PENGARUH
PIJAT REFLEKSI KAKI DAN
TANGAN TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN
LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LANGSA BARAT KOTA LANGSA TAHUN 2017
Oleh:
Lina
Prodi D
III Keperawatan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh
ABSTRAK
Nafsu
makan yang menurun hampir selalu terjadi pada orang berusia lanjut, tanpa
alasan yang jelas yang bisa ditemukan. Akan tetapi faktor seperti kesedihan,
depresi, dan kecemasan berlebih merupakan penyebab umum kondisi tersebut, dan
berdampak pada menurunnya berat badan, khususnya pada lansia. Penyebab lain
selain kanker yaitu gangguan autoimun contohnya rheumatoid artritis. Efek
jangka panjang dari hilangnya nafsu makan yaitu malnutrisi, kurangnya makanan
dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh adalah masalah serius utama dari kehilangan
nafsu makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran pengaruh Pijat Refleksi kaki dan tangan Terhadap
Peningkatan Nafsu Makan Lansia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptip. Populasi penelitian
ini adalah Lansia di wilayah kerja puskesmas Langsa
Barat. Sampel penelitin berjumlah 12 responden yang terdiri dari 6 responden
dipijat selama 30 menit dan 6 responden dipijat selama 45 menit Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat. Hasil
penelitian menunjukan rerata hasil pengukuran nafsu makan lansia setelah
dipijat refleksi selama 30 menit yaitu
35,50 sedangakan yang dipijat selama 45 memit yaitu 38.00. Dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan nafsu makan lansia
sebelum dan setelah dipijat refleksi kaki dan tangan selama 30 menit dan 45
menit. Saran baagi
puskesmas Langsa Barat agar dapat meningkatkan pelayanan peningkatan nafsu
makan lansia dengan pijat refleksi kaki tangan untuk meningkatkan nafsu makan.
Kata Kunci :
Pijat Refleksi Kaki dan Tangan + Nafsu
Makan + Lansia
EFFECTS
OF MASTER REFLECTIONS AND HAND TOWARDS ENHANCEMENT OF NAFSU EATING LANSIA IN
WORK AREA OF PUSKESMAS WEST LANGSA CITY OF 2017
ABSTRACT
Decreased appetite almost always occurs in
elderly people, for no apparent reason to be found. However, factors such as
sadness, depression, and excessive anxiety are common causes of the condition,
and have an impact on weight loss, especially in the elderly. Other causes than
cancer are autoimmune disorders such as rheumatoid arthritis. Long-term effects
of appetite loss are malnutrition, lack of food and nutrients the body needs is
a major serious problem of loss of appetite. The purpose of this study was to
determine the effect of Foot and Hand Reflection Massage Effect on Elderly Appetite
Enhancement. This research is descriptive research. The population of this
study is Elderly in West Langsa working area. The sample of research was 12
respondents consisting of 6 respondents massaged for 30 minutes and 6
respondents massaged for 45 minutes. Data analysis used was univariate
analysis. The results showed the average results of the appetite measurement of
elderly after a reflexology massage for 30 minutes that is 35.50 while the
massage for 45 mits is 38.00. It can be concluded that there is difference of
appetite of elderly before and after massage of foot and hand reflection for 30
minutes and 45 minutes. Advice baagi puskesmas Langsa West in order to improve
services increased appetite elderly with reflexology of the hands to increase
appetite.
Keywords: Foot and Hand Reflection Massage +
Appetite + Elderly
PENDAHULUAN
Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan
salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Sasaran rencana
strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan UHH dari
70,7 menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susenas tahun 2000, jumlah lansia 14,4
juta jiwa atau 7,18% dari total jumlah
penduduk, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia sudah mencapai 19 juta jiwa
atau sekitar 8,5% jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah
lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga diperkirakan pada tahun
2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa. 1
Pertambahan jumlah lanjut usia akan
menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, keluarga maupun
masyarakat meliputi aspekfisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Seiring
dengan permasalahan tersebut akan mempengaruhi asupan makannya yang pada
akhirnya dapat berpengaruh terhadap status gizi. Berbagai penelitian yang telah
dilakukan memperlihatkan hasil sebagai berikut: penelitian pada 242 orang
lanjut usia di Semarang memperlihatkan prevalensi kurang energi kronis (KEK)
sebesar 31%, sedangkan penelitian di Jakarta pada 10 Puskesmas kecamatan di
Jakarta Selatan dari 222 orang lanjut
usia didapatkan berat badan Iebih pada 73 orang lansia (32-39%) dan obese pada
14 orang (6,3%). Selanjutnya pada penelitian di Utan Kayu Selatan pada 100
orang lanjut usia didapatkan 19% tergolong defisiensi besi. Penelitian pada 10
orang lanjut usia di salah satu panti werdha memperlihatkan keadaan defisiensi
vitamin B6 pada 3 orang lanjut usia (30%), defisiensi vitamin B12 pada 3 orang
lanjut usia (30%) dan defisiensi asam folat terdapat pada 90% dari subyek yang
diteliti. 1
Kebijakan dan Strategi pelayanan gizi lanjut
usia disesuaikan dengan kebijakan dan strategi program kesehatan lanjut usia.
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang kesehatan .
Peningkatan derajat kesehatan ini akan
berdampak pada peningkatan umur harapan hidup, yang akan diiringi dengan
meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Upaya pelayanan kesehatan paripurna bagi para lanjut usia perlu dikembangkan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
lanjut usia. , termasuk di
dalamnya upaya pelayanan gizi pada lanjut usia. 1`
Nafsu makan yang menurun hampir selalu terjadi
pada orang berusia lanjut, tanpa alasan yang jelas yang bisa ditemukan. Akan tetapi
faktor seperti kesedihan, depresi, dan kecemasan berlebih merupakan penyebab
umum kondisi tersebut, dan berdampak pada menurunnya berat badan. 2
. Menurut 3 nafsu makan adalah keinginan untuk mendapatkan jenis
makanan tertentu yang berguna untuk dimakan. Sensasi rasa lapar, selain karena
keinginan makan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, budaya, dan pengaturan
fisiologi di otak, terutama hipotalamus sedangakan anoreksia dapat diartikan
sebagai berkurangnya asupan makanan yang terutama disebabkan oleh hilangnya
nafsu makan.
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang
berkepanjangan pada lanjut usia, dapat menyebabkan penurunan berat badan dan
jaringan ikat mulai keriput, semakin kelihatan kurus sehingga berdampak
mengalami kekurangan energy kalori (KEK). Beberapa penyebab KEK pada lanjut
usia yaitu makan tidak enak karena
berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman. Gigi-geligi yang tanggal,
sehingga menggangu proses mengunyah makanan. Faktor stress/depresi, kesepian,
penyakit kronik, efek samping obat dan merokok. 1
Kurang nafsu makan sesungguhnya bukanlah suatu
penyakit melainkan salah satu gejala dari adanya penyakit.
Meningkatkan nafsu makan dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi obat obatan khusus, pengobatan tradisional dan cara refleksi atau
teknik refleksi adalah salah satunya. Pijatan refleksi pada titik refleksi
tubuh sesengguhnya berpusat pada titik titik syaraf refleksi pada kaki dan
tangan. Pijat refleksi untuk melakukan penekanan di titik refleksi pada kaki
dan tangan. Pijat urat tidak lain bersumber dari tekhnik pengobatan akupunktur
yang berasal dari negeri cina. Akupunktur juga dikembangkan oleh Departemen
Kesehatan RI sebagai pengobatan alternatif. Melalui titik urat syaraf yang
terdapat diseluruh tubuh manusia, kemudian dikembangkan tekhnik pijat refleksi,
terapi zona atau lebih dikenal di Indonesia sebagai pijat urat. Pijat refleksi
untuk perawatan bisa dilakukan selama 30 - 45 menit, bagi penderita penyakit
kronis waktunya harus lebih pendek, lebih sering supaya tidak menjemukan. Setiap
titik refleksi hanya dipijat 5 - 9 menit sekali pengobatan dengan waktu
perawatan 4 - 8 minggu untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Tapi bagi pasien
berpenyakit kronis dipijat 3 kali dalam seminggu atau 2 hari sekali. 2
Menurut Departemen Kesehatan RI membagi
kelompok lansia terdiri dari kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun)
sebagai masa vibrilitas, kelompok usia lanjut
(55-64 tahun) sebagai presenium dan kelompok usia lanjut (lebih dari 65)
sebagai senium.
4Jumlah
usia lanjut di Puskesmas Langsa Barat tahun 2016 sebanyak 2.752 orang yang
terdiri dari pria 1.328 dan wanita 1.424 orang. Hasil survey awal penulis
dengan Petugas pengelola usila di
puskesmas Langsa Barat bahwa lansia yang
berbadan kurus dan kurang nafsu makan banyak terdapat di desa Serambi Indah,
sungai pauh dan Matang Seulimeng. Hasil survey penulis dengan bidan yang
bertugas di desa tersebut diatas bahwa terdapat 20 orang lansia yang mengalami nafsu makan menurun dan
berbadan kurus yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian ini.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh pijat refleksi kaki dan
tangan terhadap peningkatan nafsu makan
lansia di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat Kota Langsa.
Tujuan Khusus
1.
Mengetahui nafsu makan lansia sebelum dilakukan pijat refleksi
kaki dan tangan selama 30 menit
2.
Mengetahui nafsu makan lansia setelah dilakukan pijat
refleksi kaki dan tangan selama 30 menit
3.
Mengetahui nafsu makan lansia sebelum dilakukan pijat
refleksi kaki dan tangan selama 45 menit
4.
Mengetahui nafsu makan lansia setelah dilakukan pijat
refleksi kaki dan tangan selama 45 menit
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian
merupakan penelitian deskriptif,
dengan rancangan peneilitian pretest-postest untuk mengetahui gambaran pengaruh
pijat refleksi kaki dan tangan terhadap peningkatan nafsu makan lansia dengan
membandingkan nafsu makan lansia sebelum dipijat dan setelah dipijat. Jumlah
populasi pada penelitian ini sebanyak 12 orang yang terdiri dari 6 responden
dijat selama 30 menit dan 6 responden
dipijat selama 45 menit. Penelitian ini
berupaya untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan
cara melibatkan dua kelompok
subjek dan masing – masing kelompok
subjek diwawancarai dan
diobservasi sebelum dan setelah dilakukan intervensi. 16
Penelitian ini
dilaksanakan di tiga desa yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat Kota Langsa yaitu desa Sungai
Pauh, Paya Bujuk Tengoh dan Desa Serambi Indah. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 14 Agustus sampai dengan 15 September tahun 2017.
Populasi penelitian ini adalah lansia diwilayah kerja
puskesmas Langsa Barat sebanyak 12 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini dengan tehnik total sampling yaitu
sebanyak 12 responden.
Data yang diperoleh
dari setiap responden
adalah peningkatan nafsu makan lansia pre dan
post intervensi. Analisa data yang dpergunakan adalah
analisis univariate yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskriptikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Tujuan dari analisis ini adalah
menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu perubahan
nafsu makan lansia sebelum dipijat refleksi kaki dan tangan selama 30 menit dan
selama 45 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek
penelitian ini adalah Lansia. Pemijatan dilakukan oleh pemijat refleksi dari
klinik Pijat Refleksi lhokseumawe Cabang
Langsa dengan nomor surat ijin tempat usaha (SITU) : 503/877/11.74. yang sudah
memahami tehnik pemijatan refleksi kaki dan tangan. Pemijatan
dilakukan dirumah responden, masing – masing responden dilakukan pemijatan
sebanyak 10 kali selama 30 hari yaitu setiap 3 hari sekali. Lansia dibagi 2
group, group pertama sebanyak 6 orang lansia dengan perlakuan pemijatan selama
30 menit dan group kedua sebanyak 6 orang dilakukan pemijatan selama 45 menit.
Analisis data yang dipergunaan adalah analisis
univariabel yang bertujuan untuk melihat hasil pengukuran Nafsu makan sebelum
dan sesudah dilakukan refleksi tangan dan kaki. Penelti juga menampilkan data
umur dan jenis kelamin lansia yang menjadi subjek penelitian ini.
1.
Umur Lansia
Tabel 4.1
Umur Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa
Barat Tahun 2017
NoNo
|
Umur
Lansia
|
Frekuensi
(F) |
Persentase
(%) |
1
2
3
|
(45-54)Vibrilitas
(5564)Presenium
(≥ 65)
Senium
|
2
6
4
|
16,7
50,0
33,3
|
Jumlah
|
12
|
100.0
|
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat
bahwa dari 12 responden (100%) mayoritas lansia berusia presenium sebanyak 6
orang (50,0%).
2.
Jenis Kelamin
Lansia
Tabel 4.2
Jenis Kelamin Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Langsa Barat Tahun 2017
N N0
|
Jenis
Kelamin Lansia
|
Frekuensi
(F) |
Persentase
(%) |
1 1.
2.
|
Pria
Wanita
|
4
8
|
25,0
75,0
|
Jumlah
|
12
|
100.0
|
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat
bahwa dari 12 responden (100%) mayoritas lansia berjenis kelamin wanita
sebanyak 8 orang (75,5%).
3.
Nafsu Makan
Lansia Sebelum dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 30 menit
Tabel 4.3
Nafsu Makan Lansia Sebelum dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan
Selama 30 menit di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat
Kota Langsa Tahun 2017
No
|
Nafsu
Makan Lansia
|
Frekuesi
(F) |
Persentase
(%) |
1
2
|
Nafsu
Makan Kurang
Nafsu
Makan Baik
|
4
2
|
66,7
33,3
|
Jumlah
|
6
|
100.0
|
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat
bahwa dari 6 responden (100%) mayoritas responden yang memiliki nafsu makan
kurang sebanyak 4 orang (66,7%).
4.
Nafsu Makan
Lansia Setelah dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 30 Menit
Tabel 4.4
Nafsu Makan Lansia Setelah dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan
selama 30 menit di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat
Kota Langsa Tahun 2017
No
|
Nafsu Makan
|
Frekunsi
(F) |
Persentae
(%) |
|
1.
2.
3.
|
Nafsu
Makan Kurang
Nafsu
Makan Baik
|
3
3
|
50,0
50,0
|
|
Jumlah
|
6
|
100.0
|
||
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa
dari 6 responden (100%) ternyata setelah dipijat selama 30 menit hanya
sebahagian responden memiliki nafsu makan baik sebanyak 3 0rang (50%).
5.
Nafsu Makan
Lansia Sebelum dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 45 Menit
Tabel 4.5
Nafsu Makan Lansia Sebelum dilakukan Pemijatan Refleksi Kaki dan
Tangan selama 45 menit di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Kota Langsa
Tahun 2017
No
|
Nafsu
Makan
|
Frekuesi
(F) |
Persentase
(%) |
|||
1.
|
Nafsu Makan
Kurang
Nafsu
Makan Baik
|
3
3
|
50,0
50,0
|
|||
Jumlah
|
6
|
100.0
|
||||
Sumber data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan
tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 6 responden (100%) hanya sebahagian
responden memiliki nafsu makan baik sebanyak 3 orang (50%).
6.
Nafsu Makan
Lansia Setelah dilakukan Pijat Refleksi Kaki dan Tangan selama 45 Menit
Tabel 4.6
Nafsu Makan Lansia Setelah dilakukan Pemijatan Refleksi Kaki dan
Tangan selama 45 menit di Wilayah Kerja PuskesmasLangsa Barat Kota Langsa Tahun
2017
No
|
Nafsu
Makan
|
Frekuensi
(F) |
Persentase
(%) |
|
1
2
|
Nafsu
Makan Kurang
Nafsu
Makan Baik
|
2
4
|
33,3
66,7
|
|
Jumlah
|
6
|
100.0
|
||
Sumber
data primer (Diolah 2017)
Berdasarkan
tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 6 responden (100%) ternyata mayoritas
responden memiliki nafsu makan baik sebanyak 4 orang (66,7 %).
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan nafsu makan sebelum dilakukan pijat refleksi
tangan dan kaki seluruhnya mengalami perubahan dengan nilai yang berbeda pada
masing – masing responden. Sebahagian dari katagori nafsu makan kurang
mengalami perubahan menjadi nafsu makan baik dengan nilai yang berbeda pada
masing masing responden. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa semakin lama
dilakukan pijat refleksi kaki dan tangan maka semakin besar efek nafsu makan
yang dirasakan oleh responden.
Menurut 13
nafsu makan (appetite) suatu sistem pengaturan internal yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi dalam tubuh. Kondisi ini
diregulasi oleh otak (hipothalamus) melalui perantara berbagai hormon, di
antaranya leptin dan ghrelin. Penurunan nafsu makan dapat disebabkan oleh
banyak hal, seperti: Kondisi psikologis (sedih, depresi, cemas), infeksi
bakteri, virus, gangguan saluran pencernaan (dispepsia, obstruksi usus,
radang), gangguan endokrin (diabetes mellitus, hipotiroidisme), gangguan
autoimun (rheumatoid arthritis), gangguan syaraf (demensia, stroke), gangguan
jantung, ginjal, liver, dan sebagainya. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa
menyebabkan penurunan berat badan dan membuat seseorang merasa lemas dan mudah
lelah dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Kurang nafsu makan sesungguhnya bukanlah suatu
penyakit melainkan salah satu gejala dari adanya penyakit. Ada banyak macam
obat obatan khusus untuk meningkatkan selera makan, cara pengobatan tradisional
dan cara refleksi atau teknik refleksi adalah salah satunya. 2
Hasil
Penelitian ini didapatkan bahwa semakin lama dipijat maka semakin terasa enak
dibadan lansia. Lansia mengatakan bahwa setelah dipijat tubuh mereka teresa
ringan, rasa pegal – peagal berkurang, terasa, makan terasa enak, beraktivitas
merasa mudah, badan lebih terasa rileks dan istirahat tidur terasa lebih lelap
dari biasanya. Bahkan ada lansia mengatakan setelah dipijat pernafasan terasa
ringan atau enak dalam bernafas. Mereka juga mengatakan jika selera makan
meningkat maka banyak jenis makanan yang ingin mereka konsumsi walaupun mereka
sebelum kurang selera terhadap jenis makanan tersebut. Semangkin sering kaki
dan tangan mereka dipijat maka efeknya pemijatan tersebut semakin meningkat.
Keadaan lansia sebelum pemijatan selain nafsu makan kurang mereka juga
mengalami badan terasa lemas dan pegal, susah tidur dan sebahagian menyatakan
kurang enak dalam bernafas .
Pernyatan diats sesuai
dengan teori 17 bahwa Pijat refleksi pada umumnya hampir tidak menimbulkan efek
samping yang merugikan, namun yang ditimbulkan berupa efek dari penyembuhan,
yaitu peningkatan aktivitas pembuangan tubuh (detoksifikasi), kadang-kadang
juga dapat menimbulkan reaksi yang tidak nyaman bagi klien.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Fitriani & Nurhidayat menunjukkan
bahwa pijat bayi mempunyai hubungan
yang signifikan dengan kenaikan nafsu makan, hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,045 < 0,05). Kuatnya hubungan ini menunjukkan bahwa jika
bayi diberi pijatan secara teratur maka akan meningkatkan nafsu makannya.
Hasil Penelitian 10 tentang terafi pijat
terhadap peningkatan berat badan bayi. Hasil
uji alternatif Wilcoxon didapatkan pada kelompok eksperimen terjadi
peningkatan berat badan bayi sebesar 700 gram setelah dilakukan pemijatan
selama 2 minggu dengan p value sebesar 0,000 (p<0 i="">) yang
bermakna adanya peningkatan yang signifikan antara median berat badan
bayi sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi pijat bayi. 0>
Titik
Pijat - Titik refleks terletak pada bagian kaki, tangan, dan juga wajah.
Letaknya bisa berbeda-beda tergantung pada keluhan yang diderita. Semua titik
refleks merupakan tempat-tempat yang diyakini sebagai titik syaraf yang
berhubungan dengan tempat sakit/keluhan pasien dan tidak sembarangan. 2
Efektifitas
Penyembuhan - Pijat refleksi bekerja secara sinergis dengan tubuh. Tekanan pada
syaraf membuat respon tubuh kita membaik, dan menghilangkan kekakuan pada
tubuh. Efek positif pada sistem koordinasi tubuh, membuat tubuh lebih
mempercepat proses penyembuhan diri, sehingga penyakit hilang tanpa menimbulkan
efek samping. 2
KESIMPULAN
1.
Nafsu makan
lansia sebelum dilakukan pemijatan selama 30 menit mayoritas memiliki nafsu
makan kurang yaitu 66.7%.
2.
Nafsu makan
lansia setelah dilakukan pemijatan selama 30 menit sebahagian memiliki nafsu
makan baik sebanyak 50%.
3.
Nafsu makan
lansia sebelum dilakukan pemijatan selama 45 menit sebahagian memiliki nafsu makan
kurang sebanyak 50%.
4.
Nafsu makan
lansia setelah dilakukan pemijatan selama 45 menit mayoritas memiliki nafsu
makan baik sebanyak 66,7%.
SARAN
1.
Bagi
puskesmas Langsa Barat agar dapat meningkatkan pelayanan peningkatan nafsu
makan lansia dengan pijat refleksi kaki
untuk meningkatkan nafsu makan.
2.
Bagi tenaga
kesehatan agar dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan pelayanan keperawatan untuk
meningkatkan nafsu makan lansia dengan perawatan pijat refleksi kaki dan
tangan.
3. Bagi
lansia jika mengalami penurunan nafsu makan salah satu upaya yang dilakukan
adalah melakukan pijat refleksi kaki dan tangan untuk peningkatkan nafsu makan.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F, Makhfudli, (2009), Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Fitriani & Nurhidayati . (2007). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan
Nafsu Makan Bayi Usia Diatas 6 Bulan Dipoliklinik Fisioterapi Handicamp
Internasional Wedi Klaten.
Guyton,
A.C., & Hall, J.E, (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medical Physiology). Alih bahasa
Irawati et al ; editor Luqman Y.R et al-Edisi-11. Jakarta: EGC
Puskesmas Langsa Barat, (2016). Data Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Medikal Book Stanley,
Mickey dan Patricia Gauntlett Beare, (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2.,
Jakarta: EGC
Tamher, S & Noorkasiani. (2009). Kesehatan
Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Irva, Hasnah, Waferst 2011. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekan Baru
Rinajumita, (2011). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan PayaKumbuh Utara. http:// repository.unand.ac.id
Kristanto dan Maliya 2011. Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Reumatik Pada
Lansia di Wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem.
Kementrian Kesehatan RI, (2012). Pedoman Layanan Gizi Lanjut Usia Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015)
Bahan Ajar Kursus dan pelatihan pengobatan pijat refleksi level II
Mubarak, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba Medika.
Nadia Nurotul Fuadah :http://www.alodokter.com/komunitas/topic/apa-obatsupplemen-untuk-menambah-nafsu-makan-pada-lansia
dec 2016
Trisnowiyanto B. (2012). Keterampilan Dasar
massage, Penerbit Nuha Medika Jogyakarta 2012
Surachman Yan, http://www.indomangga.web.id/2013/01/pijat-refleksi-kurang-nafsu-makan.htmlNotoadmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Wong M
F. (2012). Panduan Lengkap Pijat. Penerbit Penerbar Plus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar