Selasa, 01 Juli 2014

Lia Lajuna: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2014, hal. 27-36

TINGGINYA PRODUKSI ASI KARENAPIJAT OKSITOSIN DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI BLUD RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH

Oleh :
Lia Lajuna

ABSTRAK
Keberhasilan proses menyusui sangat ditentukan oleh Kelancaran ASI yang keluar.ASI akan menurun produksinya  segera setelah melahirkan  disebabkan kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin. Upaya untuk mengatasi permasalahan ini dengan melakukan pijat oksitosin yangtujuannya untuk merangsang pelepasan hormon oksitosin dan prolaktin yang berperan penting untuk peningkatkan produksi dan kualitas ASI. Banyak penelitian menyebutkan  pemijatan payudara dapat meningkatkan produksi kolostrum di beberapa hari pertama kelahiran ketika  bayi belum aktif menyusui, dengan pemijatan ini  dapat mempertahankan produksi ASI, mengatasi permasalahan menyusui serta dapat  mencegah terjadinya perubahan fisiologis  payudara ibu selamamenyusui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  Hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum di BLUD RSIA Banda Aceh. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu sebanyak 54 responden.Hasil penelitian yaitu pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi  kelancaran produksi ASI dengan nilai p=0,049,hasilnya20 ibu (78.9%) tidak melakukan pijat oksitosin dibandingkan ibu yang melakukan pijat oksitosin yaitu 11 ibu (40.0%).

Kata Kunci : Pijat Oksitosin , Kelancaran Produksi ASI

PENDAHULUAN
Pemberian ASI eklusif dapat menekan angka kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang diderita anak anak seperti diare dan radang paru serta dapat mempercepat pemulihan pada bayi sakit serta menjarangkan kelahiran.  Menurut United Nation International Children’s Emergency Fund (UNICEF), jumlah kematian bayi di Indonesia yaitu 30.000 dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya. Hal ini dapat dicegah melalui pemberianASI secara eksklusif selama 6 bulan sejak tanggal kelahirannya tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi(Linkages, 2002).Oleh karena permasalahan tersebut World Health Organization (WHO)menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi.
Hasil penelitian di Inggris terhadap 300 bayi prematur yang mendapatkan i ASI saja selama 4-5 minggu pada awal kehidupannya,  mempunyai IQ rata-rata 8.3 point lebih tinggi pada usia 7-8 tahun dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak bayi mengkonsumsi  ASIakan semakin tinggi IQ yang dimilikinya (Roesli, 2008).
Manfaat ASI sangat besar untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, walaupun kenyataan yang ditemukan masih banyak ibu yang tidak mau memberikan ASI ekslusif kepada bayinya selama 6 bulan. Sehingga sasaran program perbaikan gizi masyarakat untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif6 bulan sebesar 80% tampaknya masih terlalu tinggi karena upaya ibu harus menyusui ekslusif selama 4 bulan saja masih merupakan kendala yang besar (Yuliarti,2010).
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012 cakupan  pemberian ASI di Indonesia masih rendah, dimana persentase bayi yang disusui secara eksklusif  usia  4-6 bulan hanya 27%. Cakupan ini agak meningkat  dibandingkan dengan pencapaian target ASI eksklusif pada  SDKI 2010 yaitu 15,3%. Tetapi angka ini  masih tertinggal jauh dari target pencapaian ASI eksklusif yang telah ditetapkan pemerintah yaitu 80% (Kemenkes RI, 2012). Data dari Dinkes Propinsi Aceh tahun 2011  menunjukkan bahwa dari 99.853 jumlah bayi 0-6 bulan tercatat hanya 11.845 (11.9%) bayi yang menyusui secara eksklusif.
Kebiasaan ibu memberikan makanan pendamping ASI pada hari hari pertama kelahiran dan ditambah budaya setempat adalah kendala yang menyebabkan gagalnya program ASI ekslusif,  (Riskani,2012),  tidak lancarnya pengeluaran ASI hari hari pertama pasca kelahiran, ibu berasumsi bahwa ASI tidak cukup untuk  kebutuhan bayi sehingga bayi sering rewel dan menangis hal ini meyebabkan ibu memutuskan untuk memberikan  susu formula atau air putih pada bayinya. Pemberian makanan pendamping sebelum ASI keluar dapat menghambat proses pengeluaran ASI karena bayi sudah kenyang dan malas menyusui. Menurut Yuliarti, (2010), hal tersebut diatas dapat menyebabkan penurunan produksi ASI serta tumbuh kembang bayi karena asupan ASI yang tidak baik(Yuliarti, 2010).
Kelancaran ASI akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan  proses menyusui. Penurunanproduksi ASI pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI. Penurunan kadar hormon ini dapat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan, ketenangan pikiran ibu dan keyakinan ibu akan kemampuannya untuk dapat memberi ASI pada bayinya (Riskani, 2012).
Pijat Oksitosit adalah cara untuk mengatasi ketidaklancaran ASI ibu post partum. Sudah banyak ibu ibu post partum didunia melakukan tindakan ini untuk  merangsang pelepasan hormon oksitosin dan prolaktin untuk peningkatan  produksi ASI dan  kualitas ASI. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa  pemijatan payudara sangat berkontribusi untuk meningkatkan produksi kolostrum di hari-hari pertama kelahiran seta dapat mempertahankan produksi ASI, mengatasi kesulitan menyusui dan mencegah terjadinya kelainan pada payudara ibu selama proses menyusui.
Pijat oksitosinjuga adalah  solusi untuk mengatasi ketidaklancaran ASI, dimana fungsinya untuk merangsang pelepasan hormonoksitosin yang sangat dibutuhkan dalam menyekresi ASI setelah melahirkan. Hormon ini dapat membuat ibu rileks dan tenang sehingga ASI keluar secara lancar. Metode pijat oksitosin ini merupakan metode yang sangat mudah untuk dilakukan oleh siapa saja termasuk suami atau orang lain. (Depkes RI, 2007)
Observasi awal yang dilakukan di BLUD RSIA Banda Aceh terhadap ibu post partum didapatkan bahwa dari 10 orang ibu, hanya 2 orang ibu yang memberikan ASI pada bayinya. Sedangkan 8 orang ibu lainnya tidak memberikan ASI pada bayi dengan alasan ASI tidak keluar.


                                
TINJAUAN KEPUSTAKAAN                              
A.     Konsep Dasar Air Susu Ibu (ASI)
1.      Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan oleh tubuh bayiselama 6 bulan pertama kelahirannya terdapat dalam ASI yang mengandung nutrisi alamiah.Walupun banyak dijumpai masih banyak ibu ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya dikarenakan kendala produksi ASI yang tidak lancar. (Saleha, 2009).
Proses laktasi baru dimulai dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tidak akan diproduksi lagi, sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh kuman (Saleha, 2009).

2.      Keunggulan dan Manfaat Air Susu Ibu (ASI)
            Keunggulan dan manfaaat menyusui terdiri dari beberapa aspek (Riskani, 2012)  yaitu :
a.      Aspek gizi
1)      Manfaat Kolostrum
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Dalam ASI terdapat protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah yang sesuai untuk kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.Kolostrum dalam ASI membantu mengeluarkan meconium (kotoran pertama bayi).
2)      Komposisi ASI
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. ASI mudah dicerna karena didalam ASI mengandung enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. Dan didalam ASI terdapat komposisi Taurin (sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak), DHA dan AA (yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang polyunsaturated fatty acids yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal dan jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak).
b.     Aspek imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih, bebas kontaminasi. Immunoglobulin A (IgA) dalam ASI kadarnya cukup tinggi dan kadar Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat  zat besi disaluran pencernaan. Dalam ASI juga terdapat lysosim yaitu enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Sel darah putih pada ASI yaitu 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel/mil.
c.      Aspek Psikologik
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.Interaksi ibu dan bayi akan meningkatkan ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
d.     Aspek Kecerdasan
ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
e.      Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna. ASI mengandung asam-asam lemak dalam jumlah cukup yang berperan dalam proses myelinisasi yaitu pembentukan selaput khusus dalam saraf otak yang dapat mempercepat alur kerja saraf.
f.      Aspek Ekonomis ; dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli susu formula.
g.      Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
h.     Aspek Kesehatan Ibu
Selain pada anak pemberian ASI sangat bermanfaat bagi ibu. ASI dapat mencegah terjadinya perdarahan setelah persalinan, mempercepat pengecilan ukuran rahim  ke bentuk semula, menunda masa subur dan mengurangi kejadian anemia. Menyusui juga dapat mengurangi resiko terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium pada ibu dikemudian hari serta meningkatkan kepadatan tulang sehingga dapat mengurangi resiko patah tulang panggul.

3.      Jenis-Jenis Air Susu Ibu (ASI)
            Air Susu Ibu (ASI) dibentuk secara bertahap sesuai dengan keadaan dan kebutuhan bayi baru lahir. Berikut ini adalah tahapan-tahapan pembentukan ASI.
a.      Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang diproduksi pada hari pertama hingga ketiga atau keempat pasca kelahiran, biasanya berwarna kuning kental. Kolostrum sangat kaya akan protein dan antibodi ( IgA, IgG dan IgM), mengandung lebih sedikit lemak dan karbohidrat. Pada awal menyusui kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh. Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usus bayi bayi dan melindunginya dari bakteri sehingga usus bayi siap untuk menerima makanan selanjutnya, selain itu kolostrum mampu mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya secara berangsur-angsur produksi kolostrum berkurang saat air susu ibu keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-5. Jumlah kolostrum memang sedikit, volumenya hanya 150-300ml/24 jam.
b.      ASI masa transisi
ASI masa transisi adalah ASI yang keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-10 setelah kelahiran. Setelah masa adaptasi dengan perlindungan kolostrum, payudara akan menghasilkan susu permulaan atau transisi yang lebih bening dan jumlahnya lebih banyak. Kadar antibodi dan proteinnya menurun sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c.       ASI Mature (ASI matang)
ASI mature atau matang yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-10 pasca persalinan. Komposisinya stabil dan tidak berubah. Bila bayi lahir premature  atau kurang bulan, ASI yang dihasilkan memiliki kandungan berbeda yaitu lebih banyak mengandung protein. Hal ini dikarenakan bayi premature memiliki berat badan kurang dan organ-organ tubuh yang belum berkembang dengan sempurna.
4.      Hormon dan Reflek Menyusui
            Selama kehamilan, perubahan pada hormon berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI segera setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks pada ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula (Bobak, 2005).
a.       Refleks prolaktin
            Disebut juga refleks pembentukanASI atau produksi ASI. Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam aliran darah. Prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli pembuat ASI untuk memproduksi ASI.
            Makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepaskan  oleh hipofise anterior, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel-sel alveoli kelenjar, sehingga makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI, sebaliknya berkurang isapan bayi menyebabkan produksi ASI juga berkurang. Mekanisme ini disebut mekanisme “supply and demand”.
            Hormon prolaktin ini disekresi setelah menyusui untuk menghasilkan ASI berikutnya dan hormon ini lebih banyak disekresi pada malam hari. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah menekan fungsi indung telur (ovarium). Efek penekanan ini pada ibu yang menyusui secara eksklusif dapat memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda kehamilan.
Gambar 1. Gerakan hisapan bayi yang merangsang hypofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin untuk memproduksi ASI (refleks prolaktin). Sumber :  Depkes RI (2007).

b.      Refleks oksitosin
Reflek oksitosin adalah reflek pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex) setelah diproduksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga ASI diperas untuk keluar dari pabrik saluran ASI. Penyebab otot-otot itu mengerut adalah suatu hormon yang dinamakanoksitoksin.
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untukmelepas hormonoksitosin dalam darah.Oksitosin memacu sel-sel myoepithel yangmengelilingi alveoli dan duktuli untuk berkontraksi, sehingga mengalirkanASI dari alveoli melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan puting. Dengan demikian menyusui bayi sesering mungkin sagat  penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak).
Selainitu oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepatkeluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Refleks oksitosin ini bekerja sebelum atau selama proses menyusui agar ASI mengalir. Keselarasan antara refleks prolaktin dan oksitosin sangat membantu keberhasilan proses menyususi. Bila refleks oksitosinini tidak bekerja maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.
Refleks oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin. Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi refleks ini. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran hormon ini.

B.     Konsep Dasar Pijat Oksitosin
            Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung tepatnya pada tulang servikal ke-7 hingga sepanjang kedua sisi tulang belakangsehingga akan merangsang saraf yang bertanggung jawab terhadap payudara yang berasal dari tulang belakang bagian atas antara tulang belikat mengirimkan sinyal ke hypofise posterior untuk melepaskan hormon oksitosin. Pengaruh dari hormon oksitosin ini dapat membuat ibu lebih rileks, lebih tenang dan dapat menurunkan kecemasan serta dapatmenghilangkan kelelahan ibu akibat proses melahirkan sehingga otomatis ASI dapat keluar secara spontan dan ibu lebih nyaman dalam menyusui bayinya(Depkes RI, 2007).
Gambar 2. Titikawal pijat oksitosin yang terletak pada tulang leher ke-7
            Selain untuk merangsang refleks let down, manfaat pijat oksitosin  juga dapat mengurangi bengkak (engorgement) pada payudara, mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit, sehingga dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin ini dapat memperlancar produksi ASI pada ibu post partum (Depkes RI, 2007).
Adapun langkah-langkah melakukan pijat oksitosin yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.      Ibu duduk, bersandar ke depan, lipat lengan di atas meja di depannya dan letakkan kepala di atas lengannya.
b.     Payudara tergantung lepas, tanpa pakaian.
c.      Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan.
d.     Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakkan-gerakkan melingkar kecil dengan kedua ibu jari.
e.      Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada pada kedua sisi tulang belakang, dari leher ke arah tulang belikat. hal ini dilakukan selama 2-3 menit.
Pelaksanaan pijat oksitosin ini dilakukan selama 3 hari dengan frekuensi 1x sehari.
Gambar 3. Prosedur pijat oksitosin

METODE PENELITIAN
            Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di BLUD RSIA Banda Aceh Tahun 2012. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposivesampling yaitu sebanyak 54 ibu post partum 3 hari.

HASIL PENELITIAN
1.      Hubungan Pijat Oksitosin dengan Kelancaran Produksi ASI
Pijat Oksitosin
Kelancaran Produksi ASI
Total
p – Value
Lancar
Tidak Lancar
f
%
F
%
f
%
0.049
Ada
14
60.0
11
40.0
25
100
Tidak Ada
9
21.1
20
78.9
29
100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 25 orang responden yang ada melakukan pijat oksitosin dijumpai sebanyak 14 (60.0%) ibu yang lancar produksi ASI nya, sedangkan 29 orang responden yang tidak melakukan pijat oksitosin terdapat 20 (78.9%) ibu yang tidak lancar produksi ASI nya. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square menunjukkan perbedaan persentase tersebut bermakna yaitu dengan nilai p-value=0.049. Jadi ada hubungan antara kelancaran produksi ASI dengan pijat oksitosin pada ibu nifas di BLUD Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.

PEMBAHASAN
1.      Hubungan Pijat Oksitosin dengan Kelancaran Produksi ASI
Hasil penelitian membuktikan bahwa tingginya produksi ASI karena pijat Oksitosin dengan  kelancaran produksi ASI di BLUD RSIA Banda Aceh.dimana i ketidaklancaran produksi ASI lebih sering dijumpai pada ibu post partum yang tidak melakukan pijat oksitosin yaitu 20 ibu (78.9%) dibandingkan dengan ibu yang melakukan pijat oksitosin yaitu 11 ibu (40.0%).
Hasil penelitian didukung dengan penelitian yang dilakukan Riskani (2012), yang merupakan kendala gagalnya program ASI eksklusif adalah dikarenakan budaya ibu-ibu yang memberikan makanan prelaktal pada bayinya dalam beberapa hari pertama post partum. Hal ini disebabkan oleh ketidaklancaran pengeluaran ASI pada beberapa hari pertama pasca kelahiran. Sehingga ibu beranggapan bahwa ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi, sehingga salah satu upaya untuk mengatasi ketidak lancaran ASI pada ibu post partum yaitu dengan pemberian treatment pijat oksitosin. Pijat ini berfungsi untuk merangsang pelepasan hormon oksitosin dan prolaktin yang sangat berperan dalam peningkatkan produksi ASI serta kualitas ASI pada ibu menyusui.
Teknik pemijatan oksitosindapat dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung tepatnya pada tulang servikal ke-7 hingga sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga akan merangsang saraf yang bertanggung jawab terhadap payudara yang berasal dari tulang belakang bagian atas antara tulang belikat mengirimkan sinyal ke hypofise posterior untuk melepaskan hormon oksitosin. Pengaruh dari hormon oksitosin ini dapat membuat ibu lebih rileks, lebih tenang dan dapat menurunkan kecemasan serta dapat  menghilangkan kelelahan ibu akibat proses melahirkan sehingga otomatis ASI dapat keluar secara spontan dan ibu lebih nyaman dalam menyusui bayinya (Depkes RI, 2007).
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin sering dilakukan  pijat oksitosinpada ibu post partum oleh tenaga kesehatan akan semakin lancar pengeluaran ASI.Ibu yang tidak mendapatkan pijat oksitosin ini yang akan terhambat produksi ASI pada awal persalinan, karena pemijatan oksitosin dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin, hormon inilah yang berperan penting saat proses pengeluaran ASI.

KESIMPULAN
Kelancaran produksi ASI sangat berpegaruh dengan adanya pijat oksitosin  pada ibu post partum
                                          
SARAN
1.      Ibu post partum diharapkan segera menyusui bayinya setelah lahir dan ibu mendapatkan pijat oksitosin dari tenaga kesehatan.
2.      Kepada pihak pihak manajemen BLUD RSIA diharapkan dapat membuat kebijakan untuk menerapkan pijat oksitosin pada setiap ibu post partum.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas.EGC, Jakarta.
Christin. 2006. Efektifitas kombinasi Areolla Massage dengan Rolling Massage Terhadap Pengeluaran ASI Secara Dini pada Ibu Post Partum di PKM Cikupa Banten. Tensis.FIK UI, Depok.
Depkes RI. 2007. PelatihanKonselingMenyusui, DirektoratJenderalBina KesehatanMasyarakatdanDirektoratBinaGiziMasyarakat.
Linkages. 2002.Pemberian ASI ekslusif atau ASI Saja: Satu-Satunya Sumber Cairan yang dibutuhkan Bayi Usia Dini.
Riskani, R. 2012. Keajaiban ASI. DuniaSehat, Jogjakarta.
Roesli. 2008. InisiasiMenyusui Dini Plus ASI Eksklusif.PustakaBunda, Jakarta.
Suherni, dkk. 2010. PerawatanMasaNifas. Fitramaya, Jakarta.
Suradi, R. 2004. Bahanbacaanmanajemenlaktasi. Perinasia, Jakarta.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Salemba Medika, Jakarta.
Yuliarti, Herti. 2010. KeajaibanASI-Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan dan kelincahan Si Kecil. Ed.1. Andi, Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar