Senin, 19 Maret 2018

Lina: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 7-14


PENGARUH  PIJAT REFLEKSI KAKI DAN TANGAN   TERHADAP PENINGKATAN  NAFSU MAKAN  LANSIA  DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS  LANGSA BARAT KOTA  LANGSA TAHUN 2017

Oleh:
Lina
Prodi D III Keperawatan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh

ABSTRAK
Nafsu makan yang menurun hampir selalu terjadi pada orang berusia lanjut, tanpa alasan yang jelas yang bisa ditemukan. Akan tetapi faktor seperti kesedihan, depresi, dan kecemasan berlebih merupakan penyebab umum kondisi tersebut, dan berdampak pada menurunnya berat badan, khususnya pada lansia. Penyebab lain selain kanker yaitu gangguan autoimun contohnya rheumatoid artritis. Efek jangka panjang dari hilangnya nafsu makan yaitu malnutrisi, kurangnya makanan dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh adalah masalah serius utama dari kehilangan nafsu makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengaruh Pijat Refleksi kaki dan tangan Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Lansia. Penelitian ini merupakan penelitian  deskriptip. Populasi  penelitian  ini  adalah  Lansia di wilayah kerja puskesmas Langsa Barat. Sampel penelitin berjumlah 12 responden yang terdiri dari 6 responden dipijat selama 30 menit dan 6 responden dipijat selama 45 menit  Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil penelitian menunjukan rerata hasil pengukuran nafsu makan lansia setelah dipijat refleksi selama 30 menit  yaitu 35,50 sedangakan yang dipijat selama 45 memit yaitu 38.00. Dapat disimpulkan bahwa  ada perbedaan nafsu makan lansia sebelum dan setelah dipijat refleksi kaki dan tangan selama 30 menit dan 45 menit. Saran baagi puskesmas Langsa Barat agar dapat meningkatkan pelayanan peningkatan nafsu makan lansia dengan pijat refleksi kaki tangan untuk meningkatkan nafsu makan.

Kata Kunci            : Pijat Refleksi Kaki dan Tangan  + Nafsu Makan + Lansia

EFFECTS OF MASTER REFLECTIONS AND HAND TOWARDS ENHANCEMENT OF NAFSU EATING LANSIA IN WORK AREA OF PUSKESMAS WEST LANGSA CITY OF 2017

ABSTRACT
Decreased appetite almost always occurs in elderly people, for no apparent reason to be found. However, factors such as sadness, depression, and excessive anxiety are common causes of the condition, and have an impact on weight loss, especially in the elderly. Other causes than cancer are autoimmune disorders such as rheumatoid arthritis. Long-term effects of appetite loss are malnutrition, lack of food and nutrients the body needs is a major serious problem of loss of appetite. The purpose of this study was to determine the effect of Foot and Hand Reflection Massage Effect on Elderly Appetite Enhancement. This research is descriptive research. The population of this study is Elderly in West Langsa working area. The sample of research was 12 respondents consisting of 6 respondents massaged for 30 minutes and 6 respondents massaged for 45 minutes. Data analysis used was univariate analysis. The results showed the average results of the appetite measurement of elderly after a reflexology massage for 30 minutes that is 35.50 while the massage for 45 mits is 38.00. It can be concluded that there is difference of appetite of elderly before and after massage of foot and hand reflection for 30 minutes and 45 minutes. Advice baagi puskesmas Langsa West in order to improve services increased appetite elderly with reflexology of the hands to increase appetite.

Keywords: Foot and Hand Reflection Massage + Appetite + Elderly



PENDAHULUAN
Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Sasaran rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan UHH dari 70,7 menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susenas tahun 2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18%  dari total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia sudah mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa. 1
 Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspekfisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Seiring dengan permasalahan tersebut akan mempengaruhi asupan makannya yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap status gizi. Berbagai penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan hasil sebagai berikut: penelitian pada 242 orang lanjut usia di Semarang memperlihatkan prevalensi kurang energi kronis (KEK) sebesar 31%, sedangkan penelitian di Jakarta pada 10 Puskesmas kecamatan di Jakarta Selatan  dari 222 orang lanjut usia didapatkan berat badan Iebih pada 73 orang lansia (32-39%) dan obese pada 14 orang (6,3%). Selanjutnya pada penelitian di Utan Kayu Selatan pada 100 orang lanjut usia didapatkan 19% tergolong defisiensi besi. Penelitian pada 10 orang lanjut usia di salah satu panti werdha memperlihatkan keadaan defisiensi vitamin B6 pada 3 orang lanjut usia (30%), defisiensi vitamin B12 pada 3 orang lanjut usia (30%) dan defisiensi asam folat terdapat pada 90% dari subyek yang diteliti. 1
Kebijakan dan Strategi pelayanan gizi lanjut usia disesuaikan dengan kebijakan dan strategi program kesehatan lanjut usia. Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan . Peningkatan derajat kesehatan ini akan berdampak pada peningkatan umur harapan hidup, yang akan diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Upaya pelayanan kesehatan paripurna bagi para lanjut usia perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. , termasuk di dalamnya upaya pelayanan gizi pada lanjut usia. 1`
Nafsu makan yang menurun hampir selalu terjadi pada orang berusia lanjut, tanpa alasan yang jelas yang bisa ditemukan. Akan tetapi faktor seperti kesedihan, depresi, dan kecemasan berlebih merupakan penyebab umum kondisi tersebut, dan berdampak pada menurunnya berat badan. 2  . Menurut 3 nafsu makan adalah keinginan untuk mendapatkan jenis makanan tertentu yang berguna untuk dimakan. Sensasi rasa lapar, selain karena keinginan makan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, budaya, dan pengaturan fisiologi di otak, terutama hipotalamus sedangakan anoreksia dapat diartikan sebagai berkurangnya asupan makanan yang terutama disebabkan oleh hilangnya nafsu makan.
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia, dapat menyebabkan penurunan berat badan dan jaringan ikat mulai keriput, semakin kelihatan kurus sehingga berdampak mengalami kekurangan energy kalori (KEK). Beberapa penyebab KEK pada lanjut usia yaitu   makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman. Gigi-geligi yang tanggal, sehingga menggangu proses mengunyah makanan. Faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping obat dan merokok. 1
Kurang nafsu makan sesungguhnya bukanlah suatu penyakit melainkan salah satu gejala dari adanya penyakit.
Meningkatkan nafsu makan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat obatan khusus, pengobatan tradisional dan cara refleksi atau teknik refleksi adalah salah satunya. Pijatan refleksi pada titik refleksi tubuh sesengguhnya berpusat pada titik titik syaraf refleksi pada kaki dan tangan. Pijat refleksi untuk melakukan penekanan di titik refleksi pada kaki dan tangan. Pijat urat tidak lain bersumber dari tekhnik pengobatan akupunktur yang berasal dari negeri cina. Akupunktur juga dikembangkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai pengobatan alternatif. Melalui titik urat syaraf yang terdapat diseluruh tubuh manusia, kemudian dikembangkan tekhnik pijat refleksi, terapi zona atau lebih dikenal di Indonesia sebagai pijat urat. Pijat refleksi untuk perawatan bisa dilakukan selama 30 - 45 menit, bagi penderita penyakit kronis waktunya harus lebih pendek, lebih sering supaya tidak menjemukan. Setiap titik refleksi hanya dipijat 5 - 9 menit sekali pengobatan dengan waktu perawatan 4 - 8 minggu untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Tapi bagi pasien berpenyakit kronis dipijat 3 kali dalam seminggu atau 2 hari sekali. 2
Menurut Departemen Kesehatan RI membagi kelompok lansia terdiri dari kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas, kelompok usia lanjut  (55-64 tahun) sebagai presenium dan kelompok usia lanjut (lebih dari 65) sebagai senium.
4Jumlah usia lanjut di Puskesmas Langsa Barat tahun 2016 sebanyak 2.752 orang yang terdiri dari pria 1.328 dan wanita 1.424 orang. Hasil survey awal penulis dengan Petugas  pengelola usila di puskesmas Langsa Barat bahwa lansia  yang berbadan kurus dan kurang nafsu makan banyak terdapat di desa Serambi Indah, sungai pauh dan Matang Seulimeng. Hasil survey penulis dengan bidan yang bertugas di desa tersebut diatas bahwa terdapat 20 orang lansia  yang mengalami nafsu makan menurun dan berbadan kurus yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian ini.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh pijat refleksi kaki dan tangan terhadap  peningkatan nafsu makan lansia di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat Kota Langsa.
Tujuan Khusus
1.        Mengetahui  nafsu makan lansia sebelum dilakukan pijat refleksi kaki dan tangan selama 30 menit
2.        Mengetahui  nafsu makan lansia setelah dilakukan pijat refleksi kaki dan tangan selama 30 menit
3.        Mengetahui  nafsu makan lansia sebelum dilakukan pijat refleksi kaki dan tangan selama 45 menit
4.        Mengetahui  nafsu makan lansia setelah dilakukan pijat refleksi kaki dan tangan selama 45 menit

METODELOGI PENELITIAN
Penelitian  merupakan penelitian  deskriptif, dengan rancangan peneilitian pretest-postest untuk mengetahui gambaran pengaruh pijat refleksi kaki dan tangan terhadap peningkatan nafsu makan lansia dengan membandingkan nafsu makan lansia sebelum dipijat dan setelah dipijat. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 12 orang yang terdiri dari 6 responden dijat selama 30 menit  dan 6 responden dipijat selama 45 menit. Penelitian  ini berupaya untuk  mengungkapkan  hubungan  sebab  akibat  dengan  cara  melibatkan  dua kelompok  subjek dan masing – masing kelompok  subjek  diwawancarai dan diobservasi  sebelum  dan setelah dilakukan  intervensi. 16
Penelitian  ini  dilaksanakan  di tiga desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat Kota Langsa yaitu desa Sungai Pauh, Paya Bujuk Tengoh dan Desa Serambi Indah. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus sampai dengan 15 September tahun 2017.
            Populasi  penelitian ini adalah lansia diwilayah kerja puskesmas Langsa Barat sebanyak 12 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan tehnik total sampling  yaitu sebanyak  12 responden. 
Data  yang  diperoleh  dari  setiap  responden  adalah peningkatan nafsu makan lansia pre  dan  post  intervensi.  Analisa data yang dpergunakan adalah analisis univariate yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskriptikan karakteristik setiap variabel penelitian. Tujuan dari analisis ini adalah menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu perubahan nafsu makan lansia sebelum dipijat refleksi kaki dan tangan selama 30 menit dan selama 45 menit.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek penelitian ini adalah Lansia. Pemijatan dilakukan oleh pemijat refleksi dari klinik Pijat  Refleksi lhokseumawe Cabang Langsa dengan nomor surat ijin tempat usaha (SITU) : 503/877/11.74. yang sudah memahami tehnik pemijatan refleksi kaki dan tangan. Pemijatan dilakukan dirumah responden, masing – masing responden dilakukan pemijatan sebanyak 10 kali selama 30 hari yaitu setiap 3 hari sekali. Lansia dibagi 2 group, group pertama sebanyak 6 orang lansia dengan perlakuan pemijatan selama 30 menit dan group kedua sebanyak 6 orang dilakukan pemijatan selama 45 menit. Analisis data yang dipergunaan adalah analisis univariabel yang bertujuan untuk melihat hasil pengukuran Nafsu makan sebelum dan sesudah dilakukan refleksi tangan dan kaki. Penelti juga menampilkan data umur dan jenis kelamin lansia yang menjadi subjek penelitian ini.
1.        Umur Lansia
Tabel 4.1
Umur Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat  Tahun 2017

NoNo
Umur Lansia
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
1
2
3
(45-54)Vibrilitas

(5564)Presenium

(≥ 65) Senium
2
6
4
16,7
50,0
33,3

Jumlah
12
100.0
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 12 responden (100%) mayoritas lansia berusia presenium sebanyak 6 orang (50,0%).
2.        Jenis Kelamin Lansia
Tabel 4.2
Jenis Kelamin Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2017
N N0
Jenis Kelamin Lansia
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
1   1.
    2.
Pria
Wanita
4
8
25,0
75,0

Jumlah
12
100.0
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 12 responden (100%) mayoritas lansia berjenis kelamin wanita sebanyak 8 orang (75,5%).
3.        Nafsu Makan Lansia Sebelum dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 30 menit
Tabel 4.3
Nafsu Makan Lansia Sebelum dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan Selama 30 menit di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat
Kota Langsa Tahun 2017
No
Nafsu Makan Lansia
Frekuesi
(F)
Persentase
(%)
1
2
Nafsu Makan Kurang
Nafsu Makan Baik
4
2
66,7
33,3

Jumlah
6
100.0
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 6 responden (100%) mayoritas responden yang memiliki nafsu makan kurang sebanyak 4 orang (66,7%).
4.        Nafsu Makan Lansia Setelah dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 30 Menit
Tabel 4.4
Nafsu Makan Lansia Setelah dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 30 menit di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat
Kota Langsa Tahun 2017
    No
Nafsu Makan
Frekunsi
(F)
Persentae
(%)
1.
2.
3.
Nafsu Makan Kurang
Nafsu Makan Baik
3
3
50,0
50,0

Jumlah
6
100.0
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa dari 6 responden (100%) ternyata setelah dipijat selama 30 menit hanya sebahagian responden memiliki nafsu makan baik sebanyak 3 0rang (50%).
5.        Nafsu Makan Lansia Sebelum dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 45 Menit

Tabel 4.5
Nafsu Makan Lansia Sebelum dilakukan Pemijatan Refleksi Kaki dan Tangan selama 45 menit di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2017

No
Nafsu Makan
Frekuesi
(F)
Persentase
(%)
1.


Nafsu Makan Kurang

Nafsu Makan Baik
3
3
50,0
50,0

Jumlah
6
100.0
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 6 responden (100%) hanya sebahagian responden memiliki nafsu makan baik sebanyak 3 orang (50%).
6.        Nafsu Makan Lansia Setelah dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 45 Menit
Tabel 4.6
Nafsu Makan Lansia Setelah dilakukan Pemijatan Refleksi Kaki dan Tangan selama 45 menit di Wilayah Kerja PuskesmasLangsa Barat Kota Langsa Tahun 2017
No
Nafsu Makan
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
1
2

Nafsu Makan Kurang
Nafsu Makan Baik
2
4
33,3
66,7

Jumlah
6
100.0
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 6 responden (100%) ternyata mayoritas responden memiliki nafsu makan baik sebanyak 4 orang (66,7 %).

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan nafsu makan sebelum dilakukan pijat refleksi tangan dan kaki seluruhnya mengalami perubahan dengan nilai yang berbeda pada masing – masing responden. Sebahagian dari katagori nafsu makan kurang mengalami perubahan menjadi nafsu makan baik dengan nilai yang berbeda pada masing masing responden. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa semakin lama dilakukan pijat refleksi kaki dan tangan maka semakin besar efek nafsu makan yang dirasakan oleh responden.
Menurut 13 nafsu makan (appetite) suatu sistem pengaturan internal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi dalam tubuh. Kondisi ini diregulasi oleh otak (hipothalamus) melalui perantara berbagai hormon, di antaranya leptin dan ghrelin. Penurunan nafsu makan dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti: Kondisi psikologis (sedih, depresi, cemas), infeksi bakteri, virus, gangguan saluran pencernaan (dispepsia, obstruksi usus, radang), gangguan endokrin (diabetes mellitus, hipotiroidisme), gangguan autoimun (rheumatoid arthritis), gangguan syaraf (demensia, stroke), gangguan jantung, ginjal, liver, dan sebagainya. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan penurunan berat badan dan membuat seseorang merasa lemas dan mudah lelah dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Kurang nafsu makan sesungguhnya bukanlah suatu penyakit melainkan salah satu gejala dari adanya penyakit. Ada banyak macam obat obatan khusus untuk meningkatkan selera makan, cara pengobatan tradisional dan cara refleksi atau teknik refleksi adalah salah satunya. 2
          Hasil Penelitian ini didapatkan bahwa semakin lama dipijat maka semakin terasa enak dibadan lansia. Lansia mengatakan bahwa setelah dipijat tubuh mereka teresa ringan, rasa pegal – peagal berkurang, terasa, makan terasa enak, beraktivitas merasa mudah, badan lebih terasa rileks dan istirahat tidur terasa lebih lelap dari biasanya. Bahkan ada lansia mengatakan setelah dipijat pernafasan terasa ringan atau enak dalam bernafas. Mereka juga mengatakan jika selera makan meningkat maka banyak jenis makanan yang ingin mereka konsumsi walaupun mereka sebelum kurang selera terhadap jenis makanan tersebut. Semangkin sering kaki dan tangan mereka dipijat maka efeknya pemijatan tersebut semakin meningkat. Keadaan lansia sebelum pemijatan selain nafsu makan kurang mereka juga mengalami badan terasa lemas dan pegal, susah tidur dan sebahagian menyatakan kurang enak dalam bernafas .
Pernyatan diats sesuai dengan teori 17 bahwa Pijat refleksi pada umumnya hampir tidak menimbulkan efek samping yang merugikan, namun yang ditimbulkan berupa efek dari penyembuhan, yaitu peningkatan aktivitas pembuangan tubuh (detoksifikasi), kadang-kadang juga dapat menimbulkan reaksi yang tidak nyaman bagi klien.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Fitriani & Nurhidayat  menunjukkan bahwa pijat bayi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kenaikan nafsu makan, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,045 < 0,05). Kuatnya hubungan ini menunjukkan bahwa jika bayi diberi pijatan secara teratur maka akan meningkatkan nafsu makannya.
              Hasil Penelitian 10 tentang terafi pijat terhadap peningkatan berat badan bayi. Hasil uji alternatif Wilcoxon didapatkan pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan berat badan bayi sebesar 700 gram setelah dilakukan pemijatan selama 2 minggu dengan p value sebesar 0,000 (p<0 i="">) yang bermakna adanya peningkatan yang signifikan antara median berat badan bayi sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi pijat bayi.
            Titik Pijat - Titik refleks terletak pada bagian kaki, tangan, dan juga wajah. Letaknya bisa berbeda-beda tergantung pada keluhan yang diderita. Semua titik refleks merupakan tempat-tempat yang diyakini sebagai titik syaraf yang berhubungan dengan tempat sakit/keluhan pasien dan tidak sembarangan. 2
            Efektifitas Penyembuhan - Pijat refleksi bekerja secara sinergis dengan tubuh. Tekanan pada syaraf membuat respon tubuh kita membaik, dan menghilangkan kekakuan pada tubuh. Efek positif pada sistem koordinasi tubuh, membuat tubuh lebih mempercepat proses penyembuhan diri, sehingga penyakit hilang tanpa menimbulkan efek samping. 2

KESIMPULAN
1.        Nafsu makan lansia sebelum dilakukan pemijatan selama 30 menit mayoritas memiliki nafsu makan kurang yaitu 66.7%.
2.        Nafsu makan lansia setelah dilakukan pemijatan selama 30 menit sebahagian memiliki nafsu makan baik sebanyak 50%.
3.        Nafsu makan lansia sebelum dilakukan pemijatan selama 45 menit sebahagian memiliki nafsu makan kurang sebanyak 50%.
4.        Nafsu makan lansia setelah dilakukan pemijatan selama 45 menit mayoritas memiliki nafsu makan baik sebanyak 66,7%.

SARAN
1.        Bagi puskesmas Langsa Barat agar dapat meningkatkan pelayanan peningkatan nafsu makan lansia dengan pijat refleksi kaki  untuk meningkatkan nafsu makan.
2.        Bagi tenaga kesehatan agar dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan pelayanan keperawatan untuk meningkatkan nafsu makan lansia dengan perawatan pijat refleksi kaki dan tangan.
3.       Bagi lansia jika mengalami penurunan nafsu makan salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pijat refleksi kaki dan tangan untuk peningkatkan nafsu makan.


  
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, F, Makhfudli, (2009), Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Fitriani & Nurhidayati . (2007). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Bayi Usia Diatas 6 Bulan Dipoliklinik Fisioterapi Handicamp Internasional Wedi Klaten.
Guyton, A.C., & Hall, J.E, (2007).  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook  of Medical Physiology). Alih bahasa Irawati et al ; editor Luqman Y.R et al-Edisi-11. Jakarta: EGC
Puskesmas Langsa Barat, (2016). Data Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas   Langsa Barat
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Medikal Book Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare, (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC
Tamher, S & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan      Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Irva, Hasnah, Waferst 2011. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekan Baru
Rinajumita, (2011). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan PayaKumbuh Utara. http:// repository.unand.ac.id
Kristanto dan Maliya 2011. Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Reumatik Pada Lansia di Wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem.
Kementrian Kesehatan RI, (2012). Pedoman Layanan Gizi Lanjut Usia  Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015) Bahan Ajar Kursus dan pelatihan pengobatan pijat refleksi level II
Mubarak, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba Medika.
Nadia Nurotul Fuadah :http://www.alodokter.com/komunitas/topic/apa-obatsupplemen-untuk-menambah-nafsu-makan-pada-lansia dec 2016
Trisnowiyanto B. (2012). Keterampilan Dasar massage, Penerbit Nuha Medika Jogyakarta 2012
Surachman Yan, http://www.indomangga.web.id/2013/01/pijat-refleksi-kurang-nafsu-makan.htmlNotoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Wong M F. (2012). Panduan Lengkap Pijat. Penerbit Penerbar Plus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar