatan Dep.
Kesehatan RI, 2014.
4. Putri, MH, Herijulianti, E and Nurjannah, N.
Deposit Yang Melekat Pada Permukaan Gigi. In: Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC, 2010. Hal
56-59.
5. Ramadhan, A. Seba Serbi Kesehatan
Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune, 2010. Hal 17-119.
6. E, Heijulianti. Pendidikan Kesehatan
Gigi. Jakarta : Buku Kedokteran Gigi EGC, 2002. 15-29.
7. Doenges, Marylin E, Moorhouse, Mary Frances,
dan Geissler, Alice C. Nursing Diagnosis Manual: Planning,
Individualizing And Documenting Client Care. s.l. : F A Davis Co,
2005. Hal : 205-210.
8. Oral status and the need for oral health
care among patients hospitalised with acute medical conditions. Hanne,
Konradsen. s.l. : Journal of Clinical Nursing , 2012, Vol. 21:19. Hal
: 2851–2859..
9. Classics of Organization Theory. Shafritz,
Jay M dan J. Steven Ott. California : Brooks/Cole Publishing Company
Pacific Grove, 1987. Hal : 60-101.
10. Oral Care of Hospitalised Older Patients in
the Acute Medical Setting. Kathryn Salamone, Elaine Yacoub, Anne-Marie
Mahoney, and Karen-leigh Edward. s.l. : Journal of National Center for
Biotechnology Information, 2013, Vol. 80:8. Hal : 1-6.
11. Effective mouth care for seriously ill
patients. Rawlins, CA, Trueman, IW. USA : US National Library
of Medicine National Institutes of Health., 2001, Vol. 16:4. Hal : 1025-8.
12. The impact of hospitalization on dental
plaque accumulation: an observational study. Needleman., Ian.
s.l. : Journal of Periodontology Clinical, 2012, Vol. 39:11. Hal :
1011-1016.
13. Pentingnya Perawatan Mulut Dalam Mencegah
Infeksi. Xavier, G. s.l. : Keperawatan Standar, 2000, Vol.
14:18. Hal : 47–51.
14. Health Education Planning, A Diagnostic
Aproach. . Green, Lawrence. s.l. : The John Hopkins University.
Myfield Publishing Co , 1990. Hal : 20-52..
15. Hospitalization leads to deterioration in
oral health. Terezakis. s.l. : Journal of Periodontology
Klinis, 2011, Vol. 38:7. Hal : 628-36.
16. Oral health status among hospitalized
patients. Int J Dent HYG. , ,. Neto, CA. Londrina, Parana,
Brasil : Universitas Negeri Londrina, 2009, Vol. 9:1. Hal : 21-9.
17. Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. . Edisi 4. Jakarta :
Alih Bahasa : Renata Komalasari,EGC, 2005, Vol. 2.
18. Nursing in community. Clark, J. M.
s.l. : Conecticut: Appleton & Launge, Prectice Hall, 2003. Hal :
234-41.
19. Dasar-dasar Ilmu Keperawatan,. Wolf,
Weitzel and Fuerst. Jakarta : Alih bahasa Kustinyatih Mochtar dan
Djamaluddin H. Gunung Agung, 2000. Hal : 67-88.
20. Wilkins, EM. Clinical Practice Of
Dental Hygienist 9th edition. Massachusetts-USA. : Lippincot Williams
& Wilkins, 2005. Hal : 323-912.
21. Dahlan, Z. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Gigi Berdasarkan Konsep Dental Hygiene Process Of Care. 2010.
Hal : 1-25..
22. Santoso, B. Pendampingan Perawat
Gigi Pada Tindakan Dental Emergency. Semarang : s.n., 2013. Hal : 1-8.
23. 284/MENKES/SK/IV/2006, Keputusan Menteri Republik
Indonesia Nomor. Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta :
s.n., 2006.
24. Perawatan Kesehatan Mulut Kebutuhan
Tergantung Orang Tua: Tanggung Jawab Perawat Dan Staf Perawatan. Fitzpatrick,
J. s.l. : Journal of Advanced Nursing , 2000, Vol. 32:6. . Hal :
1325-1332.
25. Arkell, S., Shinnick, A. Keperawatan
Kandidosis Oral. 2003. Vol. 99. Hal : 48, 52-53..
26. Forrest, J.O. Pencegahan Penyakit
Mulut. Jakarta : Alih Bahasa : Lilian Yuwono, 1995. Hal : 38-70.
27. Manson J. D, Eley B. M. Outline of
Periodontics. 4th ed. s.l. : Butterworth & Co, 2000. Hal :
139-140.
28. Kidd. Essentials Of Dental Caries:
The Disease And Its Management. London : IOP Publishing, 2002.
Hal:2-9..
29. The Influence Of Suphuric Acid Exposure On
The Incidence Of Gingivitis Suplhuric Miner Study At Gunung Welirang, Pasuruan,
East Java. Kartiyani, I.Santoso,O. Semarang : Departement Of
Oral And Dental Disease Medical Faculty Diponegoro University, 2010. Hal:24-28.
30. Armasastra, Bahar. Paradigma Baru
Pencegahan Karies Gigi. Jakarta : Fak.Ekonomi UI, 2011. Hal 21-41.
31. Isolation Of Dental Caries Bacteri From
Dental Plaque And Effect Of Tooth Pastes On Acidogenic Bacteria. Chandrabhan,
D.dkk. s.l. : Journal Of Medical Microbiologi., 2012. Hal:65-69..
32. Provision of Oral Care for Hospitalized
Patients among Nurses. EB Ezeja, CC Azodo, AO Ehizele, CD Odai.
s.l. : African Journal of Chemical Education, 2010.
33. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi
Anak Sejak Dini. Riyanti, E. Bandung : Seminar Sehari
Kesehatan-Psikologi Anak, 2005. Hal : 28-32.
34. Budiharto. Pengantar Ilmu Perilaku
Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC, 2010.
35. Eliza, Herijulianti, Sri, Artini and
Indrian, Tati Svasti. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC,
2001.
36. Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto, 2011. Hal : 348-351..
37. The Effeck Of Saliva On Dental Caries. Stookey,
G. 2011, Journal Of The American Dental Association, pp. 261-265.
38. RI, Kementerian Kesehatan. Riset
Kesehatan Dasar . Jakarta : s.n., 2014.
40. Green, LW and Kruter, MW. Health
Promotion Plaining an Education and Environmental Approach. s.l. :
Meyfied Publishing Company, 1991.