PERBEDAAN
EFEKTIFITAS AIR PERASAN DAN AIR REBUSAN DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI
UNTUK MEMBUNUH
JENTIK AEDES AEGYPTI
Oleh:
Sofia dan
Kartini
Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Aceh
ABSTRAK
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah
dengue (DBD). Untuk menanggulangi penyakit demam berdarah dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan menurunkan populasi nyamuk Aedes aegypti
dengan pemanfaatan larvasida alami, salah satunya yaitu tumbuhan sirsak (Annona muricata L.). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan efektifitas air perasan dan
air rebusan daun sirsak sebagai larvasida alami untuk membunuh jentik Aedes aegypti. Metode yang digunakan yaitu eksperimen.
Sampel yang digunakan adalah larva Aedes aegypti sebanyak 480 ekor pada
konsentrasi 5% (25ml), 10% (50ml), dan 15% (75ml). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan stastistik uji anova satu arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pada pemberian air
perasan dan air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) dengan konsentrasi dan
jenis perlakuan yang berbeda pada jumlah kematian jentik Aedes aegypti dengan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p
< 0,05). Kesimpulan diperoleh bahwa tidak ada
perbedaan efektifitas air perasan dengan air rebusan daun sirsak terhadap
kematian jentik Aedes aegypti berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai
p 0,26. Masyarakat dapat menerapkan upaya pengendalian terhadap vektor penyakit
demam berdarah dengan memanfaatkan daun sirsak yang mudah didapatkan
dilingkungan.
Kata Kunci: Larvasida,
daun sirsak, Larva Aedes aegypti
PENDAHULUAN
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa
serangga dikenal sebagai arthropodborne disease
atau sering juga disebut sebagai vectorborne
disease. Penyakit ini merupakan penyakit yang penting dan seringkali
bersifat endemis maupun epidemis dan dapat menimbulkan bahaya kematian, antara
lain demam berdarah dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini hidup di
sekitar daerah perumahan dan berkembang biak dalam berbagai macam tempat
penampungan air sekitar rumah. Larvanya tumbuh subur sebagai pemakan zat
organik yang terdapat di dasar penampungan air bersih atau zat organik yang
terdapat dalam air kotor.[1]
Cara yang tepat
guna untuk menanggulangi penyakit ini secara tuntas adalah memberantas vektor/
nyamuk penular, salah satunya dengan memanfaatkan insektisida nabati. Indonesia
memiliki keanekaragaman tumbuhan yang memiliki bahan aktif sebagai insektisida
nabati, salah satunya yaitu tumbuhan sirsak (Annona muricata L.), selain sudah terbukti dapat membunuh larva nyamuk, daun sirsak
tentunya aman terhadap manusia ataupun organisme lain, selain itu bahan juga
mudah didapat, dan diharapkan dapat memberi dampak positif pada kesehatan
manusia. Bahan aktif yang terkandung dalam tumbuhan ini terdapat pada buah yang
mentah, biji, akar, dan daunnya mengandung bahan aktif annonain, saponin,
flavonoid, dan tanin. Selain itu, bijinya mengandung minyak antara 42-45%. Daun
dan bijinya dapat berperan sebagai insektisida dan larvasida repellent (penolak
serangga).[2]
Dari penelitian Haqkiki Harfriani tentang “Efektivitas larvasida ekstrak daun sirsak dalam membunuh jentik nyamuk”,
menunjukkan hasil bahwa penggunaan
larvasida ekstrak daun sirsak lebih efektif dalam menekan jumlah jentik nyamuk
dengan konsentrasi 6,89% dalam waktu 6 jam.[3]
Berdasarkan hasil penelitian Luluk Kusnatin mengenai Konsentrasi dan
waktu pendedahan efektif ekstrak daun sirsak (Annona muricata) sebagai
larvasida hayati jentik Aedes aegypti”. menunjukkan
bahwa ekstrak daun Annona muricata memiliki daya bunuh terhadap jentik Aedes
aegypti sebanyak 90% (LC90) pada konsentrasi 459,82 ppm dengan waktu
pendedahan 24 jam.[4]
Dari uraian diatas menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Annona
muricata diikuti dengan semakin tingginya daya bunuh terhadap jentik Aedes
aegypti. Meningkatnya daya bunuh ini disebabkan karena senyawa yang bersifat
toksik yang ada dalam ekstrak daun Annona muricata Senyawa tersebut
antara lain annonasin dan squamisin yang termasuk dalam golongan asetogenin.
Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin
memiliki keistimewaan sebagai anti-feedent.
Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman
yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang
bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya.[5]
Mengingat
dengan meningkatnya kasus demam berdarah di Aceh tahun 2014 yang mencapai 2.208
kasus dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 1.369 kasus.[6] Maka
perlu dilakukan pengendalian vektor penyebab demam berdarah, salah satunya
dengan memanfaatkan tumbuhan sirsak sebagai insektisida nabati. Berdasarkan uraian
tersebut penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Perbedaan efektifitas
air perasan dan air rebusan daun sirsak (Annona
muricata L.) sebagai larvasida alami untuk membunuh jentik Aedes aegypti dengan berbagai
konsentrasi, sehingga dapat diketahui pengaruh air perasan dan air rebusan daun
sirsak (Annona muricata L.) terhadap
jumlah kematian jentik Aedes aegypti.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian adalah studi eksperimental, untuk melihat perbedaan konsentrasi yang
paling efektif antara air perasan daun sirsak (Annona muricata L.) dan air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) dalam membunuh
jentik Aedes aegypti.
Objek
penelitian adalah air perasan daun sirsak (Annona
muricata L.) dan air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) pada konsentrasi 5% (25ml), 10% (50ml), dan 15%
(75ml) dengan jumlah total konsentrasi adalah 500ml sebagai larvasida alami
untuk membunuh jentik Aedes aegypti.
Penentuan
konsentrasi air perasan dan air rebusan daun sirsak dilakukan dengan
pengenceran dari masing-masing bahan. Untuk memperoleh total larutan dengan
jumlah 500 ml maka hasil pengenceran air perasan daun sirsak dengan air adalah
sebagai berikut:
Konsentrasi (%)
|
Komposisi
|
|
Air perasan daun sirsak (ml)
|
Air (ml)
|
|
0
|
0
|
500
|
5
|
25
|
475
|
10
|
50
|
450
|
15
|
75
|
425
|
Untuk pengenceran
air rebusan juga dilakukan seperti pengenceran air perasan.
Analisis data dengan menggunakan uji
anova satu arah dan dilanjutkan dengan uji Least Significant Different (LSD) menggunakan SPSS.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Analisis Anova jumlah kematian
jentik Aedes aegypti yang diberi air
perasan daun sirsak
Variabel
|
Mean
|
Std.
Deviation
|
95% CI
|
P value
|
|
Lower
|
Upper
|
||||
Kontrol
|
0,00
|
0,000
|
0,00
|
0,00
|
|
5%
(25 ml)
|
6,67
|
1,155
|
3,80
|
9,54
|
|
10%
(50 ml)
|
9,33
|
1,155
|
6,46
|
12,20
|
0,000
|
15%
(75 ml)
|
11,67
|
1,528
|
7,87
|
15,46
|
|
Total
|
4,660
|
4,660
|
3,96
|
9,88
|
Tabel di atas
memperlihatkan bahwa tingkat kematian jentik Aedes aegypti yang tertinggi
terdapat pada konsentrasi 15% (75 ml) dalam 500 ml air dengan jumlah rata-rata
kematian jentik yaitu 11,67. Sedangkan tingkat kematian yang terendah terdapat
pada konsentrasi 5% (50 ml) dengan jumlah kematian rata-rata yaitu 6,67.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi kematian karena percobaan
dilakukan disuhu ruangan, sehingga jentik Aedes
aegypti dapat bertahan hidup pada kondisi tersebut. Dari hasil perhitungan
Anova konsentrasi air perasan daun sirsak diperoleh nilai p 0,000 (< 0,05)
artinya ada pengaruh yang signifikan pada berbagai konsentrasi air perasan daun
sirsak (Annona muricata L.) terhadap
kematian jentik Aedes aegypti.
Tabel
2. Jumlah kematian jentik Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi
air rebusan daun sirsak (Annona muricata
L.)
Variabel
|
Mean
|
Std.
Deviation
|
95% CI
|
P value
|
|
Lower
|
Upper
|
||||
Kontrol
|
0,00
|
0,000
|
0,00
|
0,00
|
0,000
|
5% (25 ml)
|
5,00
|
1,000
|
2,52
|
7,48
|
|
10% (50 ml)
|
6,67
|
1,155
|
3,80
|
9,54
|
|
15% (75 ml)
|
8,33
|
1,528
|
4,54
|
12,13
|
|
Total
|
5,00
|
3,384
|
2,85
|
7,15
|
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kematian jentik Aedes aegypti yang tertinggi
terdapat pada konsentrasi 15% (75 ml) dalam 500 ml air dengan jumlah rata-rata
kematian jentik yaitu 8,33. Sedangkan tingkat kematian yang terendah terdapat
pada konsentrasi 5% (50 ml) dengan jumlah kematian rata-rata yaitu 5,00.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi kematian
karena percobaan dilakukan disuhu ruangan, sehingga jentik Aedes aegypti dapat bertahan hidup pada kondisi tersebut. Dari
hasil perhitungan anova didapatkan nilai p 0,000 (<0,05) sehingga dapat
dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada tiap-tiap konsentrasi air
rebusan daun sirsak (Annona muricata
L.) terhadap kematian jentik Aedes
aegypti.
Dari Analisis Least Significant
Different (LSD) pada air
perasan daun sirsak dapat
disimpulkan bahwa pada berbagai konsentrasi air perasan daun sirsak ada
perbedaan jumlah kematian jentik Aedes aegypti dengan nilai sig <0,05. Sedangkan untuk air rebusan, berdasarkan perhitungan
Least Significant Different (LSD) tidak ada perbedaan untuk hasil uji antara
konsentrasi 10% dengan konsentrasi 15% dengan nilai
rata-rata yang didapat adalah 1,66* dan nilai signifikan
0,095 (>0,05) yang berarti tidak ada
perbedaan konsentrasi air rebusan daun sirsak pada konsentrasi 10%
dan 15% terhadap jumlah kematian larva Aedes aegypti .
Selanjutnya
dilakukan uji T.Test untuk melihat
adakah perbedaan efektifitas antara dua perlakuan yaitu air perasan dan air
rebusan daun sirsak (Annona muricata
L.) dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Hasil
uji T-Test terhadap jumlah kematian rata-rata jentik Aedes aegypti pada air perasan dan air rebusan daun sirsak
Daun
Sirsak
|
N
|
Mean
|
Std.
Deviation
|
P
value 0,261
|
Perasan
|
12
|
6,92
|
4,660
|
|
Rebusan
|
12
|
5,00
|
3,384
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui jumlah rata-rata kematian jentik Aedes aegypti pada percobaan yang
menggunakan air perasan lebih tinggi yaitu 6,92. Sedangkan untuk percobaan yang
menggunakan air rebusan daun sirsak lebih rendah dengan jumlah rata-rata
kematian jentik Aedes aegypti yaitu
5,00. Setelah diuji T-Test maka
diperoleh nilai p 0,261 artinya tidak ada perbedaan efektifitas antara air
perasan daun sirsak dengan air rebusan daun sirsak terhadap kematian jentik Aedes aegypti.
PEMBAHASAN
1.
Air perasan daun sirsak
Pembuatan air perasan daun sirsak dilakukan secara manual dengan
memanfaatkan daun sirsak sebagai bahan utama. Proses pembuatan air perasan daun
sirsak yaitu dengan memeras daun sirsak segar dan dipisahkan dari ampasnya
sehingga didapatkan ekstrak daun sirsak. Hasil yang didapatkan dari perasan
daun sirsak berwarna hijau pekat yang dapat digunakan sebagai larvasida alami
untuk membunuh jentik nyamuk Aedes
aegypti.
Tingkat kematian jentik nyamuk Aedes
aegypti akibat pemberian air perasan daun sirsak (Annona muricata L.) berdasarkan hasil pengamatan dapat dinyatakan
bahwa air perasan daun sirsak (Annona
muricata L.) dapat menyebabkan kematian jentik nyamuk Aedes aegypti mulai dari konsentrasi 5% (25ml)/500ml, 10%
(50ml)/500ml, dan 15% (75ml)/500ml.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa kelompok kontrol tidak terjadi kematian jentik Aedes aegypti. Sedangkan pada konsentrasi 5% tingkat kematian
jentik dapat dimasukkan dalam kategori rendah yaitu dengan jumlah 20 jentik
dengan kematian rata-rata 6,66 jentik. Adapun pada konsentrasi 10%, jumlah
kematian jentik Aedes aegypti semakin
meningkat dari tahapan sebelumnya yaitu 28 jentik dengan kematian rata-rata
9,33 jentik, sedangkan pada konsentrasi 15%, tingkat kematian jentik Aedes aegypti semakin tinggi dari
sebelumnya yaitu sebanyak 35 jentik dengan kematian rata-rata 11,66 jentik.
Berdasarkan hasil analisis anova pada konsentrasi air perasan daun
sirsak diperoleh nilai p 0,000 artinya ada pengaruh yang signifikan pada
berbagai konsentrasi air perasan daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kematian jentik Aedes aegypti.
Hasil uji antara kontrol dengan konsentrasi 5%, kontrol dengan
konsentrasi 10% dan control dengan konsentrasi 15% maka masing-masing diperoleh
signifikan 0,00 (<0,05) artinya ada perbedaan, sedangkan hasil uji antara
konsentrasi 5% dengan konsentrasi 10% diperoleh sig = 0,019 (<0,05) artinya
ada perbedaan, konsentrasi 5% dengan konsentrasi 15% diperoleh sig=0,001
(<0,05) artinya ada perbedaan, dan konsentrasi 10% dengan konsentrasi 15%
diperoleh sig=0,034 (>0,05) artinya ada perbedaan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
efektifitas pada berbagai konsentrasi air perasan daun sirsak. Hasil penelitian ini semakin memperkuat hasil penelitian
yang dilakukan oleh Luluk kusnatin mengenai Konsentrasi dan waktu pendedahan efektif ekstrak daun sirsak (Annona
muricata) Sebagai larvasida hayati jentik Aedes aegypti.4
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa air
perasan daun sirsak dapat dikatakan efektif dalam membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu cara untuk memberantas penyebab
penyakit demam berdarah.
2.
Air rebusan daun sirsak
Pembuatan air
rebusan daun sirsak dilakukan dengan memanfaatkan daun sirsak sebagai bahan
utama. Proses pembuatan air rebusan daun sirsak yaitu dengan merebus daun
sirsak segar selama 30 menit dan dipisahkan dari ampasnya sehingga didapatkan
ekstrak daun sirsak. Air rebusan yang didapatkan berwarna coklat kekuningan dan
lebih jernih dibandingkan air perasan daun sirsak karena sudah melalui proses
perebusan sehingga berwarna lebih terang.
Tingkat
kematian jentik nyamuk Aedes aegypti
akibat pemberian air rebusan daun sirsak (Annona
muricata L.) berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa air rebusan daun
sirsak (Annona muricata L.) dapat
menyebabkan kematian jentik nyamuk Aedes
aegypti mulai dari konsentrasi 5% (25ml)/500ml, 10% (50ml)/500ml, dan 15%
(75ml)/500ml.
Hasil Analisis anova menunjukkan nilai p 0,00 sehingga dapat
dinyatakan bahwa adanya pengaruh pada berbagai konsentrasi air rebusan daun
sirsak (Annona muricata L.) terhadap
kematian jentik Aedes aegypti. Hasil
uji antara kontrol dengan konsentrasi 5%, kontrol dengan konsentrasi 10% dan
kontrol dengan konsentrasi 15% maka masing-masing diperoleh signifikan 0,00
(<0,05) artinya ada perbedaan, sedangkan hasil uji antara konsentrasi 5%
dengan konsentrasi 10%, dan konsentrasi 10% dengan konsentrasi 15% maka
masing-masing diperoleh signifikan >
0,05 artinya ada perbedaan. Sedangkan hasil uji antara konsentrasi 5% dengan
konsentrasi 15% dengan sig = 0,05 menunjukkan masih ada perbedaan.
Hasil uji T-Test yang
digunakan untuk melihat perbedaan efektifitas antara kedua perlakuan maka
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan efektifitas antara air perasan
dengan air rebusan karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua
perlakuan tersebut memiliki daya bunuh yang sama sehingga tidak ada
perbedaan keefektifannya dalam membunuh jentik Aedes aegypti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan larvasida
daun sirsak lebih efektif dalam menekan jumlah jentik nyamuk dibandingkan
sebelum penggunaan larvasida daun sirsak. Hal ini semakin memperkuat hasil
penelitian yang dilakukan oleh Haqkiki Harfriani yang menyatakan bahwa
penggunaan larvasida ekstrak daun sirsak lebih efektif dalam menekan jumlah
jentik nyamuk dibandingkan sebelum penggunaan larvasida ekstrak daun sirsak.3
Meningkatnya
daya bunuh ini disebabkan karena senyawa yang bersifat toksik yang ada dalam daun sirsak. Daun
sirsak mengandung senyawa acetogenin
antara lain asimisin, bulatacin, dan squamosin. Pada konsenterasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti-feedent. Kandungan bahan aktif tersebut membuat hama serangga
tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan
pada konsenterasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan hama
serangga menemui ajalnya.
KESIMPULAN
1.
Terdapat pengaruh
pada tiap-tiap konsentrasi air perasan daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kematian jentik Aedes aegypti.
2.
Terdapat
pengaruh pada berbagai konsentrasi air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kematian
jentik Aedes aegypti.
3.
Tidak ada
perbedaan efektifitas antara air perasan daun sirsak dengan air rebusan daun
sirsak terhadap kematian jentik Aedes
aegypti karena nilai p 0,261 lebih besar dari 0,05. Jadi, kedua perlakuan
tersebut tidak ditemukan perbedaan efektifitas sebagai larvasida alami untuk
membunuh jentik Aedes aegypti.
SARAN
Masyarakat
dapat menerapkan upaya pencegahan penyakit demam berdarah dengan memanfaatkan
daun sirsak sebagai larvasida alami untuk membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti yang mudah didapatkan
dilingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, B. (2006) Pengantar
Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Kardinan, A. (2009) Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk,
Penerbit AgroMedia Pustaka. Jakarta
Harfriani, H. (2012) Efektivitas
Larvasida Ekstrak Daun Sirsak dalam Membunuh Jentik Nyamuk, jurnal : Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Kusnatin, L., Soendjoto,
M.A., Indriyatie, E.R., dan Rohman, T.
(2012) Konsentrasi dan Waktu Pendedahan Efektif Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L) Sebagai Larvasida
Hayati Jentik Aedes Aegypti. Universitas Lambung Mangkurat.
Mardiana, L. & Ratnasari, J. (2013) Ramuan dan Khasiat Sirsak, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Dinkes. (2015) Dinkes Aceh Waspada
Demam Berdarah [internet] akses dari www.acehpress.com/dinkes-aceh-waspada-demam-berdarah
(Diakses 15 Februari 2015).
[1] Chandra, B.
(2006) Pengantar Kesehatan Lingkungan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
[2] Kardinan, A. (2009) Tanaman
Pengusir dan Pembasmi Nyamuk, Penerbit AgroMedia Pustaka. Jakarta
[3] Harfriani, H. (2012) Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Sirsak
dalam Membunuh Jentik Nyamuk,
jurnal : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang.
[4] Kusnatin, L., Soendjoto, M.A., Indriyatie, E.R., dan Rohman, T. (2012) Konsentrasi
dan Waktu Pendedahan Efektif Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L) Sebagai Larvasida Hayati Jentik Aedes Aegypti. Universitas Lambung Mangkurat.
[5] Mardiana, L. & Ratnasari, J. (2013) Ramuan dan Khasiat Sirsak, Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
[6] Dinkes. (2015)
Dinkes Aceh Waspada Demam Berdarah [internet]
akses dari www.acehpress.com/dinkes-aceh-waspada-demam-berdarah (Diakses 15
Februari 2015).