Selasa, 02 Juni 2015

Elly Susilawati: Jurnal Al-Mumtaz, Volume IV, Nomor 1, Januari-Juni 2015, hal. 115-122

PENGARUH EKSTRAK TEH HIJAU TERHADAP KADAR LDL DAN HDL
PADA TIKUS RATTUS NORVEGICUS YANG DI PAPAR DMPA

Oleh:
Elly Susilawati

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ekstrak teh Hijau terhadap kadar LDL dan HDL pa tikus yang di papar DMPA. Penelitian ini merupakan penelitian True Experimentalyang dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Menggunakan tikus (Rattus norvegicus)dengan membagi tikus menjadi lima kelompok perlakuan : 1) Kelompok kontrol negatif, tikus hanya diinjeksi dengan saline 2,7 mg/ekor/minggu selama 4 minggu masa perlakuan, 2) Kelompok kontrol positif, tikus diinjeksi dengan DMPA sebanyak 2,7 mg/ekor/minggu selama 4 minggu perlakuan, 3) kelompok perlakuan 1, tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 10,8 mg/ekor/hari ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu, 4) kelompok perlakuan 2, tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 21,6 mg/ekor/hari ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu, dan 5) kelompok perlakuan 3, tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 43,2 mg/ekor/hari ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu. Pengukuran kadar LDL dan HDL dengan metode Spektrofotometri menggunakan EnzyChrom HDL and LDL/VLDL Assay Kit (EHDL-100). Data hasil pengamatan dianalisa dengan uji ANOVA. Ekstrak teh hijau mampu menurunkan kadar LDL terendah pada dosis 43,2 mg/ekor/hari (64.3±29.8mg/dl) bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Ekstrak teh hijau juga mampu menaikkan kadar HDL tertinggi pada dosis 43,2 mg/ekor/hari (301.7±48.3mg/dl) bila dibandingkan dengan kelompok perlakun lainnya. Ekstrak teh hijau dapat menurunkan kadar LDL dan manaikkan kadar HDL pada tikus Rattus norvegicus yang di papar DMPA.

Kata Kunci : DMPA, Ekstrak teh hijau, LDL, HDL.


PENDAHULUAN
Kontrasepsi suntik yang banyak diminati oleh wanita usia subur yang berstatus kawin adalah depo medroksi progesteron asetat (DMPA) yang disuntikkan setiap 3 bulan. Penggunaan DMPA mempunyai efek samping seperti sering terjadinya gangguan haid (perdarahan dan amenorea), kenaikan berat badan, perubahan pada lipid serum, menurunnya kepadatan tulang (densitas), kekeringan pada vagina. Penggunaan kontrasepsi suntikan DMPA jika rutin dilakukan selama 1 tahun lebih akan mengakibatkan perubahan pada kadar serum profil lipid dengan penjabaran terjadinya kenaikan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL), serta hal tersebut akan menyebabkan perubahan pada kadar serum peroksidase (MDA mengalami kenaikan, Glutation mengalami penurunan). 1,2
Kontrasepsi suntikan DMPA yang mengandung progesterone mengakibatkan terjadinya penurunan kadar estrogen yang dapat berpengaruh pada metabolisme lemak melalui kadar LDL dan HDL. Kolesterol HDL bersifat Antiatherogenik sedangkan kolesterol LDL mempunyai sifat sebaliknya.Kadar kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya penimbunan kolesterol di perifer dan arteria koronia yang dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler.3
Keuntungan yang diperoleh perempuan pengguna kontrasepsi DMPA ini antara lain : sangat efektif dalam pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak mengganggu dalam hubungan suami istri, mencegah terjadinya kanker endometrium dan kehamilan ektopik, mencegah terjadinya penyakit radang panggul, menurunkan resiko penyakit anemia bulan sabit, dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause. Selain itu DMPA meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui, hal ini sangat berbeda terhadap efek dari kontrasepsi oral kombinasi (Speroff and Darney, 2005).
            Selain mempunyai kelebihan kontrasepsi ini juga mempunyai keterbatasan dalam penggunaannya yaitu : berubahnya perdarahan haid (perdarahan bercak tak beraturan sering terjadi diawal pemakaian untuk sebagian besar perempuan), penambahan berat badan, walaupun kehamilan tidak terjadi namun jika terjadi lebih besar kemungkinan kehamilan ektopik, pemulihan kesuburan rata-rata 7-9 bulan setelah penghentian (Handayani, 2010). Efek keterbatasan penggunaan DMPA menurut Speroff and Fritz, (2005) antara lain tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual (hepatitis B dan HIV), terjadinya perubahan lipid serum, penurunan kepadatan tulang (densitas), kekeringan vagina, penurunan libido, sakit kepala dan jerawat  jika digunakan dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian WHO dalam Speroff and Darney (2005) alasan medis yang banyak dilaporkan untuk penghentian DMPA pada dua tahun pertama adalah nyeri kepala, terjadinya peningkatan berat badan, pusing, nyeri abdomen dan cemas.
            Selain memiliki efek kontrasepsi, penggunaan kontrasepsi suntik khususnya DMPA juga memiliki pengaruh terhadap metabolisme lemak, khususnya lipoprotein. Perubahan yang terjadi pada metabolisme lemak ini menyebabkan gangguan keseimbangan fraksi lemak darah (naik – turunnya kadar HDL, LDL dan total kolesterol) karena adanya pengaruh hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi suntikan (Baziad, 2008).
            Kontrasepsi suntikan progestin DMPA dapat digunakan oleh perempuan-perempuan dengan kondisi sebagai berikut : perempuan dengan usia reproduksi, perempuan nulipra dan perempuan yang telah memiliki anak, perempuan yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi, Perempuan yang sedang menyusui, perempuan yang setelah mengalami abortus atau keguguran, perempuan yang telah memiliki banyak anak tetapi tidak menghendaki tubektomi, perempuan perokok, perempuan dengan masalah gangguan pembekuan darah atau perempuan dengan anemia bulan sabit, perempuan yang menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin), perempuan yang tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, perempuan yang sering lupa menggunakan pil kontrasepsi, perempuan dengan anemia defisiensi besi, dan perempuan mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. Selain itu terdapat beberapa wanita yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin DMPA misalnya perempuan hamil atau dicurigai hamil, perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorrea, perempuan yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, perempuan dengan diabetes mellitus disertai komplikasi (Haryani, et al,  2010).
Daun teh mengandung 30 – 40% polifenol yang sebagian besar dikenal sebagaikatekin.Katekin adalah antioksidan yang kuat, lebih kuat dari pada vitamin E, C dan betakaroten. Didalam teh terdapat beberapa jenis katekin, yaitu Epikatekin (EC), Epikatekin Galat (ECG), Epigallokatekin (EGC), Epigallokatekin gallat (EGCG), gallokatekin dan katekin. Secara medis senyawa katekin teh hijau memiliki banyak manfaat seperti dapat mengurangi resiko kanker, tumor, menurunkan kolesterol darah, mencegah tekanan darah tinggi, membunuh bakteri dan jamur, membunuh virus-virus influenza, dan menjaga nafas dari bau busuk/halitosisi.Mekanisme pencegahan terhadap terjadinya penyakit kardiovaskular oleh ekstrak teh hijau adalah dengan menghambat penyerapan kolesterol dan penggumpalan sel-sel platelet.Selain itu teh hijau juga mampu melindungi terhadap oksidasi LDL-kolesterol oleh radikal bebas.4
            Beberapa studi menunjukkan bahwa teh hijau dapat menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL dalam serum darah dengan cara EGCG yang terdapat dalam teh hijau menghambat aktifitas asetil KoA karboksilase dalam siklus biosintesis asam lemak, sehingga dapat menurunkan akumulasi triasilgliserol (trigliserida) dan kolesterol pada jaringan lemak. EGCG mempunyai efek hipokolesterolemik, Karena EGCG menekan absorpsi kolesterol di dalam usus.5
           
BAHAN DAN METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental (eksperimental sesungguhnya) dengan dipilih pendekatan post test only control group design di Laboratorium Fisiologi fakultas Kedokteran Universitas brawijaya malang pada 1 Oktober – 5 Novembe 2014. Sampel yang digunakan adalah tikus (Rattus norvegicus) betina. Tikus dibagi menjadi lima kelompok perlakuan : 1) Kelompok kontrol negatif dimana tikus hanya diinjeksi dengan saline 2,7 mg/ekor setiap satu kali dalam seminggu selama 4 minggu masa perlakuan, 2) Kelompok kontrol positif dimana tikus diinjeksi dengan DMPA sebanyak 2,7 mg/ekor setiap satu kali dalam seminggu selama 4 minggu perlakuan, 3) kelompok perlakuan 1 dimana tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 10,8 mg/ekor/hari ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu, 4) kelompok perlakuan 2 dimana tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 21,6 mg/ekor/hari ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu, dan 5) kelompok perlakuan 3 dimana tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 43,2 mg/ekor/hari ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu.
Alat yang digunakan meliputi seperangkat alat bedah steril, timbangan analitik, sonde, gelas ukur, spuit, tabung, Camera digital, EnzyChrom HDL and LDL/VLDL Assay Kit (EHDL-100) yang meliputi PBS 1,5 ml, Assay Buffer 20 ml, NADSolution 2 ml, Precipitation Reagent 1,5 ml, Enzyme Mix 120 uL, Standard 1 ml/300 mg/dl.

Prosedur Pemberian Ekstrak Teh Hijau Berbagai Dosis
            Pemberian ekstrak teh hijau dilakukan melalui spuit 3 cc yang diujungnya di pasang platinadengan metode sonde sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Spuit tersebut diisi dengan ekstrak teh hijau kemudian dimasukkan ke dalam mulut melalui langit-langit secara perlahan sampai ke faringlalu ke esophagus, kemudian setelah selesai spuit yang ujungnya diberi platina tersebut dikeluarkan.
Ekstrak teh hijau diperoleh dengan mengekstrak daun teh kering yang berasal dari perkebunan teh wonosari lawang, dan di ekstrak di laboratorium Kimia Politeknik Negeri Malang (Polinema). Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Metode maserasi adalah proses mengekstrak menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar.
Kelompok perlakuan dipapar dengan berbagai dosis Ekstrak teh hijau dengan dosis 10,8 mg/ekor/hari, 21,6 mg/ekor/hari, dan 43,2 mg/ekor/hari selama 28 hari. Ekstrak teh hijau yang di gunakan adalah daun teh hijau kering merk dagang Katekin (camellia sinensis) Green Tea dalam kemasan plastik berisi 80 gram yang di dapatkan dari Kebun Teh Wonosari Lawang – Jawa Timur. Untuk mepermudah proses pemberian per oral daun kering teh hijau di proses dengan metode maserasi agar menjadi Ekstrak, kemudian diberikan per oral dengan diencerkan menggunakan aquades. Proses pemberian Ekstrak teh hijau per oral menggunakan metode sonde yang diberikan dalam waktu 28 hari dan diberikan satu kali sehari diluar pemberian pakan standar.
            Pada hari ke 29 dilakukan terminasi untuk pengambilan serum darah tikus dan kemudian dilakukan pengukuran kadar LDL dan HDL dengan metode Spektrofotometri. Pengukuran kadar LDL dan HDL menggunakan EnzyChrom HDL and LDL/VLDL Assay Kit (EHDL-100) buatan BioAssay Systems, U.S.A.

Prosedur Pengukuran LDL dan HDL
Memasukkan 20 uL serum ke dalam centrifuge1,5 mL tabung, tambahkan 20 uL Reagent. Vortex untukmencampur centrifuge 5 menit pada 9.500 xg.Memasukkan24uLsupernatanke dalam tabungbersih,tambahkan96uLAssayBuffer.Beri Labeltabung"HDL".Menghapus semua supernatan yang tersisa dari pelet secara hati-hati.Memasukkan40 uL PBS untuk pelet dan campur dengan pipetting lakukan secara berulang.Masukkan campuran 24 mL ke dalam tabung lain yang bersih,tambahkan 96 uL Assay Buffer.Beri Label tabung "LDL / VLDL".Dalamtabungketiga, masukkan12uLsampelserumdan adukdengan108uLAssayBuffer. Beri Labeltabung"Total".KolesterolStandar: Masukkan12uL300mg/dLkolesteroldan campurdengan108uLAssayBuffer. Beri Labeltabung"Standard".Masukkan50uLAssayBuffer("Kosong"), 50uLStandard, 50uL"Total", 50μL"HDL" dan50uL"LDL /VLDL" ke dalam sumurplateyang terdiri dari 96-well. SiapkancukupReagent. Untuk setiapreaksi, campurkan50uLAssayBuffer, 18uLNADSolusidan1uLEnzymeMix. Masukkan60uLReagenuntukmasing-masingreaksi kemudian aduk rata.Inkubasi30menit pada suhu kamar. BacanilaiODdengan gelombang340nm pada spectrofotometer.Lakukan penghitungan terhadap kadar LDL dan Kadar HDL.


Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukanbeberapa tahapan penghitungan. Adapun  tahapantersebut berturut-turut yaitu (1) uji normalitas data sampel dengan uji Shapiro-Wilk, (2) uji Anova One Way(uji F) (bila data terdistribusi normal) atau uji Kruskal Wallis(bila data tidak terdistribusi normal). Semua penghitungan dilakukan dengan bantuan piranti lunak (soft-ware) SPSS for Windows 19.0. Secara lengkap dijelaskan di bawah ini.

Uji prasyarat parametrik
Untuk membuktikan hipotesis penelitian yang telah diajukan maka dipilih pendekatan uji statistik yang digunakan yaitu uji statistika parametrik. Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan uji pada statistika parametrik, maka data akan dianalisis terlebih dahulu dengan uji prasyarat parametrik, yaitu data sampel dari variabel terukur diuji terlebih dahulu apakah data tersebar atau terdistribusi normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji Shapiro-Wilk. Pada uji ini kriteria keputusan dengan melihat nilai probabilitas kesalahan empirik pada nilai Sig atau dikenal dengan p-value. Jika nilai Sig atau p-value menunjukkan nilai yang lebih besar dari taraf signifikansi  = 0.05, maka disimpulkan data terdistribusi normal, sehingga uji parametrik dapat digunakan. Sedangkan jika nilai Sig atau p-value menunjukkan nilai yang lebih kecil dari taraf signifikansi  = 0.05, maka disimpulkan data tidak terdistribusi normal, sehingga uji parametrik tidak dapat digunakan (Santoso, 2005). Adapun variabel terukur yang diuji dengan uji prasyarat parametrik adalah data kadar LDL dan kadar HDL.

Uji Anova One Way
Pengujian dengan Anova One Way(uji F) digunakan untuk membandingkan rerata variabel terukur antara kelompok kontrol positif (paparanDMPA dengan dosis 2,7 mg) dengan kelompok perlakuan (ekstrak teh hijau  + DMPA). Analisis ini dilakukan yaitu terhadap data kadar LDL dan kadar HDL. Tujuan teknik analisis ini digunakan adalah untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh pemberian ekstrak teh hijau pada tikus yang juga diberi DMPA. Jika pada uji Anova One Wayini menghasilkan kesimpulan Ho ditolak atau kesimpulan ada perbedaan yang bermakna (signifikan), maka analisis dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda, yaitu dipilih uji Beda Nyata Terkecil/BNT (Least Significant Difference/LSD)(Steel dan Torrie, 1995). Tujuan digunakan uji LSD adalah untuk menemukan dosis ekstrak teh hijau berapa yang paling berpengaruh terhadap kadar LDL dan kadar HDL pada tikus (Rattus Norvegicus).

HASIL
Pada hari ke 29 dilakukan terminasi untuk pengambilan serum darah tikus dan kemudian dilakukan pengukuran kadar LDL dan HDL dengan metode Spektrofotometri. Pengukuran kadar LDL dan HDL menggunakan EnzyChrom HDL and LDL/VLDL Assay Kit (EHDL-100) buatan BioAssay Systems, U.S.A.

Hasil Uji Kadar LDL Berdasarkan Dosis Ekstrak Teh Hijau
Berdasarkan hasil uji Anova one way pada data kadar LDL diperoleh ada perbedaan yang bermakna rerata kadar LDL kelima kelompok sampel pengamatan, hal ini ditunjukkan dengan nilai p-value = 0.000<  (Lampiran 2). Selanjutnya pada uji perbandingan berganda dengan uji Beda Nyata Terkecil/BNT (Least Significant Difference/LSD)diperoleh dan ditampilkan secara lengkap disajikan pada tabel di bawah ini.

Ket: Pada rerata±sd jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan
yangbermakna (p-value<0 .05="" dan="" huruf="" jika="" memuat="" sama="" span="" yang="">
berarti tidak ada perbedaan yang bermakna (p-value>0.05).
K (-) :Hanya di beri saline 2,7 mg/ekor tanpa DMPA dan Ekstrak teh hijau
K (+) :Diberi DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) saja 2,7 mg/ekor
tanpa Ekstrak The hijau, 1x dalam seminggu selama 4 minggu
P1 :Diberi DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
10,8 mg/ekor setiap hari selama 4 minggu
P2 :Diberi DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
21,6 mg/ekor setiap hari selama 4 minggu
P3 :Diberi DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
43,2 mg/ekor setiap hari selama 4 minggu

Tabel 1 menunjukkan ada perbedaan bermakna p-value = 0.000<  penurunan rerata kadar LDL antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada kelompok kontrol positif 276±62.7 mg/dl lalu berangsur menurun dengan semakin tingginya dosis sehingga didapatkan rerata kadar LDL terendah pada dosis 43,2 mg/ekor/hari sebesar 64.3±29.8mg/dl.

Gambar 1  Histogramrerata kadar LDL

Gambar 1 menunjukkan ada perbedaan bermakna p-value = 0.000<  penurunan rerata kadar LDL antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada kelompok kontrol positif 276±62.7 mg/dl lalu berangsur menurun dengan semakin tingginya dosis sehingga didapatkan rerata kadar LDL terendah pada dosis 43,2 mg/ekor/hari sebesar 64.3±29.8mg/dl.
Hasil Uji Kadar HDL Berdasarkan Dosis Ekstrak Teh Hijau
Berdasarkan pengujian Anova didapatkan rerata kadar HDL berdasarkan dosis Ekstrak teh hijau dapat dilihat pada table 2 dibawah ini

Keterangan   :     Pada rerata±sd jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan
yangbermakna (p-value<0 .05="" ada="" bermakna="" dan="" huruf="" i="" jika="" memuat="" perbedaan="" samaberarti="" tidak="" yang="">p-value
>0.05).
K (-)           :  Hanya di beri saline 2,7 mg/ekor tanpa DMPA dan Ekstrak teh hijau
K (+)          :  Diberi DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) saja 2,7mg/ekor
                     tanpa Ekstrak The hijau, 1x dalam seminggu selama 4 minggu
Perlakuan 1   :     Diberi DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
                     10,8 mg/ekor setiap hari selama 4 minggu
Perlakuan 2   :     Diberi DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
                     21,6 mg/ekor setiap hari selama 4 minggu
Perlakuan 3   :     Diberi DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
                     43,2 mg/ekor setiap hari selama 4 minggu

Tabel 2 menunjukkan ada perbedaan bermakna p-value = 0.000<  peningkatan rerata kadar HDL antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada kelompok kontrol positif 591±17.8mg/dl lalu berangsur menurun dengan semakin tingginya dosis kemudian meningkat kembali sehingga didapatkan rerata kadar HDL tertinggi pada dosis 43,2 mg/ekor/hari sebesar 301.7±48.3mg/dl.
  

Gambar 2 Histogramrerata kadar HDL

Gambar 2 menunjukkan ada perbedaan bermakna p-value = 0.000<  peningkatan rerata kadar HDL antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada kelompok kontrol positif 591±17.8mg/dl lalu berangsur menurun dengan semakin tingginya dosis kemudian meningkat kembali sehingga didapatkan rerata kadar HDL tertinggi pada dosis 43,2 mg/ekor/hari sebesar 301.7±48.3mg/dl. 


DISKUSI
EGCG dalam teh hijau telah terbukti dapat menghambat penyerapan kolesterol dan menurunkan konsentrasi plasma kolesterol, dengan cara meningkatkan pembersihan pada kolesterol dan meningkatkan ekspresi reseptor LDL. Karena ekspresi reseptor LDL ini merupakan mekanisme utama dalam sirkulasi kolesterol.EGCG mampu meningkatkan ekspresi reseptor LDL dengan cara up-regulasi transkipsi gen reseptor LDL. Selain itu EGCG dapat mengikat reseptor LDL.6 ,7, 8     
pemberian teh hijau terhadap kadar kolesterol lDL dan HDL pada tikus putih didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan kadar LDL secara signifikan pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Aktivitas antioksidan teh hijau mampu melindungi terjadinya oksidasi LDLsehingga dapat mencegah atau menghambat terjadinya penyakit. Penurunan kadar LDL akibat dari teh hijau diduga karena EGCG dalam teh hijau mampu mencegah percepatan oksidasi kolesterol LDL sehingga dapat menvegah penyumbatan pembuluh darah. 4, 9
Ekstrak teh hijaulebihstabil daripada hanya salah satu kandunganmurni dalam teh hijau. Misalnya epigallocatechin gallate, salah satu unsurutamateh hijau. Hal ini dikarenakan adanyaantioksidanlainnya yang bekerja sama secara konstituendalam ekstrak. Secara umum, obat-obatanherbaladalah campurankompleks dari senyawayang berbeda yangsering bertindaksecarasinergisuntuk mengerahkanefek yang menguntungkan secara penuh. 10
Ekstrak teh hijau telah terbukti menurunkan kadar LDL dan HDL pada tikus yang di papar DMPA, hal ini di tunjukkan dengan bukti secara ilmiah hasil penelitian berdasarkan dosis yang bertingkat setelah di uji secara statistik mendapatkan hasil yang bermakna.

KESIMPULAN
Ekstrak teh hijau  terbukti berpengaruh terhadap penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL pada tikus Rattus norvegicusyang di papar DMPA.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
2.      Faddah, L M., Al-Rehany, M A., Abdel-Hamid, N M., and Bakeet, A A. 2005. Oxidative Stress, Lipid profile and Liver Functions in Average Egyption Long Term Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) Users. Molecules 2005, 10, 1145-1152.
3.      Dasuki, Djaswadi., Sanger, Olga., Sudradjat, flourisa J., Pamuji, Enny S. 2008. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Planibu Versus Depo Progestin Terhadap Fungsi Hepar Dan Profil Lipid. Berita kedokteran Masyarakat Vol. 24 No 3 September 2008 halaman 156-161.
4.      Syah, Andi Nur Alam. 2006. Taklukkan Penyakit Dengan Teh Hijau. PT Argomedia Pusaka. Jakarta
5.      Dewi, Kartika. 2008. Pengaruh Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis var. Assamica) terhadap Penurunan Berat Badan, Kadar Trigliserida dan Kolesterol Total pada Tikus Jantan Galur Wistar. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol 7 No 2.
6.      Lee, Sang Min., Kim,  Chae Wook., Kim, Jung Kee., Shin, Hyun Jung., and Baik, Joo Hyun. 2008. GCG-Rich Catechins Are Effective in Lowering Cholesterol and Triglyceride Concentration in Hyperlipidemic Rats. Springer Science & Business Media2008; 43; 419-29.
7.      Bursill, Christina A., Paul D, Roach. 2007. A green tea catechin extract upregulates the hepatic low-density lipoprotein receptor in rats. Applied Sciences, School of Environmental and Life Sciences. Volume 42 (7) : 621-7.
8.      Kuhn DJ., Burns AC., Kazi A., Dou QP. 2004. Direct inhibition of the ubiquitin-proteasome pathway by ester bond-containing green tea polyphenols is associated with increased expression of sterol regulatory elementbindingprotein 2 and LDL receptor. Biochim Biophys Acta1682(1-3): 1-10.
9.      Sriwahyuni, Endang., Puspita, Theresia., Putranti, Hippolyta Antari Puspa. 2007. Pengaruh Pemberian teh Hijau terhadap Kadar kolesterol LDL dan HDL pada tikus putih (Rattus norvegicus stain wistar). Majalah Kesehatan FKUB. Volume 3, Nomor 1
10.  Chacko, Sabu M., Thambi, Priya T., Kuttan, Ramadasan., Nishigaki, IKuo. 2010. Beneficial effects of green tea: A literature review. Chinese Medicine 2010, 5:13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar