HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN
SUAMI TENTANG
KONTRASEPSI MANTAP PRIA DI DESA BUKIT TEMPURUNG KECAMATAN KOTA
KUALASIMPANG KABUPATEN ACEH TAMIANG
Oleh:
Kasad, SKM, M.Kes
Prodi Keperawatan Langsa Desa Paya Bujuk Beuromo
Langsa Barat Kota langsa
ABSTRAK
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi adalah merupakan suatu metode operatif minor
pada pria yang sangat aman, sederhana, dan sangat efektif, memakan waktu
operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum. Presentase pemakaian metode kontrasepsi di Kabupaten Aceh Tamiang
bervariasi, untuk kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (123.05%), pil
(135.23%), IUD (203.88%), implant (124.11%) dan MOW (172.44%), sementara metode
kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom (134.32%) dan MOP (0.00%) dan Presentase pemakaian metode kontrasepsi untuk kontrasepsi modern
untuk wanita seperti suntik (45,5%), pil (32,8%), IUD (3,4%), implant (2,8%)
dan MOW (1,7%), sementara metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom
(1,1%) dan MOP (0.00%). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengatahuan dan pendidikan
suami tentang kontrasepsi mantap pria di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota
Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang. Jenis penelitian bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian priode Januari sampai dengan Juni 2017 di
Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang.
Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang mempunyai istri atau Pasangan
Usia Subur (PUS) yang bertempat tinggal di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota
Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang yang berjumlah 879 pasangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proposional Random Sampling dengan besar
sampel 90 sampel. Hasil penelitian dari
90 responden yang di wawancarai mayoritas tidak menggunakan alat kontrasepsi
mantap pria sebanyak 17 responden (18,9%) dan menggunakan sebanyak 17 responden
(189%) dan secara statistik menggunakan uji chi-square didapat ada
hubungan yang bermakna antara
pengetahuan suami dengan penggunaan
alat kontrasepsi mantap pria (PValue
= 0,01< α = 0,05), dan ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan sumai dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria (PValue
= 0,03< α = 0,05). Diharapkan kepada Puskesmas Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang khususnya pengelola KB agar dapat memberikan penyuluhan secara rutin
tentang kontrasepsi mantap pria, untuk menambah pengetahuan para suami tentang
kontrasepsi mantap pria
Kata Kunci: Pengetahuan Dan Pendidikan Suami , Kontrasepsi Mantap
Pria
PENDAHULUAN
Pelaksanaan
program KB Nasional saat ini mengamanatkan Pembangunan Kependudukan dan
Keluarga Kecil Berkualitas sebagai upaya penting dalam mencapai pembangunan
yang berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan sebagai upaya peningkatan dan
pengembangan kualitas penduduk memulai keluarga berencana, dengan perwujudan
keluarga kecil yang diharapkan menjadi dasar tumbuhnya keluarga berkualitas
yang memberikan peluang pada pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang
handal, tangguh dan mandiri.
Keberhasilan program keluarga berencana tergantung pada sejauh mana
masyarakat memikul tanggung jawab mengurus program pembatasan kelahiran mereka
sendiri dan mendukung serta mendorong diterimanya norma keluarga kecil, sesuai
dengan defenisi menurut BKKBN (2010, hal 28) keluarga berencana
(KB) adalah upaya untuk
meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan keluarga,
peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Salah satu program KB adalah penurunan angka kelahiran dengan upaya antara lain pemakaian
alat kontrasepsi dalam Prawirohardjo (2010, hal 145) adalah
kontrasepsi yaitu suatu upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu
variabel yang mempengaruhi
fertilitas.
Ada berbagai metode kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pasangan
usia subur (PUS) dalam upaya mencegah terjadinya kehamilan, diantaranya adalah
metode modern yaitu Operasi Wanita (MOW), pil, IUD, suntik, dan susuk KB/implant,
sementara metode kontrasepsi tradisional wanita adalah dengan pantang berkala.
Metode kontrasepsi untuk pria ada beberapa jenis yaitu metode
kontrasepsi tradisional senggama terputus dan metode kontrasepsi modern yaitu
kondom dan Medis Operasi Pria (MOP) atau yang sering dikenal vasektomi, menurut
Hartanto (2010, hal 216) MOP adalah merupakan salah satu teknik
kontrasepsi mantap, suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang
sangat aman, sederhana dan sangat efektif, hanya butuh waktu operasi yang
sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.
MOP prinsipnya sama dengan tubektomi pada perempuan menurut
Meilani, ddk (2010, hal 180) yaitu menutup
saluran bibit laki-laki (vas deferens) dengan melakukan operasi kecil pada
kantong zakar sebelah kanan dan kiri. Operasi ini tergolong ringan, bahkan
lebih ringan dari khitan (sunat) dan bisa dilakukan tanpa pisau. Seorang pria yang sudah divasektomi menurut
Mulyani (2013, hal 73) volume air
maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi
karena skrotum yang mengalirkannya sudah buntu. Sperma yang sudah dibentuk
tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap dan dihancurkan oleh tubuh.
MOP secara umum dianggap lebih efektif daripada sterilisasi wanita
atau sering dikenal dengan tubektomi menurut Pendit (2010, hal 114) angka kegagalan hanya 0,1-0,5% dalam tahun pertama. Kegagalan
metode ini biasanya disebabkan oleh rekanalisasi (rekoneksi) spontan vas deferens, penyumbatan struktur yang salah
selama pembedahan, kegagalan mendeteksi duplikasi vas deferens kongenital.
Sperma masih dapat ditemukan dalam semen segera setelah vasektomi, pria yang
menjalani vasektomi harus diberitahu untuk menggunakan metode kontrasepsi lain
sampai pemeriksaan memperlihatkan bahwa tidak ada sperma yang diejakulasikan
atau mereka telah berejakulasi paling sedikit 20 kali.
Berdasarkan data SDKI (2012, hal 88) di Indonesia peserta MOP masih
tergolong rendah yaitu 0,25% bila dibandingkan dengan negara-negara Islam
lainnya seperti Pakistan tahun 1999 (5,2%), Bangladesh tahun 1997 (13,9%) dan
Malaysia tahun 1988 (16,8%). Pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia juga
bervariasi. Persentase pemakaian metode kontrasepsi modern pada wanita seperti
suntik (31,9%), pil (13,6%), IUD (3,9%), susuk (3,3%), MOW (3,2%) dan untuk
metode kontrasepsi tradisional yaitu pantang berkala (1,7%). Sementara
pemakaian metode kontrasepsi modern pada pria seperti kondom (0,7%), MOP (0,2%)
dan untuk metode kontrasepsi tradisional yaitu senggama terputus (2,3%).
Rendahnya minat masyarakat
terhadap sterilisasi dimungkinkan karena program KB di waktu yang lalu yang
”bias gender” dan belum adanya keputusan yang jelas dari pihak MUI yang masih
mempersoalkan haram tidaknya sterilisasi. Di sisi lain sikap pemerintah sendiri
dinilai masih kurang tegas mengenai sterilisasi. Sementara BKKBN beranggapan
bahwa sterilisasi sudah menjadi program pemerintah, terbukti dengan tersedianya
dukungan dana dan sarana untuk kegiatan operasionalnya. Selain menyediakan dana
yang tidak sedikit untuk pelayanan sterilisasi, BKKBN juga telah melatih dokter
pemberi pelayanan, memberikan dukungan sarana pelayanan serta dana penggerakan
di lapangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan pencapaian yang menggembirakan.
Rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB vasektomi disebabkan oleh
dua faktor utama dalam BKKBN (2012, hal 90) yaitu : (1)
faktor dukungan, baik politis, sosial budaya, maupun keluarga yang masih rendah
sebagai akibat rendah/kurangnya pengetahuan pria/suami serta lingkungan sosial
budaya yang menganggap KB dan kesehatan reproduksi merupakan urusan dan
tanggung jawab perempuan, (2) faktor akses, baik akses informasi, maupun akses
pelayanan. Dilihat dari akses informasi, materi informasi pria masih sangat
terbatas, demikian halnya dengan kesempatan pria/suami yang masih kurang dalam
mendapatkan informasi mengenai KB dan kesehatan reproduksi. Keterbatasan juga
dilihat dari sisi pelayanan dimana sarana/tempat pelayanan yang dapat mengakomodasi
kebutuhan KB dan kesehatan reproduksi pria/suami masih sangat terbatas,
sementara jenis pelayanan kesehatan reproduksi untuk pria/suami belum tersedia
pada semua tempat pelayanan dan alat kontrasepsi untuk suami hanya terbatas
pada kondom dan vasektomi/MOP.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan seseorang menurut
Notoatmodjo (2010, hal 19 ) adalah
pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan informasi. Tingkat
pendidikan seseorang akan mempengaruhi penerimaan dan pemahaman terhadap suatu
objek atau materi yang dimanifestasikan dalam bentuk pengetahuan.
Banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh sebuah keluarga
dan umur juga mempengaruhi keikutsertaan suami sebagai akseptor KB MOP, semakin
banyak jumlah anak maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk menjadi
akseptor KB MOP hal ini sesuai dengan hasil analisis lanjut ”Pola Pemakaian
Kontrasepsi” dalam BKKBN (2011, hal 137) yaitu berdasarkan data dari Pemantauan
PUS Melalui Mini Survei tahun 2009 juga memperkuat temuan di atas, bahwa proporsi
terbesar peserta MOW dan MOP adalah mereka yang berusia 40 tahun ke atas, dan
telah memiliki 3 anak bahkan lebih. Kenyataan ini menggambarkan bahwa saat
disterilisasi umumnya para akseptor memang telah memiliki jumlah anak banyak
dan berumur relatif tua, sehingga secara demografis kurang memberikan
kontribusi terhadap penurunan angka kelahiran.
Hasil penelitian yang dilakukaan Litbangkes (Penelitian
Pengembangan Kesehatan) di wilayah Puskesmas Tembilan kota Pekanbaru tahun 2008
dalam BKKBN (2010, hal 77) bahwa pendidikan dan pengetahuan berhubungan dengan
keikutsertaan pria dalam KB, Semakin tinggi tingkat pendidikan suami, maka
semakin mudah untuk menerima gagasan program KB. Selain itu
pengetahuan pria yang baik tentang MOP akan membentuk tindakan yang positif
terhadap keikutsertaan KB.
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di Provinsi Aceh pada
tahun 2014 dalam BKKBN Prov.Aceh (2014, hal 31) sekitar 795.418 pasangan,
sementara peserta KB yang aktif hanya sekitar 77,40% yaitu sekitar 615.677
pasangan. Presentase pemakaian metode kontrasepsi juga bervariasi, untuk
kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (135.02%), pil (156,32%), IUD (168.07%),
implant (120,25) dan MOW (142,78%), sementara metode kontrasepsi modern untuk
pria seperti kondom (172.51%) dan MOP (80,37%).
Dari data di atas, jumlah PUS di Provinsi Aceh dalam BKKBN
Prov,Aceh (2014, hal 37) yang berhasil dibina untuk menggunakan MOP sebagai
alat kontrasepsi sangat tinggi yaitu (80,37%), hal ini dikarenakan dari 23
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh, 9 Kabupaten/Kota mencapai angka
terbaik untuk MOP. Kabupaten/Kota dengan
pencapaian akseptor KB MOP yang terbaik pertama adalah Aceh Jaya (200%), Bener
Meriah (175%), Aceh Timur (100%), Aceh Barat (100%), Bireun (100%), Gayo Lues
(100%), Nagan Raya (100%), Kota Banda Aceh (100%) dan Kota Subusalam (100%). Sementara di Kabupaten
Aceh Tamiang hanya sekitar 0,00% akseptor KB MOP.
Kabupaten Aceh Tamiang dalam BKKBN Prov.Aceh (2014, hal 35) merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Aceh yang memiliki luas wilayah 1.939 km2 dengan jumlah penduduk
sebanyak 286.226 jiwa. Jumlah peserta KB
yang aktif hanya sekitar 615.677 pasangan dari 795.418 Pasangan Usia Subur
(PUS). Sementara Presentase pemakaian metode kontrasepsi di Kabupaten Aceh
Tamiang bervariasi, untuk kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (123.05%),
pil (135.23%), IUD (203.88%), implant (124.11%) dan MOW (172.44%), sementara
metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom (134.32%) dan MOP (0.00%).
Kecamatan Kota Kualasimpang merupakan salah satu kecamatan dengan
luas wilayah 4.48 km2 dan merupakan wilayah terkecil dari luas wilayah
Kabupaten Aceh Tamiang yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 18.689 jiwa serta
merupakan kecamatan yang berdekatan dengan ibu kota Kabupaten Aceh Tamiang
sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai hal termasuk pelayanan
KB. Namun kenyataan di lapangan didapatkan bahwa kurun waktu tahun 2013-2014
tidak ada akseptor KB MOP.
Desa Bukit Tempurung adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan
Kota Kualasimpang dengan luas wilayah 134 Ha dan memiliki penduduk sebanyak 5145
jiwa serta 1331 Kepala Keluarga (KK) dalam Bappeda Aceh Tamiang (2014, hal 70) memilki peserta KB aktif sebesar 769 pasangan dari 879 PUS, dengan
Presentase pemakaian metode kontrasepsi untuk kontrasepsi modern untuk wanita
seperti suntik (45,5%), pil (32,8%), IUD (3,4%), implant (2,8%) dan MOW (1,7%),
sementara metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom (1,1%) dan MOP
(0.00%).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh BKKBN Provinsi Aceh bekerja
sama dengan Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera (PPKS)
Kabupaten Aceh Tamiang untuk meningkatkan partisipasi pria sebagai akseptor KB
MOP. Upaya yang telah dilakukan antara lain penyuluhan dan sosialisasi KB MOP
melalui pembagian leaflet serta pemberian informasi yang dilakukan oleh Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
bulan Januari dan Maret tahun 2017 didapatkan bahwa dari 10 orang pria yang
sudah menikah di Desa Bukit Tempurung
tentang alat kontrasepsi mantap pria
(MOP) menyatakan tidak
bersedia menggunakan KB
MOP. Semua (100%) suami menyatakan takut dan tidak mau menggunakan KB
MOP karena bagi
mereka KB hanya
digunakan untuk wanita
serta didukung kebudayaan dan agama yang sangat mendominan. Tujuan Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan suami dengan pengetahuan
suami tentang kontrasepsi mantap pria di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota
Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik yaitu ingin mengetahuai hubungan antara tingkat pendidikan
suami dengan pengetahuan suami tentang kontrasepsi mantap pria di Desa Bukit
Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017. Desain penelitian ini yang digunakan adalah cross
sectional menurut Notoadmojdo (2010, hal 34).
Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang mempunyai
istri atau Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertempat tinggal di Desa Bukit
Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang yang berjumlah 879
pasangan, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 responden.
Teknik sampling
dalam penelitian ini menurut Riyanto (2010, hal 49) dengan cara Propotional Random Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan strata yang berbeda.
Rumus :ni =
Keterangan :ni =
Jumlah sampel menurut stratum
n = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh distribusi
jumlah sampel yang dibutuhkan menurut Dusun yang ada di Desa Bukit Tempurung Kecamatan
Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017.
Tabel .1 Distribusi Sampel
No
|
Nama Dusun
|
Populasi
|
ni=
|
Sampel (n)
|
1
|
Mawar
|
149
|
149 x 90
879
|
15,3
dibulatkan 15
|
2
|
Kenanga
|
137
|
137 x
90
879
|
14,02
dibulatkan 14
|
3
|
Melati
|
222
|
222 x 90
879
|
22,8
dibulatkan 23
|
4
|
Tanjung
|
247
|
247 x 90
879
|
25,3
dibulatkan 25
|
5
|
Melur
|
124
|
124 x
90
879
|
12,7
dibulatkan 13
|
Jumlah
|
879
|
|
90
|
Sumber data : Buku Data Penduduk Desa Bukit Bukit
Tempurung Kec. Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang
Lokasi Penelitian di Desa Bukit Tempurung Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian dilakukan
pada bulan Januari sampai dengan Juni 2017. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket dalam
bentuk kuesioner yang terdiri dari data yang menggambarkan variabel yang
diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
lakukan pada priode Januari sampai
dengan Juni 2017 pada 90 responden di Desa Bukit
Tempurung Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Alat Kontrasepsi Mantap Pria Di Desa Bukit Tempurung Kota
Kualasimpang 2017
No
|
Alat Kontrasepsi Mantap Pria
|
F
|
Persentase
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
17
73
|
18,9
81,1
|
Jumlah
|
90
|
100 %
|
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan bahwa dari 90 responden
yang di wawancarai mayoritas tidak menggunakan alat kontrasepsi
mantap pria sebanyak 73 responden (81,1%) dan menggunakan sebanyak 17 responden
(18,9%)
Tabel. 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Suami Tentang Alat Kontrasepsi Mantap Pria Di Desa Bukit
Tempurung Kota Kualasimpang 2017
No
|
Pengetahuan
|
F
|
Persentase
|
1
2
3
|
Baik
Cukup
Kurang
|
12
35
43
|
13,3
38,9
47,8
|
Jumlah
|
90
|
100 %
|
Sumber : Data Primer (Diolah) 2016
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan bahwa dari 90 responden
yang di wawancarai mayoritas 43 responden (47,8%) pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi
pria kurang, 35 responden (38,9%) pengetahuannya cukup dan 12 responden (13,3%) pengetahuannya kurang
Tabel. 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Suami Di Desa Bukit Tempurung Kota Kualasimpang 2017
No
|
Pendidikan
|
F
|
Persentase
|
1
2
3
|
Tinggi
Menengah
Rendah
|
12
53
25
|
13,3
58,9
27,8
|
Jumlah
|
90
|
100.0
|
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa dari 90 responden yang di wawancarai mayotitas 53 responden (58,9%) dengan tingkat pendidikan menengah, 25 responden (27,8%) pendidikan rendah
dan 12 responden (13,3%) pendidikan tinggi.
Tabel. 5 Hubungan Antara Pengetahuan Suami Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Mantap Pria Di Desa Bukit Tempurung Kota
Kualasimpang 2017
No
|
Pengetahuan
|
Alat Kontrasepsi Mantap Pria
|
Jumlah
|
pvalue
|
X2
Hitung
|
X2
Tabel
|
||||
Ya
|
Tidak
|
|||||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|||||
1
2
3
|
Baik
Cukup
Kurang
|
10
2
5
|
83,3
5,7
11,6
|
2
33
38
|
16,7
94,3
88,4
|
12
35
43
|
100
100
100
|
0,001
|
37,973
|
5,99146
|
Jumlah
|
17
|
|
73
|
|
90
|
|
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan
tabel diatas Menunjukkan bahwa dari 90 responden yang di wawancarai, responden yang pengetahuan baik dan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 83,3% tidak menggunakan 16,7%, responden yang pengetahuan cukup dengan dengan
yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 5,7% tidak menggunakan 94,3%, sedangakan
responden yang pengetahuan kurang dengan yang menggunakan kontrasepsi
mantap pria 11,6% tidak
menggunakan 88,4%
Hasil uji Chi-Square (X2)
diperoleh PValue adalah
0,001 yang berarti nilai PValue
lebih kecil dari α = 0,05 dan X2 hitung = 37,973 lebih besar
dari X2 tabel = 5,99146. Hal ini
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi mantap pria
Tabel. 6 Hubungan Antara Pendidikan Suami Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Mantap Pria Di Desa Bukit Tempurung Kota
Kualasimpang 2017
No
|
Pendidikan
|
Alat Kontrasepsi Mantap Pria
|
Jumlah
|
pvalue
|
X2
Hitung
|
X2
Tabel
|
||||
Ya
|
Tidak
|
|||||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|||||
1
2
3
|
Tinggi
Menengah
Dasar
|
7
9
1
|
58,3
17
4
|
5
44
24
|
41,7
83
96
|
12
53
25
|
100
100
100
|
0,003
|
15,929
|
5,99146
|
Jumlah
|
17
|
|
73
|
|
90
|
|
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan
tabel diatas Menunjukkan bahwa dari 90 responden yang di wawancarai, responden yang pendidikan tinggi dengan yang
menggunakan kontrasepsi mantap pria 58,3% tidak
menggunakan 41,7%, responden yang pendidikan menengah dengan yang menggunakan
kontrasepsi mantap pria 17% tidak menggunakan 83%, sedangkan responden yang pendidikan dasar dengan yang
menggunakan kontrasepsi mantap pria 4% tidak
menggunakan 96%
Hasil uji Chi-Square (X2)
diperoleh PValue adalah
0,003 yang berarti nilai PValue
lebih kecil dari α = 0,05 dan X2 hitung = 15,929 lebih besar
dari X2 tabel = 5,99146. Hal ini
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria
PEMBAHASAN
Hasil analisa diperoleh dari 90 responden yang di
wawancarai, responden yang pengetahuan baik dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap
pria 83,3% tidak menggunakan 16,7%, responden yang
pengetahuan cukup dengan dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 5,7% tidak menggunakan 94,3%, sedangakan
responden yang pengetahuan kurang dengan yang menggunakan kontrasepsi
mantap pria 11,6% tidak
menggunakan 88,4% dan hasil uji Chi-Square (X2)
diperoleh PValue adalah
0,001 yang berarti nilai PValue
lebih kecil dari α = 0,05 dan X2 hitung = 37,973 lebih besar
dari X2 tabel = 5,99146. Hal ini
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi mantap pria
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Windhayuristi pada tahun 2012 di Desa Lakipadada Kabupaten Tanah Toraja pada 90 responden diproleh hasil
suami yang pengetahuan baik dengan
penggunaan kontarsepsi mantap pria sebanyak 75,3%, sedangkan suami pengetahuan
kurang dengan penggunaan kontarsepsi mantap pria sebanyak 22,7% dan berdasarkan uji statistik
menggunakan Chi-Square (X2)
diperoleh P Value = 0,01
sehingga dapat disimpulkan ada korelasi
antara pengetahuan suami dengan penggunaan kontarsepsi mantap pria.
Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Asumsi penelitian dari hasil analisa di dapat masih ada responden yang pengetahuannya baik, tetapi tidak menggunakan
kontrasepsi mantap pria, karena responden beranggapan bahwa yang menggunakan
kontrasepsi tersebut adalah wanita bukan peria, selain itu masih ada sebahagian
responden yang beranggapan bahwa penggunaan kontrasepsi pria dapat mengurangi
kenikmatan berhubungan suami istri dan ada juga yang beranggapan bahwa kontrasepsi haram digunakan karena
membunuh bibit – bibit keturunan.
Hasil analisa diperoleh dari 90 responden yang di
wawancarai, responden yang pendidikan tinggi dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap
pria 58,3% tidak menggunakan 41,7%, responden yang
pendidikan menengah dengan yang menggunakan kontrasepsi mantap pria 17% tidak menggunakan 83%, sedangkan
responden yang pendidikan dasar dengan yang menggunakan kontrasepsi
mantap pria 4% tidak
menggunakan 96%, dan hasil uji Chi-Square (X2)
diperoleh PValue adalah
0,003 yang berarti nilai PValue
lebih kecil dari α = 0,05 dan X2 hitung = 15,929 lebih besar
dari X2 tabel = 5,99146. Hal ini
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi mantap pria
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Windhayuristi pada tahun 2012 di Desa Lakipadada Kabupaten Tanah Toraja pada 90 responden diproleh hasil
suami yang tingkat pendidikannya tinggi
dengan pengetahuan baik tentang kontarsepsi mantap pria sebanyak 75,3% dan
pengetahuan tidak baik sebanyak 24,7%, sedangkan suami pendidikannya rendah
dengan pengetahuan baik tentang kontarsepsi mantap pria sebanyak 22,7% dan pengetahuan tidak baik sebanyak 77,3%.
Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square (X2) diperoleh P Value
= 0,01 sehingga dapat
disimpulkan ada korelasi antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan suami tentang penggunaan kontarsepsi mantap pria
Pendidikan
merupakan diinterparetasikan dengan makna untuk
mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah
dan merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta
untuk memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen
yang ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi
sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman dan
belajar.
Pendidikan adalah
suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah
pengtahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga
bisa memiliki pandangan yang luas untuk kearah depan lebih baik dan dengan
pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkwalitas. Pendidikan
juga merupakan suatu usaha untuk mengembangkan intelektualitas supaya cepat dan
tepat dalam mencerna semua gejala yang ada. Penddikan itu sendiri juga dapat
dilakukan baik dari keluarga, lingkungan dan sekolah. Namun dengan adanya
pendidikan itu sendiri dapat menciptkan suasana penuh gejolak untuk lebih maju
karena suasana proes pembelajaran secara sehat sehingga memunculkan persaingan
dalam meningkatkan pengetahuan persaingan sehat. Tujuan pendidikan adalah
menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan
mampu beradaptasi seraca cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena
pendidikan itu sendiri memotivasi dari kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan.
Asumsi penelitian dari hasil analisa masih ada suami yang pendidikannya tinggi
tetapi tidak menggunakan konrasepsi mantap pria, karena walaupun pendidikannya
tinggi namun informasi tentang kontrasepsi mantap pria tidak pernah diterima
masa dalam pendidikan dan responden tidak pernah mencari informasi-informasi
dari sumber lain, selain itu masih ada sebahagian responden walaupun pendidikan
tinggi tidak mau menggunakan kontrasepsi mantap peria, karena istrinya tidak
mengizinkan suaminya untuk menggunakan kontrasepsi dengan berbagai alasan
seperti takut suaminya berbuat yang macam-macam di luar rumah, mengurangi
kejantanan suami dan sebagainya
Kesimpulan
Berasarkan hasil penelitian dan uraian
pembahasan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari
90 responden yang di wawancarai mayoritas tidak menggunakan alat kontrasepsi
mantap pria sebanyak 73 responden (81,1%) dan menggunakan sebanyak 17 responden
(18,9%)
2. Ada
hubungan yang bermakna antara
pengetahuan suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi mantap pria (PValue = 0,001< α = 0,05)
3. Ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan sumai dengan
penggunaan alat kontrasepsi mantap pria (PValue = 0,003< α = 0,05)
Saran – Saran
1. Diharapkan kepada responden (suami) agar dapat mencari informasi –
informasi tentang kontrasepsi mantap pria, sehingga suami dapat mengerti dan
memahami bahwa kontrasepsi bukan hanya untuk dilakukan oleh istri, tetapi suami
juga dapat melakukan kontrasepsi.
2. Diharapkan
kepada petugas Puskesmas Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang khususnya
pengelola KB agar dapat memberikan penyuluhan secara rutin tentang kontrasepsi
mantap pria, untuk menambah pengetahuan para suami tentang kontrasepsi mantap
pria
3 Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Tamiang agar memberikan pelatihan – pelatihan kepada Bidan Desa, agar
bidan Desa dapat mensosialisasikan kepada pasangan usia subur bahwa suami juga
dapat menggunakan kontrasepi yaitu kontrasepi mantap pria.
4. Diharapkan kepada Kantor Pemberdayaan
Perempuan Dan Keluarga sSejahtera (KPPKS) tetutama petugas lapangan keluarga
berencana (PLKB) Kabupaten Aceh Tamiang agar melakukan penyuluhan secara
berkala kepada pasangan usai subur tentang manfaat kontrasepsi terutama
kontrasepsi mantap pria.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifudin. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. Kerja
Dinas Kesehatan Kota
Blitar. Jurnal Kesehatan (The Journal of Health) Vol. 3 No.1 Hal 1-54 Mei 2005.
Malang : Politeknik Kesehatan Malang.
Azwar,s. (2010) “Metodelogi Penelitian. Yokyakarta” : Pustaka Pelajar.
BKKBN (2010) “ Petunjuk
Pelaksanaan Program KB Nasional”. Jakarta.
BKKBN (2011) “Lembar Balik
Informasi Keluarga Berencana (KB)”. Jakarta
BKKBN (2012) “ Buku sumber Untuk Advokasi Keluarga Berencana (KB) ”. Jakarta.
BKKBN (2013) “ Kurikulum dan
Modul Pelatihan Pemberian Informasi Kontrasepsi”. Jakarta.
BKKBN (2014) “ Laporan Umpan Balik Program Keluarga Berencana Nasional ”. Provinsi Aceh
BAPPEDA Aceh Tamiang (2014) “
Profil
Kabupaten Aceh Tamiang dalam Angka”. Aceh Tamiang.
Dini Febriana. (2012). Untung Ruginya Vasektomi. Internet available from http://www.mail-archive.com/balita-anda.com/msg199894.html. Accesed on April 30th 2012
Glasier, Anna. (2010). Handbook Of Family Planning And Reproductive Healthcare (4thed),
Brahm U. Pendit. (2010) (Alih Bahasa), Jakarta : EGC.
Gumiarti, Moh. Wildan & Sugijati. (2010). Hubungan Antara
Pendidikan, Umur, Jumlah Anak dan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan
Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler) di Desa Kumuning Lor Kecamatan
Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan (The Journal of Health) Vol. 3 No.1
Hal 1-54 Mei 2010. Malang : Politeknik Kesehatan Malang.
Hanafi Hartanto. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
HR.Siswosudarmo. (2011). Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Mardiya. (2010). Petunjuk Praktis Cara Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Liberty.
Maryani, (2010) Ilmu
Prilaku Kesehatan. Jakarta
Mochtar Rustam. (2009). Sinopsis Obstetri_Jilid 2.
Jakarta : EGC.
Nursalam. (2013). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Notoatmodjo.S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta
: PT Rineka Cipta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2010). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
PPKS Aceh Tamiang (2014) “
Profil
Keluargadi Kabupaten Aceh Tamiang ” . Aceh Tamiang.
Soekidjo Notoatmodjo. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Syamsul Berau. (2011). Landasan Pendidikan. Internet available from http://syamsulberau.wordpress.com/2007/11/16/landasan-pendidikan.
Accesed on Februari 25th 2009
Trie Hariweni. (2010). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja Tentang
Stimulasi Pada Pengasuhan Anak Balita. Internet available from http://www.infoibu.com/
. Accesed on March 23th 2009
Vasektomi Tanpa Pisau Kontrasepsi Untuk Pria (No-Scalpel Vasectomy
Contraseptive For Mens). Internet available from http;//www.pkmi-online.com/vtp.htm.
Accesed on April 30th 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar