PENGARUH KONSUMSI MAKANAN BERSERAT (BUAH PIR) TERHADAP
PENURUNAN DEBRIS INDEKS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V SD 62 COT
MESJID LUENG BATA BANDA ACEH TAHUN 2014
Oleh:
Intan liana
ABSTRAK
Makanan yang kaya akan serat mengandung vitamin, mineral serta unsur lain juga dapat berfungsi
sebagai upaya membersihkan plak dari
permukaan gigi disamping menyikat gigi. Makanan berserat dapat menjadi self cleansing atau pembersih
alamiah bagi debris yang melekat pada gigi, karena secara tidak
langsung makanan itu dapat menggosok bagian permukaan gigi. Serta dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan
oleh penumpukan plak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
analitik dengan metode eksperimen dan rancangan yang digunakan adalah pre-test
and post-test dengan kontrol. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh mengkonsumsi buah pir terhadap penurunan indeks plak pada
siswa/siswi kelas V SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh dengan jumlah sampel 25
sebagai kelompok intervensi dan 25 orang
sebagai kelompok kontrol. Hasil yang
didapat dalam penelitian ini, rata-rata indeks plak sebelum mengunyah buah pir
1,77 kriteria sedang dan sesudah mengunyah buah pir 0,80 kriteria baik. mengkonsumsi buah pir dapat
menurunkan indeks plak terlihat dari persentase sesudah mengkonsumsi buah pir terdapat 22 (88%) siswa/siswi berkriteria baik dan 3 (12%) siswa/siswi
berkriteria sedang. Kesimpulan
dari penelitian yaitu ada perbedaan indeks plak sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah pir. Hal ini
terbukti dari hasil uji t-Test dependent p< 0,05 ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi buah pir berpengaruh
terhadap indeks plak.
Kata
Kunci: Buah
pir, jumlah,
frekuensi, Indeks Plak
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan optimal. Pembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan,
termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara
optimal. Untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka upaya dibidang
kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2000).
Kebersihan
gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah dari terjadinya
penyakit-penyakit rongga mulut. Jika ditinjau dari segi fungsinya, gigi dan
mulut mempunyai peran yang besar dalam mempersiapkan makanan sebelum melalui
proses pencernaan yang selanjutnya. Oleh karena gigi dan mulut merupakan salah
satu kesatuan dari anggota tubuh yang lain, kerusakan pada gigi dan mulut dapat
mempengaruhi kesehatan tubuh secara langsung atau tidak langsung. Selain itu,
kebersihan gigi dan mulut juga berperan penting dalam menentukan gambaran dan
penampilan diri seseorang tersebut sekaligus berkaitan dengan kepercayaan atau
keyakinan terhadap dirinya. (Pratiwi, 2007).
Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan, (Panjaitan M, 1995).
Survei
awal yang dilakukan di SD 62 Cot
Mesjid terhadap siswa/siswi adalah oral higiene siswa 80% dalam kategori sedang, adanya plak pada permukaan gigi siswa/siswi. Rendahnya konsumsi makanan berserat, dan perilaku
menyikat gigi yang masih kurang tepat.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana Pengaruh jumlah dan Frekuensi Mengkonsumsi
Buah Pir Terhadap Penurunan Indeks Plak pada Murid Kelas V SD 62 Cot Mesjid Lueng Bata Banda Aceh.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk mengetahui rata-rata indeks plak sebelum
mengkonsumsi
buah pir pada kelompok intervensi dan indeks plak pada kelompok kontrol.
2. Untuk mengetahui rata-rata indeks plak sesudah
mengkonsumsi buah pir pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini diharapkan
menjadi informasi bagi pihak sekolah dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang
pengaruh mengkonsumsi buah
pir terhadap penurunan indeks plak.
2.
Sebagai bahan masukan dan
informasi dalam mengembangkan pendidikan khususnya dalam perawatan gigi dan
mulut.
Tinjauan Pustaka
BUAH PIR
Pir (pyrus malus linn) merupakan buah subtropis yang sangat lezat
rasanya. Buahnya berbentuk bulat dengan sedikit lekukan di bagian atas dan
bawah. Rasanya manis dan segar dengan sedikit asam. Pir memiliki banyak varian
dengan warna dan besar berbeda-beda. Bentuknya juga sedikit berbeda namun
umumnya berupa bulatan yang sedikit mengecil di bagian bawah dan adanya lekukan
pada bagian atas maupun bawah (Yuliati, N. 2011).
Pir salah satu buah yang mudah
ditemui diberbagai penjuru dunia. Diperkirakan ada kurang tujuh ribu jenis buah
pir diseluruh dunia meskipun bentuk, ukuran, warna, rasa, serta tekstur
masing-masing pir berbeda namun pada umumnya buah ini berbentuk bulat dengan
cekungan pada pangkal pucuknya, dagingnya berwarna putih renyah berair dengan
rasa manis/asam dan dilindungi oleh kulit tipis yang biasanya berwarna
mengkilap. Bila dikerat akan keluar aroma yang harum dan segar. Satu porsi buah
pir banyak mengandung kalium, pektin dan selulosa. Pektin banyak terdapat pada
daging buah pir dan merupakan salah satu serat yang tidak larut dalam air
sedangkan selulosa banyak terdapat pada kulit buah pir merupakan serat yang
larut dalam air (Faralia 2012).
Kandungan Dalam Buah Pir
Dalam buah
pir, terdapat banyak kandungan gizi. Pir banyak mengandung vitamin,
mineral serta unsur lain seperti fitokimia, serat, tanin, baron, asam tartar, dan lainnya. Zat inilah yang sangat
diperlukan bagi tubuh kita untuk mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit.
Adapun kandungan yang terdapat dalam buah pir adalah sebagai berikut :
1.
Kaya vitamin
Buah pir kaya akan kandungan
vitamin, seperti; vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5,
vitamin B6, vitamin B9, vitamin C.
2.
Kaya mineral
Buah pir mengandung banyak
mineral, antara lain; kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan zinc.
3.
Fitokimia
Buah pir mengandung fitokimia,
yang merupakan antioksidan untuk melawan radikal bebas yang berasal dari
polusi, atau lingkungan sekitar. Zat ini juga berfungsi untuk menekan jumlah
kolesterol jahat (LDL) yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
4.
Kaya Serat
Pir kaya akan serat, sehingga
baik untuk orang yang sedang dalam program diet. Hal ini disebabkan karena
serat yang tinggi dapat mencegah lapar datang lebih cepat, Serat juga
dapat mengurangi lemak dan kolesterol. Buah pir mengandung serat yang berguna
mengikat lemak, dan kolesterol jahat dalam tubuh untuk selanjutnya dibuang.
5.
Tanin
Tanin adalah zat yang berfungsi
membersihkan dan menyegarkan mulut, sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dan
penyakit gusi.
6.
Baron
Di dalam buah pir terdapat baron.
Baron berfungsi mempertahankan jumlah estrogen dalam tubuh seorang wanita.
7.
Flavoid
Flavoid merupakan zat yang berfungsi menurunkan risiko kanker.
Flavoid merupakan zat yang berfungsi menurunkan risiko kanker.
8. Asam
D-glucaric
Asam
D-glucaric merupakan zat yang dapat
menurunkan kadar kolesterol. Asam D-glucaric
juga terdapat di dalam buah pir.
9.
Quercetin
Quercetin merupakan zat yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kadar antioksidan, sehingga tubuh terasa lebih
sehat, dan mencegah berbagai penyakit.
10.
Asam tartar
Asam tartar yang dapat
menyehatkan saluran pencernaan, karena zat ini mampu membunuh bakteri yang ada
dalam saluran pencernaan.
Nilai Gizi Buah Pir
Tabel 3.1. Kandungan gizi dalam 100 gram pir
Zat Gizi
|
Jumlah Terkandung
|
Energi
|
58.0 kal
|
Protein
|
0.30 g
|
Lemak
|
0.40 g
|
Karbohidrat
|
14.90 g
|
Kalsium
|
6.00 mg
|
Fosfor
|
10.00 mg
|
Serat
|
0.07
|
Besi
|
1.30 mg
|
Vit A
|
24 RE
|
Vit B1
|
0.04 mg
|
Vit B2
|
0.03 mg
|
Vit C
|
5.00 mg
|
Niacin
|
0.10 g
|
Manfaat Buah Pir Bagi Kesehatan
1.
Redakan Diare
2.
Melawan
Infeksi Virus
3.
Mencegah
Kerusakan Gigi
4.
Mencegah
penyakit Jantung dan Kanker
5.
Menurunkan
berat badan
Hubungan Pir dengan Kesehatan Gigi
Pir
memiliki dua kualitas yang membantu pemutihan gigi. Pertama, proses mengunyah
pir yang keras dan renyah bisa memudarkan plak gigi yang dapat mengubah warna
gigi atau menjadi self cleansing atau pembersih
alamiah bagi gigi dari sisa-sisa makanan yang tertinggal karena secara tidak
langsung makanan itu dapat menggosok bagian permukaan gigi. Kedua, mengunyah
juga merangsang produksi air liur yang secara alamiah dapat melawan bakteri
dalam mulut yang mengubah warna gigi (Livestrong 2012). Selain itu pir juga mengandung zat tanin yang bermanfaat untuk
mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh penumpukan plak.
Frekuensi Mengunyah
Pengunyahan
adalah proses menghancurkan partikel makanan di dalam mulut, dibantu dengan
saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga mengubah ukuran dan
konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang mudah untuk ditelan. Penghancuran makanan dilakukan oleh gigi-geligi dengan
bantuan otot-otot pengunyahan dan pergerakan kondilus mandibula melalui
artikulasi temporomandibula (Andriani, 2001)
Cara mengunyah yang benar juga
memperbaiki sistem pencernaan. Hal ini disebabkan karena cairan ludah dapat
membantu menghancurkan partikel makanan sehingga mempermudah saluran pencernaan
untuk menyerap nutrisi makanan. Enzim yang terkandung di dalam cairan ludah,
yang diproduksi akibat mengunyah dengan benar, juga berfungsi untuk memecah
karbohidrat dan lemak
Saat
mengunyah dengan benar, cairan ludah juga membantu melawan pembentukan plak gigi
dan bau mulut. Karbonat hidrogen yang terdapat pada cairan ludah akan
menetralisir pembentuk plak gigi. Cairan ludah juga membunuh bakteri dan
membersihkan sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi.
Plak
Pengertian
plak
Plak adalah suatu
lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikro organisme yang berkembang biak
di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
tidak dibersihkan (Panjaitan M, 1995).
Plak adalah lapisan
tipis, lunak, lekat, tidak berwarna dan mengandung bakteri. Plak ini selalu
terbentuk pada permukaan gigi, meskipun gigi selalu dibersihkan. Plak merupakan
penyebab utama terjadinya karies (gigi berlubang) dan penyakit periodontal
(Boedihardjo, 1985).
Plak adalah lapisan
tipis dari mikroorganisme, sisa makanan dan bahan organik yang terbentuk di
gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Plak merupakan agregat
sejumlah besar dan berbagai macam mikroorganisme pada permukaan gigi mulai
erupsi dengan cepat akan dilindungi lapisan tipis glikoprotein yang disebut aequired
pellicle. Glikoprotein di dalam
air ludah akan diserap dengan spesifik pada hidroksiaptit
dan melekat erat pada permukaan gigi (Roeslan, 2002).
Plak adalah lendir yang melekat pada
permukaan gigi, dalam plak ini terdapat kuman-kuman dari ludah dan mulut. Plak tidak tampak bila dilihat sebab berwarna
seperti kaca amat putih (Machfoedz, 2008)
Plak dental adalah deposit lunak
yang membentuk biofilm yang menumpuk
ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti
restorasi lepas dan cekatan (Dalimunthe, S.
2008).
Komposisi Plak
Plak gigi sebagian besar terdiri
atas air dan berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu
matriks interseluler yang terdiri dari atas polisakarida
ekstaseluler dan protein saliva. Sekitar 80% dari berat plak adalah air,
sementara jumlah mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mg berat basah.
Selain terdiri atas mikroorganisme, juga terdapat sel-sel epitel lepas,
leukosit, partikel-partikel sisa makanan. Garam anorganik yang terutama terdiri
atas kalsium fosfa, dan flour (Putri, H, dkk 2002).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Plak
Menurut Djuita ( 1989 ) proses
pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat faktor-faktor penunjang
hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif menghasilkan zat-zat metabolisme.
Menurut Hoag dan Pawlak (1990) secara garis besar faktor-faktor penunjang ini
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
A. Lingkungan fisik, yaitu berdasarkan :
1. Anatomi dan posisi
gigi
2. Anatomi dan jaringan sekitar gigi
3. Struktur permukaan gigi
4. Gesekan
oleh makanan dan jaringan sekitar
5. Tindakan
kebersihan mulut
B.
Waktu
C.
Pengaruh
Diet
Pembentukan Plak
Penumpukan plak dental sudah dapat terlihat dalam
1-2 hari setelah seseorang tidak melakukan prosedur oral hygiene. Plak pada
umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena daerah tersebut
tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan. Penumpukan plak lebih
sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan gigi. Proses
pembentukan plak dapat dibagi atas tiga tahap yaitu :
Pembentukan Pelikel Dental
Pembentukan pelikel dental pada
permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentuk plak. pada tahap awal ini
permukaan gigi atau restorasi (cekat atau lepasan) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal
dari saliva dan cairan sulkular, begitu
juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris. Pelikel ini merupakan
suatu lapisan organik bebas bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit setelah
permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah .
Komponen khas pelikel pada berbagai daerah
adalah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru
terbentuk (dua jam) menunjukkan bahwa
komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa
pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif.
Pelikel ini merupakan suatu
lapisan organik bebas bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit setelah
permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah. Pelikel berfungsi sebagai
penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan
mencegah desikasi (pengeringan) jaringan. Selain itu pelikel merupakan substrat
kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat.
Kolonisasi awal
permukaan gigi
Dalam waktu beberapa jam bakteri akan
dijumpai pada pelikel dental. Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan
gigi yang dibulat pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif
gram-positif, seperti actinmyces viscosus
dan streptococcus sanguis.
Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu
molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesion akan berinteraksi
dengan reseptor pada pelikel dental.
Massa plak kemudian mengalami pematangan
bersama dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan
pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangan terjadi perubahan ekologis pada
biofilm, yaitu peralihan dari
lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif
menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah
mikroorganisme anaerob gram-negatif.
Kolonisasi Sekunder dan Pematangan Plak
Plak akan meningkat jumlahnya setelah
kolonisasi awal permukaan gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
a.
Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi.
b.
Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri baru
Dalam tiga hari, pengkoloni sekunder
yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih
meningkat, seperti Prevotella intermedia, Prevotella loesheii, spesies Capnocytophaga,
Fusobakterium nucleatum dan Prophyromonas gingivalis. Bakteri
pengkoloni sekunder akan melekat ke bakteri yang sudah melekat ke pelikel.
Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri
pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke-7
ditandai dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri
gram negatif (Dalimunthe, S 2008).
Klasifikasi Plak
Menurut Samarayanake (2002) plak
ditemukan sebagian besar pada permukaan gigi. Secara garis besar, plak
ditemukan di daerah anatomi yang terlindungi pertahanan host, seperti pada fissure oklusal, daerah interproksimal
atau di sekitar ginggiva crevice.
Plak
berdasarkan hubungannya dengan margin ginggiva dibagi menjadi dua yaitu:
1. Plak Supraginggiva
1. Plak Supraginggiva
Plak supragingiva
Yaitu plak yang melekat pada permukaan gigi yang terletak di atas margin ginggiva. Pembentukan plak supraginggiva dipelopori oleh bakteri
yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida
ekstraseluler yang memungkinkan
bakteri mudah melekat pada gigi dan saling berikatan satu dengan yang lain.
2.
Plak subgingiva
Plak subgingiva Yaitu plak yang
melekat pada permukaan gigi terletak di bawah margin ginggiva. Kolonisasi
bakteri subginggiva hanya terjadi
bila ada plak supraginggiva dan
gingivitis (Samarayanake, 2002).
Indeks Plak
Indeks plak merupakan angka
yang di tunjukkan atau menggambarkan keadaan klinis ada tidaknya plak pada gigi
yang diperiksa. Indeks plak dikeluarkan oleh Loe dan
Silness pada tahun 1964. Indeks ini diindikasikan untuk mengukur skor plak
berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin gingiva ( Pintauli, dkk.2008 )
Menurut
Debnath (2002), indeks ini dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pewarna
yang dioleskan keseluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi
diperiksa empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial.
Gigi Yang Di Periksa
Untuk rahang atas yang diperiksa:
a.
Gigi M1 kanan atas pada
permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
b.
Gigi I1 kanan atas pada
permukaan labial, mesial, distal, dan palatinal
c.
Gigi M1 kiri atas pada
permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a.
Gigi M1 kiri bawah pada
permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
b.
Gigi I1 kiri bawah pada
permukaan mesial, distal, lingual dan labial
c.
Gigi M1 kanan bawah pada
permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
Cara pemberian skor untuk indeks
plak
Kode
|
Kriteria
|
0
|
Tidak ada plak pada gigi
|
1
|
Dijumpai
lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva di daerah yang berbatasan
dengan gigi tetangga
|
2
|
Dijumpai
tumpukan sedang deposit lunak pada saku gingiva dan pada margin gingiva atau
pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung
|
3
|
Terdapat
deposit lunak yang banyak pada saku gusi atau pada margin dan permukaan gigi
tetangga
|
Score Indeks plak
1.
Baik
: Di antara 0 -1
2.
Sedang : Di
antara 1,1 – 2
3.
Buruk
: Di antara 2,1 – 3,0
Kerangka Konsep
|
METODOLOGI
PENELITIAN
Jenis
dan Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen semu. Eksperimen
semu yaitu suatu penelitian dengan adanya suatu perlakuan terhadap kelompok
sampel dengan kelompok kontrol Rancangan dalam
penelitian ini menggunakan rancangan pre-test
and post-test with control group untuk melihat pengaruh frekuensi
mengunyah buah pir terhadap penurunan indeks plak.
Pretest Perlakuan Posttest
Keterangan
:
|
01 = Observasi perlakuan mengukur indeks plak sebelum
mengunyah buah pir
02 = Observasi perlakuan mengukur indeks plak sesudah
mengunyah buah pir
X1 = kelompok
intervensi mengunyah
buah pir
X2 = kelompok kontrol
Populasi dan Sampel
penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh siswa SD 62 Kelas V
yang berjumlah 280 orang yang menjadi
sampel adalah 50 orang anak, dengan pembagian, 25 siswa sebagai kelompok I, yang
diberi perlakuan untuk mengkonsumsi pir dengan jumlah dan frekuensi tertentu.
Dan 25 siswa sebagai kelompok kontrol, yang tidak diberikan perlakuan.
Cara Pengumpulan Data
Persiapan
alat dan bahan untuk mengambil data
Alat
terdiri dari :
1.
Sonde
2.
Kaca
mulut
3.
Pinset
4.
Handuk
5.
Nier
bekken
6.
Spuit
7.
Gelas
kumur
8.
Formulir
penelitian
Bahan terdiri dari :
1.
Disclosing
solution
2.
Kapas
3.
Desinfektan
4.
Air
putih
5.
Buah
pir sebanyak 200 gram untuk setiap satu siswa.
Pelaksanaan
1.
Peneliti
memeriksa indeks plak satu persatu sampel dengan menggunakan bantuan kaca
mulut, sonde dan peralatan lainnya yang dibutuhkan, untuk mengetahui skor
indeks plak baik pada
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Maka cara yang digunakan adalah cara loe dan
sillnes dalam buku yang ditulis oleh sondang pintauli dan Taizo Hamada yaitu
setiap gigi yang diperiksa empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal,
lingual dan fasial kemudian skor dihitung. Cara
pemeriksaannya adalah sebagai berikut
Untuk rahang atas yang diperiksa:
-
Gigi M1 kanan atas pada permukaan
mesial, distal, palatinal dan bukal
-
Gigi I1 kanan atas pada
permukaan mesial, distal, palatinal dan labial
-
Gigi M1 kiri atas pada
permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
-
Gigi M1 kiri bawah pada
permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
-
Gigi I1 kiri bawah pada
permukaan mesial, distal, lingual dan labial
-
Gigi M1 kanan bawah pada
permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
6.
Kemudian
setelah didapatkan hasil pemeriksaan oleh peneliti, maka orang kedua mencatat hasil
yang diperoleh pada lembar pemeriksaan.
Setiap kali selesai pemeriksaan peneliti membersihkan alat dengan desinfektan
dan dilap dengan handuk.
7.
Selanjutnya
subjek penelitian diberikan pir sebanyak 200
gram dan diinstruksikan untuk mengunyah sesuai dengan ketentuan. Sementara kelompok kontrol hanya diberikan minum air putih saja.
8.
Peneliti
melakukan observasi dan menghitung frekuensi mengunyah yang dilakukan kelompok intervensi.
9.
sebelum dilakukan pemeriksaan kembali indeks plak
siswa/siswi disuruh untuk berkumur air putih.
10.
Peneliti
dan orang kedua kembali meneteskan disclosing solustion dibawah lidah
siswa/siswi 3 tetes dengan menggunakan spuit dan diinstruksikan untuk
menyebarkannya keseluruh permukaan gigi dengan menggunakan lidah.
11.
Setelah
itu peneliti memeriksa kembali indeks plak masing-masing siswa/siswi sesuai
denga gigi indeks dengan menggunakan kaca mulut, sonde dan peralatan lainnya
yang diperlukan Setelah didapat hasil pemeriksaan orang kedua mencatat hasil
dilembar pemeriksaan.hal serupa juga
dilakukan pada kelompok kontrol.
12.
Data
yang dikumpulkan tadi diperiksa kelengkapannya jika data tersebut belum
lengkap, maka harus dilengkapi terlebih dahulu.
13.
Menghitung
indeks plak dengan cara
Untuk
satu gigi =
|
Jumlah
seluruh skor dari empat permukaan
|
4
|
Untuk keseluruhan gigi =
|
Jumlah
skor indeks plak
|
Jumlah
gigi yang ada
|
14. Setelah itu menghitung indeks plak masing-masing
siswa/siswi
15. Kemudian data-data tersebut dimasukkan kedalam tabel .
Pengolahan Data
Data
yang diperoleh di kumpulkan dan diolah menggunakan perangkat komputer
1.
Editing
Melakukan pengecekan dan perbaikan isian pada formulir atau lembar
observasi.
2. Coding
Mengubah data
berbentuk huruf menjadi
data
angka-angka yang berhubungan dengan variabel peneliti untuk memudahkan dalam
pengolahan
data.
3. Tabulating
Memasukkan
data kedalam
bentuk tabel, sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisa
Data
Analisa data dilakukan dengan uji statistik t-Test dependent dan paired t test menggunakan aplikasi SPSS.
Hasil
Penelitian
Data
yang dikumpulkan adalah hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa SD 62
Cot Mesjid Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan langsung ke mulut
siswa/siswi yang menjadi sampel. Setelah seluruh data terkumpul, maka
dilakukan analisis data dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Pada
kelompok intervensi jumlah siswa
laki-laki sebanyak 12 orang (48%) dan perempuan sebanyak 13 orang (52%).
Sementara kelompok kontrol jumlah laki-laki
10 orang (40%), dan perempuan sebanyak 15 orang (60%).
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak kelompok Intervensi Sebelum
Mengunyah Buah Pir Pada Siswa SD 62 Cot
Mesjid Banda Aceh Tahun 2013.
No.
|
Kriteria Indeks Plak
|
Indeks Plak Sebelum
Mengunyah Buah Pir
|
||
Jlh siswa
|
Jumlah Indeks Plak
|
Rata-rata Indeks
Plak
|
||
1
|
Baik
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Sedang
|
21
|
51,3
|
1,35
|
3
|
Buruk
|
4
|
16,2
|
0,42
|
Jumlah
|
25
|
67,2
|
1,77
|
Dari
tabel 1 dapat dilihat bahwa dari seluruh kelompok intervensi sebelum mengunyah buah pir , 21 orang mempunyai
kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 1,35 dan 4 orang mempunyai
kriteria indeks plak buruk dengan rata-rata 0,42, serta rata-rata indeks plak
secara keseluruhan 1,77 yang termasuk kedalam kriteria sedang
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak kelompok kontrol Pada
Siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013.
No.
|
Kriteria Indeks Plak
|
Indeks Plak kelompok
kontrol
|
||
Jumlah siswa
|
Jumlah Indeks Plak
|
Rata-rata Indeks
Plak
|
||
1
|
Baik
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Sedang
|
23
|
55,1
|
1,58
|
3
|
Buruk
|
2
|
10,4
|
2,72
|
Jumlah
|
25
|
67,2
|
1,42
|
Dari
tabel 2
dapat dilihat bahwa dari seluruh kelompok kontrol sebelum mengunyah buah pir , 23 orang mempunyai
kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 1,58 dan 2 orang mempunyai
kriteria indeks plak buruk dengan rata-rata 0,72, serta rata-rata indeks plak
secara keseluruhan 1,92
yang termasuk kedalam kriteria sedang
Tabel
3
Distribusi
Frekuensi Mengunyah Buah Pir Pada Siswa
SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013.
Frekuensi Mengunyah
|
Jumlah siswa
|
Persentase (%)
|
22
|
2
|
8
|
25
|
6
|
24
|
28
|
6
|
24
|
30
|
4
|
16
|
32
|
7
|
28
|
Total
|
25
|
100
|
Dari tabel 3 dapat diketahui jumlah
siswa yang frekuensi mengunyah 22 kali 2
orang (8%),
frekuensi mengunyah 25 kali 6
orang (24%),
frekuensi mengunyah 28 kali 6
orang (24%),
frekuensi mengunyah 30 kali 4 orang (16%)
dan frekuensi mengunyah 32 kali 7
orang (28%).
Tabel
4
Distribusi
Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak Sesudah Mengunyah Buah Pir Pada Kelompok Intervensi pada siswa SD 62 Cot Mesjid
Banda Aceh Tahun 2013
No.
|
Kriteria
Indeks Plak
|
Indeks
Plak Sesudah Mengunyah Buah Pir
|
||
Jumlah
siswa
|
Jumlah
Indeks Plak
|
Rata-rata
Indeks Plak
|
||
1
|
Baik
|
22
|
23,5
|
0,61
|
2
|
Sedang
|
3
|
7,1
|
0,18
|
3
|
Buruk
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
25
|
30,6
|
0,80
|
Dari
tabel 4 dapat dilihat bahwa dari seluruh siswa/siswi sesudah mengunyah buah pir,
22
orang mempunyai kriteria indeks plak baik dengan rata-rata 0,61 dan 3 orang mempunyai
kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 0,18, serta rata-rata indeks plak
secara keseluruhan sebesar 0,80 yang termasuk kedalam kriteria baik.
Tabel
5
Distribusi
Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak kelompok
kontrol Pada
Siswa SD 62 Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013.
No.
|
Kriteria Indeks Plak
|
Indeks Plak kelompok
kontrol
|
||
Jumlah siswa
|
Jumlah Indeks Plak
|
Rata-rata Indeks
Plak
|
||
1
|
Baik
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Sedang
|
23
|
53,1
|
1,52
|
3
|
Buruk
|
2
|
10,4
|
2,72
|
Jumlah
|
25
|
67,2
|
1,82
|
Dari
tabel 5
dapat dilihat bahwa dari seluruh siswa/siswi sesudah mengkonsumsi
air putih, 23
orang mempunyai kriteria indeks plak sedang
dengan rata-rata 1,62
dan 2
orang mempunyai kriteria indeks plak buruk
dengan rata-rata 0,72,
serta rata-rata indeks plak secara keseluruhan sebesar 1,82 yang termasuk kedalam
kriteria sedang
Tabel
6
Pengaruh
Frekuensi Mengunyah Buah Pir terhadap Penurunan Indeks Plak pada siswa SD 62
Cot Mesjid Banda Aceh Tahun 2013 berdasarkan uji t-test.
Rata-Rata
IP
|
T
|
Std
|
p
|
df
|
||
Sebelum-sesudah
|
||||||
Kelompok
Intervensi
Kelompok
kontrol
|
0,97
1,23
|
25,83
32,29
|
0,23
56,1
|
0,000
0,21
|
24
24
|
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah pir 0,97 dengan
standar devisiasi 0,23. Berdasarkan hasil uji t-Test yang dilakukan dengan nilai t 25,83. menunjukkan bahwa Hipotesis diterima yaitu ada perbedaan
nilai indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah pir dengan nilai p < 0,05. Sementara kelompok kontrol
tidak ada perbedaan dengan t 32,29 dimana p> 0,05.
Pembahasan
Menurut Djuita
(2009) proses pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat faktor-faktor
penunjang hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif menghasilkan zat-zat
metabolisme, secara garis besar faktor-faktor penunjang dibagi dalam tiga
kelompok yaitu lingkungan fisik,waktu dan pengaruh diet.
Pada
tabel 4.1.4 diatas terlihat bahwa
rata-rata indeks plak sesudah mengunyah
buah pir 0,80 dengan kriteria baik. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
dilihat indeks plak yang semula dari kriteria sedang menjadi baik ini dikarenakan buah-buahan yang mengandung
banyak serat dapat membersihkan gigi dari plak.
Hal
ini sesuai pendapat Yuliati N (2011) mengatakan buah
pir memiliki kandungan tannin dan serat, yang dapat mencegah kerusakan gigi dan
penyakit gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak. Pir memiliki dua kualitas
yang membantu pemutihan gigi. Pertama, proses mengunyah pir yang keras dan
renyah bisa memudarkan plak gigi yang dapat mengubah warna gigi atau menjadi self cleansing
atau pembersih alamiah bagi gigi dari
sisa-sisa makanan yang tertinggal karena secara tidak langsung makanan itu
dapat menggosok bagian permukaan gigi. Kedua, mengunyah juga merangsang
produksi air liur yang secara alamiah dapat melawan bakteri dalam mulut yang
mengubah warna gigi.
Dari tabel
4.1.6 menunjukkan bahwa frekuensi
mengunyah buah pir dapat menurunkan indeks plak.
Berdasarkan hasil uji t-Test dependent diperoleh nilai probabilitas (p)<
0,05 dengan probabilitas 0,000. Oleh karena p< 0,05 maka peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa ada pengaruh frekuensi mengunyah buah pir terhadap
penurunan indeks plak. Menurut pendapat Fletceher H 2011 mengatakan Untuk mendapat manfaat sebesar-besarnya dari makanan yang kita konsumsi,
maka makanan ini harus dikunyah oleh gigi dengan frekuensi maksimal 32
kali. Dengan mengunyah (chew)
sebanyak itu, makanan padat akan lumat menjadi bentuk cairan dan bercampur
dengan air liur (saliva) yang bermanfaat untuk pencernaan, kesehatan
tubuh dan kesehatan gigi.
Para pakar kesehatan
di Amerika sejak lama mengumumkan hasil penelitiannya, yakni anak-anak yang
biasa mengunyah lebih lama, cenderung memiliki gigi yang lebih bersih dan kuat.
Risiko terserang penyakit gigi bagi mereka relatif kecil. Ditambahkan pula
bahwa mengunyah dalam waktu yang lama makanan dari nabati, khususnya
buah-buahan, akan menunjang kesehatan gigi. Saat
mengunyah dengan benar, cairan ludah juga membantu melawan pembentukan plak
gigi dan bau mulut. Karbonat hidrogen yang terdapat pada cairan ludah akan
menetralisir pembentuk plak gigi. Cairan ludah juga membunuh bakteri dan
membersihkan sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti maka didapatkan kesimpulan :
1. Nilai rata-rata indeks plak sebelum
mengunyah buah pir 1,77 dengan kriteria sedang.
2. Nilai rata-rata indeks plak setelah mengunyah
buah pir 0,80 dengan kriteria baik.
3. Frekuensi mengunyah buah pir berpengaruh terhadap indeks plak, terlihat dari nilai
rata-rata sebelum dan nilai sesudah mengunyah buah pir ada penurunan, hal ini
terbukti dari hasil uji t-Test yang didapatkan p=0,00 atau p<0 o:p="">0>
Saran
1.
Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat
memfasilitasi kantin sekolah untuk menjual jenis makanan berserat.
2.
Diharapkan dapat dijadikan
sebagai informasi dan bahan masukan bagi orang tua siswa SD 62 Cot Mesjid Banda
Aceh tentang pentingnya memelihara kebersihan gigi dan mulut,
dengan membawa bekal dengan makanan dari jenis buah-buahan berserat.
3.
Diharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi informasi bagi jurusan keperawatan gigi dalam meningkatkan
kebersihan gigi dan mulut.
4.
Perlu
adanya peningkatan penyuluhan tentang manfaat makan makanan buah berserat dan
berair yang baik untuk kesehatan gigi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani.,
2001, sistem pengunyahan. http://www.scribd.com/doc/59437826/ob2/
diakses tanggal 22 april 2013
Arikunto,
S., 2006, Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Arisandi,
Y., 2010, Pengaruh
makanan terhadap kesehatan. http://www.batampos.co.id/06/10/2012/ini-dia-buah-yang-mampu-bikin-gigi-putih-cemerlang.batampos diakses tanggal 20 maret 2013
Astawan, M., 2008, Sehat dengan buah http://superampuh.com/manfaat-buah-pir.html diakses tanggal 21 maret 2013
Boedihardjo.,
1985, Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga, Airlangga University Press.
Surabaya.
Dalimunthe,
S. H., 2008, Periodonsia, USU Press, Medan.
Faralia.,
2012. 1001 Khasiat Istimewa buah-buahan
dan sayuran, Aulia Publishing, Yogyakarta
Fletcher,
H., 2011, Manfaat mengunyah makanan lebih
lama, http ://kesehatan
kompasiana,com/medis/2011/11/07benarkah-makan-harus-mengunyah-32-kali
diakses tanggal 20 maret 2013
Kinanti, A., 2001, Cara mengunyah. http://duniafitnes.com/news/bagaimana-cara-mengunyah-makanan-yang-benar.diakses
tanggal 20 maret 2013
Machfoed,
ircham., 2008, Menjaga Kesehatan Gigi dan
Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil, Fitramaya. Yogyakarta.
Panjaitan,
M., 1995, Etiologi Karies Gigi dan
Penyakit Periodontal, USU Press. Medan.
Pintauli,
S dan Taizo Hamada., 2008, menuju gigi
dan mulut Sehat, USU Press. Medan.
Putri,
Hiranya, M., Eliza Herijulianti., dan Neneng Nurjanah., 2002, Ilmu pencegahan Penyakit jaringan Keras dan
Jaringan pendukung gigi, EGC. Jakarta.
Roeslan.,2002,
plak gigi. http://zona-prasko.blogspot.com/2011/08/pengertian-komponen-penyebab.html
diakses tanggal 13 maret 2013
Samarayanake.,
2002, Dental plak. http://be11acut3.wordpresscom/2010/10/25/ mekanisme-pembentukan-plak/ diakses tanggal 20 maret 2013
Yulianti,
S, Irlansyah., Edi, Junaedi, dan Mufatis widjaya., 2007, Khasiat dan Manfaat Pir, Argomedia Pustaka. Jakarta.
Yuliarti,
N., 2011, 1001 Khasiat Buah-buahan, C.V Andi. Yoyakarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar