PENGARUH
EKSTRAK TEH HIJAU TERHADAP KADAR LDL DAN HDL
PADA
TIKUS RATTUS
NORVEGICUS YANG DI PAPAR DMPA
Oleh:
Elly
Susilawati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Ekstrak teh Hijau terhadap kadar LDL dan HDL pa tikus yang di papar
DMPA. Penelitian ini merupakan penelitian True Experimentalyang dilakukan
di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Menggunakan tikus (Rattus norvegicus)dengan membagi tikus menjadi lima kelompok
perlakuan : 1) Kelompok kontrol negatif, tikus hanya diinjeksi dengan saline
2,7 mg/ekor/minggu selama 4 minggu masa perlakuan, 2) Kelompok kontrol positif,
tikus diinjeksi dengan DMPA sebanyak 2,7 mg/ekor/minggu selama 4 minggu
perlakuan, 3) kelompok perlakuan 1, tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan
dosis 10,8 mg/ekor/hari ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu, 4)
kelompok perlakuan 2, tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 21,6
mg/ekor/hari ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu, dan 5) kelompok
perlakuan 3, tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 43,2 mg/ekor/hari
ditambah dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu. Pengukuran kadar LDL dan HDL dengan
metode Spektrofotometri menggunakan EnzyChrom HDL and LDL/VLDL Assay Kit
(EHDL-100). Data hasil pengamatan dianalisa dengan uji ANOVA. Ekstrak teh hijau mampu menurunkan kadar LDL
terendah pada dosis 43,2 mg/ekor/hari (64.3±29.8mg/dl)
bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Ekstrak teh hijau juga
mampu menaikkan kadar HDL tertinggi pada dosis 43,2 mg/ekor/hari (301.7±48.3mg/dl) bila dibandingkan dengan kelompok
perlakun lainnya. Ekstrak teh hijau dapat menurunkan kadar LDL dan manaikkan
kadar HDL pada tikus Rattus norvegicus yang di papar DMPA.
Kata Kunci : DMPA, Ekstrak teh hijau, LDL, HDL.
PENDAHULUAN
Kontrasepsi suntik yang banyak diminati oleh wanita usia subur
yang berstatus kawin adalah depo medroksi progesteron asetat (DMPA) yang
disuntikkan setiap 3 bulan. Penggunaan DMPA mempunyai efek samping seperti
sering terjadinya gangguan haid (perdarahan dan amenorea), kenaikan berat
badan, perubahan pada lipid serum, menurunnya kepadatan tulang (densitas),
kekeringan pada vagina. Penggunaan kontrasepsi suntikan DMPA jika rutin
dilakukan selama 1 tahun lebih akan mengakibatkan perubahan pada kadar serum profil
lipid dengan penjabaran terjadinya kenaikan kadar Low Density Lipoprotein (LDL)
dan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL), serta hal tersebut akan
menyebabkan perubahan pada kadar serum peroksidase (MDA mengalami kenaikan,
Glutation mengalami penurunan). 1,2
Kontrasepsi suntikan DMPA yang mengandung progesterone
mengakibatkan terjadinya penurunan kadar estrogen yang dapat berpengaruh pada
metabolisme lemak melalui kadar LDL dan HDL. Kolesterol HDL bersifat
Antiatherogenik sedangkan kolesterol LDL mempunyai sifat sebaliknya.Kadar
kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya
penimbunan kolesterol di perifer dan arteria koronia yang dapat menimbulkan
penyakit kardiovaskuler.3
Keuntungan yang diperoleh
perempuan pengguna kontrasepsi DMPA ini antara lain : sangat efektif dalam
pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak mengganggu dalam hubungan suami
istri, mencegah terjadinya kanker endometrium dan kehamilan ektopik, mencegah
terjadinya penyakit radang panggul, menurunkan resiko penyakit anemia bulan
sabit, dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause. Selain
itu DMPA meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui, hal ini sangat
berbeda terhadap efek dari kontrasepsi oral kombinasi (Speroff and Darney,
2005).
Selain mempunyai
kelebihan kontrasepsi ini juga mempunyai keterbatasan dalam penggunaannya yaitu
: berubahnya perdarahan haid (perdarahan bercak tak beraturan sering terjadi
diawal pemakaian untuk sebagian besar perempuan), penambahan berat badan,
walaupun kehamilan tidak terjadi namun jika terjadi lebih besar kemungkinan
kehamilan ektopik, pemulihan kesuburan rata-rata 7-9 bulan setelah penghentian
(Handayani, 2010). Efek keterbatasan penggunaan DMPA menurut Speroff and Fritz,
(2005) antara lain tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual (hepatitis B dan HIV), terjadinya perubahan lipid serum,
penurunan kepadatan tulang (densitas), kekeringan vagina, penurunan libido,
sakit kepala dan jerawat jika digunakan
dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian WHO dalam Speroff and Darney
(2005) alasan medis yang banyak dilaporkan untuk penghentian DMPA pada dua
tahun pertama adalah nyeri kepala, terjadinya peningkatan berat badan, pusing,
nyeri abdomen dan cemas.
Selain memiliki
efek kontrasepsi, penggunaan kontrasepsi suntik khususnya DMPA juga memiliki
pengaruh terhadap metabolisme lemak, khususnya lipoprotein. Perubahan yang
terjadi pada metabolisme lemak ini menyebabkan gangguan keseimbangan fraksi
lemak darah (naik – turunnya kadar HDL, LDL dan total kolesterol) karena adanya
pengaruh hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi suntikan (Baziad, 2008).
Kontrasepsi
suntikan progestin DMPA dapat digunakan oleh perempuan-perempuan dengan kondisi
sebagai berikut : perempuan dengan usia reproduksi, perempuan nulipra dan
perempuan yang telah memiliki anak, perempuan yang menghendaki kontrasepsi
jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi, Perempuan yang sedang menyusui,
perempuan yang setelah mengalami abortus atau keguguran, perempuan yang telah
memiliki banyak anak tetapi tidak menghendaki tubektomi, perempuan perokok,
perempuan dengan masalah gangguan pembekuan darah atau perempuan dengan anemia
bulan sabit, perempuan yang menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan
barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin), perempuan yang tidak dapat
memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, perempuan yang sering lupa
menggunakan pil kontrasepsi, perempuan dengan anemia defisiensi besi, dan perempuan
mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi. Selain itu terdapat beberapa wanita yang tidak boleh
menggunakan kontrasepsi suntikan progestin DMPA misalnya perempuan hamil atau
dicurigai hamil, perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
terutama amenorrea, perempuan yang menderita kanker payudara atau riwayat
kanker payudara, perempuan dengan diabetes mellitus disertai komplikasi
(Haryani, et al, 2010).
Daun teh mengandung 30 – 40% polifenol yang sebagian
besar dikenal sebagaikatekin.Katekin adalah antioksidan yang kuat, lebih kuat
dari pada vitamin E, C dan betakaroten. Didalam teh terdapat beberapa jenis
katekin, yaitu Epikatekin (EC), Epikatekin Galat (ECG), Epigallokatekin (EGC),
Epigallokatekin gallat (EGCG), gallokatekin dan katekin. Secara medis senyawa
katekin teh hijau memiliki banyak manfaat seperti dapat mengurangi resiko
kanker, tumor, menurunkan kolesterol darah, mencegah tekanan darah tinggi,
membunuh bakteri dan jamur, membunuh virus-virus influenza, dan menjaga nafas
dari bau busuk/halitosisi.Mekanisme pencegahan terhadap terjadinya penyakit
kardiovaskular oleh ekstrak teh hijau adalah dengan menghambat penyerapan
kolesterol dan penggumpalan sel-sel platelet.Selain itu teh hijau juga mampu
melindungi terhadap oksidasi LDL-kolesterol oleh radikal bebas.4
Beberapa
studi menunjukkan bahwa teh hijau dapat menurunkan kadar LDL dan meningkatkan
kadar HDL dalam serum darah dengan cara EGCG yang terdapat dalam teh hijau menghambat
aktifitas asetil KoA karboksilase dalam siklus biosintesis asam lemak, sehingga
dapat menurunkan akumulasi triasilgliserol (trigliserida) dan kolesterol pada
jaringan lemak. EGCG mempunyai efek hipokolesterolemik, Karena EGCG menekan
absorpsi kolesterol di dalam usus.5
BAHAN
DAN METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah true experimental (eksperimental sesungguhnya)
dengan dipilih pendekatan post test only control group design di Laboratorium Fisiologi fakultas Kedokteran
Universitas brawijaya malang pada 1 Oktober – 5 Novembe 2014. Sampel yang
digunakan adalah tikus (Rattus
norvegicus) betina. Tikus dibagi menjadi lima kelompok perlakuan : 1) Kelompok
kontrol negatif dimana tikus hanya diinjeksi dengan saline 2,7 mg/ekor setiap
satu kali dalam seminggu selama 4 minggu masa perlakuan, 2) Kelompok kontrol
positif dimana tikus diinjeksi dengan DMPA sebanyak 2,7 mg/ekor setiap satu
kali dalam seminggu selama 4 minggu perlakuan, 3) kelompok perlakuan 1 dimana
tikus di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 10,8 mg/ekor/hari ditambah
dengan suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu, 4) kelompok perlakuan 2 dimana tikus
di berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 21,6 mg/ekor/hari ditambah dengan
suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu, dan 5) kelompok perlakuan 3 dimana tikus di
berikan Ekstrak teh hijau dengan dosis 43,2 mg/ekor/hari ditambah dengan
suntikan DMPA 2,7 mg/ekor/minggu.
Alat yang
digunakan meliputi seperangkat alat bedah steril, timbangan analitik, sonde,
gelas ukur, spuit, tabung, Camera digital, EnzyChrom HDL and LDL/VLDL Assay Kit
(EHDL-100) yang meliputi PBS 1,5 ml, Assay Buffer 20 ml, NADSolution 2 ml,
Precipitation Reagent 1,5 ml, Enzyme Mix 120 uL, Standard 1 ml/300 mg/dl.
Prosedur Pemberian Ekstrak Teh Hijau Berbagai Dosis
Pemberian ekstrak teh hijau
dilakukan melalui spuit 3 cc yang diujungnya di pasang platinadengan metode
sonde sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Spuit tersebut diisi dengan
ekstrak teh hijau kemudian dimasukkan ke dalam mulut melalui langit-langit
secara perlahan sampai ke faringlalu ke esophagus, kemudian setelah selesai
spuit yang ujungnya diberi platina tersebut dikeluarkan.
Ekstrak teh
hijau diperoleh dengan mengekstrak daun teh kering yang berasal dari perkebunan
teh wonosari lawang, dan di ekstrak di laboratorium Kimia Politeknik Negeri
Malang (Polinema). Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Metode
maserasi adalah proses mengekstrak menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar.
Kelompok
perlakuan dipapar dengan berbagai dosis Ekstrak teh hijau dengan dosis 10,8 mg/ekor/hari, 21,6 mg/ekor/hari, dan 43,2 mg/ekor/hari
selama 28 hari. Ekstrak teh hijau yang di gunakan adalah daun teh hijau kering merk
dagang Katekin (camellia sinensis) Green
Tea dalam kemasan plastik berisi 80 gram yang di dapatkan dari Kebun Teh
Wonosari Lawang – Jawa Timur. Untuk mepermudah proses pemberian per oral daun
kering teh hijau di proses dengan metode maserasi agar menjadi Ekstrak,
kemudian diberikan per oral dengan diencerkan menggunakan aquades. Proses
pemberian Ekstrak teh hijau per oral menggunakan metode sonde yang diberikan
dalam waktu 28 hari dan diberikan satu kali sehari diluar pemberian pakan
standar.
Pada hari ke 29
dilakukan terminasi untuk pengambilan serum darah tikus dan kemudian dilakukan
pengukuran kadar LDL dan HDL dengan metode Spektrofotometri. Pengukuran kadar
LDL dan HDL menggunakan EnzyChrom HDL and LDL/VLDL Assay Kit (EHDL-100) buatan
BioAssay Systems, U.S.A.
Prosedur Pengukuran LDL dan HDL
Memasukkan 20 uL serum ke dalam
centrifuge1,5 mL tabung, tambahkan 20 uL Reagent. Vortex untukmencampur
centrifuge 5 menit pada 9.500 xg.Memasukkan24uLsupernatanke
dalam tabungbersih,tambahkan96uLAssayBuffer.Beri Labeltabung"HDL".Menghapus semua supernatan
yang tersisa dari pelet secara hati-hati.Memasukkan40 uL PBS untuk pelet dan
campur dengan pipetting lakukan secara berulang.Masukkan campuran 24 mL ke
dalam tabung lain yang bersih,tambahkan 96 uL Assay Buffer.Beri Label tabung
"LDL / VLDL".Dalamtabungketiga, masukkan12uLsampelserumdan adukdengan108uLAssayBuffer.
Beri Labeltabung"Total".KolesterolStandar:
Masukkan12uL300mg/dLkolesteroldan campurdengan108uLAssayBuffer.
Beri Labeltabung"Standard".Masukkan50uLAssayBuffer("Kosong"),
50uLStandard, 50uL"Total",
50μL"HDL" dan50uL"LDL
/VLDL" ke dalam sumurplateyang
terdiri dari 96-well. SiapkancukupReagent.
Untuk setiapreaksi, campurkan50uLAssayBuffer,
18uLNADSolusidan1uLEnzymeMix. Masukkan60uLReagenuntukmasing-masingreaksi
kemudian aduk rata.Inkubasi30menit pada suhu kamar. BacanilaiODdengan
gelombang340nm
pada spectrofotometer.Lakukan penghitungan terhadap kadar
LDL dan Kadar HDL.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data
dilakukanbeberapa tahapan penghitungan.
Adapun tahapantersebut berturut-turut yaitu (1) uji
normalitas data sampel dengan uji Shapiro-Wilk, (2) uji Anova
One Way(uji F) (bila data terdistribusi normal) atau uji Kruskal Wallis(bila
data tidak terdistribusi normal). Semua penghitungan dilakukan dengan bantuan piranti lunak
(soft-ware) SPSS for Windows 19.0. Secara lengkap dijelaskan di bawah ini.
Uji prasyarat parametrik
Untuk membuktikan hipotesis penelitian yang
telah diajukan maka dipilih pendekatan uji statistik yang digunakan yaitu uji
statistika parametrik. Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan uji
pada statistika parametrik, maka data akan dianalisis terlebih dahulu dengan
uji prasyarat parametrik, yaitu data sampel dari variabel terukur diuji terlebih
dahulu apakah data tersebar atau terdistribusi normal. Uji normalitas data
dalam penelitian ini digunakan uji Shapiro-Wilk. Pada uji ini
kriteria keputusan dengan melihat nilai probabilitas kesalahan empirik pada
nilai Sig atau dikenal dengan p-value. Jika nilai Sig atau p-value menunjukkan
nilai yang lebih besar dari taraf signifikansi
= 0.05, maka disimpulkan data terdistribusi
normal, sehingga uji parametrik dapat digunakan. Sedangkan jika nilai Sig atau
p-value menunjukkan nilai yang lebih kecil dari taraf signifikansi
= 0.05, maka disimpulkan data tidak
terdistribusi normal, sehingga uji parametrik tidak dapat digunakan (Santoso,
2005). Adapun variabel terukur yang diuji dengan uji prasyarat parametrik
adalah data kadar LDL dan kadar HDL.
Uji Anova One
Way
Pengujian dengan Anova One
Way(uji F) digunakan untuk membandingkan rerata variabel terukur antara
kelompok kontrol positif (paparanDMPA dengan dosis 2,7 mg) dengan kelompok perlakuan (ekstrak teh hijau + DMPA). Analisis ini dilakukan yaitu terhadap
data kadar LDL
dan kadar HDL. Tujuan teknik analisis ini digunakan adalah untuk mengetahui ada
atau tidak ada pengaruh pemberian ekstrak teh hijau pada tikus yang
juga diberi DMPA. Jika pada uji Anova One Wayini menghasilkan kesimpulan Ho ditolak atau
kesimpulan ada perbedaan yang bermakna (signifikan), maka analisis dilanjutkan dengan uji perbandingan
berganda, yaitu dipilih uji Beda Nyata Terkecil/BNT (Least Significant Difference/LSD)(Steel
dan Torrie, 1995).
Tujuan digunakan uji LSD adalah untuk menemukan dosis ekstrak teh hijau berapa
yang paling berpengaruh terhadap kadar LDL dan kadar HDL pada tikus (Rattus Norvegicus).
HASIL
Pada hari ke 29
dilakukan terminasi untuk pengambilan serum darah tikus dan kemudian dilakukan
pengukuran kadar LDL dan HDL dengan metode Spektrofotometri. Pengukuran kadar
LDL dan HDL menggunakan EnzyChrom HDL and LDL/VLDL Assay Kit (EHDL-100) buatan
BioAssay Systems, U.S.A.
Hasil Uji Kadar LDL Berdasarkan Dosis Ekstrak Teh
Hijau
Berdasarkan hasil uji Anova
one way pada data kadar LDL diperoleh ada
perbedaan yang bermakna rerata kadar LDL kelima
kelompok sampel pengamatan, hal ini
ditunjukkan dengan nilai p-value = 0.000<
(Lampiran 2). Selanjutnya pada uji perbandingan berganda dengan uji Beda Nyata Terkecil/BNT (Least Significant Difference/LSD)diperoleh dan ditampilkan secara lengkap disajikan pada tabel di bawah ini.
Ket:
Pada rerata±sd jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan
yangbermakna (p-value<0 .05="" dan="" huruf="" jika="" memuat="" sama="" span="" yang=""> 0>
berarti tidak ada perbedaan yang bermakna (p-value>0.05).
K
(-) :Hanya di beri saline 2,7 mg/ekor tanpa DMPA dan Ekstrak teh hijau
K
(+) :Diberi DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) saja 2,7 mg/ekor
tanpa
Ekstrak The hijau, 1x dalam seminggu selama 4 minggu
P1 :Diberi
DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
10,8
mg/ekor setiap hari selama 4 minggu
P2 :Diberi
DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
21,6
mg/ekor setiap hari selama 4 minggu
P3 :Diberi
DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
43,2
mg/ekor setiap hari selama 4 minggu
Tabel 1
menunjukkan ada perbedaan bermakna p-value
= 0.000<
penurunan rerata kadar LDL antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada
kelompok kontrol positif 276±62.7 mg/dl lalu berangsur menurun dengan semakin
tingginya dosis sehingga didapatkan rerata kadar LDL terendah pada dosis 43,2
mg/ekor/hari sebesar 64.3±29.8mg/dl.
Gambar 1 Histogramrerata kadar LDL
Gambar 1
menunjukkan ada perbedaan bermakna p-value
= 0.000<
penurunan rerata kadar LDL antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada
kelompok kontrol positif 276±62.7 mg/dl lalu berangsur menurun dengan semakin
tingginya dosis sehingga didapatkan rerata kadar LDL terendah pada dosis 43,2
mg/ekor/hari sebesar 64.3±29.8mg/dl.
Hasil Uji Kadar HDL Berdasarkan Dosis Ekstrak Teh
Hijau
Berdasarkan
pengujian Anova didapatkan rerata kadar HDL berdasarkan dosis Ekstrak teh hijau
dapat dilihat pada table 2 dibawah ini
Keterangan : Pada rerata±sd jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan yangbermakna (p-value<0 .05="" ada="" bermakna="" dan="" huruf="" i="" jika="" memuat="" perbedaan="" samaberarti="" tidak="" yang="">p-value0>
K
(-) : Hanya di beri saline 2,7 mg/ekor tanpa DMPA dan Ekstrak teh hijau
K
(+) : Diberi DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) saja 2,7mg/ekor
tanpa Ekstrak The hijau, 1x
dalam seminggu selama 4 minggu
Perlakuan
1 : Diberi
DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
10,8 mg/ekor setiap hari
selama 4 minggu
Perlakuan
2 : Diberi
DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
21,6 mg/ekor setiap hari
selama 4 minggu
Perlakuan
3 : Diberi
DMPA 2,7 mg/ekor setiap minggu dan diberi Ekstrak teh hijau
43,2 mg/ekor setiap hari
selama 4 minggu
Tabel 2
menunjukkan ada perbedaan bermakna p-value
= 0.000<
peningkatan rerata kadar HDL antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada
kelompok kontrol positif 591±17.8mg/dl lalu berangsur menurun dengan semakin
tingginya dosis kemudian meningkat kembali sehingga didapatkan rerata kadar HDL
tertinggi pada dosis 43,2 mg/ekor/hari sebesar 301.7±48.3mg/dl.
Gambar 2 Histogramrerata
kadar HDL
Gambar 2
menunjukkan ada perbedaan bermakna p-value
= 0.000<
peningkatan rerata kadar HDL antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis. Tampak rerata tertinggi pada
kelompok kontrol positif 591±17.8mg/dl lalu berangsur menurun dengan semakin
tingginya dosis kemudian meningkat kembali sehingga didapatkan rerata kadar HDL
tertinggi pada dosis 43,2 mg/ekor/hari sebesar 301.7±48.3mg/dl.
DISKUSI
EGCG dalam teh hijau telah terbukti dapat
menghambat penyerapan kolesterol dan menurunkan konsentrasi plasma kolesterol,
dengan cara meningkatkan pembersihan pada kolesterol dan meningkatkan ekspresi
reseptor LDL. Karena ekspresi reseptor LDL ini merupakan mekanisme utama dalam
sirkulasi kolesterol.EGCG mampu meningkatkan ekspresi reseptor LDL dengan cara
up-regulasi transkipsi gen reseptor LDL. Selain itu EGCG dapat mengikat
reseptor LDL.6 ,7, 8
pemberian teh hijau terhadap kadar kolesterol
lDL dan HDL pada tikus putih didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan kadar LDL
secara signifikan pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Aktivitas antioksidan teh hijau mampu melindungi terjadinya oksidasi
LDLsehingga dapat mencegah atau menghambat terjadinya penyakit. Penurunan kadar
LDL akibat dari teh hijau diduga karena EGCG dalam teh hijau mampu mencegah
percepatan oksidasi kolesterol LDL sehingga dapat menvegah penyumbatan pembuluh
darah. 4, 9
Ekstrak teh hijaulebihstabil daripada
hanya salah satu kandunganmurni dalam teh hijau. Misalnya epigallocatechin gallate, salah satu unsurutamateh
hijau. Hal ini dikarenakan adanyaantioksidanlainnya
yang bekerja sama secara konstituendalam
ekstrak. Secara umum, obat-obatanherbaladalah campurankompleks dari senyawayang
berbeda yangsering bertindaksecarasinergisuntuk mengerahkanefek yang menguntungkan secara penuh. 10
Ekstrak
teh hijau telah terbukti menurunkan kadar LDL dan HDL pada tikus yang di papar
DMPA, hal ini di tunjukkan dengan bukti secara ilmiah hasil penelitian
berdasarkan dosis yang bertingkat setelah di uji secara statistik mendapatkan
hasil yang bermakna.
KESIMPULAN
Ekstrak
teh hijau terbukti berpengaruh terhadap
penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL pada tikus Rattus norvegicusyang di papar DMPA.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Saifuddin,
Abdul Bari. 2003. Buku panduan praktis
pelayanan kontrasepsi. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
2.
Faddah, L M.,
Al-Rehany, M A., Abdel-Hamid, N M., and Bakeet, A A. 2005. Oxidative Stress,
Lipid profile and Liver Functions in Average Egyption Long Term Depo Medroxy
Progesterone Acetate (DMPA) Users. Molecules
2005, 10, 1145-1152.
3.
Dasuki,
Djaswadi., Sanger, Olga., Sudradjat, flourisa J., Pamuji, Enny S. 2008.
Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Planibu Versus Depo Progestin Terhadap Fungsi
Hepar Dan Profil Lipid. Berita kedokteran
Masyarakat Vol. 24 No 3
September 2008 halaman 156-161.
4.
Syah, Andi Nur
Alam. 2006. Taklukkan Penyakit Dengan Teh
Hijau. PT Argomedia Pusaka. Jakarta
5. Dewi, Kartika. 2008. Pengaruh
Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis var. Assamica) terhadap Penurunan
Berat Badan, Kadar Trigliserida dan Kolesterol Total pada Tikus Jantan Galur
Wistar. Jurnal Kesehatan Masyarakat
vol 7 No 2.
6. Lee, Sang Min., Kim, Chae Wook., Kim, Jung Kee., Shin, Hyun Jung.,
and Baik, Joo Hyun. 2008. GCG-Rich Catechins Are Effective in Lowering
Cholesterol and Triglyceride Concentration in Hyperlipidemic Rats. Springer
Science & Business Media2008;
43; 419-29.
7.
Bursill,
Christina A., Paul D, Roach. 2007. A green tea catechin extract upregulates the hepatic low-density
lipoprotein receptor in rats. Applied
Sciences, School of Environmental and Life Sciences. Volume 42 (7) : 621-7.
8.
Kuhn DJ., Burns AC., Kazi A., Dou
QP. 2004. Direct inhibition of the ubiquitin-proteasome pathway by ester
bond-containing green tea polyphenols is associated with increased expression
of sterol regulatory elementbindingprotein 2 and LDL receptor. Biochim Biophys Acta1682(1-3): 1-10.
9. Sriwahyuni, Endang., Puspita,
Theresia., Putranti, Hippolyta Antari Puspa. 2007. Pengaruh Pemberian teh Hijau
terhadap Kadar kolesterol LDL dan HDL pada tikus putih (Rattus norvegicus stain wistar). Majalah Kesehatan FKUB. Volume 3, Nomor 1
10.
Chacko, Sabu M., Thambi, Priya T.,
Kuttan, Ramadasan., Nishigaki, IKuo. 2010. Beneficial
effects of green tea: A literature review. Chinese
Medicine 2010, 5:13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar