Rabu, 27 Juni 2018
Amelia Sari: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 73-78
TINGKAT
PENGETAHUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT
PERLINDUNGAN DIRI (APD) MAHASISWA FARMASI
DI JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES ACEH TAHUN 2018
Oleh:
Amelia Sari
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Aceh
ABSTRAK
Mahasiswa
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Aceh aktif bekerja di laboratorium, sehingga
perlu adanya pengetahuan mengenai K3 sejak awal guna mencegah terjadinya segala
bentuk kecelakaan di laboratorium khususnya laboratorium kimia.Sifat penelitian
adalah survei deskriptif, teknik sampling menggunakan total sampling sebanyak
112 responden. Hasil dari penelitian adalah 57 responden (50,9%) berpengetahuan baik sedangkan 55 responden
(49,1%) berpengetahuan kurang baik,
variabel kepatuhan dilihat dengan observasi yang dikelompokkan berdasarkan
kelas, dari data didapatkan bahwa dua kelas di semester 4 berada pada kategori
patuh dan dua kelas di semester 2 pada kategori tidak patuh dengan persentase
kategori patuh dan tidak patuh sebanding yaitu 50%. Distribusi perbandingan pengetahuan
mahasiswa kategori baik di semester 2 dan semester empat adalah 52,6% banding
49,1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa semester
2 lebih baik daripada mahasiswa semester 4, sedangkan kepatuhan penggunaan APD
mahasiswa semester 4 lebih baik dibandingkan dengan semester 2.
Kata
Kunci:Tingkat Pengetahuan, Alat Pelindung Diri, Kepatuhan
ABSTRACT
Students of the
Department of Pharmacy in Polytechnic Department of Health of Aceh actively
work in the laboratory, so that there is a need for knowledge about K3 from the
start to prevent any kind of accident in the laboratory, especially the
chemical laboratory. The nature of the study was a descriptive survey, the
sampling technique used a total of 112 respondents. The results of the study
were 57 respondents (50.9%) had good knowledge while 55 respondents (49.1%) had
poor knowledge, compliance variables were seen by observations grouped by
class, from the data it was found that the two classes in the fourth semester
were in the obedient category and two classes in the second semester in the
non-compliant category with comparable and non-compliant categories of 50%. The
comparison of students' knowledge categories both in semester 2 and semester
four was 52.6% compared to 49.1%, so it can be concluded that the level of
knowledge of second semester students is better than 4th semester students,
while compliance with 4th semester student APD use is better than semester 2
Key words :Knowledge Level, Personal Protective Equipment, Compliance
PENDAHULUAN
Munculnya
pekerjaan yang memiliki tingkat risiko tinggi yang membahayakan para pekerja
menyebabkan semakin tingginya kecelakaan akibat kerja. Bahaya ini dapat
dirasakan secara langsung dan dirasakan setelah jangka waktu lama.Untuk
melindungi pekerja dari bahaya atau kecelakaan akibat kerja, maka dibutuhkan
pengetahuan K3 bagi setiap pekerja, sehingga terciptanya kondisi kerja yang
aman dan bebas dari risiko yang membahayakan pekerja.
Pengertian K3
sendiri adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani khususnya pada tenga kerja dan manusia pada
umumnya. Sebuah upaya menuju masyarakat yang adil dan makmur.1
Pada tanggal 17
Juli 2017 terjadi sebuah insiden ledakan tabung gas riset di Universitas Syiah
Kuala (USK) Banda Aceh. Insiden ledakan ini
terjadi di Laboratorium Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
(FKIP) KimiaUniversitas Syiah Kuala. Akibatnya dua orang terluka masing-masing
Ketua RisetProf Adlim yang terluka di bagian telinga, dan seorang mahasiswa
FKIP Kimiasemester delapan bernama Nurul Agustia yang mengalami luka di bagian
dahi.Ketua Laboratorium, Erlidawati mengatakan, ledakan terjadi ketika tim
riset sedang melakukan pemanasan gas dari tabung labu 3, yang kemudian
tiba-tiba meledak.2
Kejadian yang lain
pernah terjadi di laboratorium Fakultas Farmasi UI. Sebuah ledakan terjadi pada
Senin, 16 Maret 2015, sekitar pukul 10.30 WIB.Ketika itu para mahasiswa
Fakultas Farmasi UI sedang melakukan praktikum di laboratorium. Namun salah
seorang mahasiswa terlambat mengangkat pemanas bunsen hingga larutan sampel di
dalam labu destilasi hampir kering. 14 korban yang terluka akibat serpihan kaca
dilarikan ke rumah sakit terdekat dan dijahit di bagian wajah dan leher.3
Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Aceh merupakan salah satu institusipendidikan tinggi di Aceh
yang berlokasikan Lampenereut, Aceh Besar. Jurusan ini memiliki lima ruang
laboratorium. Sebagian besar kegiatan pembelajaran mahasiswa dilakukan di
laboratorium sehingga perlu adanya perbekalan pengetahuan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Mengingat adanya kontak langsung mahasiswa dengan
sediaan farmasi atau bahan-bahan kimia, seperti dalam pengambilan senyawa kimia
yang pekat, sehingga perlu memakai alat perlindungan diri yang lengkap seperti perlindungan
mulut dan hidung (masker), sarung tangan dan baju laboratorium, dikarenakan
beberapa bahan kimia dapat menyebabkan luka bakar yang parah, iritasi pada
hidung dan tenggorokan. Tentu hal ini
akan memberi dampak negatif bagi mahasiswa baik itu dampak jangka panjang
maupun dampak jangka pendek.
Kecelakaan
kerja laboratorium seperti diatas. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui
tingkat pengetahuan mahasiswa farmasi mengenai K3 serta pemahamannya di
laboratorium Farmasi Poltekkes Kemenkes Aceh, sehingga diperoleh gambaran mengenai pengetahuan K3
mahasiswa farmasi.
METODE
PENELITIAN
Sifat
penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang
terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Penelitian deskriptif dapat
didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam populasi tertentu.Pada umumnya
survey deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan
penyelenggaraan suatu program di masa sekarang.Penelitian ini memiliki dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variable terikat.4
Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa farmasi Poltekkes Kemenkes Aceh yang dapat mewakili
seluruh populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin, dengan
tingkat kesalahan pengambilan sampel adalah 5%.Jumlah sampel yang digunakan 112
mahasiswa dari tingkat I dan II.
Pengumpualan
data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan
oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya,
data ini disebut juga data asli atau baru.Data primer diperoleh dengan
membagikan link google form/docs yang berisi 15 kuesioner pengetahuan melalui
aplikasi whatsapp dan memasuki setiap ruang kelas.
Analisa
univariat adalah penjabaran secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi varibel-variabel yang akan
diteliti. Variabel pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan K3 dan
kepatuhan penggunaan APD. Data dianalisa menggunakan excel dan SPSS.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
a. Tingkat pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Hasil
penelitian tentang tingkat pengetahuan Kesehatan danKeselamatan Kerja (K3)
mahasiswa farmasi didapatkan keseluruhan jawaban benar responden sebanyak 1050
dan diperoleh nilai median adalah 10 sehingga tingkat pengetahuan dapat dikategorikan
baik jika x≥10,0 dan kurang baik jika x<10 berikut:="" dalam="" dapat="" dikategorikan="" k3="" o:p="" pengetahuan="" sebagai="" sehingga="" tabel="" tercantum="" tingkat="">10>
Tabel
1. Distribusi tingkat pengetahuan K3
No
|
Tingkat Pengetahuan K3
|
n
|
%
|
1
|
|
57
|
50,9
|
2
|
|
55
|
49,1
|
|
Total
|
112
|
100
|
Sumber: Data Primer (diolah tahun 2018)
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden berpengetahuan
baik lebih tinggi jumlahnya dibanding responden pengetahuan kurang baik dengan
perbedaan yang sangat tipis.
Tabel
2. Distribusi tingkat pengetahuan K3 setiap kelas
Kelas
|
Tingkat
Pengetahuan (n)
|
Persentase
(%)
|
||
Baik
|
Kurang
Baik
|
Baik
|
Kurang
Baik
|
|
I-A
|
16
|
13
|
55,2
|
44,8
|
I-B
|
14
|
14
|
50
|
50
|
II-A
|
14
|
15
|
48,3
|
51,7
|
II-B
|
13
|
13
|
50
|
50
|
Sumber: data primer (diolah tahun 2018)
Berdasarkan tabel lima dapat dilihat sebaran tingkat pengetahuan
setiap kelas dari tingkat I sampai II. Persentase tingkat pengetahuan K3 pada
kelas IA adalah 55,2 % berada pada kategori baik dengan jumlah responden 16 orang
mahasiswa, persentase untuk kelas IIA sebanyak 48,3% berada pada kategori baik
dengan jumlah responden 14 orang dan sebanyak 51,7% berada pada kategori kurang
baik dengan jumlah responden 15 orang. Tingkat pengetahuan pada kelas IB dan
IIB sama sama 50% untuk kategori baik dengan jumlah responden 14 dan 13
mahasiswa dan sama halnya untuk kategori kurang baik.
Distribusi tingkat pengetahuan tingkat I dan tingkat II dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel
3. Distribusi Perbandingan tingkat pengetahuan K3 pada tingkat I dan II
Tingkat
|
Tingkat
Pengetahuan (n)
|
Persentase
(%)
|
||
Baik
|
Kurang
Baik
|
Baik
|
Kurang
Baik
|
|
I
|
30
|
27
|
52,6
|
47,4
|
II
|
27
|
28
|
49,1
|
50,9
|
Sumber: data primer (diolah tahun 2018)
Pada tabel di
atas dapat dilihat bahwa persentase tingkat pengetahuan mahasiswa tingkat I
lebih tinggi dibanding mahasiswa tingkat II dengan nilai persentase 52,6% dan
jumlah responden 30 mahasiswa berada pada kategori baik dan sisanya kurang
baik. Persentase tingkat tingkat II adalah 49,1% sebanyak 27 responden berada
pada kategori baik dan sisanya tidak baik.
b. Tingkat Kepatuhan
Hasil
Penelitian tentang tingkat kepatuhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
mahasiswa farmasi berdasarkan kelas didapatkan keseluruhannilai observasi yang
sesuai adalah 19 dengan nilai median 5 sehingga tingkat kepatuhan dikategorikan
patuh jika x ≥ 5 dan tidak patuh jika x <5 .="" berikut:="" dapat="" data="" dilihat="" distribusi="" kepatuhan="" o:p="" pada="" sehingga="" tabel="">5>
Tabel
4. Distribusi Tingkat Kepatuhan K3 setiap Kelas
Kelas
|
Tingkat
Kepatuhan (%)
|
|
Patuh
|
Tingkat
Patuh
|
|
I-A
|
40
|
60
|
I-B
|
40
|
60
|
II-A
|
50
|
50
|
II-B
|
50
|
50
|
Sumber: data primer (diolah tahun 2018)
Berdasarkan hasil tabel 4 dapat dilihat bahwa perbandingan kelas
responden patuh dan tidak patuh adalah sama yaitu 2 : 2.
Kepatuhan
adalah tingkat perilaku pekerja yang tertuju terhadap intruksi ataupetunjuk
yang diberikan dalam bentuk keselamatan apapun yang ditentukan, baik penggunaan
APD, pelatihan, pengobatan atau istirahat yang cukup.5
Observasi
variabel kepatuhan dilakukan pada setiap kelas dan melihat secara keseluruhan kepatuhan penggunaan APD
mahasiswa jurusan farmasi di laboratorium. Hasil observasi terhadap empat kelas
menunjukkan bahwa dua kelas di tingkat II berada pada kategori patuh dan dua
kelas di tingkat I berada pada kategori tidak patuh dengan persentase patuh dan
tidak patuh sama sama 50%. Sehingga kepatuhan penggunaan APD mahasiswa tingkat
I jurusan farmasi masih kurang, sehingga mahasiswa tingkat I perlu dibekali
pengetahuan dan pemahaman yang baik sejak awal masa perkuliahan
Pemakaian APD
harus dipakai ketika memasuki ruangan praktikum.Padaawal dimulainya praktikum,
praktikan tidak menggunakan sarung tangan atau masker, atau hanya menggunakan
sarung tangan saja atau masker saja, sehingga pada pengambilan atau penetesan
senyawa kimia di awal mulainya praktikum, praktikan tidak menggunakan
APD.Penggunaan APD secara lengkap mulai terlihat di pertengahan praktikum
dimana mahasiswa sudah mulai menggunakan masker dan sarung tangan. APD seperti
sarung tangan dan masker diperuntukkan sekali pakai sehingga setelah praktikum
selesai APD tersebut wajib dibuang, akan tetapi kebanyakan praktikan
menggunakan masker laboratorium sampai pulang ke rumah dan ada yang dimasukkan
ke dalam perkakas praktikum, sedangkan jenis APD sarung tangan beberapa mahasiswa
langsung membuang ke tempat sampah dan ada pula yang dimasukkan ke dalam tempat
perkakas praktikum milik praktikan masing masing, oleh karena itu dapat
diasumsikan bahwa jika dalam kondisi genting praktikan bisa saja menggunakan
kembali APD tersebut pada praktikum selanjutnya.
Setelah
melakukan praktikum harus dipastikan bahwa praktikan bersih daripaparan bahan
kimia, sehingga setelah proses praktikum perlu dibersihkan bagian tubuh yang
kira-kira terpapar bahan kimia khususnya tangan karena tangan adalah anggota
tubuh yang paling sering kontak dengan bahan kimia. Pembersihanmenggunakan air
yang mengalir sangat dianjurkan karena bahan kimia yang terpapar dapat ikut
mengalir bersama air, untuk mendapatkan fasilitas seperti ini maka mahasiswa
dapat membersihkan tangan menggunakan wastafel, tetapi ruangan praktikum kimia
jurusan farmasi hanya menyediakan satu buah wastafel, sehingga tidak semua
praktikan dapat mencuci tangan, hanya praktikan yang akanmencuci alat praktikum
saja yang sempat mencuci tangan.
Jas
laboratorium untuk praktikum sebaiknya digunakan jenis lengan panjang, sehingga
dapat melindungi lengan dari percikan atau paparan zat kimia berbahaya.Mahasiswa
tingkat II lebih unggul dalam hal ini karena memakai jas laboratorium berlengan
panjang sedangkan mahasiswa tingkat I masih menggunakan jas berlengan pendek
khususnya praktikan lelaki.
KESIMPULAN
1.
Tingkat
pengetahuan K3 mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Aceh berada pada
kategori baik dengan persentase 50,9% dan jumlah responden 57 mahasiswa,
sedangkan yang berpengetahuan kurang baik sejumlah 55 mahasiswa dengan
persentase 49,1%.
2.
Tingkat
kepatuhan penggunaan APD pada mahasiswa
farmasi berada pada kategori patuh sebanyak dua kelas dengan persentase 50%
sedangkan dua kelas lainnya berada pada kategori tidak patuh dengan persentase
yang sama.
3.
Tingkat
pengetahuan K3 pada mahasiswa tingkat I farmasi lebih baik daripada mahasiswa
tingkat II dengan persentase tingkat I 52,6% sedangkan tingkat II 49,1%.
DAFTAR
PUSTAKA
Zamzami DY.
Tabung Riset Lab Kimia FKIP Unsyiah Meledak, Dua Orang
Terluka. Kompas.com.
http://regional.kompas.com/read/2017/07/17/15382621/tabung-riset-labkimia-fkip-unsyiah-meledak-dua-orang-terluka.
Published July 17, 2017.
Riang TS.
Laboratorium Farmasi UI Meledak, Dua Mahasiswa Luka Parah. Kompas.com. http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/16/1946333/Laboratorium.Farmasi.UI.Meledak.Dua.Mahasiswa.Luka.Parah.Published
March 16, 2015.
Notoatmodjo S.
Metodologi Penelitian Kesehatan. revisi cet. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2012.
Stanley. Buku
Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran: EGC; 2007
Notoatmodjo S.
Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
Yulia Fitri: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 69-72
SOYA BERPOTENSI MENURUNKAN TEKANAN DARAH WANITA MENOPAUSE
Yulia Fitri
Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Aceh email: fitriyulia @ymail.com
ABSTRAK
Penurunan produksi estrogen saat menopause berdampak
pada penurunan kualitas hidup dengan
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Pemberian soya berpotensi menurunkan
resiko penyakit kardiovaskular dengan kandungan fiotoestrogennya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian soya terhadap tekanan darah
wanita usia 45-55 tahun di Aceh besar. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan kajian ilmiah tentang
peran penggunaan bahan yang bersumber dari kedelai sebagai tumbuhan herbal sebagai upaya pencegahan penyakit
kardiovsakular. Hasil
penelitian diperoleh tekanan darah
wanita usia 45-55 tahun lebih
rendah dibanding sebelum pemberian susu soya. Merupakan penelitian analitik
dengan one group pre –test and post test design, dengan rancangan nonrandomized pretest—posttest. Sampel
dalam penelitian adalah wanita usia 45-55 tahun berjumlah 15 orang . Pemberian
Soya dilakukan selama 30 hari pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter
yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian soya. Rancangan analisa data
menggunakan T-Test.Tekanan
darah sistolik seteleh pemberian
soya signifikan lebih rendah dibanding sebelum pemberian (p=0,038), namun
perbedaan tekanan darah diastolic tidak signifikan (p=0,763) Kesimpulan
dan Saran : Pemberian soya menurunkan
tekanan darah. Saran :
Perlu
diinformasikan kepada masyarakat tentang potensi kedelai sebagai salah satu
bahan herbal alternative dalam upaya pengendalian penyakit kardiovaskular
terutama pada wanita usia menopause
Kata kunci : Soya,
tekanan darah, wanita Mneopause
LATAR BELAKANG
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu
bangsa salah satunya dilihat dari
harapan hidup penduduknya. Sejak tahun
2000, jumlah lansia melebihi 7% yang menunjukkan bahwa Indonesia mulai masuk
kedalam Negara berstruktur tua (Ageing
population) yang juga mencerminkan semakin meningkatnya usia harapan hidup 1
Menurut proyeksi
penduduk Indonesia tahun 2000-2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah perempuan
berusia di atas 50 tahun adalah 20,9 juta orang. Pada tahun 2020
diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause di Indonesia 30,3
juta orang. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), pada tahun 2025 diperkirakan
akan ada 60 juta wanita menopause.2
Dengan meningkatnya usia harapan hidup ini maka berdampak terhadap penyakit
degeneratif. Ini dapat dilihat dari perubahan- perubahan yang terjadi pada
lansia3
Menopause dihasilkan dari hilangnya
sensitifitas ovarium untuk menstimulasi gonadotropin, yang secara langsung
berhubungan dengan pergeseran folikular.
4.
Wanita
menopause telah mencapai suatu kondisi dimana kejadian penyakit kronis akan
lebih meningkat yang selanjutnya dapat berdampak kondisi fisik dan mental
mereka sehingga mempengaruhi kualitas hidup mereka 5. salah satunya adalah resiko munculnya penyakit
kardiovaskular 6
Konsumsi
produk kedelai yang cukup tinggi, sangat bermanfaat dalam mencegah berbagai
penyakit kardiovaskular yaitu dengan mempertahankan kolesterol pada kadar yang
normal, 7,8 Hal tersebut dikarenakan potensi senyawa isoflavon yang merupakan turunan fitoestrogen pada
produk kedelai.
Penelitian
epidemiologi tentang penyakit kardiovaskular menunjukkan insiden yang lebih
rendah dinegara Asia dibandingkan dengan negara barat dan yang terendah pada
golongan vegetarian dibandingkan omnivore sehingga diduga kuat fitoestrogen
bersifat kardioprotektif (Biben, 2012). 9
Pengaruh
isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan resiko CVD (cardio vascular
deseases) banyak dihubungkan dengan sifat hipolipidemik dan
hipokholesteremik senyawa isoflavon 10
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian susu Soya terhadap tekanan darah pada wanita usia 45-55 tahun di
wilayah kerja PKM. Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
METODELOGI
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian analitik dengan one group pre –test and post test design,
Rancangan yang digunakan adalah nonrandomized
pretest—postest untuk mengetahui
pengaruh pemberian soya terhadap keluhan menopause pada wanita usia 45-55 tahun
di wilayah kerja PKM Kuta Baro dengan criteria : bersedia
menjadi responden , , memiliki berat badan normal dan kriteia ekslusi : menderita penyakit
jantung, hipertensi, ginjal, keganasan, hepatitis dan diabetes.,menggunakan
terapi hormon
Besar sampel didapatkan
dari hasil perhitungan besar
sampel minimal berdasarkan rumus
besar sampel untuk proporsi dua populasi (Lemeshow et al.,
1997). Dengan interval kepercayaan (Confidence
Interval) 95 persen (α=0,05),
power 80% (β=0,20) dan estimasi proporsi Tekanan darah
pada wanita menopause 0,92 dan estimasi proporsi pada kontrol 0,44 (Rahman et al, 2010), didapatkan jumlah sampel minimal 15
dengan cara purposive sampling
Data
yang dikumpulkan merupakan data primer. Tehnik pengumpulan data berupa
wawancara dan dokumentasi data responden. Instrument pengumpulan data yang
digunakan yaitu kuisioner karakteristik responden dan pengukuran tekanan darah
menggunakan Tensi Meter . Prosedur penelitian diawali dengan Skrining
awal,subjek dimulai dengan melakukan
anamnesa tentang umur , riwayat kesehatan dan data indeks massa tubuh dan
lingkar pinggang.
Subjek
yang masuk kriteria inklusi kemudian melakukan prosedur informed consent yang dilakukan peneliti., Kemudian dilakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) , pengisian selanjutnya
dilakukan pengukuran tekanan darah. Analisis data dilkukan dengan Uji T Paired.
HASIL
PENELITIAN
Rentang umur perempuan yang menjadi responden pada
penelitian ini berkisar antara 48 sampai dengan 55 tahun. Rerata umur responden 52 tahun, dengan median indek massa tubuh 24,7 Kg/m² (48--55 Kg/m²) dan median lingkar
pinggang responden adalah 79 cm (75-80 cm).
Penelitian dilakukan selama 30 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar
dengan sampel perempuan yang sudah mengalami
menopause maksimal 1 tahun. Responden berjumlah 15 orang yang diberikan
soya sediaan merek tertentu.
Tabel 1 Analisis Deskriptif tekanan darah wanita
usia 45-55 tahun di wilayah kerja PKM. Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar
No
|
Tekanan Darah
|
Pre Test
|
Post Test
|
||||
|
Median
|
F
|
%
|
Median
|
F
|
%
|
|
1
|
Sistole
|
≥120
|
9
|
60
|
≥120
|
8
|
53,3
|
|
|
<120 o:p="">120>
|
6
40
<120 o:p="">120>
7
46,7
2
Diastole
≥80,67
6
40
≥80
13
86,7
<80 o:p="">80>
9
60
<80 o:p="">80>
12
13,3
Berdasarkan
tabel 1.dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel pada kelompok Pre test
memiliki nilai median tekanan darah
sistole yang cenderung tinggi meskipun masih dalam batas normal yaitu ≥
120 mmhg (60%) dan mengalami penurunan persentase pada
kelompok post test menjadi 53,3%
Sedangkan
tekanan darah diastole pada kelompok pre test sebagzian besar kurang dari 80,67 mmHg (66,7%)
berbanding terbalik dengan kelompok post test yaitu sebagian besar memiliki
tekanan darah diastole ≥ 86,7 (86,7%)
Tabel 2 Analisis perbedaan tekanan
darah wanita usia 45-55 tahun di wilayah
kerja PKM. Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar
No
|
Tekanan Darah
|
Z
|
P Value
|
1
|
Sistole
|
-2.070
|
0,038*
|
2
|
Diastole
|
-.302
|
0,763
|
Wilcoxon Test (P<0 o:p="">0>
Hasil
uji satistik menggunakan Wicoxon Test pada tabel 2 menunjukkan perbedaan
tekanan darah sistole yang signifikan antara kelompok pre test dan post test dengan nilai p
0,038 (p <0 sedangkan="" span="" style="mso-spacerun: yes;">
0>perbedaan tekanan darah diastole
antara kelompok pre test dan post test tidak signifikan.
DISKUSI
Berdasarkan
tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel pada kelompok Pre test
memiliki nilai median tekanan darah
sistole yang cenderung tinggi meskipun masih dalam batas normal yaitu ≥
120 mmhg (60%) dan mengalami penurunan persentase pada kelompok
post test menjadi 53,3%. Sedangkan tekanan darah diastole pada kelompok pre
test sebagian besar kurang dari 80,67
mmHg (66,7%) berbanding terbalik dengan kelompok post test yaitu sebagian besar
memiliki tekanan darah diastole ≥ 86,7 (86,7%)
Hasil uji satistik menggunakan
Wicoxon Test pada tabel 2
menunjukkan perbedaan tekanan darah sistole yang signifikan antara
kelompok pre test dan post test dengan nilai p
0,038 (p <0 sedangkan="" span="" style="mso-spacerun: yes;">
0>perbedaan tekanan darah diastole
antara kelompok pre test dan post test tidak signifikan.
Hipertensi berhubungan
erat dengan proses inflamasi 11 Phytoestrogen menyebabkan vasodilatasi dan
kemungkinan memperbaiki hipertensi serta mengurangi permeabilitas vaskuler, reaktif
oxygen species (ROS), dan infiltrasi sel
inflamasi. 12
Molekul adhesi seperti selectin, dan soluble
vascular dan intercellular adhesion molecules memediasi adhesi leukosit pada
endotel vaskular, yang kemudian mengawali proses aterosklerosis 13 Karena molekul
adhesi vaskular dapat dipengaruhi oleh estrogen 14, isoflavon kemungkinan mempengaruhi efek pro-inflamasi dan adhesi cytocin. Percobaan in vitro pada hewan coba menunjukkan
isoflavon menurunkan level molekul
adhesi an cytokine proinflamasi Hipotesis
lain adalah protein kedelai mengandung arginin dalam level yang tinggi, yang
merupakan precursor metabolic yang poten bagi vasodilator nitric oxide 15,16..
Tidak
berbedanya tekanan darah diastole pada penelitian ini kemungkinan karena rata-
rata tekanan diastole pada seluruh sampel penelitian baik pada pengukuran pre
test maupun post test tidak menunjukkan range yang terlalu jauh. (pre test
80,67 dan post test 80).
KESIMPULAN
Tekanan darah sistole setelah pemberian soya signifikan lebih rendah dibanding sebelum pemberian. Sedangkan Tekanan
darah sistole setelah pemberian soya
tidak signifikan.
REKOMENDASI
Perlu
dilakukan penelitian lanjutan tentang potensi kedelai local yang dibandingkan
dengan soya sediaan sebagai tanaman
herbal alternative untuk mencegah penyakit kardovaskular pada pria dan wanita.
DAFTAR
PUSTAKA
Kemenkes,
2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi Kemnekes RI.
_________2003, Menopause
dan Andropause, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta).
Maryam,
Siti R dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
Rahman
A Zainudin SR, Mun VL. 2010. Asia Pacific Family Medicine 2. Assessment of
menopausal symptoms using modified Menopause Rating Scale (MRS) among middle
age women in Kuching, Sarawak, Malaysia. http://www.apfmj.com/content/9/1/5
Glover
A. and Assinder S.J. 2006. Acute exposure of adult male rats to dietary
phytoestrogen reduces fecundity and alters epididymal steroid hormon receptor
expression. Jour. Endoc. 189: 565-573
Yildiz,
F. 2005. Phytoestrogens in functional foods. Taylor & Francis Ltd. pp.3-5;
210-21
Teramoto
T., Yoshida H., Ikeda H., dan Tamori, Y. 2000. Supressive effect isoflavones on
proliferation of breast cancer cells induced by nonyl-phenol and bi-phenol A.
Prosiding “ISPUC-III”, October 15-20, 2000, Tsukuba, Japan. pp. 177-178
Messina,
M, Gardner C, et al. 2002. Gaining insight into the health effects of soy but a
long way still to go: Commentary on the fourth International Symposium on the
Role of Soy in Preventing and Treating Chronic Disease. J Nutr 132(3):547S-551S
Androulakis
E, Tousoulis D, Papageorgiou N, Latsios G, Siasos G, Tsioufis C, et al.
Inflammation in hypertension: current therapeutic approaches. Curr Pharmaceut
Design 2011; 17:4121–4131
Vahide B. Gencel, Mina M. Benjamin, Shafik N. Bahou, and Raouf A. Khalil. 2013. Vascular Effects of Phytoestrogens and Alternative
Menopausal Hormone Therapy in Cardiovascular Disease Mini Rev Med Chem.
Author manuscript; available in PMC 2013 February 1.
Pate
M, Damarla V, Chi DS, Negi S, Krishnaswamy G. Endothelial cell biology: role in
the inflammatory response. Adv Clin Chem 2010; 52:109–130.
Rajtar-Ciosek
A, Huras H, Krzysiek J, Reron A, Wilczak M, Jach R. Beneficial influence of
postmenopausal estrogen therapy on serum adhesion molecules is independent of
the route and dose of administration. Neuroendocrinol Lett 2011; 32:340–344.
Chacko
BK, Chandler RT, Mundhekar A, Khoo N, Pruitt HM, Kucik DF, et al. Revealing
anti-inflammatory mechanisms of soy isoflavones by flow: modulation of
leukocyte-endothelial cell interactions. Am J Physiol Heart Circ Physiol 2005;
289:H908– H915.
Andrade
CM, Sa MF, Toloi MR. Effects of phytoestrogens derived from soy bean on
expression of adhesion molecules on HUVEC. Climacteric J Int Menopause Soc
2012; 15:186–194.
Langganan:
Postingan (Atom)