Selasa, 01 Juli 2014

Intan Liana: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2014, hal. 11-26

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN BERSERAT  (BUAH PIR) TERHADAP PENURUNAN DEBRIS INDEKS PADA SISWA  SEKOLAH DASAR KELAS V SD 62 COT MESJID LUENG BATA BANDA ACEH TAHUN 2014

Oleh:
Intan liana

ABSTRAK
Makanan  yang kaya akan serat mengandung vitamin, mineral serta unsur lain juga dapat berfungsi sebagai upaya membersihkan  plak dari permukaan gigi disamping menyikat gigi. Makanan berserat dapat menjadi self cleansing atau pembersih alamiah bagi debris yang melekat pada gigi, karena secara tidak langsung makanan itu dapat menggosok bagian permukaan gigi. Serta dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh penumpukan plak.  Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan metode eksperimen  dan rancangan yang digunakan adalah pre-test and post-test dengan kontrol. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi  buah pir terhadap penurunan indeks plak pada siswa/siswi kelas V SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh dengan jumlah sampel 25 sebagai  kelompok intervensi dan 25 orang sebagai kelompok kontrol.    Hasil yang didapat dalam penelitian ini, rata-rata indeks plak sebelum mengunyah buah pir 1,77 kriteria sedang dan sesudah mengunyah buah pir 0,80 kriteria baik. mengkonsumsi buah pir dapat menurunkan indeks plak terlihat dari persentase sesudah mengkonsumsi buah pir  terdapat 22 (88%) siswa/siswi  berkriteria baik dan 3 (12%) siswa/siswi berkriteria sedang. Kesimpulan dari penelitian yaitu ada perbedaan indeks plak sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah pir. Hal ini terbukti dari hasil uji t-Test dependent p< 0,05 ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi buah pir berpengaruh terhadap indeks plak.

Kata Kunci: Buah pir,  jumlah, frekuensi,  Indeks Plak



Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan optimal. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka upaya dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2000).
Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah dari terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut. Jika ditinjau dari segi fungsinya, gigi dan mulut mempunyai peran yang besar dalam mempersiapkan makanan sebelum melalui proses pencernaan yang selanjutnya. Oleh karena gigi dan mulut merupakan salah satu kesatuan dari anggota tubuh yang lain, kerusakan pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara langsung atau tidak langsung. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut juga berperan penting dalam menentukan gambaran dan penampilan diri seseorang tersebut sekaligus berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan terhadap dirinya. (Pratiwi, 2007).
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan, (Panjaitan M, 1995). 
Survei awal yang dilakukan di SD 62 Cot Mesjid terhadap siswa/siswi adalah oral higiene siswa 80% dalam kategori sedang, adanya plak pada permukaan gigi siswa/siswi. Rendahnya konsumsi makanan berserat, dan perilaku menyikat gigi yang masih kurang tepat.  
        
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh jumlah dan Frekuensi Mengkonsumsi Buah Pir Terhadap Penurunan Indeks Plak pada Murid  Kelas V SD 62 Cot Mesjid Lueng Bata Banda Aceh.

Tujuan Penelitian
1.  Untuk mengetahui rata-rata indeks plak sebelum mengkonsumsi buah pir pada kelompok intervensi dan indeks plak pada kelompok kontrol.
2.  Untuk mengetahui rata-rata indeks plak sesudah mengkonsumsi  buah pir pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Manfaat Penelitian
1.      Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi pihak sekolah dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang pengaruh mengkonsumsi buah pir terhadap penurunan indeks plak.
2.      Sebagai bahan masukan dan informasi dalam mengembangkan pendidikan khususnya dalam perawatan gigi dan mulut.

Tinjauan Pustaka
BUAH PIR
Pir (pyrus malus linn) merupakan buah subtropis yang sangat lezat rasanya. Buahnya berbentuk bulat dengan sedikit lekukan di bagian atas dan bawah. Rasanya manis dan segar dengan sedikit asam. Pir memiliki banyak varian dengan warna dan besar berbeda-beda. Bentuknya juga sedikit berbeda namun umumnya berupa bulatan yang sedikit mengecil di bagian bawah dan adanya lekukan pada bagian atas maupun bawah (Yuliati, N. 2011).
Pir salah satu buah yang mudah ditemui diberbagai penjuru dunia. Diperkirakan ada kurang tujuh ribu jenis buah pir diseluruh dunia meskipun bentuk, ukuran, warna, rasa, serta tekstur masing-masing pir berbeda namun pada umumnya buah ini berbentuk bulat dengan cekungan pada pangkal pucuknya, dagingnya berwarna putih renyah berair dengan rasa manis/asam dan dilindungi oleh kulit tipis yang biasanya berwarna mengkilap. Bila dikerat akan keluar aroma yang harum dan segar. Satu porsi buah pir banyak mengandung kalium, pektin dan selulosa. Pektin banyak terdapat pada daging buah pir dan merupakan salah satu serat yang tidak larut dalam air sedangkan selulosa banyak terdapat pada kulit buah pir merupakan serat yang larut dalam air (Faralia 2012).



Kandungan Dalam Buah Pir
 Dalam buah pir, terdapat banyak kandungan gizi. Pir banyak mengandung vitamin, mineral serta unsur lain seperti fitokimia, serat, tanin, baron, asam tartar, dan lainnya. Zat inilah yang sangat diperlukan bagi tubuh kita untuk mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. Adapun kandungan yang terdapat dalam buah pir adalah sebagai berikut :
1.      Kaya vitamin
Buah pir kaya akan kandungan vitamin, seperti; vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B6, vitamin B9, vitamin C.
2.      Kaya mineral
Buah pir mengandung banyak mineral, antara lain; kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan zinc.
3.      Fitokimia
            Buah pir mengandung fitokimia, yang  merupakan antioksidan untuk melawan radikal bebas yang berasal dari polusi, atau lingkungan sekitar. Zat ini juga berfungsi untuk menekan jumlah kolesterol jahat (LDL) yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
4.      Kaya Serat
Pir kaya akan serat, sehingga baik untuk orang yang sedang dalam program diet. Hal ini disebabkan karena serat yang tinggi dapat  mencegah lapar datang lebih cepat, Serat juga dapat mengurangi lemak dan kolesterol. Buah pir mengandung serat yang berguna mengikat lemak, dan kolesterol jahat dalam tubuh untuk selanjutnya dibuang.
5.      Tanin
Tanin adalah zat yang berfungsi membersihkan dan menyegarkan mulut, sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi.
6.      Baron
Di dalam buah pir terdapat baron. Baron berfungsi mempertahankan jumlah estrogen dalam tubuh seorang wanita.
7.      Flavoid
Flavoid merupakan zat yang berfungsi menurunkan risiko kanker.
8.      Asam D-glucaric
            Asam D-glucaric merupakan zat yang dapat menurunkan kadar kolesterol. Asam D-glucaric juga terdapat di dalam buah pir.
9.      Quercetin
Quercetin merupakan zat yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar antioksidan, sehingga tubuh terasa lebih sehat, dan mencegah berbagai penyakit.
10.  Asam tartar
Asam tartar yang dapat menyehatkan saluran pencernaan, karena zat ini mampu membunuh bakteri yang ada dalam saluran pencernaan.

Nilai Gizi Buah Pir
   Tabel 3.1. Kandungan gizi dalam 100 gram pir
Zat Gizi
Jumlah Terkandung
Energi
58.0 kal
Protein
0.30 g
Lemak
0.40 g
Karbohidrat
14.90 g
Kalsium
6.00 mg
Fosfor
10.00 mg
Serat
0.07
Besi
1.30 mg
Vit A
24 RE
Vit B1
0.04 mg
Vit B2
0.03 mg
Vit C
5.00 mg
Niacin
0.10 g

Manfaat Buah Pir Bagi Kesehatan
1.      Redakan Diare
2.      Melawan Infeksi Virus
3.      Mencegah Kerusakan Gigi
4.      Mencegah penyakit Jantung dan Kanker
5.      Menurunkan berat badan

Hubungan Pir dengan Kesehatan Gigi
Pir memiliki dua kualitas yang membantu pemutihan gigi. Pertama, proses mengunyah pir yang keras dan renyah bisa memudarkan plak gigi yang dapat mengubah warna gigi atau menjadi self cleansing atau pembersih alamiah bagi gigi dari sisa-sisa makanan yang tertinggal karena secara tidak langsung makanan itu dapat menggosok bagian permukaan gigi. Kedua, mengunyah juga merangsang produksi air liur yang secara alamiah dapat melawan bakteri dalam mulut yang mengubah warna gigi (Livestrong 2012). Selain itu pir juga mengandung zat tanin yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh penumpukan plak.

Frekuensi Mengunyah
Pengunyahan adalah proses menghancurkan partikel makanan di dalam mulut, dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga mengubah ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang mudah untuk ditelan. Penghancuran makanan dilakukan oleh gigi-geligi dengan bantuan otot-otot pengunyahan dan pergerakan kondilus mandibula melalui artikulasi temporomandibula (Andriani, 2001)
Cara mengunyah yang benar juga memperbaiki sistem pencernaan. Hal ini disebabkan karena cairan ludah dapat membantu menghancurkan partikel makanan sehingga mempermudah saluran pencernaan untuk menyerap nutrisi makanan. Enzim yang terkandung di dalam cairan ludah, yang diproduksi akibat mengunyah dengan benar, juga berfungsi untuk memecah karbohidrat dan lemak
Saat mengunyah dengan benar, cairan ludah juga membantu melawan pembentukan plak gigi dan bau mulut. Karbonat hidrogen yang terdapat pada cairan ludah akan menetralisir pembentuk plak gigi. Cairan ludah juga membunuh bakteri dan membersihkan sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi.

Plak
Pengertian plak
  Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikro organisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan (Panjaitan M, 1995).
         Plak adalah lapisan tipis, lunak, lekat, tidak berwarna dan mengandung bakteri. Plak ini selalu terbentuk pada permukaan gigi, meskipun gigi selalu dibersihkan. Plak merupakan penyebab utama terjadinya karies (gigi berlubang) dan penyakit periodontal (Boedihardjo, 1985). 
         Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan dan bahan organik yang terbentuk di gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Plak merupakan agregat sejumlah besar dan berbagai macam mikroorganisme pada permukaan gigi mulai erupsi dengan cepat akan dilindungi lapisan tipis glikoprotein yang disebut aequired pellicle. Glikoprotein di dalam air ludah akan diserap dengan spesifik pada hidroksiaptit dan melekat erat pada permukaan gigi (Roeslan, 2002).
         Plak adalah lendir yang melekat pada permukaan gigi, dalam plak ini terdapat kuman-kuman dari ludah dan mulut.  Plak tidak tampak bila dilihat sebab berwarna seperti kaca amat putih (Machfoedz, 2008)
       Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepas dan cekatan (Dalimunthe, S.  2008).

Komposisi Plak
            Plak gigi sebagian besar terdiri atas air dan berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler yang terdiri dari atas polisakarida ekstaseluler dan protein saliva. Sekitar 80% dari berat plak adalah air, sementara jumlah mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mg berat basah. Selain terdiri atas mikroorganisme, juga terdapat sel-sel epitel lepas, leukosit, partikel-partikel sisa makanan. Garam anorganik yang terutama terdiri atas kalsium fosfa, dan flour (Putri, H, dkk 2002).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Plak
Menurut Djuita ( 1989 ) proses pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat faktor-faktor penunjang hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif menghasilkan zat-zat metabolisme. Menurut Hoag dan Pawlak (1990) secara garis besar faktor-faktor penunjang ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
A.  Lingkungan fisik, yaitu berdasarkan :
1.  Anatomi dan posisi gigi
2.  Anatomi dan jaringan sekitar gigi
3.  Struktur permukaan gigi
4.  Gesekan oleh makanan dan jaringan sekitar
5.  Tindakan kebersihan mulut
B.   Waktu
C.   Pengaruh Diet

Pembentukan Plak
 Penumpukan plak dental sudah dapat terlihat dalam 1-2 hari setelah seseorang tidak melakukan prosedur oral hygiene. Plak pada umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan gigi. Proses pembentukan plak dapat dibagi atas tiga tahap yaitu :

Pembentukan Pelikel Dental
Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentuk plak. pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi (cekat atau lepasan) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkular,  begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris. Pelikel ini merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah .
 Komponen khas pelikel pada berbagai daerah adalah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru terbentuk  (dua jam) menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif.
Pelikel ini merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah desikasi (pengeringan) jaringan. Selain itu pelikel merupakan substrat kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat.

Kolonisasi awal permukaan gigi
       Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibulat pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram-positif, seperti actinmyces viscosus dan streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesion akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental.
       Massa plak kemudian mengalami pematangan bersama dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangan terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.

Kolonisasi Sekunder dan Pematangan Plak
      Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
a. Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi.
b. Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri baru
       Dalam tiga hari, pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih meningkat, seperti Prevotella intermedia, Prevotella loesheii, spesies Capnocytophaga, Fusobakterium nucleatum dan Prophyromonas gingivalis. Bakteri pengkoloni sekunder akan melekat ke bakteri yang sudah melekat ke pelikel. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke-7 ditandai dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif (Dalimunthe, S 2008).

Klasifikasi Plak
        Menurut Samarayanake (2002) plak ditemukan sebagian besar pada permukaan gigi. Secara garis besar, plak ditemukan di daerah anatomi yang terlindungi pertahanan host, seperti pada fissure oklusal, daerah interproksimal atau di sekitar ginggiva crevice.
Plak berdasarkan hubungannya dengan margin ginggiva dibagi menjadi dua yaitu:
1. Plak Supraginggiva
       Plak supragingiva Yaitu plak yang melekat pada permukaan gigi yang terletak di atas margin ginggiva. Pembentukan plak supraginggiva dipelopori oleh bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler yang memungkinkan bakteri mudah melekat pada gigi dan saling berikatan satu dengan yang lain.
2. Plak subgingiva
        Plak subgingiva  Yaitu plak yang melekat pada permukaan gigi terletak di bawah margin ginggiva. Kolonisasi bakteri subginggiva hanya terjadi bila ada plak supraginggiva dan gingivitis (Samarayanake, 2002).

Indeks Plak
        Indeks plak merupakan angka yang di tunjukkan atau menggambarkan keadaan klinis ada tidaknya plak pada gigi yang diperiksa. Indeks plak dikeluarkan oleh Loe dan Silness pada tahun 1964. Indeks ini diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin gingiva ( Pintauli, dkk.2008 )
       Menurut Debnath (2002), indeks ini dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pewarna yang dioleskan keseluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi diperiksa empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial.

Gigi Yang Di Periksa
Untuk rahang atas yang diperiksa:
a.       Gigi M1 kanan atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
b.      Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial, mesial, distal, dan palatinal
c.       Gigi M1 kiri atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a.       Gigi M1 kiri bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
b.      Gigi I1 kiri bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan labial
c.       Gigi M1 kanan bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal

Cara pemberian skor untuk indeks plak
Kode
Kriteria
0
Tidak ada plak pada gigi
1
Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva di daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga
2
Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada saku gingiva dan pada margin gingiva atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung
3
Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi atau pada margin dan permukaan gigi tetangga
Score Indeks plak
1.         Baik                 : Di antara 0 -1
2.         Sedang : Di antara 1,1 – 2      
3.         Buruk              : Di antara 2,1 – 3,0


Kerangka Konsep

Kelompok kontrol
 
        


 







 METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Desain penelitian
        Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Eksperimen semu yaitu suatu penelitian dengan adanya suatu perlakuan terhadap kelompok sampel dengan kelompok kontrol Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan pre-test and post-test with control group  untuk melihat pengaruh frekuensi mengunyah buah pir terhadap penurunan indeks plak.
Pretest           Perlakuan               Posttest
 
Keterangan :

    01                    X1                           02
    O3                   X2                       O4

 
 






01       =     Observasi  perlakuan mengukur indeks plak sebelum mengunyah buah pir
02       =     Observasi  perlakuan mengukur indeks plak sesudah mengunyah buah pir
X1     =     kelompok intervensi  mengunyah  buah pir
X2     =     kelompok kontrol
      
Populasi dan Sampel penelitian 
Populasi penelitian adalah seluruh siswa SD 62 Kelas V yang berjumlah 280 orang  yang menjadi sampel adalah 50 orang anak, dengan pembagian, 25 siswa sebagai kelompok I, yang diberi perlakuan untuk mengkonsumsi pir dengan jumlah dan frekuensi tertentu. Dan 25 siswa sebagai kelompok kontrol, yang tidak diberikan perlakuan.

  Cara Pengumpulan Data
Persiapan alat dan bahan untuk mengambil data
Alat terdiri dari  :
1.      Sonde
2.      Kaca mulut
3.      Pinset
4.      Handuk
5.      Nier bekken
6.      Spuit
7.      Gelas kumur
8.      Formulir penelitian
Bahan terdiri dari :
1.      Disclosing solution
2.      Kapas
3.      Desinfektan
4.      Air putih
5.      Buah pir sebanyak 200 gram untuk setiap satu siswa.
Pelaksanaan
1.      Peneliti memeriksa indeks plak satu persatu sampel dengan menggunakan bantuan kaca mulut, sonde dan peralatan lainnya yang dibutuhkan, untuk mengetahui skor indeks plak baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Maka  cara yang digunakan adalah cara loe dan sillnes dalam buku yang ditulis oleh sondang pintauli dan Taizo Hamada yaitu setiap gigi yang diperiksa empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial kemudian skor dihitung. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut
Untuk rahang atas yang diperiksa:
-  Gigi M1 kanan atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
-  Gigi I1 kanan atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan labial
-  Gigi M1 kiri atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
-  Gigi M1 kiri bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
-  Gigi I1 kiri bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan labial
-  Gigi M1 kanan bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
6.      Kemudian setelah didapatkan hasil pemeriksaan oleh peneliti, maka orang kedua mencatat hasil yang diperoleh pada lembar  pemeriksaan. Setiap kali selesai pemeriksaan peneliti membersihkan alat dengan desinfektan dan dilap dengan handuk.
7.      Selanjutnya subjek penelitian diberikan pir  sebanyak 200 gram dan diinstruksikan untuk mengunyah sesuai dengan ketentuan. Sementara kelompok kontrol hanya diberikan minum air putih saja.
8.      Peneliti melakukan observasi dan menghitung frekuensi mengunyah yang dilakukan kelompok intervensi.
9.       sebelum dilakukan pemeriksaan kembali indeks plak siswa/siswi disuruh untuk berkumur air putih.
10.  Peneliti dan orang kedua kembali meneteskan disclosing solustion dibawah lidah siswa/siswi 3 tetes dengan menggunakan spuit dan diinstruksikan untuk menyebarkannya keseluruh permukaan gigi dengan menggunakan lidah.
11.  Setelah itu peneliti memeriksa kembali indeks plak masing-masing siswa/siswi sesuai denga gigi indeks dengan menggunakan kaca mulut, sonde dan peralatan lainnya yang diperlukan Setelah didapat hasil pemeriksaan orang kedua mencatat hasil dilembar pemeriksaan.hal serupa juga dilakukan pada kelompok kontrol.
12.  Data yang dikumpulkan tadi diperiksa kelengkapannya jika data tersebut belum lengkap, maka harus dilengkapi terlebih dahulu.
13.  Menghitung indeks plak dengan cara
Untuk satu gigi =
Jumlah seluruh skor dari empat permukaan
                       4

 Untuk keseluruhan gigi =
Jumlah skor indeks plak
Jumlah gigi yang ada

14. Setelah itu menghitung indeks plak masing-masing siswa/siswi
15. Kemudian data-data tersebut dimasukkan kedalam tabel .

Pengolahan Data
               Data yang diperoleh di kumpulkan dan diolah menggunakan perangkat komputer
1.         Editing
Melakukan pengecekan dan perbaikan isian pada formulir atau lembar observasi.
2.         Coding
Mengubah data berbentuk huruf menjadi data angka-angka yang berhubungan dengan variabel peneliti untuk memudahkan dalam pengolahan data.
3.         Tabulating
Memasukkan data kedalam bentuk tabel, sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisa Data
     Analisa data dilakukan  dengan uji statistik t-Test dependent  dan paired t test menggunakan aplikasi SPSS.




Hasil Penelitian
            Data yang dikumpulkan adalah hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan  dengan pemeriksaan langsung ke mulut siswa/siswi yang menjadi sampel. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisis data dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Pada kelompok intervensi  jumlah siswa laki-laki sebanyak 12 orang (48%) dan perempuan sebanyak 13 orang (52%). Sementara  kelompok kontrol jumlah laki-laki 10 orang (40%), dan perempuan sebanyak 15 orang (60%).

Tabel 1
 Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak kelompok Intervensi Sebelum Mengunyah Buah Pir  Pada Siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013.
 No.
Kriteria Indeks Plak
Indeks Plak Sebelum Mengunyah Buah Pir
Jlh siswa
Jumlah Indeks Plak
Rata-rata Indeks Plak
1
Baik
0
0
0
2
Sedang
21
51,3
1,35
3
Buruk
4
16,2
0,42
Jumlah
25
67,2
1,77
          Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari seluruh kelompok intervensi sebelum mengunyah buah pir , 21 orang mempunyai kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 1,35 dan 4 orang mempunyai kriteria indeks plak buruk dengan rata-rata 0,42, serta rata-rata indeks plak secara keseluruhan 1,77 yang termasuk kedalam kriteria sedang

Tabel 2
 Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak kelompok kontrol  Pada Siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013.
 No.
Kriteria Indeks Plak
Indeks Plak kelompok kontrol
Jumlah siswa
Jumlah Indeks Plak
Rata-rata Indeks Plak
1
Baik
0
0
0
2
Sedang
23
55,1
1,58
3
Buruk
2
10,4
2,72
Jumlah
25
67,2
1,42
          Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa dari seluruh kelompok kontrol sebelum mengunyah buah pir , 23 orang mempunyai kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 1,58 dan 2 orang mempunyai kriteria indeks plak buruk dengan rata-rata 0,72, serta rata-rata indeks plak secara keseluruhan 1,92 yang termasuk kedalam kriteria sedang



Tabel 3
Distribusi Frekuensi Mengunyah Buah Pir   Pada Siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013.
Frekuensi Mengunyah
Jumlah siswa
Persentase (%)
22
2
8
25
6
24
28
6
24
30
4
16
32
7
28
Total
25
100
            Dari tabel 3 dapat diketahui jumlah siswa yang frekuensi mengunyah 22 kali 2 orang (8%), frekuensi mengunyah 25 kali 6 orang (24%), frekuensi mengunyah 28 kali 6 orang (24%), frekuensi mengunyah 30 kali 4 orang (16%) dan frekuensi mengunyah 32 kali 7 orang (28%).

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak Sesudah Mengunyah Buah Pir  Pada Kelompok Intervensi pada siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013
 No.
Kriteria Indeks Plak
Indeks Plak Sesudah Mengunyah Buah Pir
Jumlah siswa
Jumlah Indeks Plak
Rata-rata Indeks Plak
1
Baik
22
23,5
0,61
2
Sedang
3
7,1
0,18
3
Buruk
0
0
0
Jumlah
25
30,6
0,80
          Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dari seluruh siswa/siswi sesudah mengunyah buah pir, 22 orang mempunyai kriteria indeks plak baik dengan rata-rata 0,61 dan 3 orang mempunyai kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 0,18, serta rata-rata indeks plak secara keseluruhan sebesar 0,80 yang termasuk kedalam kriteria baik.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak kelompok kontrol  Pada Siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013.
 No.
Kriteria Indeks Plak
Indeks Plak kelompok kontrol
Jumlah siswa
Jumlah Indeks Plak
Rata-rata Indeks Plak
1
Baik
0
0
0
2
Sedang
23
53,1
1,52
3
Buruk
2
10,4
2,72
Jumlah
25
67,2
1,82
          Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa dari seluruh siswa/siswi sesudah mengkonsumsi air putih, 23 orang mempunyai kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 1,62 dan 2 orang mempunyai kriteria indeks plak buruk dengan rata-rata 0,72, serta rata-rata indeks plak secara keseluruhan sebesar 1,82 yang termasuk kedalam kriteria sedang

Tabel 6
Pengaruh Frekuensi Mengunyah Buah Pir terhadap Penurunan Indeks Plak pada siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013 berdasarkan uji t-test.

Rata-Rata IP
T
Std
p
df

Sebelum-sesudah
Kelompok
Intervensi
Kelompok
kontrol
0,97

1,23
25,83

32,29
0,23

56,1
0,000

0,21
24

24

             Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah pir 0,97 dengan standar devisiasi 0,23. Berdasarkan hasil uji t-Test yang dilakukan  dengan nilai t 25,83. menunjukkan  bahwa Hipotesis diterima yaitu ada perbedaan nilai indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah pir dengan nilai  p < 0,05. Sementara kelompok kontrol tidak ada perbedaan dengan t 32,29 dimana p> 0,05.

Pembahasan
 Menurut Djuita (2009) proses pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat faktor-faktor penunjang hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif menghasilkan zat-zat metabolisme, secara garis besar faktor-faktor penunjang dibagi dalam tiga kelompok yaitu lingkungan fisik,waktu dan pengaruh diet.
Pada tabel  4.1.4 diatas terlihat bahwa rata-rata indeks plak  sesudah mengunyah buah pir 0,80 dengan kriteria baik. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat indeks plak yang semula dari kriteria sedang menjadi baik  ini dikarenakan buah-buahan yang mengandung banyak serat dapat membersihkan gigi dari plak.
Hal ini sesuai pendapat Yuliati N (2011) mengatakan buah pir memiliki kandungan tannin dan serat, yang dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak. Pir memiliki dua kualitas yang membantu pemutihan gigi. Pertama, proses mengunyah pir yang keras dan renyah bisa memudarkan plak gigi yang dapat mengubah warna gigi atau menjadi self cleansing atau pembersih alamiah bagi  gigi dari sisa-sisa makanan yang tertinggal karena secara tidak langsung makanan itu dapat menggosok bagian permukaan gigi. Kedua, mengunyah juga merangsang produksi air liur yang secara alamiah dapat melawan bakteri dalam mulut yang mengubah warna gigi.
          Dari tabel 4.1.6 menunjukkan bahwa frekuensi mengunyah buah pir dapat menurunkan indeks plak. Berdasarkan hasil uji t-Test dependent diperoleh nilai probabilitas (p)< 0,05 dengan probabilitas 0,000. Oleh karena p< 0,05 maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ada pengaruh frekuensi mengunyah buah pir terhadap penurunan indeks plak. Menurut pendapat Fletceher H 2011 mengatakan  Untuk mendapat manfaat sebesar-besarnya dari makanan yang kita konsumsi, maka makanan ini harus dikunyah oleh gigi dengan frekuensi maksimal 32 kali.  Dengan mengunyah (chew) sebanyak itu, makanan padat akan lumat menjadi bentuk cairan dan bercampur dengan air liur (saliva) yang bermanfaat untuk pencernaan, kesehatan tubuh dan kesehatan gigi.
          Para pakar kesehatan di Amerika sejak lama mengumumkan hasil penelitiannya, yakni anak-anak yang biasa mengunyah lebih lama, cenderung memiliki gigi yang lebih bersih dan kuat. Risiko terserang penyakit gigi bagi mereka relatif kecil. Ditambahkan pula bahwa mengunyah dalam waktu yang lama makanan dari nabati, khususnya buah-buahan, akan menunjang kesehatan gigi. Saat mengunyah dengan benar, cairan ludah juga membantu melawan pembentukan plak gigi dan bau mulut. Karbonat hidrogen yang terdapat pada cairan ludah akan menetralisir pembentuk plak gigi. Cairan ludah juga membunuh bakteri dan membersihkan sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi.

 Kesimpulan
       Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka didapatkan kesimpulan :
1. Nilai rata-rata indeks plak sebelum mengunyah buah pir 1,77 dengan kriteria sedang.
2.  Nilai rata-rata indeks plak setelah mengunyah buah pir  0,80 dengan kriteria baik.
3.  Frekuensi mengunyah buah pir berpengaruh  terhadap indeks plak, terlihat dari nilai rata-rata sebelum dan nilai sesudah mengunyah buah pir ada penurunan, hal ini terbukti dari hasil uji t-Test yang didapatkan p=0,00 atau p<0 o:p="">

Saran
1.        Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat memfasilitasi kantin sekolah untuk menjual jenis makanan berserat. 
2.        Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan masukan bagi orang tua  siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh tentang pentingnya memelihara kebersihan gigi dan mulut, dengan membawa bekal dengan makanan dari jenis buah-buahan berserat.
3.        Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi jurusan keperawatan gigi dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
4.        Perlu adanya peningkatan penyuluhan tentang manfaat makan makanan buah berserat dan berair yang baik untuk kesehatan gigi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi.

  
DAFTAR PUSTAKA

Andriani., 2001, sistem pengunyahan. http://www.scribd.com/doc/59437826/ob2/ diakses tanggal 22 april 2013
Arikunto, S., 2006,  Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Arisandi, Y.,  2010,  Pengaruh makanan terhadap kesehatan.  http://www.batampos.co.id/06/10/2012/ini-dia-buah-yang-mampu-bikin-gigi-putih-cemerlang.batampos diakses tanggal 20 maret 2013
Astawan, M., 2008, Sehat dengan buah http://superampuh.com/manfaat-buah-pir.html diakses tanggal 21 maret 2013
Boedihardjo., 1985, Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga, Airlangga University Press. Surabaya.
Dalimunthe, S. H., 2008,  Periodonsia, USU Press, Medan.
Faralia., 2012. 1001 Khasiat Istimewa buah-buahan dan sayuran, Aulia Publishing, Yogyakarta
Fletcher, H., 2011, Manfaat mengunyah makanan lebih lama, http ://kesehatan       kompasiana,com/medis/2011/11/07benarkah-makan-harus-mengunyah-32-kali diakses tanggal 20 maret 2013
Machfoed, ircham., 2008, Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil, Fitramaya. Yogyakarta.
Panjaitan, M., 1995, Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal, USU Press. Medan.
Pintauli, S dan Taizo Hamada., 2008, menuju gigi dan mulut Sehat, USU Press. Medan.
Putri, Hiranya, M., Eliza Herijulianti., dan Neneng Nurjanah., 2002, Ilmu pencegahan Penyakit jaringan Keras dan Jaringan pendukung gigi, EGC. Jakarta.
Roeslan.,2002, plak gigi. http://zona-prasko.blogspot.com/2011/08/pengertian-komponen-penyebab.html diakses tanggal 13 maret 2013
Samarayanake., 2002, Dental plak.  http://be11acut3.wordpresscom/2010/10/25/ mekanisme-pembentukan-plak/ diakses tanggal 20 maret 2013
Yulianti, S, Irlansyah., Edi, Junaedi, dan Mufatis widjaya., 2007, Khasiat dan Manfaat Pir, Argomedia Pustaka. Jakarta.
Yuliarti, N., 2011,  1001 Khasiat Buah-buahan, C.V Andi. Yoyakarat.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar