PENGARUH DELAYED CORD CLAMPING TERHADAP KADAR HB
NEONATUS DI BPM MARDHIAH DAN
BPM SITI HALIJAH KOTA LANGSA
Oleh :
Nora Veri
Dosen Prodi Kebidanan
Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh
ABSTRAK
Objektif
: Tingginya angka prevalensi anemia pada bayi baru lahir, berhubungan dengan
tidak cukupnya penyimpanan cadangan zat besi pada bayi. Penundaan pemotongan
tali pusat ditemukan dapat mengatasi hal tersebut, karena bayi mendapat
tambahan zat besi sebesar 40-50 mg/kg saat lahir sehingga dapat mencegah
kekurangan zat besi bahkan hingga bayi tersebut mencapai usia satu tahun.
Penundaan pemotongan tali pusat juga dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada
bayi baru lahir cukup bulan. Ditemukan bahwa kadar hemoglobin pada bayi yang
dilakukan pemotongan tali pusat dengan segera adalah 16,2 g/dL, sedangkan pada
bayi yang dilakukan penundaan pemotongan tali pusat adalah 18,3 g/dL.
Perbedaan kadar hemoglobin tersebut terbukti signifikan dan dapat menurunkan
kejadian anemia bayi baru lahir sebesar 47% . Metode : Sebanyak 32 sampel yang dibagi kedalam 2 kelompok yaitu
kelompok kontrol (tanpa penundaan pemotongan tali pusat) dan kelompok perlakuan
(pemotongan tali pusat lebih dari 2 menit). Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar haemoglobin pada
bayi baru lahir dan pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh darah vena
pada tali pusat. Hasil : terdapat
perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah kadar HB neonatus antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan dengan p-value sebesar 0.008 (p>0.05).
Kesimpulan : Rata-rata kadar HB pada neonatus kelompok kontrol (tidak dilakukan
delayed cord clamping) adalah
12 gr/dl dan rata-rata kadar HB pada kelompok perlakuan (dilakukan delayed cord clamping) adalah 14
gr/dl. Delayed cord clamping
dapat meningkatkan kadar HB neonatus pada kelompok perlakuan yang dibuktikan
dengan p-value 0.008.
Keyword
: Delayed cord clamping, anemia, neonatus
PENDAHULUAN
Tujuan
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah
Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih tinggi [1]. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka
kesakitan (Morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan
pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat
bayi serta mencegah komplikasi-komplikasi pada neonatal [2].
Permasalahan yang sering terjadi
pada neonatal adalah anemia. Anemia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terlalu sedikitnya
jumlah sel darah merah (eritrosit) di dalam darah.
Hilangnya sejumlah besar darah selama proses persalinan bisa terjadi jika
plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya (abrupsio
plasenta) atau jika terdapat robekan pada tali pusar. Bayi tampak
sangat pucat, tekanan darahnya rendah dan sesak[3].
Tingginya angka
prevalensi anemia pada bayi baru lahir, berhubungan dengan tidak cukupnya
penyimpanan cadangan zat besi pada bayi. Penundaan pemotongan tali pusat
ditemukan dapat mengatasi hal tersebut, karena bayi mendapat tambahan zat besi
sebesar 40-50 mg/kg saat lahir sehingga dapat mencegah kekurangan zat besi
bahkan hingga bayi tersebut mencapai usia satu tahun. Penundaan pemotongan tali
pusat juga dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada bayi baru lahir cukup
bulan. Ditemukan bahwa kadar hemoglobin pada bayi yang dilakukan pemotongan
tali pusat dengan segera adalah 16,2 g/dL, sedangkan pada bayi yang dilakukan
penundaan pemotongan tali pusat adalah 18,3 g/dL. Perbedaan kadar
hemoglobin tersebut terbukti signifikan dan dapat menurunkan kejadian anemia
bayi baru lahir sebesar 47% . Penundaan pemotongan tali pusat, selain
bermanfaat karena meningkatkan kadar hemoglobin, hal tersebut juga memberikan
efek lain berupa peningkatan kadar hematokrit yang jika kadarnya melebihi
65% akan menyebabkan polisitemia. Hal tersebut terlihat dari penelitian
berikut yang menemukan kadar hematokrit bayi yang dilakukan penundaan
pemotongan tali pusat lebih besar, yaitu 60,6% dibandingkan dengan bayi
yang dilakukan pemotongan tali pusat dengan kadar hematokrit sebesar 54,7,% [4-5].
Menurut beberapa penelitian
anemia neonatal dapat dicegah dengan delayed cord clamping. Delayed cord clamping adalah praktek
penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat dimana tali pusat tidak dijepit
atau dipootong sampai setelah denyutan berhenti, atau sampai setelah plasenta
lahir seluruhnya. Saat ini semakin banyak orang tua yang memilih penundaan
pengekleman dan pemotongan tali pusat untuk bayi mereka, sementara beberapa
orang juga sudah mulai ingin lotus birth [6].
Menunggu tiga
menit untuk menjepit tali pusat bayi baru lahir sehat dapat meningkatkan kadar
zat besi mereka di usia 4 bulan, dan mengurangi risiko bayi mengembangkan
kekurangan zat besi. Sebelum menjepit, darah dalam tali pusat dan plasenta
mengalir ke bayi, klem atau penjepitan akan memotong aliran ini. Penelitian
sebelumnya telah menyarankan bahwa menunda penjepitan tali pusat dapat mencegah
kekurangan zat besi. Namun, tidak jelas apakah menjepit tali pusat lebih awal
mungkin membawa kenaikan risiko penyakit kuning (jaundice) dan
komplikasi kesehatan lainnya [7-8].
Kasus anemia
juga lebih sedikit pada kelompok bayi yang yang mengalami penundaan penjepitan
pada tali pusat. Untuk setiap 20 bayi yang penjepitan tali pusatnya ditunda,
satu kasus kekurangan zat besi akan dicegah. Penundaan penjepitan tali pusat
tidak dikaitkan dengan efek kesehatan yang merugikan6. Kekurangan
zat besi dan anemia merupakan masalah kesehatan utama pada anak-anak di seluruh
dunia, dan berkaitan dengan lemahnya perkembangan mental. Anak-anak berada pada
risiko tertentu karena mereka membutuhkan zat besi dalam jumlah tinggi seiring
perkembangan pesatnya. Penundaan pemotongan tali pusat memungkinkan bayi untuk
menerima transfusi darah substansial dari plasenta. Seorang bayi yang baru
lahir yang dijaga 10 cm di bawah tingkat rahim selama tiga menit pertama
kehidupannya dapat meningkatkan volume darah sebesar rata-rata 32 % [9].
DESIGN, BAHAN
DAN METODE
Rancangan penelitian ini adalah quasi experimental design
dengan the posttest only control group design. Pengukuran kadar HB
neonatus dilakukan setelah 2 menit delayed cord clamping. Sebanyak 32
sampel dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol (tali pusat
segera dijepit dan dipotong) dan kelompok perlakuan (tali pusat dijepit dan
dipotong lebih dari 2 menit). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengukur kadar HB neonatus
dan menggunakan haemometer sahli. Pengukuran kadar haemoglobin pada bayi baru
lahir dan pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh darah vena pada tali
pusat sebanyak 0,5 cc.
SAMPEL
Sampel penelitian ini adalah bayi baru lahir yang dilahirkan sesuai
kriteria inklusi yaitu : kehamilan dengan janin tunggal hidup, melahiran secara
spontan tanpa komplikasi.
ANALISA
STATISTIK
Pengujian pengaruh delayed cord clamping terhadap kadar HB
neonatus dilakukan dengan menggunakan independent T test dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20.0.
HASIL
Pengujian pengaruh delayed cord clamping terhadap kadar HB
neonatus dilakukan dengan menggunakan independent T test. Namun, sebelum
dilakukan pengujian independent T test, dilakukan pengujian asumsi yang
melandasi independent T test. Terdapat dua asumsi yang melandasi independent
T test, yakni asumsi normalitas dan homogenitas ragam. Pengujian asumsi
normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk. Asumsi normalitas terpenuhi jika p-value hasil penghitungan lebih besar
dari α = 0,05.
Tabel 1 : Pengaruh Delayed Cord Clamping Terhadap
Kadar HB Neonatus
No
|
Kadar HB
|
Mean ± SD
|
p-value
|
1
|
Kelompok Kontrol
|
12 ± 2.25
|
0.008
|
2
|
Kelompok Perlakuan
|
14 ± 1.67
|
Berdasarkan
pada tabel 4.3 di atas, ditunjukkan bahwa rata-rata jumlah kadar HB nenonatus
pada kelompok kontrol adalah sebesar 12 ± 2.25. Pada kelompok perlakuan
didapatkan rata-rata kadar HB neonatus sebesar 14 ± 1.67. Secara deskriptif
ditunjukkan bahwa rata-rata jumlah kadar HB neonatus kelompok perlakuan lebih
tinggi aripada kelompok kontrol atau dengan kata lain, secara deskriptif
terbukti bahwa terjadi peningkatan kadar HB neonatus. Dengan menggunakan uji t
independen, didapatkan p-value
sebesar 0.008 (p>0.05). Dari pengujian ini ditunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah kadar HB neonatus antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan.
Gambar 1 : Histogram rata-rata kadar HB neonatus pada
keompok kontrol dan perlakuan. Rata rata Kadar HB Bayi yang tali pusatnya
dijepit dalam kurun waktu < 2 menit adalah 15,9 g/dl, sedangkan untuk bayi
yang dijepit 2-7 menit rata rata kadar HB nya adalah 17,8 g/dl dan untuk bayi
yang dijepit >2menit rata - rata kadar HB nya adalah 19,66 g/dl.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa delayed cord clamping
meningkatkan kadar HB neonatus secara signifikan. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian dari Jomima pada 86 sampel neonatus. Rata rata Kadar HB
Bayi yang tali pusatnya dijepit dalam kurun waktu < 2 menit adalah 15,9
g/dl, sedangkan untuk bayi yang dijepit 2-7 menit rata rata kadar HB nya adalah
17,8 g/dl dan untuk bayi yang dijepit >2menit rata - rata kadar HB nya
adalah 19,66 g/dl. [10]
Persalinan merupakan salah satu tahap penting dan mendebarkan yang
dinantikan oleh ibu hamil dan keluarga. Berbagai persiapan dilakukan untuk
memfasilitasi proses tersebut agar ibu mampu berjuang dalam masa kritis itu.
Salah satunya adalah dengan memilih metode persalinan. Telah banyak berkembang
berbagai metode persalinan di dunia yang kini diadopsi di Indonesia. Trend
mutakhir yang masih menjadi perdebatan hingga saat ini adalah Lotus
birth. [11]
Early
cord clamping (ECC) ini menjadi aktivitas rutin yang merupakan bagian dari
manajemen aktif kala tiga persalinan. Dengan masih terhubungnya bayi dengan
plasenta, diharapkan masih ada transfer darah yang berisi oksigen dan nutrisi
dari plasenta ke bayi. Dengan begitu, proses adaptasi bayi dengan dunia di luar
rahim tidak mendadak, melainkan terjadi bertahap [12-13].
Terdapat metode
lain di dalam persalinan yang mirip dengan metode lotus birth, namun sudah diakui
pemanfaatannya yang aman melalui penelitian para ilmuwan. Metode persalinan
yang dimaksud adalah penundaan penjepitan tali pusat (delayed
cord clamping/DCC). Tidak seperti lotus
birth yang tidak melakukan pemutusan tali pusat, metode ini
menganjurkan penjepitan dan pemotongan tali pusat beberapa waktu setelah
kelahiran plasenta [14-15]
Di dalam plasenta
diperkiraan mengandung sejumlah 75-125 cc darah saat lahir, atau kurang lebih
1/4 sampai 1/3 volume darah fetus. Kurang lebih 1/3 darah plasenta
ditransfusikan dalam waktu 15 detik pertama setelah lahir dan setengahnya
dalam 1 menit pertama setelah lahir. Sebagian besar bayi sehat mendapatkan
transfusi plasental dengan jumlah yang besar dalam 45 detik setelah
lahir. Volume darah bayi meningkat pada penundaan pemotongan tali pusat
dibandingkan dengan pemotongan tali pusat segera. Rata-rata volume darah saat
satu setengah jam setelah lahir pada bayi dengan penjepitan dini 78
ml/kgBB dibanding 98,6 ml/kgBB pada bayi dengan penundaan pemotongan tali
pusat. pemotongan tali pusat. Semakin lama pemotongan tali pusat
dilakukan maka aliran darah yang terlihat semakin berkurang. Penundaan waktu
pemotongan tali pusat selama 1 menit dapat menambah volume darah bayi baru
lahir sebesar 80 ml dan sebesar 100 ml pada penundaan waktu pemotongan tali
pusat selama 3 menit [16] .
Hasil penelitian serupa juga dikemukakan oleh Nurrochmi di RSUD
Gunung Jati Cirebon yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata kadar HB
neonatus sebelum dan sesudah penundaan pemotongan tali pusat. Penelitian
tersebut dilakukan pada 60 neonatus dengan kadar HB pada kelompok kontrol
sebelum perlakuan adalah 16,15 g/dl dan kadar HB sesudah tali pusat dipotong
16,08. Sedangkan pada kelompok yang dilakukan penundaan pemotongan tali pusat
didapatkan kadar HB neonatus sebelum perlakuan adalah 16,15 g/dl dan sesudah
penundaan adalah 17,84 g/dl. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemotongan
tali pusat segera setelah bayi lahir akan menurunkan kadar HB neonatus dan
sebaliknya penundaan pemotongan tali pusat akan meningkatkan kadar HB neonatus.
[17]
Hasil penelitian lain yang serupa dengan hasil penelitian ini
dikemukakan oleh Arma, dkk, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kadar HB
yang bermakna antara kelompok penjepitan 3 menit setelah lahir dari pada 1
menit dengan nilai P=0,004. Penelitian ini juga menyimpulkan terdapat perbedaan
kadar hematokrit (Ht) yang bermakna antara kelompok penjepitan 3 menit dan 1
menit dengan nilai P=0,001. Penelitian ini dilakukan pada 36 bayi di BPM di
Kota Padang yang terbagi atas 18 bayi baru lahir pada tiap kelompok. [18]
Penelitian lain yang dilakukan oleh Astrianti juga membuktikan
bahwa delayed cord clamping akan
meningkatkan kadar HB dan Ht pada neonatus. Kadar HB pada kelompok bayi yang
dilakukan delayed cord clamping lebih
tinggi dari kadar HB pada kelompok bayi yang tali pusatnya dipotong segera. Median
kadar HB pada kelompok delayed cord
clamping adalah 15.77 g/dl sedangkan kadar HB pada kelompok early cord clamping adalah 14.36 g/dl
[19]
Peningkatan HB pada neonatus terjadi karena pada masa setelah bayi
lahir dan sebelum plasenta dilahirkan, terjadi peralihan peran oksigenasi dari
plasenta ke paru bayi. Selama masa tersebut, oksigenasi bayi melalui plasenta
masih berjalan/ berlanjut, darah masih ditransfusikan ke bayi (transfusi
plasental). Hal tersebut dapat mempengaruhi hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht),
menambah volume darah/eritrosit, mencegah hipovolemi dan hipotensi pada bayi
baru lahir, sehingga otak tetap mendapat suplai oksigen yang cukup [10]
Bayi yang memiliki kadar HB yang cukup, akan memiliki tingkat
oksigenisasi yang optimal dan dapat menyediakan sumber Fe yang sangat
bermanfaat bagi bayi. Besi adalah nutrien yang penting tidak hanya untuk
pertumbuhan normal, kesehatan dan kelangsungan hidup anak, tetapi juga untuk
perkembangan mental, motorik dan fungsi kognitif. Otak membutuhkan zat besi
yang banyak karena metabolisme oksidasinya yang tinggi dibandingkan organ lain.
Kurangnya kadar besi pada masa pasca natal mengakibatkan gangguan mental dan
motorik yang akan menetap sampai dewasa [19]
Penundaan penjepitan tali pusat dapat menyediakan tambahan darah
sebanyak 80-100 ml pada bayi baru lahir. Penundaan waktu penjepitan tali pusat
sekitar 2-3 menit dapat memberikan retribusi darah diantara plasenta dan bayi,
memberikan bantuan plasental transfusion yang didapatkan oleh bayi sebanyak 35-40
ml/kg dan mengandung 75 mg zat besi sebagai hemoglobin, yang mencukupi
kebutuhan zat gizi pada tiga bulan pertama kehidupannya. Sebaliknya penjepitan
tali pusat secara dini (kurang lebih 10-15 detik setelah kelahiran) dapat menghalangi sebagian besar jumlah zat besi
yang masuk ke dalam tubuh bayi [20]
Bayi cukup bulan dengan berat badan lahir 4000 gram mengandung 320
mg besi, sedangkan bayi kurang bulan mengandung besi kurang dari 50 mg.
Konsentrasi Hb pada pembuluh darah tali pusat bayi cukup bulan adalah 13,5-20,1
gr/dL. Kontraksi uterus selama 3 menit pada waktu persalinan menyebabkan darah
plasenta yang melalui tali pusat ke janin bertambah sekitar 87%. Perpindahan
tersebut menambah jumlah volume darah ± 20 ml/kgBB. Pemotongan tali pusat
terlalu cepat setelah persalinan akan mengurangi kandungan besi sekitar 15-30%,
sedangkan bila ditunda selama 3 menit dapat menambah jumlah volume sel darah
merah sekitar 58% [21]
KESIMPULAN
Rata-rata kadar HB pada neonatus kelompok kontrol (tidak dilakukan delayed
cord clamping) adalah 12 gr/dl dan rata-rata kadar HB pada kelompok
perlakuan (dilakukan delayed cord clamping) adalah 14 gr/dl. Delayed
cord clamping dapat meningkatkan kadar HB neonatus pada kelompok perlakuan
yang dibuktikan dengan p-value 0.008
DAFTAR
PUSTAKA
Hutchon, D. J. R. (2012) Immediate Or Early Cord Clamping Vs
Delayed Clamping. Journal of Obstetric and Gynaecology.
Emhamed MO, Rheenen P, & Brabin BJ. (2004) The Early Effects Of Delayed
Cord Clamping In Term Infants Born To Libyan Mothers
Irsa L. (2002) Gangguan Kognitif Pada Anemia Defisiensi Besi. Sari
Pediatri, 4 pp 114-118. JNPK-KR/POGI (2004) Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta
Fraser, Diane M. & Cooper, Margaret A. (2009). Myles Buku Ajar
Bidan Edisi 14. Jakarta : EGC
Hassan, Rusepno ed. (2012). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hutton EK. & Hassan ES. (2007) Late vs Early Clamping of The
Umbilical Cord in Full Term Neonates Systemic Review and Meta Analysis of
Controlled Trials. JAMA, 297 (11),
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
JNPK-KR/POGI (2008) Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusui Dini.
Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.
Johnston, Peter
et al. (2004). The Newborn Child Ninth Edition. Edinburgh: Churchill
Livingstone
Kohn, Amitai (2013) Time to Delay: A Literature Review of Delayed
Cord Clamping. J Neonatal Biol , 2
(119)
Batlajery, J., Fratidhina, Y. dan Hamidah, 2014. Pengaruh waktu
penjepitan tali pusat terhadap kadar Hemoglobin neonatus. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1
Philip, Alistair G. S. & Saroj Saigal (2004) When Should We
Clamp the Umbilical Cord. Neo Reviews, 5 (4)
Prawirohardjo, Sarwono (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rabe H., JL., Diaz R., L, Duley, & T, Dowswell. 2012. Effect Of
Timing Of Umbilical Cord Clamping And Other Strategies To Influence Placental Transfusion
At Preterm Birth On Maternal And Infant Outcomes (Review). The Cochrane
Collaboration, Issue 8, pp 1-84.
Ringoringo HP. 2008. Pendekatan
Diagnostik Status Besi Bayi Berusia 0 Bulan Sampai 6 Bulan Di Banjarbaru: Saat
Terbaik Pemberian Suplementasi Zat Besi Disertasi,
Universitas Indonesia.
Ringoringo, HP. 2009 Insidens Defisiensi Besi dan Anemia Defisiensi
Besi pada Bayi Berusia 0-12 Bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan. Sari
Pediatri, 11 (1)
Nurrochmi, E., Hapitria, P., and Suhaemi, C., 2014. Perbedaan kadar
hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir yang Dilakukan Penundaan Pemotongan Tali Pusat
Dengan yang segera dipotong pada persalinan normal di RSUD Gunung Jati Kota
Cirebon. Jurnal CARE, Vol. 2, No. 3
Ringoringo, HP. & Windiastuti, E. (2006). Profil Parameter Hematologik dan Anemia Defisiensi Zat Besi Berumur 0-6
Bulan di RSUD Banjarbaru. Sari Pediatri, 7 (4)
Arma, N., Yanwiranti, dan Evareny, L.
2016. Perbedaan Kadar Hemoglobin dan
Hematokrit Bayi Baru Lahir Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali Pusat. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2016.
Astrianti, L.,
Pangemanan, W.T., Bernolian, N., dan
Yakub. 2012. Neonatal Haemoglobin and Haematocrit Level on Delayed Cord
Clamping. Indones J Obstet Gynecol. Vol. 3 No. 1
Rabe H, Et al, 2007. A Randomized Controoled Trial of Delayed Cord
Clamping in Very Low Birth Weigh Preterm Infant. J Pediatry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar