Senin, 19 Maret 2018

Kasad: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 15-24


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN SUAMI TENTANG
KONTRASEPSI MANTAP PRIA DI DESA BUKIT TEMPURUNG KECAMATAN KOTA
KUALASIMPANG KABUPATEN ACEH TAMIANG

Oleh:
Kasad, SKM, M.Kes
Prodi Keperawatan Langsa Desa Paya Bujuk Beuromo
Langsa Barat Kota langsa

ABSTRAK
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi adalah merupakan suatu metode operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana, dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum. Presentase pemakaian metode kontrasepsi di Kabupaten Aceh Tamiang bervariasi, untuk kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (123.05%), pil (135.23%), IUD (203.88%), implant (124.11%) dan MOW (172.44%), sementara metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom (134.32%) dan MOP (0.00%) dan Presentase pemakaian metode kontrasepsi untuk kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (45,5%), pil (32,8%), IUD (3,4%), implant (2,8%) dan MOW (1,7%), sementara metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom (1,1%) dan MOP (0.00%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengatahuan dan pendidikan suami tentang kontrasepsi mantap pria di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang. Jenis penelitian bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian priode Januari sampai dengan Juni 2017  di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang. Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang mempunyai istri atau Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertempat tinggal di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang yang berjumlah 879 pasangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proposional Random Sampling  dengan besar sampel 90 sampel. Hasil penelitian dari 90 responden yang di wawancarai mayoritas tidak menggunakan alat kontrasepsi mantap pria sebanyak 17 responden (18,9%) dan menggunakan sebanyak 17 responden (189%) dan secara statistik menggunakan uji chi-square didapat ada hubungan yang bermakna  antara pengetahuan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria (PValue = 0,01< α = 0,05), dan ada hubungan yang bermakna  antara pendidikan sumai dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria (PValue = 0,03< α = 0,05). Diharapkan kepada  Puskesmas Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang khususnya pengelola KB agar dapat memberikan penyuluhan secara rutin tentang kontrasepsi mantap pria, untuk menambah pengetahuan para suami tentang kontrasepsi mantap pria

Kata Kunci: Pengetahuan Dan Pendidikan Suami , Kontrasepsi Mantap Pria



PENDAHULUAN
Pelaksanaan program KB Nasional saat ini mengamanatkan Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas sebagai upaya penting dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan sebagai upaya peningkatan dan pengembangan kualitas penduduk memulai keluarga berencana, dengan perwujudan keluarga kecil yang diharapkan menjadi dasar tumbuhnya keluarga berkualitas yang memberikan peluang pada pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang handal, tangguh dan mandiri.
Keberhasilan program keluarga berencana tergantung pada sejauh mana masyarakat memikul tanggung jawab mengurus program pembatasan kelahiran mereka sendiri dan mendukung serta mendorong diterimanya norma keluarga kecil, sesuai dengan defenisi menurut BKKBN (2010, hal 28) keluarga  berencana  (KB) adalah  upaya  untuk  meningkatkan kepedulian  dan  peran  serta  masyarakat  melalui  pendewasaan  usia perkawinan,  pengaturan  kelahiran,  pembinaan  keluarga,  peningkatan kesejahteraan  keluarga  untuk  mewujudkan  keluarga  kecil  bahagia dan sejahtera. 
  Salah satu program  KB adalah penurunan angka  kelahiran dengan upaya antara lain pemakaian alat kontrasepsi dalam Prawirohardjo (2010, hal 145) adalah kontrasepsi yaitu suatu upaya untuk  mencegah terjadinya  kehamilan. Upaya  itu  dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan  salah  satu  variabel  yang  mempengaruhi  fertilitas.
Ada berbagai metode kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pasangan usia subur (PUS) dalam upaya mencegah terjadinya kehamilan, diantaranya adalah metode modern yaitu Operasi Wanita (MOW), pil, IUD, suntik, dan susuk KB/implant, sementara metode kontrasepsi tradisional wanita adalah dengan pantang berkala.
Metode kontrasepsi untuk pria ada beberapa jenis yaitu metode kontrasepsi tradisional senggama terputus dan metode kontrasepsi modern yaitu kondom dan Medis Operasi Pria (MOP) atau yang sering dikenal vasektomi, menurut Hartanto (2010, hal 216)  MOP adalah merupakan salah satu teknik kontrasepsi mantap, suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, hanya butuh waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.
MOP prinsipnya sama dengan tubektomi pada perempuan menurut Meilani, ddk (2010, hal 180) yaitu menutup saluran bibit laki-laki (vas deferens) dengan melakukan operasi kecil pada kantong zakar sebelah kanan dan kiri. Operasi ini tergolong ringan, bahkan lebih ringan dari khitan (sunat) dan bisa dilakukan tanpa pisau.  Seorang pria yang sudah divasektomi menurut Mulyani (2013, hal 73) volume air maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena skrotum yang mengalirkannya sudah buntu. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap dan dihancurkan oleh tubuh.
MOP secara umum dianggap lebih efektif daripada sterilisasi wanita atau sering dikenal dengan tubektomi menurut Pendit (2010, hal 114) angka kegagalan hanya 0,1-0,5% dalam tahun pertama. Kegagalan metode ini biasanya disebabkan oleh rekanalisasi (rekoneksi) spontan  vas deferens, penyumbatan struktur yang salah selama pembedahan, kegagalan mendeteksi duplikasi vas deferens kongenital. Sperma masih dapat ditemukan dalam semen segera setelah vasektomi, pria yang menjalani vasektomi harus diberitahu untuk menggunakan metode kontrasepsi lain sampai pemeriksaan memperlihatkan bahwa tidak ada sperma yang diejakulasikan atau mereka telah berejakulasi paling sedikit 20 kali.
Berdasarkan data SDKI (2012, hal 88) di Indonesia peserta MOP masih tergolong rendah yaitu 0,25% bila dibandingkan dengan negara-negara Islam lainnya seperti Pakistan tahun 1999 (5,2%), Bangladesh tahun 1997 (13,9%) dan Malaysia tahun 1988 (16,8%). Pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia juga bervariasi. Persentase pemakaian metode kontrasepsi modern pada wanita seperti suntik (31,9%), pil (13,6%), IUD (3,9%), susuk (3,3%), MOW (3,2%) dan untuk metode kontrasepsi tradisional yaitu pantang berkala (1,7%). Sementara pemakaian metode kontrasepsi modern pada pria seperti kondom (0,7%), MOP (0,2%) dan untuk metode kontrasepsi tradisional yaitu senggama terputus (2,3%).
 Rendahnya minat masyarakat terhadap sterilisasi dimungkinkan karena program KB di waktu yang lalu yang ”bias gender” dan belum adanya keputusan yang jelas dari pihak MUI yang masih mempersoalkan haram tidaknya sterilisasi. Di sisi lain sikap pemerintah sendiri dinilai masih kurang tegas mengenai sterilisasi. Sementara BKKBN beranggapan bahwa sterilisasi sudah menjadi program pemerintah, terbukti dengan tersedianya dukungan dana dan sarana untuk kegiatan operasionalnya. Selain menyediakan dana yang tidak sedikit untuk pelayanan sterilisasi, BKKBN juga telah melatih dokter pemberi pelayanan, memberikan dukungan sarana pelayanan serta dana penggerakan di lapangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan pencapaian yang menggembirakan.
Rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB vasektomi disebabkan oleh dua faktor utama dalam BKKBN (2012, hal 90) yaitu : (1) faktor dukungan, baik politis, sosial budaya, maupun keluarga yang masih rendah sebagai akibat rendah/kurangnya pengetahuan pria/suami serta lingkungan sosial budaya yang menganggap KB dan kesehatan reproduksi merupakan urusan dan tanggung jawab perempuan, (2) faktor akses, baik akses informasi, maupun akses pelayanan. Dilihat dari akses informasi, materi informasi pria masih sangat terbatas, demikian halnya dengan kesempatan pria/suami yang masih kurang dalam mendapatkan informasi mengenai KB dan kesehatan reproduksi. Keterbatasan juga dilihat dari sisi pelayanan dimana sarana/tempat pelayanan yang dapat mengakomodasi kebutuhan KB dan kesehatan reproduksi pria/suami masih sangat terbatas, sementara jenis pelayanan kesehatan reproduksi untuk pria/suami belum tersedia pada semua tempat pelayanan dan alat kontrasepsi untuk suami hanya terbatas pada kondom dan vasektomi/MOP.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo (2010, hal 19 ) adalah pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan informasi. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi penerimaan dan pemahaman terhadap suatu objek atau materi yang dimanifestasikan dalam bentuk pengetahuan.
Banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh sebuah keluarga dan umur juga mempengaruhi keikutsertaan suami sebagai akseptor KB MOP, semakin banyak jumlah anak maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk menjadi akseptor KB MOP hal ini sesuai dengan hasil analisis lanjut ”Pola Pemakaian Kontrasepsi” dalam BKKBN (2011, hal 137) yaitu berdasarkan data dari Pemantauan PUS Melalui Mini Survei tahun 2009 juga memperkuat temuan di atas, bahwa proporsi terbesar peserta MOW dan MOP adalah mereka yang berusia 40 tahun ke atas, dan telah memiliki 3 anak bahkan lebih. Kenyataan ini menggambarkan bahwa saat disterilisasi umumnya para akseptor memang telah memiliki jumlah anak banyak dan berumur relatif tua, sehingga secara demografis kurang memberikan kontribusi terhadap penurunan angka kelahiran.
Hasil penelitian yang dilakukaan Litbangkes (Penelitian Pengembangan Kesehatan) di wilayah Puskesmas Tembilan kota Pekanbaru tahun 2008 dalam BKKBN (2010, hal 77) bahwa pendidikan dan pengetahuan berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam KB, Semakin tinggi tingkat pendidikan suami, maka semakin mudah untuk menerima gagasan program KB. Selain itu pengetahuan pria yang baik tentang MOP akan membentuk tindakan yang positif terhadap keikutsertaan KB.
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di Provinsi Aceh pada tahun 2014 dalam BKKBN Prov.Aceh (2014, hal 31) sekitar 795.418 pasangan, sementara peserta KB yang aktif hanya sekitar 77,40% yaitu sekitar 615.677 pasangan. Presentase pemakaian metode kontrasepsi juga bervariasi, untuk kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (135.02%), pil (156,32%), IUD (168.07%), implant (120,25) dan MOW (142,78%), sementara metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom (172.51%) dan MOP (80,37%).
Dari data di atas, jumlah PUS di Provinsi Aceh dalam BKKBN Prov,Aceh (2014, hal 37) yang berhasil dibina untuk menggunakan MOP sebagai alat kontrasepsi sangat tinggi yaitu (80,37%), hal ini dikarenakan dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh, 9 Kabupaten/Kota mencapai angka terbaik untuk MOP.  Kabupaten/Kota dengan pencapaian akseptor KB MOP yang terbaik pertama adalah Aceh Jaya (200%), Bener Meriah (175%), Aceh Timur (100%), Aceh Barat (100%), Bireun (100%), Gayo Lues (100%), Nagan Raya (100%), Kota Banda Aceh (100%)  dan Kota Subusalam (100%). Sementara di Kabupaten Aceh Tamiang hanya sekitar 0,00% akseptor KB MOP.
Kabupaten Aceh Tamiang dalam BKKBN Prov.Aceh (2014, hal 35)  merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh yang memiliki luas wilayah 1.939 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 286.226 jiwa.  Jumlah peserta KB yang aktif hanya sekitar 615.677 pasangan dari 795.418 Pasangan Usia Subur (PUS). Sementara Presentase pemakaian metode kontrasepsi di Kabupaten Aceh Tamiang bervariasi, untuk kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (123.05%), pil (135.23%), IUD (203.88%), implant (124.11%) dan MOW (172.44%), sementara metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom (134.32%) dan MOP (0.00%).
Kecamatan Kota Kualasimpang merupakan salah satu kecamatan dengan luas wilayah 4.48 km2 dan merupakan wilayah terkecil dari luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 18.689 jiwa serta merupakan kecamatan yang berdekatan dengan ibu kota Kabupaten Aceh Tamiang sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai hal termasuk pelayanan KB. Namun kenyataan di lapangan didapatkan bahwa kurun waktu tahun 2013-2014 tidak ada akseptor KB MOP.
Desa Bukit Tempurung adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kota Kualasimpang dengan luas wilayah 134 Ha dan memiliki penduduk sebanyak 5145 jiwa serta 1331 Kepala Keluarga (KK) dalam Bappeda Aceh Tamiang (2014, hal 70) memilki peserta KB aktif sebesar 769 pasangan dari 879 PUS, dengan Presentase pemakaian metode kontrasepsi untuk kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (45,5%), pil (32,8%), IUD (3,4%), implant (2,8%) dan MOW (1,7%), sementara metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom (1,1%) dan MOP (0.00%).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh BKKBN Provinsi Aceh bekerja sama dengan Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera (PPKS) Kabupaten Aceh Tamiang untuk meningkatkan partisipasi pria sebagai akseptor KB MOP. Upaya yang telah dilakukan antara lain penyuluhan dan sosialisasi KB MOP melalui pembagian leaflet serta pemberian informasi yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Januari dan Maret tahun 2017 didapatkan bahwa dari 10 orang pria yang sudah menikah di  Desa Bukit Tempurung tentang  alat kontrasepsi mantap  pria  (MOP)  menyatakan  tidak  bersedia  menggunakan  KB  MOP. Semua (100%) suami menyatakan takut dan tidak mau menggunakan KB MOP  karena  bagi  mereka  KB  hanya  digunakan  untuk  wanita  serta didukung kebudayaan dan agama yang sangat mendominan. Tujuan Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan suami dengan pengetahuan suami tentang kontrasepsi mantap pria di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik yaitu ingin mengetahuai hubungan antara tingkat pendidikan suami dengan pengetahuan suami tentang kontrasepsi mantap pria di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017. Desain penelitian ini yang digunakan adalah  cross sectional menurut Notoadmojdo (2010, hal 34).
Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang mempunyai istri atau Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertempat tinggal di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang yang berjumlah 879 pasangan, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 responden.
Teknik sampling dalam penelitian ini menurut Riyanto (2010, hal 49) dengan cara Propotional Random Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan strata yang berbeda.
Rumus           :ni =       
Keterangan    :ni  = Jumlah sampel menurut stratum
 n   =  Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut stratum
N  = Jumlah populasi seluruhnya
Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh distribusi jumlah sampel yang dibutuhkan menurut Dusun yang ada di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017.
Tabel .1 Distribusi Sampel
No
Nama Dusun
Populasi
        ni=
Sampel (n)
1
Mawar

149
149  x 90
         879
15,3 dibulatkan 15
2
Kenanga
137
137 x 90
         879
14,02 dibulatkan 14
3
Melati
222
222  x 90
         879
22,8 dibulatkan 23
4
Tanjung
247
247  x 90
         879
25,3 dibulatkan 25
5
Melur
124
124 x 90
         879
12,7 dibulatkan 13
Jumlah
879

90
Sumber data : Buku Data Penduduk Desa Bukit Bukit Tempurung Kec. Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang

Lokasi Penelitian di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2017. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari data yang menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian.

HASIL PENELITIAN  DAN PEMBAHASAN
          Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti  lakukan pada priode Januari sampai dengan Juni 2017 pada 90 responden di Desa Bukit Tempurung Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Alat Kontrasepsi Mantap Pria Di Desa Bukit Tempurung Kota Kualasimpang  2017

No
Alat Kontrasepsi Mantap Pria
F
Persentase
1
2
Ya
Tidak
17
73
18,9
81,1
Jumlah
90
100 %
Sumber : Data Primer (Diolah)  2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 90 responden yang di wawancarai mayoritas tidak menggunakan alat kontrasepsi mantap pria sebanyak 73 responden (81,1%) dan menggunakan sebanyak 17 responden (18,9%)
Tabel. 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Suami Tentang Alat Kontrasepsi Mantap Pria Di Desa Bukit Tempurung Kota Kualasimpang 2017

No
Pengetahuan
F
Persentase
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
12
35
43
13,3
38,9
47,8
Jumlah
90
100 %
Sumber : Data Primer (Diolah)  2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 90 responden yang di wawancarai mayoritas 43 responden (47,8%) pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi pria kurang, 35 responden (38,9%) pengetahuannya cukup dan 12 responden (13,3%) pengetahuannya  kurang
Tabel. 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Suami Di Desa Bukit Tempurung Kota Kualasimpang 2017

No
Pendidikan
F
Persentase
1
2
3
Tinggi
Menengah
Rendah
12
53
25
13,3
58,9
27,8
Jumlah
90
100.0
Sumber : Data Primer (Diolah)  2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 90 responden yang di wawancarai mayotitas 53 responden (58,9%) dengan tingkat pendidikan menengah, 25 responden (27,8%) pendidikan rendah dan 12 responden (13,3%) pendidikan tinggi.
Tabel. 5 Hubungan Antara Pengetahuan Suami Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Mantap Pria Di Desa Bukit Tempurung Kota Kualasimpang 2017

No
Pengetahuan
Alat Kontrasepsi Mantap Pria
Jumlah
pvalue
X2
Hitung
X2
Tabel
Ya
Tidak
F
%
F
%
F
%
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
10
2
5
83,3
5,7
11,6
2
33
38
16,7
94,3
88,4
12
35
43
100
100
100
0,001
37,973
5,99146
Jumlah
17

73

90

Sumber : Data Primer (Diolah)  2017
Berdasarkan tabel diatas Menunjukkan bahwa dari 90 responden yang di wawancarai,  responden yang pengetahuan baik dan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 83,3% tidak menggunakan 16,7%, responden yang pengetahuan cukup dengan dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 5,7% tidak menggunakan 94,3%, sedangakan  responden yang pengetahuan kurang dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 11,6% tidak menggunakan 88,4%
Hasil uji Chi-Square (X2) diperoleh PValue adalah 0,001 yang berarti nilai PValue lebih kecil dari α = 0,05 dan X2 hitung = 37,973  lebih besar dari X2 tabel = 5,99146. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna  antara pengetahuan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria
Tabel. 6 Hubungan Antara Pendidikan Suami Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Mantap Pria Di Desa Bukit Tempurung Kota Kualasimpang  2017

No
Pendidikan
Alat Kontrasepsi Mantap Pria
Jumlah
pvalue
X2
Hitung
X2
Tabel
Ya
Tidak
F
%
F
%
F
%
1
2
3
Tinggi
Menengah
Dasar
7
9
1
58,3
17
4
5
44
24
41,7
83
96
12
53
25
100
100
100
0,003
15,929
5,99146
Jumlah
17

73

90

Sumber : Data Primer (Diolah)  2017
Berdasarkan tabel diatas Menunjukkan bahwa dari 90 responden yang di wawancarai,  responden yang pendidikan tinggi dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 58,3% tidak menggunakan 41,7%, responden yang pendidikan menengah dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 17% tidak menggunakan 83%, sedangkan  responden yang pendidikan dasar dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 4% tidak menggunakan 96%
Hasil uji Chi-Square (X2) diperoleh PValue adalah 0,003 yang berarti nilai PValue lebih kecil dari α = 0,05 dan X2 hitung = 15,929  lebih besar dari X2 tabel = 5,99146. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna  antara pendidikan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria

PEMBAHASAN
Hasil analisa diperoleh dari 90 responden yang di wawancarai,  responden yang pengetahuan baik dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 83,3% tidak menggunakan 16,7%, responden yang pengetahuan cukup dengan dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 5,7% tidak menggunakan 94,3%, sedangakan  responden yang pengetahuan kurang dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 11,6% tidak menggunakan 88,4% dan hasil uji Chi-Square (X2) diperoleh PValue adalah 0,001 yang berarti nilai PValue lebih kecil dari α = 0,05 dan X2 hitung = 37,973  lebih besar dari X2 tabel = 5,99146. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna  antara pengetahuan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Windhayuristi pada tahun 2012 di Desa Lakipadada Kabupaten Tanah Toraja pada 90 responden diproleh hasil suami yang  pengetahuan baik dengan penggunaan kontarsepsi mantap pria sebanyak 75,3%, sedangkan suami pengetahuan kurang dengan penggunaan kontarsepsi mantap pria  sebanyak 22,7% dan berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square (X2) diperoleh P Value = 0,01  sehingga dapat disimpulkan ada korelasi  antara pengetahuan suami dengan penggunaan  kontarsepsi mantap pria.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Asumsi penelitian dari hasil analisa di dapat masih ada responden yang pengetahuannya baik, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi mantap pria, karena responden beranggapan bahwa yang menggunakan kontrasepsi tersebut adalah wanita bukan peria, selain itu masih ada sebahagian responden yang beranggapan bahwa penggunaan kontrasepsi pria dapat mengurangi kenikmatan berhubungan suami istri dan ada juga yang beranggapan  bahwa kontrasepsi haram digunakan karena membunuh bibit – bibit keturunan.
Hasil analisa diperoleh dari 90 responden yang di wawancarai,  responden yang pendidikan tinggi dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 58,3% tidak menggunakan 41,7%, responden yang pendidikan menengah dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 17% tidak menggunakan 83%, sedangkan  responden yang pendidikan dasar dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 4% tidak menggunakan 96%, dan hasil uji Chi-Square (X2) diperoleh PValue adalah 0,003 yang berarti nilai PValue lebih kecil dari α = 0,05 dan X2 hitung = 15,929  lebih besar dari X2 tabel = 5,99146. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna  antara pendidikan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Windhayuristi pada tahun 2012 di Desa Lakipadada Kabupaten Tanah Toraja pada 90 responden diproleh hasil suami yang  tingkat pendidikannya tinggi dengan pengetahuan baik tentang kontarsepsi mantap pria sebanyak 75,3% dan pengetahuan tidak baik sebanyak 24,7%, sedangkan suami pendidikannya rendah dengan pengetahuan baik tentang kontarsepsi mantap pria sebanyak 22,7%  dan pengetahuan tidak baik sebanyak 77,3%. Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square (X2) diperoleh P Value = 0,01  sehingga dapat disimpulkan ada korelasi  antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan suami tentang penggunaan kontarsepsi mantap pria
Pendidikan merupakan diinterparetasikan dengan makna untuk mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman dan belajar.
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengtahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk kearah depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkwalitas. Pendidikan juga merupakan suatu usaha untuk mengembangkan intelektualitas supaya cepat dan tepat dalam mencerna semua gejala yang ada. Penddikan itu sendiri juga dapat dilakukan baik dari keluarga, lingkungan dan sekolah. Namun dengan adanya pendidikan itu sendiri dapat menciptkan suasana penuh gejolak untuk lebih maju karena suasana proes pembelajaran secara sehat sehingga memunculkan persaingan dalam meningkatkan pengetahuan persaingan sehat. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi seraca cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi dari kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Asumsi penelitian dari hasil analisa masih ada suami yang pendidikannya tinggi tetapi tidak menggunakan konrasepsi mantap pria, karena walaupun pendidikannya tinggi namun informasi tentang kontrasepsi mantap pria tidak pernah diterima masa dalam pendidikan dan responden tidak pernah mencari informasi-informasi dari sumber lain, selain itu masih ada sebahagian responden walaupun pendidikan tinggi tidak mau menggunakan kontrasepsi mantap peria, karena istrinya tidak mengizinkan suaminya untuk menggunakan kontrasepsi dengan berbagai alasan seperti takut suaminya berbuat yang macam-macam di luar rumah, mengurangi kejantanan suami dan sebagainya

Kesimpulan
       Berasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.         Dari 90 responden yang di wawancarai mayoritas tidak menggunakan alat kontrasepsi mantap pria sebanyak 73 responden (81,1%) dan menggunakan sebanyak 17 responden (18,9%)
2.         Ada hubungan yang bermakna  antara pengetahuan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria (PValue = 0,001< α = 0,05)
3.         Ada hubungan yang bermakna  antara pendidikan sumai dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria (PValue = 0,003< α = 0,05)
Saran – Saran
1.         Diharapkan kepada responden (suami) agar dapat mencari informasi – informasi tentang kontrasepsi mantap pria, sehingga suami dapat mengerti dan memahami bahwa kontrasepsi bukan hanya untuk dilakukan oleh istri, tetapi suami juga dapat melakukan kontrasepsi.
2.         Diharapkan kepada petugas Puskesmas Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang khususnya pengelola KB agar dapat memberikan penyuluhan secara rutin tentang kontrasepsi mantap pria, untuk menambah pengetahuan para suami tentang kontrasepsi mantap pria
3 Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang agar memberikan pelatihan – pelatihan kepada Bidan Desa, agar bidan Desa dapat mensosialisasikan kepada pasangan usia subur bahwa suami juga dapat menggunakan kontrasepi yaitu kontrasepi mantap pria.
4. Diharapkan kepada Kantor Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga sSejahtera (KPPKS) tetutama petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) Kabupaten Aceh Tamiang agar melakukan penyuluhan secara berkala kepada pasangan usai subur tentang manfaat kontrasepsi terutama kontrasepsi mantap pria.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifudin. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Kerja Dinas Kesehatan Kota Blitar. Jurnal Kesehatan (The Journal of Health) Vol. 3 No.1 Hal 1-54 Mei 2005. Malang : Politeknik Kesehatan Malang.
Azwar,s. (2010) “Metodelogi Penelitian. Yokyakarta” : Pustaka Pelajar.
BKKBN (2010) Petunjuk Pelaksanaan Program KB Nasional. Jakarta.
BKKBN (2011) Lembar Balik Informasi Keluarga Berencana (KB). Jakarta
BKKBN (2012) “ Buku sumber Untuk Advokasi Keluarga Berencana (KB). Jakarta.
BKKBN (2013) “ Kurikulum dan Modul Pelatihan Pemberian Informasi Kontrasepsi. Jakarta.
BKKBN (2014) Laporan Umpan Balik Program  Keluarga Berencana Nasional . Provinsi Aceh
BAPPEDA Aceh Tamiang  (2014) Profil Kabupaten Aceh Tamiang dalam Angka”. Aceh Tamiang.
Dini Febriana. (2012). Untung Ruginya Vasektomi. Internet available from http://www.mail-archive.com/balita-anda.com/msg199894.html. Accesed on April 30th 2012
Glasier, Anna. (2010). Handbook Of Family Planning And Reproductive Healthcare (4thed), Brahm U. Pendit. (2010) (Alih Bahasa), Jakarta : EGC.
Gumiarti, Moh. Wildan & Sugijati. (2010). Hubungan Antara Pendidikan, Umur, Jumlah Anak dan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler) di Desa Kumuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan (The Journal of Health) Vol. 3 No.1 Hal 1-54 Mei 2010. Malang : Politeknik Kesehatan Malang.
Hanafi Hartanto. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
HR.Siswosudarmo. (2011). Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Mardiya. (2010). Petunjuk Praktis Cara Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Liberty.
Maryani, (2010) Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta
Mochtar Rustam. (2009). Sinopsis Obstetri_Jilid 2. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2013). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo.S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
PPKS Aceh Tamiang  (2014) Profil Keluargadi Kabupaten Aceh Tamiang . Aceh Tamiang.
Soekidjo Notoatmodjo. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Syamsul Berau. (2011). Landasan Pendidikan. Internet available from http://syamsulberau.wordpress.com/2007/11/16/landasan-pendidikan. Accesed on Februari 25th 2009
Trie Hariweni. (2010). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja Tentang Stimulasi Pada Pengasuhan Anak Balita. Internet available from http://www.infoibu.com/ . Accesed on March 23th 2009
Vasektomi Tanpa Pisau Kontrasepsi Untuk Pria (No-Scalpel Vasectomy Contraseptive For Mens). Internet available from http;//www.pkmi-online.com/vtp.htm. Accesed on April 30th 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar