Senin, 19 Maret 2018

Nora Veri: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 31-36


PENGARUH DELAYED CORD CLAMPING TERHADAP KADAR HB NEONATUS DI BPM MARDHIAH DAN BPM SITI HALIJAH KOTA LANGSA

Oleh :
Nora Veri
Dosen Prodi Kebidanan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh

ABSTRAK
Objektif : Tingginya angka prevalensi anemia pada bayi baru lahir, berhubungan dengan tidak cukupnya penyimpanan cadangan zat besi pada bayi. Penundaan pemotongan tali pusat ditemukan dapat mengatasi hal tersebut, karena bayi mendapat tambahan zat besi sebesar 40-50 mg/kg saat lahir sehingga dapat mencegah kekurangan zat besi bahkan hingga bayi tersebut mencapai usia satu tahun. Penundaan pemotongan tali pusat juga dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada bayi baru lahir cukup bulan. Ditemukan bahwa kadar hemoglobin pada bayi yang dilakukan pemotongan tali pusat dengan segera adalah 16,2 g/dL, sedangkan pada bayi yang dilakukan penundaan  pemotongan tali pusat adalah 18,3 g/dL. Perbedaan kadar hemoglobin tersebut terbukti signifikan dan dapat menurunkan kejadian anemia bayi baru lahir sebesar 47% . Metode : Sebanyak 32 sampel yang dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (tanpa penundaan pemotongan tali pusat) dan kelompok perlakuan (pemotongan tali pusat lebih dari 2 menit). Selanjutnya  dilakukan pengukuran kadar haemoglobin pada bayi baru lahir dan pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh darah vena pada tali pusat. Hasil : terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah kadar HB neonatus antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan p-value sebesar 0.008 (p>0.05). Kesimpulan : Rata-rata kadar HB pada neonatus kelompok kontrol (tidak dilakukan delayed cord clamping) adalah 12 gr/dl dan rata-rata kadar HB pada kelompok perlakuan (dilakukan delayed cord clamping) adalah 14 gr/dl. Delayed cord clamping dapat meningkatkan kadar HB neonatus pada kelompok perlakuan yang dibuktikan dengan p-value 0.008.

Keyword : Delayed cord clamping, anemia, neonatus

PENDAHULUAN
Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi [1]. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (Morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi serta mencegah komplikasi-komplikasi pada neonatal [2].
Permasalahan yang sering terjadi pada neonatal adalah anemia. Anemia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terlalu sedikitnya jumlah sel darah merah (eritrosit) di dalam darah. Hilangnya sejumlah besar darah selama proses persalinan bisa terjadi jika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya (abrupsio plasenta) atau jika terdapat robekan pada tali pusar. Bayi tampak sangat pucat, tekanan darahnya rendah dan sesak[3].
Tingginya angka prevalensi anemia pada bayi baru lahir, berhubungan dengan tidak cukupnya penyimpanan cadangan zat besi pada bayi. Penundaan pemotongan tali pusat ditemukan dapat mengatasi hal tersebut, karena bayi mendapat tambahan zat besi sebesar 40-50 mg/kg saat lahir sehingga dapat mencegah kekurangan zat besi bahkan hingga bayi tersebut mencapai usia satu tahun. Penundaan pemotongan tali pusat juga dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada bayi baru lahir cukup bulan. Ditemukan bahwa kadar hemoglobin pada bayi yang dilakukan pemotongan tali pusat dengan segera adalah 16,2 g/dL, sedangkan pada bayi yang dilakukan penundaan  pemotongan tali pusat adalah 18,3 g/dL. Perbedaan kadar hemoglobin tersebut terbukti signifikan dan dapat menurunkan kejadian anemia bayi baru lahir sebesar 47% . Penundaan pemotongan tali pusat, selain bermanfaat karena meningkatkan kadar hemoglobin, hal tersebut juga memberikan efek lain  berupa peningkatan kadar hematokrit yang jika kadarnya melebihi 65% akan menyebabkan polisitemia. Hal tersebut terlihat dari  penelitian berikut yang menemukan kadar hematokrit bayi yang dilakukan penundaan pemotongan tali pusat lebih besar, yaitu 60,6% dibandingkan dengan  bayi yang dilakukan pemotongan tali pusat dengan kadar hematokrit sebesar 54,7,% [4-5].
Menurut beberapa penelitian anemia neonatal dapat dicegah dengan delayed cord clamping. Delayed cord clamping adalah praktek penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat dimana tali pusat tidak dijepit atau dipootong sampai setelah denyutan berhenti, atau sampai setelah plasenta lahir seluruhnya. Saat ini semakin banyak orang tua yang memilih penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat untuk bayi mereka, sementara beberapa orang juga sudah mulai ingin lotus birth  [6].
Menunggu tiga menit untuk menjepit tali pusat bayi baru lahir sehat dapat meningkatkan kadar zat besi mereka di usia 4 bulan, dan mengurangi risiko bayi mengembangkan kekurangan zat besi. Sebelum menjepit, darah dalam tali pusat dan plasenta mengalir ke bayi, klem atau penjepitan akan memotong aliran ini. Penelitian sebelumnya telah menyarankan bahwa menunda penjepitan tali pusat dapat mencegah kekurangan zat besi. Namun, tidak jelas apakah menjepit tali pusat lebih awal mungkin membawa kenaikan risiko penyakit kuning (jaundice) dan komplikasi kesehatan lainnya [7-8].
Kasus anemia juga lebih sedikit pada kelompok bayi yang yang mengalami penundaan penjepitan pada tali pusat. Untuk setiap 20 bayi yang penjepitan tali pusatnya ditunda, satu kasus kekurangan zat besi akan dicegah. Penundaan penjepitan tali pusat tidak dikaitkan dengan efek kesehatan yang merugikan6. Kekurangan zat besi dan anemia merupakan masalah kesehatan utama pada anak-anak di seluruh dunia, dan berkaitan dengan lemahnya perkembangan mental. Anak-anak berada pada risiko tertentu karena mereka membutuhkan zat besi dalam jumlah tinggi seiring perkembangan pesatnya. Penundaan pemotongan tali pusat memungkinkan bayi untuk menerima transfusi darah substansial dari plasenta. Seorang bayi yang baru lahir yang dijaga 10 cm di bawah tingkat rahim selama tiga menit pertama kehidupannya dapat meningkatkan volume darah sebesar rata-rata 32 % [9].

DESIGN, BAHAN DAN METODE
Rancangan penelitian ini adalah quasi experimental design dengan the posttest only control group design. Pengukuran kadar HB neonatus dilakukan setelah 2 menit delayed cord clamping. Sebanyak 32 sampel dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol (tali pusat segera dijepit dan dipotong) dan kelompok perlakuan (tali pusat dijepit dan dipotong lebih dari 2 menit). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengukur kadar HB neonatus dan menggunakan haemometer sahli. Pengukuran kadar haemoglobin pada bayi baru lahir dan pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh darah vena pada tali pusat sebanyak 0,5 cc.

SAMPEL
Sampel penelitian ini adalah bayi baru lahir yang dilahirkan sesuai kriteria inklusi yaitu : kehamilan dengan janin tunggal hidup, melahiran secara spontan tanpa komplikasi.

ANALISA STATISTIK
Pengujian pengaruh delayed cord clamping terhadap kadar HB neonatus dilakukan dengan menggunakan independent T test dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0.

HASIL
Pengujian pengaruh delayed cord clamping terhadap kadar HB neonatus dilakukan dengan menggunakan independent T test. Namun, sebelum dilakukan pengujian independent T test, dilakukan pengujian asumsi yang melandasi independent T test. Terdapat dua asumsi yang melandasi independent T test, yakni asumsi normalitas dan homogenitas ragam. Pengujian asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk.  Asumsi normalitas terpenuhi jika p-value hasil penghitungan lebih besar dari α = 0,05.

Tabel 1 : Pengaruh Delayed Cord Clamping Terhadap
Kadar HB Neonatus

No
Kadar HB
Mean ± SD
p-value
1
Kelompok Kontrol
12 ± 2.25
0.008
2
 Kelompok Perlakuan
14 ± 1.67

Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, ditunjukkan bahwa rata-rata jumlah kadar HB nenonatus pada kelompok kontrol adalah sebesar 12 ± 2.25. Pada kelompok perlakuan didapatkan rata-rata kadar HB neonatus sebesar 14 ± 1.67. Secara deskriptif ditunjukkan bahwa rata-rata jumlah kadar HB neonatus kelompok perlakuan lebih tinggi aripada kelompok kontrol atau dengan kata lain, secara deskriptif terbukti bahwa terjadi peningkatan kadar HB neonatus. Dengan menggunakan uji t independen, didapatkan p-value sebesar 0.008 (p>0.05). Dari pengujian ini ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah kadar HB neonatus antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.


Gambar 1  :      Histogram rata-rata kadar HB neonatus pada keompok kontrol dan perlakuan. Rata rata Kadar HB Bayi yang tali pusatnya dijepit dalam kurun waktu < 2 menit adalah 15,9 g/dl, sedangkan untuk bayi yang dijepit 2-7 menit rata rata kadar HB nya adalah 17,8 g/dl dan untuk bayi yang dijepit >2menit rata - rata kadar HB nya adalah 19,66 g/dl.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa delayed cord clamping meningkatkan kadar HB neonatus secara signifikan. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Jomima pada 86 sampel neonatus. Rata rata Kadar HB Bayi yang tali pusatnya dijepit dalam kurun waktu < 2 menit adalah 15,9 g/dl, sedangkan untuk bayi yang dijepit 2-7 menit rata rata kadar HB nya adalah 17,8 g/dl dan untuk bayi yang dijepit >2menit rata - rata kadar HB nya adalah 19,66 g/dl. [10] 
Persalinan merupakan salah satu tahap penting dan mendebarkan yang dinantikan oleh ibu hamil dan keluarga. Berbagai persiapan dilakukan untuk memfasilitasi proses tersebut agar ibu mampu berjuang dalam masa kritis itu. Salah satunya adalah dengan memilih metode persalinan. Telah banyak berkembang berbagai metode persalinan di dunia yang kini diadopsi di Indonesia. Trend mutakhir yang masih menjadi perdebatan hingga saat ini adalah Lotus birth. [11] 
Early cord clamping (ECC) ini menjadi aktivitas rutin yang merupakan bagian dari manajemen aktif kala tiga persalinan. Dengan masih terhubungnya bayi dengan plasenta, diharapkan masih ada transfer darah yang berisi oksigen dan nutrisi dari plasenta ke bayi. Dengan begitu, proses adaptasi bayi dengan dunia di luar rahim tidak mendadak, melainkan terjadi bertahap [12-13]. 
Terdapat metode lain di dalam persalinan yang mirip dengan metode lotus birth, namun sudah diakui pemanfaatannya yang aman melalui penelitian para ilmuwan. Metode persalinan yang dimaksud adalah penundaan penjepitan tali pusat (delayed cord clamping/DCC). Tidak seperti lotus birth yang tidak melakukan pemutusan tali pusat, metode ini menganjurkan penjepitan dan pemotongan tali pusat beberapa waktu setelah kelahiran plasenta [14-15] 
Di dalam plasenta diperkiraan mengandung sejumlah 75-125 cc darah saat lahir, atau kurang lebih 1/4 sampai 1/3 volume darah fetus. Kurang lebih 1/3 darah plasenta ditransfusikan dalam waktu 15 detik  pertama setelah lahir dan setengahnya dalam 1 menit pertama setelah lahir. Sebagian besar bayi sehat mendapatkan transfusi  plasental dengan jumlah yang besar dalam 45 detik setelah lahir. Volume darah bayi meningkat pada penundaan pemotongan tali  pusat dibandingkan dengan pemotongan tali pusat segera. Rata-rata volume darah saat satu setengah jam setelah lahir pada bayi dengan  penjepitan dini 78 ml/kgBB dibanding 98,6 ml/kgBB pada bayi dengan penundaan pemotongan tali pusat.  pemotongan tali pusat. Semakin lama pemotongan tali pusat dilakukan maka aliran darah yang terlihat semakin berkurang. Penundaan waktu pemotongan tali pusat selama 1 menit dapat menambah volume darah bayi baru lahir sebesar 80 ml dan sebesar 100 ml pada penundaan waktu pemotongan tali pusat selama 3 menit [16] .
Hasil penelitian serupa juga dikemukakan oleh Nurrochmi di RSUD Gunung Jati Cirebon yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata kadar HB neonatus sebelum dan sesudah penundaan pemotongan tali pusat. Penelitian tersebut dilakukan pada 60 neonatus dengan kadar HB pada kelompok kontrol sebelum perlakuan adalah 16,15 g/dl dan kadar HB sesudah tali pusat dipotong 16,08. Sedangkan pada kelompok yang dilakukan penundaan pemotongan tali pusat didapatkan kadar HB neonatus sebelum perlakuan adalah 16,15 g/dl dan sesudah penundaan adalah 17,84 g/dl. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir akan menurunkan kadar HB neonatus dan sebaliknya penundaan pemotongan tali pusat akan meningkatkan kadar HB neonatus. [17] 
Hasil penelitian lain yang serupa dengan hasil penelitian ini dikemukakan oleh Arma, dkk, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kadar HB yang bermakna antara kelompok penjepitan 3 menit setelah lahir dari pada 1 menit dengan nilai P=0,004. Penelitian ini juga menyimpulkan terdapat perbedaan kadar hematokrit (Ht) yang bermakna antara kelompok penjepitan 3 menit dan 1 menit dengan nilai P=0,001. Penelitian ini dilakukan pada 36 bayi di BPM di Kota Padang yang terbagi atas 18 bayi baru lahir pada tiap kelompok. [18] 
Penelitian lain yang dilakukan oleh Astrianti  juga membuktikan bahwa delayed cord clamping akan meningkatkan kadar HB dan Ht pada neonatus. Kadar HB pada kelompok bayi yang dilakukan delayed cord clamping lebih tinggi dari kadar HB pada kelompok bayi yang tali pusatnya dipotong segera. Median kadar HB pada kelompok delayed cord clamping adalah 15.77 g/dl sedangkan kadar HB pada kelompok early cord clamping adalah 14.36 g/dl [19] 
Peningkatan HB pada neonatus terjadi karena pada masa setelah bayi lahir dan sebelum plasenta dilahirkan, terjadi peralihan peran oksigenasi dari plasenta ke paru bayi. Selama masa tersebut, oksigenasi bayi melalui plasenta masih berjalan/ berlanjut, darah masih ditransfusikan ke bayi (transfusi plasental). Hal tersebut dapat mempengaruhi hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), menambah volume darah/eritrosit, mencegah hipovolemi dan hipotensi pada bayi baru lahir, sehingga otak tetap mendapat suplai oksigen yang cukup [10] 
Bayi yang memiliki kadar HB yang cukup, akan memiliki tingkat oksigenisasi yang optimal dan dapat menyediakan sumber Fe yang sangat bermanfaat bagi bayi. Besi adalah nutrien yang penting tidak hanya untuk pertumbuhan normal, kesehatan dan kelangsungan hidup anak, tetapi juga untuk perkembangan mental, motorik dan fungsi kognitif. Otak membutuhkan zat besi yang banyak karena metabolisme oksidasinya yang tinggi dibandingkan organ lain. Kurangnya kadar besi pada masa pasca natal mengakibatkan gangguan mental dan motorik yang akan menetap sampai dewasa [19] 
Penundaan penjepitan tali pusat dapat menyediakan tambahan darah sebanyak 80-100 ml pada bayi baru lahir. Penundaan waktu penjepitan tali pusat sekitar 2-3 menit dapat memberikan retribusi darah diantara plasenta dan bayi, memberikan bantuan plasental transfusion yang didapatkan oleh bayi sebanyak 35-40 ml/kg dan mengandung 75 mg zat besi sebagai hemoglobin, yang mencukupi kebutuhan zat gizi pada tiga bulan pertama kehidupannya. Sebaliknya penjepitan tali pusat secara dini (kurang lebih 10-15 detik setelah kelahiran) dapat  menghalangi sebagian besar jumlah zat besi yang masuk ke dalam tubuh bayi [20] 
Bayi cukup bulan dengan berat badan lahir 4000 gram mengandung 320 mg besi, sedangkan bayi kurang bulan mengandung besi kurang dari 50 mg. Konsentrasi Hb pada pembuluh darah tali pusat bayi cukup bulan adalah 13,5-20,1 gr/dL. Kontraksi uterus selama 3 menit pada waktu persalinan menyebabkan darah plasenta yang melalui tali pusat ke janin bertambah sekitar 87%. Perpindahan tersebut menambah jumlah volume darah ± 20 ml/kgBB. Pemotongan tali pusat terlalu cepat setelah persalinan akan mengurangi kandungan besi sekitar 15-30%, sedangkan bila ditunda selama 3 menit dapat menambah jumlah volume sel darah merah sekitar 58% [21] 

KESIMPULAN
Rata-rata kadar HB pada neonatus kelompok kontrol (tidak dilakukan delayed cord clamping) adalah 12 gr/dl dan rata-rata kadar HB pada kelompok perlakuan (dilakukan delayed cord clamping) adalah 14 gr/dl. Delayed cord clamping dapat meningkatkan kadar HB neonatus pada kelompok perlakuan yang dibuktikan dengan p-value 0.008
   

DAFTAR PUSTAKA
Hutchon, D. J. R. (2012) Immediate Or Early Cord Clamping Vs Delayed Clamping. Journal of Obstetric and Gynaecology.
Emhamed MO, Rheenen P, & Brabin BJ. (2004)  The Early Effects Of Delayed Cord Clamping In Term Infants Born To Libyan Mothers
Irsa L. (2002) Gangguan Kognitif Pada Anemia Defisiensi Besi. Sari Pediatri, 4  pp 114-118. JNPK-KR/POGI (2004) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Fraser, Diane M. & Cooper, Margaret A. (2009). Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta : EGC
Hassan, Rusepno ed. (2012).  Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hutton EK. & Hassan ES. (2007) Late vs Early Clamping of The Umbilical Cord in Full Term Neonates Systemic Review and Meta Analysis of Controlled Trials. JAMA, 297 (11),
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik JNPK-KR/POGI (2008) Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.
Johnston, Peter et al. (2004). The Newborn Child Ninth Edition. Edinburgh: Churchill Livingstone
Kohn, Amitai (2013) Time to Delay: A Literature Review of Delayed Cord Clamping. J Neonatal Biol , 2 (119)
Batlajery, J., Fratidhina, Y. dan Hamidah, 2014. Pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar Hemoglobin neonatus. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1
Philip, Alistair G. S. & Saroj Saigal (2004) When Should We Clamp the Umbilical Cord. Neo Reviews, 5 (4)
Prawirohardjo, Sarwono (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rabe H., JL., Diaz R., L, Duley, & T, Dowswell. 2012. Effect Of Timing Of Umbilical Cord Clamping And Other Strategies To Influence Placental Transfusion At Preterm Birth On Maternal And Infant Outcomes (Review). The Cochrane Collaboration, Issue 8, pp 1-84.
Ringoringo HP. 2008. Pendekatan Diagnostik Status Besi Bayi Berusia 0 Bulan Sampai 6 Bulan Di Banjarbaru: Saat Terbaik Pemberian Suplementasi Zat  Besi Disertasi, Universitas Indonesia.
Ringoringo, HP. 2009 Insidens Defisiensi Besi dan Anemia Defisiensi Besi pada Bayi Berusia 0-12 Bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan. Sari Pediatri, 11 (1)
Nurrochmi, E., Hapitria, P., and Suhaemi, C., 2014. Perbedaan kadar hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir yang Dilakukan Penundaan Pemotongan Tali Pusat Dengan yang segera dipotong pada persalinan normal di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Jurnal CARE, Vol. 2, No. 3
Ringoringo, HP. & Windiastuti, E. (2006). Profil Parameter Hematologik dan Anemia Defisiensi Zat Besi Berumur 0-6 Bulan di RSUD Banjarbaru. Sari  Pediatri, 7 (4)
Arma, N., Yanwiranti, dan Evareny, L. 2016.  Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Bayi Baru Lahir Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali Pusat. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016.
Astrianti, L., Pangemanan, W.T., Bernolian,  N., dan Yakub. 2012. Neonatal Haemoglobin and Haematocrit Level on Delayed Cord Clamping. Indones J Obstet Gynecol. Vol. 3 No. 1
Rabe H, Et al, 2007. A Randomized Controoled Trial of Delayed Cord Clamping in Very Low Birth Weigh Preterm Infant. J Pediatry.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar