FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN
KADER POSYANDU DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LAMPISANGKECAMATAN
PEUKAN BADA
KABUPATEN ACEH BESAR
Oleh:
Gustiana, Salmiani Abdul Manaf, Fatma S
ABSTRAK
Posyandu
merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
diselenggarakan olehdan bersama masyarakat, dalam rangka memberikan kemudahan memperoleh pelayanan
kesehatan dasar. Keberhasilan kegiatanposyandu
tergantungpadapartisipasiaktifkader. Salah satu dampak kurang
aktifnya kader adalah jumlah kunjungan posyandu rendah yaitu 50%.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu di wilayah Puskesmas Lampisang. Rancangan penelitian ini menggunakanpendekatan cross sectional study.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang tersebar di 12 posyandu .Sample merupakan total populasiberjumlah 51 kader. Analisis data
menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian tidak ada
hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue 1,000 (p>0,05), tidak ada hubungan sikap dengan
keaktifan kader posyandu dengan nilai P value0,148 (p>0,05), tidak ada hubungan umur dengan
keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue0,249 (p>0,05), tidak ada hubungan pekerjaan
dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue0,680 (p>0,05), tidak ada hubungan lama menjadi
kader dengan keaktifan kader posyandu dengan
nilai Pvalue 1,000 (p>0,05), Saran perlu pembinaan dan penyegaran kader posyandu dan peningkatan keaktifan kader di hari sebelum dan sesudah posyandu, terutama dalam memberikan
penyuluhan .
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, pekerjaan, umur, lama menjadi kader
, keaktifan kader
A.
Latar
Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) dan status gizi
merupakan salah satu indikator kesehatan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat di suatu negara. Pada tahun 2012 AKB sebesar 40/1000
kelahiran hidup dan tahun 2017 sebesar 32/1000 kelahiran hidup1. Penduduk Indonesia masih mengalami
berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi tidak seimbang. Berdasarkan
data kementerian kesehatan pada tahun 2016 didapatkan gizi kurang 17,8%,
stunting 27,5%, kurus 11,1% dan gemuk 4,3%. Angka tersebut meningkat di tahun
2017 menjadigizi kurang 17,8%, stunting 29,6%, kurus 9,5% dan gemuk 4,6%2
Posyandu merupakan
bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, dikelola, diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,untuk memberikan kemudahan dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar. Salah satu tugas
di posyandu adalah memantau pertumbuhan dan perkembangan balita3.
Pertumbuhan dan
perkembangan anak mengalami
peningkatan yang pesat pada usiadini (0-5 tahun). Masa ini disebut sebagai fase ”Golden Age”.
Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak secara cermat agar dapat terdeteksi
kelainan sedini mungkin,sehingga
kelainan yang bersifat permanen dapat dicegah4. Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi
pemantauan dari aspek fisik, psikologidan sosial, yang harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan3.
Posyandu merupakan langkah strategis dalam rangka pengembangan
kualitas sumber daya manusia, agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri5. Posyandu dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun
tempatlainnya yang mudah didatangi oleh masyarakat. Manfaat posyandu adalah mendapatkan
informasi dan pelayanan kesehatan untuk bayi, balita dan ibu, pemantauan pertumbuhan
anakbalitasehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk dan penyuluhan
kesehatanberkaitan dengan ibu dan anak6.
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat terutama bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu
menyusui dan pasangan usia subur. Kegiatannya terdiri dari KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare6.Penyelenggaraan
posyandu menggunakan sistem 5
meja, meliputi:Meja 1: pendaftaran balita, ibu
hamil, dan ibu menyusui, Meja 2 penimbangan balita, Meja 3
pencatatan hasil penimbangan, Meja 4 penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan
ibu menyusui, Meja 5 pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit6
Posyandu
di Aceh berjumlah 6484, sedangkan posyandu yang aktif berjumlah 1428(22,02%)1.
Keberhasilan kegiatan posyandu sangat tergantung pada partisipasi aktif kader. Kader merupakan tenaga suka rela yang dipilih
oleh, dari dan untuk masyarakat, bertugas untuk mengembangkan masyarakat.
Kriteria kader antara lain dapat baca, tulis
dengan bahasa Indonesia, mempunyai penghasilan sendiri, tinggal di desa tersebut, aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunan
desanya, dikenal, diterima dan
dapat bekerja sama dengan masyarakat5.
Keaktifan kader dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik dari luar maupun faktor dari dalam dirinya.Faktor yang
mempengaruhi keaktifan kader adalah pengetahuansikap,usia dan lama menjadi kader7,8.Menurut Greenfaktor
yang mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan ditentukan oleh
3 faktor utama yaitu:1) predisposing factorsmeliputi: pengetahuan, pendidikan, sikap, pekerjaan,keyakinan dan fasilitas, 2) enabling factors meliputi: ketersediaan sarana atau prasarana dan fasilitas
kesehatan dan 3)reinforcing factorsmeliputi: sikap dan
prilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan, termasuk
undang-undang, dan peraturan-peraturan baik dari pusat maupun daerah yang
terkait dengan kesehatan9.
Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada terdapat 12 posyandu yang tersebar di 8 desa,
masing-masing desa terdiri dari 4-5kader. Kegiatanposyandudiadakan setiap bulannya, namun target
kunjungan hanya 50% dari target nasional.Dari permasalahan tersebut
diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan Kader posyandu
di wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besarmeliputi pengetahuan,
sikap,umur, pekerjaan dan lama menjadi kader.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di 12 posyandu yang tersebar di 8 desa
yaitu: Rima Keunerom, Beuraden, Rima Jeune, Lampisang, Ajuen, Payating, Lam
Asan dan Keuneue. Penelitian dilakukan bulan September-Oktober 2017.Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Lampisang
Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Sampel dalam penelitian ini adalah
total populasi berjumlah 51 kader.
Jumlah kader tersebut tersebar di 8 desa dengan 12 posyandu terdiri dari
:Rima Keunerom 1 posyandu dengan 3 kader, Beuraden
1 posyandu dengan 5 kader Rima Jeune 2 posyandu dengan 7 kader, Lampisang 1
posyandu dengan 5 kader, Ajuen 3 posyandu dengan 15 kader, Payating 1 posyandu
dengan 5 kader, Lam Asan 2 posyandu dengan 6 kader dan Keuneue 1 posyandu
dengan 3 kader
Instrumen dalam
penelitian ini adalah kuesioner tentang pengetahuan, sikap kader, umur, pekerjaan dan lama bekerja.Peneliti dibantu oleh 8 bidan desa sebagai
enumerator.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.Analisis
Univariat
Tabel1. Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader
Di Wilayah kerja Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh
Besar
No |
Keaktifan
kader |
Frekuensi
|
Persentase(%) |
1 |
Tidak
aktif |
21 |
41,2 |
2 |
Aktif |
30 |
58,8 |
Sumber : data primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan tabel 1 diatas didapatkan dari 51 kader, terdapat 30(58,8%) kader aktif dan 21(41,2%)
kader tidak aktif
Tabel2. Distribusi
Frekuensi Usia, Pekerjaan, Lama Menjadi Kader Posyandu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh
Besar
No |
Keaktifan
kader |
Frekuensi |
Persentase(%) |
1 |
Usia (tahun) Sangat produktif(15-49) Produktif (50-64) |
43 8 |
84,3 15,7 |
2 3 |
Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Lama menjadi kader <5 tahun ≥5 tahun |
45 6 17 34 |
88,2 11,8 33,6 66,4 |
Sumber : data primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan
tabel 2 diatas dapat disimpulkan dari 51 kader, mayoritas kader usia sangat produktif
43(84,3%) dan usia produktif 8 (15,7%). Mayoritas kader tidak bekerja 45(88,2%)
kader yang bekerja 6(11,8%). Lama
bekerja≥5tahun berjumlah 34(66,4%) dan <5tahun berjumlah 17(33,6%).
Tabel3.Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Kader Di WilayahPuskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar
No |
Keaktifan
kader |
Frekuensi
|
Persentase(%) |
1 |
Rendah |
29 |
56,9 |
2 |
Tinggi |
22 |
43,1 |
Sumber : data primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan
tabel 3 diatas dadapatkan hasil dari 51 kader, mayoritas
kaderberpengetahuan rendah sejumlah 29(56,9%) dan 22(43,1%) kader berpengetahuan tinggi
Tabel4. Distribusi Frekuensi Sikap Kader
Di Wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar
No |
Keaktifan
kader |
Frekuensi
|
Persentase(%) |
1 |
Negatif |
31 |
60,8 |
2 |
Positif |
20 |
39,2 |
Sumber : data primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil dari 51 kader, mayoritas kader sikap negatif31(60,8%) dan 20(39,1%)sikap
positif.
2. Analisa Bivariat
a.
Hubungan pengetahuan
dengan keaktifan kader
Tabel5. Hubungan Pengetahuan Kader Dengan
Keaktifan Posyandu Di Wilayah
Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar
No |
Pengetahuan |
Keaktifan |
Kader |
|
|
Total |
% |
Pvalue |
|
|
Tdk aktif |
% |
aktif |
% |
|
|
|
1 |
Rendah |
12 |
41,3 |
17 |
58,6 |
29 |
100 |
|
2 |
Tinggi |
9 |
40,9 |
13 |
59,1 |
22 |
100 |
1.000 |
Sumber : data
primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan tabel 5 diatas didapatkan kader berpengetahuan rendah tidak aktif ke posyandu sebanyak 12 (41,3%) dibandingkan kader yang
berpengetahuan tinggi 9(40,9%). Setelah dilakukan analisis uji chi-square didapatkan nilai P value 1,000(P>0,05) berakti tidak
ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan ke posyandu.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Pakasi7 menyatakan ada hubungan antara
pengetahuan dengan pelayanan posyandu dengan nilai p=0,002, juga berbeda dengan
Wibowo yang menyatakan ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu13.
Hasil
ini berbeda dengan hasil penelitian Djafar10menyatakan ada
hubungan pengetahuan dengan tindakan kader ke posyandu tentang Pedoman Umum
Gizi seimbang di Pondok Aren Kota Tangerang.
Penelitian
Rewanti menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan
kader ke posyandu. Pengetahuan yang dimiliki kader tentangkegiatan dan manfaat posyandu, mengakibatkan kader aktif ke posyandu11. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman kade dalam kehidupan.Pengalaman dapat meningkatkan pengetahuan kader, sehingga
mendorong minat untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu5.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan Suryati12 yang
menyatakan tidak ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu dalam
penanggulangan diare. Pengetahuan merupakan dasar berperilaku.
Pengetahuan akan mempengaruhi kebiasaan serta perilaku
seseorang terhadap objek tertentu. Pengetahuan kader tentang posyandu, akan
mempengaruhi keaktifan kader.
Pengetahuan dan
ketrampilan kader sangat dipengaruhi oleh adanya pembinaan kader, sehingga
perlu dilakukan peningkatan pengetahuan, aktivitas dan ketrampilan kader dalam
menjalankan tugasnya. Bimbingan dan supervisi
dari petugas kesehatan akan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader. Hal yang dapat dilakukan curah pendapat atas pengalaman kader selama menjalankan kegiatan posyandu.
Berdasarkan asumsi peneliti
kurang aktifnya kader ke posyandu dikarenakan kader
beranggapan kalau posyandu
merupakan milik Puskesmas, dan tugas penyuluhan merupakan tugas
tenaga kesehatan. Hal
tersebut masih didapatkan dari kurangnya pengetahuan kader tentang
penyuluhan di meja IV, kunjungan setelah hari posyandu jarang dilakukan.Kader juga kurang memahami tingkatan posyandu (posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri).
b. Hubungan Sikap dengan keaktifan kader
Tabel6. Hubungan Sikap Kader Dengan
Keaktifan Posyandu DiWilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada
Kabupaten Aceh Besar .
No |
Sikap |
Keaktifan |
Kader |
|
|
Total |
% |
Pvalue |
|
|
Tdk aktif |
% |
Aktif |
% |
|
|
|
1 |
Negatif |
10 |
32,3 |
21 |
67,7 |
31 |
100 |
|
2 |
Positif |
11 |
55,0 |
9 |
45,0 |
20 |
100 |
0,148 |
Sumber : data
primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan tabel 6didapatkan kader yang mempunyai sikap negatif
sebanyak 10 (32,3%) tidak aktif ke posyandu dibandingkan kader sikap positif 11 (55%). Hasil analisis uji chi-square didapatkan nilai Pvalue
0,148 (P>0,05) berakti tidak ada hubungan sikap dengan keaktifan kader ke
posyandu
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Djafar10 yang menyatakan ada hubungan antara
sikap dengan tindakan kader ke posyandu tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang Di
Pondok Aren Kota Tangerang.Hasil ini juga berbeda dengan
penelitian Pakasi yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan pelayanan
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tomohon.Sikap negatif cenderung tidak aktif ke posyandu dengan berbagai alasan
kesibukan antaralain mengurus rumah tangga, mengantar anak sekolah serta perhatian
dari pemerintah setempat untuk kesejahteraan mereka, sehingga kader malas
melaksanakan tugasnya7. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu objek, kader yang mempunyai sikap mendukung akan lebih aktif
dari kader bersikap tidak mendukung13.
Berdasarkan asumsi peneliti kader
yang bersikap negatif masih beranggapan posyandu milik Puskesmas.
Berdasarkan wawancara dengan kader di posyandu
ayahanda masih ada kader yang beranggapan penyuluhanmerupakan tugas tenaga
kesehatan (bidan desa).Kegiatan di H-1 dan H+1 sangat jarang dilakukan. Kader hanya aktif pada hari
posyandudi meja I, IIdan III, sedangkan kunjungan rumah kurang maksimal. Namun
ada kader yang aktif hingga mereka mengetahuianak sakit di wilayahnya serta melaporkan ke bidan di desa.
c. Hubungan Umur dengan
keaktifan kader
Tabel 7. Hubungan umur Dengan Keaktifan
kader ke Posyandu Di Wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada
Kabupaten Aceh Besar
No |
Umur |
Keaktifan |
Kader |
|
|
Total |
% |
Pvalue |
|
|
Tdk aktif |
% |
Aktif |
% |
|
|
|
1 |
Produktif |
5 |
62,5 |
3 |
37,5 |
8 |
100 |
|
2 |
Sangat produktif |
16 |
37,2 |
27 |
62,8 |
43 |
100 |
0, 249 |
Sumber : data
primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan tabel 7 tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa kader yang mempunyai umur produktif tidak aktif ke posyandu
sebanyak 5(62,5%) dibandingkan kader yang berumur sangat produktif16 (37,2%).
Hasil analisis uji chi-square
didapatkan nilai P value 0,249 (P>0,05) berakti tidak ada hubungan antara
umur dengan keaktifan kader ke posyandu
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Djafar menyatakan
tidak ada hubungan antara umur dengan tindakan kader ke posyandu10.Menurut Sarwono umur akan mempengaruhi
kinerja, semakin lanjut umur kader maka akan semakin bertanggung jawab, lebih
tertib, lebih berbakti sedangkan dewasa merupakan komitmen yang dimulai dengan
memikul tanggung jawab dan lebih mudah bersosialisasi14. Namun
berbeda menurut iqbal yang menyatakan dengan bertambahnya usia maka
produktifitas menurun, ketrampilan fisik akan berkurang, namun pengalaman dan
kematangan jiwa semakin meningkat, hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan
kinerja15.
Berdasarkan wawancara dengan kader menyatakan perlu dilakukan penambahan kader baru, karena pada saat
posyandu kader posyandu yang hadir hanya 2-3 kader.
d. Hubungan Pekerjaan Dengan Keaktifan Kader
Tabel8. Hubungan Pekerjaan Dengan
Keaktifan Kader Ke Posyandu Di Wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan
Bada Kabupaten Aceh Besar
No |
Pekerjaan |
Keaktifan |
Kader |
|
|
Total |
% |
Pvalue |
|
|
Tdk aktif |
% |
Aktif |
% |
|
|
|
1 |
Tidak bekerja |
18 |
40 |
27 |
37,5 |
60 |
100 |
|
2 |
Bekerja |
3 |
50 |
3 |
62,8 |
50 |
100 |
0,680 |
Sumber : data
primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan tabel 8 tersebut
disimpulkan bahwa kader yang tidak bekerja tidak aktif ke posyandu
sebanyak 18 (40%) dibandingkan kader yang bekerja sebanyak 3 (50%). Hasil
analisis uji chi-square didapatkan
nilai Pvalue 0,680 (P>0,05)
berakti tidak ada hubungan umur dengan keaktifan kader ke posyandu
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Djafar yang menyatakan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tindakan
kader ke posyandu10. Menurut Widagdo
pekerjaan merupakan kegiatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang kader untuk
membantu, membiayai kehidupan keluarga serta menunjang kebutuhan rumah
tangganya. Kesibukan dalam pekerjaan terkadang membuat lupa terhadap tugasdan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Pekerjaan
dapat menjadi salah satu kendala dalam keaktifan kader posyandu. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan merupakan
salah satu sumber pendapatan. Bekerja akan berpengaruh
terhadap kehidupan keluarga, sehingga semakin banyak waktu yang tersita untuk
melakukan pekerjaan,maka semakin sempit kesempatan untuk menjadi kader15
e. Hubungan Lama Menjadi Kader
Dengan Keaktifan Kader
Tabel9. Hubungan Lama Menjadi Kader Dengan Keaktifan Kader Ke Posyandu
Di Wilayah Puskesmas Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar
No |
Lama kader |
Keaktifan |
Kader |
|
|
Total |
% |
Pvalue |
|
|
Tdk aktif |
% |
aktif |
% |
|
|
|
1 |
<5 tahun |
7 |
41,2 |
10 |
58,8 |
17 |
100 |
|
2 |
≥5 tahun |
14 |
41,2 |
27 |
58,8 |
34 |
100 |
1.000 |
Sumber : data
primer (diolah tahun 2017)
Berdasarkan tabel 9 tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa lama menjadi kader <5tahun tidak aktif ke posyandu
sebanyak 7(41,2%) dibandingkan kader ≥5tahun sebanyak 14(41,2%). Berdasarkan
hasil analisis uji chi-square
didapatkan nilai Pvalue 1,000 (P>0,05) berakti tidak ada hubungan antara
umur dengan keaktifan kader ke posyandu
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Widiastuti yang menyatakan ada
hubungan lama bertugas menjadi kader dengan kelengkapan pencatatan anak balita,
semakin lama kader bertugas maka semakin lengkap pula pencatatan anak balita
pada Sistem Informasi Posyandu17.Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian Sandiyani yang
menyatakan tidak ada hubungan antara lama menjadi kader dengan perilaku
penyampaian informasi tentang pesan gizi seimbang dengan nilai
p=0,524(P<0,05). Hal ini dikarenakan lama menjadi kader posyandu belum tentu
dapat meningkatkan penyampaian informasi tentang gizi seimbang.
Kader kesehatan
dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja di tempatpelayanan kesehatan9.Semakin
lama seseorang bekerja semakin banyak kasus yang ditangani sehingga semakin
berpengalaman, terampil dalam bidangnya6.Kader merupakan tenaga
sukarela yang di pilih oleh, dari dan untuk masyarakat.Syarat kader posyandu
dapat membaca menulis, berjiwa sosial dan mampu bekerja secara sukarela,
mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat, disamping itu juga mempunyai waktu yang cukup, bertempat
tinggal di wilayah posyandu, berpenampilan ramah dan simpati serta di terima
oleh masyarakat setempat.
Lama menjadi kader harus didukung sarana dan prasarana agar
penyampaian informasi dapat berjalan lancar
seperti tempat yang digunakan untuk posyandu
bersih dan sehat, kursi atau tempat duduk saat penyuluhan, pelayanan
oleh kader dan media penyuluhan. Menurut Sandiyani menunjukkan bahwa sarana prasarana yang ada
hanya meja, tempat duduk serta buku KMS dan buku KIA18.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader, ada yang baru bekerja 9 bulan dan belum dilatih.
Saat pengamatan dalamkegiatanposyandu, hanya dilakukan penimbangan, pengisian KMS. Saat wawancara
dengan bidan didesa didapatkan hasil untuk kelancaran laporan dilakukan oleh
bidan desa, sehingga kader kurang mengetahui tentang balok SKDN dan beranggapan
tugas posyandu merupakan tugas bidan di desa.Berdasarkan wawancara dengan koordinator posyandu
didapatkan hasil bahwa posyandu aktif terdapat di desa Keuneu dan Beuraden,
posyandu yang tidak aktif di desa payating dan desa ajun ayahanda. Adapun
pelatihan posyandu terakhirdilaksanakan bulan maret tahun 2016. Proses pengrekrutan
kader dengan cara bidan desa mencari kader baru dan melaporkanke
koordinator posyandu.
Kesimpulan
1. Tidak
ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai P value =1,000 (p>0,05)
2.
Tidak ada hubungan sikap dengan
keaktifan kader posyandu dengan nilai P value=0,148 (p>0,05)
3.
Tidak ada hubungan umur dengan
keaktifan kader posyandu dengan nilai P value=0,249 (p>0,05)
4.
Tidak ada hubungan pekerjaan dengan
keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue=0,680 (p>0,05)
5.
Tidak ada hubungan lama menjadi
kader dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai Pvalue=1,000
(p>0,05)
Saran
1.
Perlu dilakukan penyegaran kader terutama peran dan tugas kader posyandu.
2.
Diharapkan keaktifan kader tidak hanya
hari pelaksanaan posyandu,melainkan sebelum posyandu dan setelah posyandu,
untuk memberikan penyuluhan baik perorangan maupun perkelompok.
3.
Kepada
peneliti selanjutnya, agar meneliti variabel motivasi dengan pendekatan kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2017, Profil Kesehatan
Indonesia.
Kemenkes RI, 2018, Masalah Gizi
Balita Di Indonesia Tahun 2016-2017.
Kemenkes RI, 2015, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi
Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
Hidayat , 2007, Kunci Sukses Mempersiapkan Anak Tumbuh Dan Cerdas. Seri Problem
solving tumbuhkembang anak, PT Elex MediaKomputindo, Jakarta
Ismawati C.
sulistyorini, (2010) Posyandu
Dan Desa Siaga : Panduan Untuk Bidan Dan Kader. Yogyakarta: Nuha Medika.
Depkes,RI,2006. Pedoman
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Dasar, Jakarta, Pusat Promosi kesehatan
Pakasi, A,M; Karoh, B.
Imbar HS; 2016. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu, JIDAN, Jurnal Ilmiah
Bidan, ISSN; 2339-1731
Nurayu,AW,
2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Pendidikan Usia Dan Lama Menjadi Kader
Posyandu Dengan Kualiatas Laporan Bulanan Data Kegiatan Posyandu
Green. et.al. 1990. Community Health, 7 th
ed. Amerika: Mosby Year Book.
Djafar, M (2014), Dampak Pengetahuan Dan Sikap Terhadap
Tindakan Kader Posyandu Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Di Pondok
Betung Pondok Aren, Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 2 No 2 Mei-Juli 2014
Rewanti P, Pangemanan JM, Cristian T, Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tareran Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan
Suryati B, 2013, Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Dalam Penanggulangan Diare
Balita di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Wibowo E, Dewi E,R, 2012 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah Upt Puskesmas Ngebal Kulon Kabupaten Kudus.
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat, Vol 2 No 2 Maret 2014.
Sarwono
SW, 2002, Psikologi Sosial, Jakarta,
Balai Pustaka
Iqbal,
2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2, Jakarta,
CV Sagung Seto
Widagdo
L. 2009. Pemanfaatan Buku KIA Oleh Kader
Posyandu. Studi Pada Kader Posyandu Di Wilayah Kera Puskesmas Kedungadem
Kabupaten Bojonegoro, Makara Kesehatan Vol 13 No 1, 2009
Widiastuti, 2011, Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kelengkapan Pencatatan Anak Balita Pada Sistim Informasi Posyandu (SIP)Di
Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga, Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Sandiyani R.A, 2011, Lama Menjadi Kader, Frekuensi Pelatihan Dan
Sikap Kader Posyandu Dengan Penyampaian Informasi Tentang Pesan Gzi Seimbang.Artikel
Penelitian. Universitas Diponegoro. Semarang