TINGGINYA PRODUKSI ASI KARENAPIJAT OKSITOSIN DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM
DI BLUD RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH
Oleh :
Lia
Lajuna
ABSTRAK
Keberhasilan
proses menyusui sangat ditentukan oleh Kelancaran ASI yang
keluar.ASI akan menurun produksinya
segera setelah
melahirkan disebabkan kurangnya
rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin. Upaya
untuk mengatasi permasalahan ini dengan
melakukan pijat oksitosin yangtujuannya untuk
merangsang
pelepasan hormon oksitosin dan prolaktin yang berperan penting untuk peningkatkan produksi dan kualitas ASI. Banyak
penelitian menyebutkan pemijatan payudara dapat meningkatkan produksi
kolostrum di beberapa hari pertama kelahiran ketika bayi belum aktif menyusui, dengan
pemijatan ini dapat mempertahankan produksi ASI,
mengatasi permasalahan menyusui serta
dapat mencegah terjadinya perubahan
fisiologis payudara ibu selamamenyusui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum
di BLUD RSIA Banda Aceh. Penelitian ini
bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu sebanyak 54 responden.Hasil penelitian yaitu pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi kelancaran produksi ASI dengan nilai p=0,049,hasilnya20 ibu (78.9%) tidak melakukan pijat
oksitosin dibandingkan ibu yang melakukan pijat oksitosin yaitu 11 ibu (40.0%).
Kata Kunci : Pijat Oksitosin , Kelancaran Produksi ASI
PENDAHULUAN
Pemberian ASI eklusif dapat menekan angka kematian bayi
yang dikarenakan berbagai penyakit yang diderita anak anak seperti diare dan
radang paru serta dapat mempercepat pemulihan pada bayi sakit serta
menjarangkan kelahiran. Menurut United Nation International Children’s
Emergency Fund (UNICEF), jumlah
kematian bayi di Indonesia yaitu 30.000 dan 10 juta kematian anak balita di dunia
pada tiap tahunnya. Hal ini dapat dicegah melalui pemberianASI secara eksklusif
selama 6 bulan sejak tanggal kelahirannya tanpa harus memberikan makanan serta
minuman tambahan kepada bayi(Linkages, 2002).Oleh karena permasalahan tersebut World Health
Organization (WHO)menganjurkan
pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama
kelahiran bayi.
Hasil penelitian di Inggris terhadap 300 bayi prematur yang mendapatkan i ASI saja selama 4-5 minggu pada
awal kehidupannya, mempunyai IQ rata-rata
8.3 point lebih tinggi pada usia 7-8 tahun dibanding bayi prematur yang tidak
diberi ASI. Dari
penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin banyak bayi mengkonsumsi
ASIakan semakin tinggi IQ yang dimilikinya (Roesli, 2008).
Manfaat ASI sangat besar untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi, walaupun kenyataan yang ditemukan
masih banyak ibu yang tidak mau memberikan ASI ekslusif kepada bayinya selama 6 bulan. Sehingga sasaran
program perbaikan gizi masyarakat untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif6
bulan sebesar 80% tampaknya masih terlalu tinggi karena upaya ibu harus menyusui ekslusif
selama 4 bulan saja masih merupakan kendala yang besar (Yuliarti,2010).
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012 cakupan pemberian ASI di Indonesia masih
rendah, dimana persentase bayi
yang disusui secara eksklusif usia
4-6 bulan hanya 27%. Cakupan ini agak meningkat dibandingkan dengan pencapaian target ASI
eksklusif pada SDKI 2010 yaitu 15,3%. Tetapi angka ini masih tertinggal jauh dari
target pencapaian ASI eksklusif yang telah ditetapkan pemerintah yaitu 80%
(Kemenkes RI, 2012). Data dari Dinkes Propinsi Aceh tahun 2011
menunjukkan bahwa dari 99.853 jumlah bayi 0-6 bulan tercatat hanya 11.845
(11.9%) bayi yang menyusui secara eksklusif.
Kebiasaan ibu memberikan makanan
pendamping ASI pada hari hari pertama kelahiran dan ditambah budaya setempat
adalah kendala yang menyebabkan gagalnya program ASI ekslusif, (Riskani,2012), tidak lancarnya pengeluaran ASI hari hari pertama pasca kelahiran, ibu berasumsi bahwa ASI tidak cukup untuk kebutuhan bayi sehingga bayi sering rewel dan menangis hal
ini meyebabkan ibu memutuskan untuk memberikan susu formula
atau air putih pada bayinya. Pemberian
makanan pendamping sebelum ASI keluar dapat menghambat
proses pengeluaran ASI karena
bayi sudah kenyang dan malas menyusui. Menurut Yuliarti, (2010), hal
tersebut diatas dapat menyebabkan penurunan produksi ASI serta
tumbuh kembang bayi karena asupan ASI yang tidak baik(Yuliarti, 2010).
Kelancaran ASI akan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan proses
menyusui. Penurunanproduksi ASI pada beberapa hari pertama setelah melahirkan
dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam
kelancaran produksi ASI. Penurunan kadar hormon ini dapat dipengaruhi oleh
kondisi kejiwaan, ketenangan pikiran ibu dan keyakinan ibu akan kemampuannya
untuk dapat memberi ASI pada bayinya (Riskani, 2012).
Pijat Oksitosit adalah cara untuk mengatasi ketidaklancaran ASI ibu
post partum. Sudah banyak ibu ibu
post partum didunia melakukan tindakan ini untuk merangsang pelepasan hormon oksitosin dan prolaktin untuk peningkatan produksi ASI dan kualitas ASI. Banyak penelitian
yang mengatakan bahwa pemijatan payudara
sangat berkontribusi untuk meningkatkan produksi kolostrum di hari-hari pertama
kelahiran seta dapat mempertahankan produksi ASI, mengatasi kesulitan menyusui
dan mencegah terjadinya kelainan pada payudara ibu selama proses menyusui.
Pijat oksitosinjuga
adalah solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran ASI, dimana fungsinya untuk merangsang pelepasan hormonoksitosin
yang sangat dibutuhkan dalam menyekresi ASI setelah melahirkan. Hormon ini dapat membuat ibu rileks dan tenang sehingga ASI keluar secara lancar. Metode pijat oksitosin ini merupakan metode yang
sangat mudah untuk dilakukan oleh siapa saja termasuk suami atau orang lain. (Depkes RI, 2007)
Observasi awal yang dilakukan di BLUD RSIA Banda Aceh terhadap ibu
post partum didapatkan bahwa dari 10 orang ibu, hanya 2 orang ibu yang memberikan ASI pada bayinya. Sedangkan 8 orang ibu lainnya tidak memberikan ASI pada bayi dengan alasan
ASI tidak keluar.
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
A. Konsep
Dasar Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian
Air Susu Ibu (ASI)
Kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan oleh tubuh
bayiselama 6 bulan pertama kelahirannya terdapat dalam ASI yang mengandung nutrisi alamiah.Walupun banyak dijumpai masih banyak
ibu ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya dikarenakan kendala produksi
ASI yang tidak lancar. (Saleha, 2009).
Proses laktasi baru dimulai dimana
ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung
hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.
Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tidak akan diproduksi lagi,
sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.
Namun, sebelumnya dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk
bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh kuman (Saleha,
2009).
2. Keunggulan
dan Manfaat Air Susu Ibu (ASI)
Keunggulan
dan manfaaat menyusui terdiri dari beberapa
aspek (Riskani, 2012) yaitu :
a. Aspek gizi
1) Manfaat Kolostrum
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Dalam ASI
terdapat protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah yang
sesuai untuk kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.Kolostrum dalam ASI membantu mengeluarkan meconium
(kotoran pertama bayi).
2) Komposisi ASI
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi
yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. ASI mudah
dicerna karena didalam ASI mengandung enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang
terdapat dalam ASI tersebut. Dan didalam ASI
terdapat komposisi
Taurin (sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter
dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak), DHA dan AA (yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang polyunsaturated fatty acids yang diperlukan untuk pembentukan
sel-sel otak yang optimal dan jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbuhan dan kecerdasan anak).
b. Aspek imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih, bebas kontaminasi. Immunoglobulin A (IgA) dalam ASI
kadarnya cukup tinggi dan kadar Laktoferin
yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan. Dalam ASI juga
terdapat lysosim yaitu enzim yang
melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Sel darah
putih pada ASI yaitu 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel/mil.
c. Aspek Psikologik
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih
sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.Interaksi ibu dan bayi akan meningkatkan ikatan kasih
sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut
jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
d. Aspek Kecerdasan
ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem
syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.Penelitian menunjukkan
bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ 4.3 point lebih tinggi pada usia
18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun dan 8.3 point lebih tinggi
pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
e. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf
menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih
sempurna. ASI mengandung asam-asam lemak dalam jumlah cukup yang berperan dalam
proses myelinisasi yaitu pembentukan
selaput khusus dalam saraf otak yang dapat mempercepat alur kerja saraf.
f. Aspek Ekonomis ; dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
membeli susu formula.
g. Aspek Penundaan
Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda
haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah
yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenorea Laktasi (MAL).
h.
Aspek Kesehatan Ibu
Selain pada anak pemberian ASI sangat bermanfaat
bagi ibu. ASI dapat mencegah terjadinya perdarahan setelah persalinan,
mempercepat pengecilan ukuran rahim ke
bentuk semula, menunda masa subur dan mengurangi kejadian anemia. Menyusui juga
dapat mengurangi resiko terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium pada ibu
dikemudian hari serta meningkatkan kepadatan tulang sehingga dapat mengurangi
resiko patah tulang panggul.
3. Jenis-Jenis
Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) dibentuk secara
bertahap sesuai dengan keadaan dan kebutuhan bayi baru lahir. Berikut ini
adalah tahapan-tahapan pembentukan ASI.
a. Kolostrum
Kolostrum
adalah ASI yang diproduksi pada hari pertama hingga ketiga atau keempat pasca
kelahiran, biasanya berwarna kuning kental. Kolostrum sangat kaya akan protein
dan antibodi ( IgA, IgG dan IgM), mengandung lebih sedikit lemak dan
karbohidrat. Pada awal menyusui kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok
teh. Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usus bayi bayi dan
melindunginya dari bakteri sehingga usus bayi siap untuk menerima makanan
selanjutnya, selain itu kolostrum mampu mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada
hari pertama kelahirannya. Selanjutnya secara berangsur-angsur produksi
kolostrum berkurang saat air susu ibu keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-5.
Jumlah kolostrum memang sedikit, volumenya hanya 150-300ml/24 jam.
b. ASI masa transisi
ASI masa
transisi adalah ASI yang keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-10 setelah
kelahiran. Setelah masa adaptasi dengan perlindungan kolostrum, payudara akan
menghasilkan susu permulaan atau transisi yang lebih bening dan jumlahnya lebih
banyak. Kadar antibodi dan proteinnya menurun sedangkan lemak dan laktosa
meningkat.
c. ASI Mature
(ASI matang)
ASI mature atau matang yaitu ASI yang
keluar setelah hari ke-10 pasca persalinan. Komposisinya stabil dan tidak
berubah. Bila bayi lahir premature atau kurang bulan, ASI yang dihasilkan
memiliki kandungan berbeda yaitu lebih banyak mengandung protein. Hal ini
dikarenakan bayi premature memiliki
berat badan kurang dan organ-organ tubuh yang belum berkembang dengan sempurna.
4. Hormon
dan Reflek Menyusui
Selama kehamilan, perubahan pada
hormon berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI
segera setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan
terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI.
Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks pada ibu yang
akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula
(Bobak, 2005).
a.
Refleks
prolaktin
Disebut juga refleks pembentukanASI
atau produksi ASI. Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam aliran darah.
Prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli pembuat ASI untuk memproduksi ASI.
Makin sering bayi menghisap makin
banyak prolaktin dilepaskan oleh hipofise anterior, makin banyak pula ASI
yang diproduksi oleh sel-sel alveoli kelenjar, sehingga makin sering isapan
bayi, makin banyak produksi ASI, sebaliknya berkurang isapan bayi menyebabkan
produksi ASI juga berkurang. Mekanisme ini disebut mekanisme “supply and
demand”.
Hormon prolaktin ini disekresi
setelah menyusui untuk menghasilkan ASI berikutnya dan hormon ini lebih banyak
disekresi pada malam hari. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah
menekan fungsi indung telur (ovarium). Efek penekanan ini pada ibu yang
menyusui secara eksklusif dapat memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan
haid. Dengan kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda
kehamilan.
Gambar
1. Gerakan hisapan bayi yang merangsang hypofise anterior mengeluarkan hormon
prolaktin untuk memproduksi ASI (refleks prolaktin). Sumber : Depkes RI (2007).
b. Refleks oksitosin
Reflek oksitosin adalah reflek pengaliran atau
pelepasan ASI (let down reflex) setelah diproduksi oleh sumber pembuat
susu, ASI akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan dialirkan ke saluran
susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar
payudara mengerut sehingga ASI diperas untuk keluar dari pabrik saluran ASI.
Penyebab otot-otot itu mengerut adalah suatu hormon yang dinamakanoksitoksin.
Rangsangan
isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untukmelepas
hormonoksitosin dalam darah.Oksitosin memacu sel-sel myoepithel yangmengelilingi
alveoli dan duktuli untuk berkontraksi, sehingga mengalirkanASI dari alveoli
melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan puting. Dengan
demikian menyusui bayi sesering mungkin sagat
penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara
bengkak).
Selainitu
oksitosin berperan juga memacu
kontraksi otot rahim, sehingga mempercepatkeluarnya plasenta dan mengurangi
perdarahan setelah persalinan. Refleks oksitosin
ini bekerja sebelum atau selama proses menyusui agar ASI mengalir. Keselarasan
antara refleks prolaktin dan oksitosin
sangat membantu keberhasilan proses menyususi. Bila refleks oksitosinini tidak bekerja maka bayi
tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.
Refleks oksitosin lebih rumit dibanding refleks
prolaktin. Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi
refleks ini. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran
hormon ini.
B. Konsep
Dasar Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung
tepatnya pada tulang servikal ke-7 hingga sepanjang kedua sisi tulang
belakangsehingga akan merangsang saraf yang bertanggung jawab terhadap payudara
yang berasal dari tulang belakang bagian atas antara tulang belikat mengirimkan
sinyal ke hypofise posterior untuk
melepaskan hormon oksitosin. Pengaruh
dari hormon oksitosin ini dapat
membuat ibu lebih rileks, lebih tenang dan dapat menurunkan kecemasan serta
dapatmenghilangkan kelelahan ibu akibat proses melahirkan sehingga otomatis ASI
dapat keluar secara spontan dan ibu lebih nyaman dalam menyusui bayinya(Depkes
RI, 2007).
Gambar 2. Titikawal pijat oksitosin yang terletak pada tulang leher ke-7
Selain
untuk merangsang refleks let down,
manfaat pijat oksitosin juga dapat mengurangi bengkak (engorgement)
pada payudara, mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI
ketika ibu dan bayi sakit, sehingga dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin ini dapat memperlancar
produksi ASI pada ibu post partum (Depkes RI, 2007).
Adapun
langkah-langkah melakukan pijat oksitosin
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Ibu duduk, bersandar ke depan, lipat lengan di
atas meja di depannya dan letakkan kepala di atas lengannya.
b. Payudara tergantung lepas, tanpa pakaian.
c. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang
dengan menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan.
d. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang
membentuk gerakkan-gerakkan melingkar kecil dengan kedua ibu jari.
e. Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada
pada kedua sisi tulang belakang, dari leher ke arah tulang belikat. hal ini
dilakukan selama 2-3 menit.
Pelaksanaan
pijat oksitosin ini dilakukan selama
3 hari dengan frekuensi 1x sehari.
Gambar 3. Prosedur pijat oksitosin
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini bersifat analitik dengan
pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di BLUD RSIA Banda Aceh Tahun 2012. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposivesampling yaitu sebanyak 54 ibu post partum 3 hari.
HASIL PENELITIAN
1.
Hubungan Pijat
Oksitosin dengan Kelancaran Produksi ASI
Pijat
Oksitosin
|
Kelancaran
Produksi ASI
|
Total
|
p – Value
|
||||
Lancar
|
Tidak
Lancar
|
||||||
f
|
%
|
F
|
%
|
f
|
%
|
0.049
|
|
Ada
|
14
|
60.0
|
11
|
40.0
|
25
|
100
|
|
Tidak Ada
|
9
|
21.1
|
20
|
78.9
|
29
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 25
orang responden yang ada melakukan pijat oksitosin
dijumpai sebanyak 14 (60.0%) ibu yang lancar produksi
ASI nya, sedangkan 29 orang responden yang tidak
melakukan pijat oksitosin terdapat 20 (78.9%) ibu yang tidak lancar produksi ASI nya. Hasil uji
statistik dengan menggunakan chi-square
menunjukkan perbedaan persentase tersebut bermakna yaitu dengan nilai p-value=0.049. Jadi ada hubungan antara
kelancaran produksi ASI dengan pijat oksitosin
pada ibu nifas di BLUD Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
PEMBAHASAN
1.
Hubungan Pijat
Oksitosin dengan Kelancaran Produksi ASI
Hasil penelitian membuktikan bahwa
tingginya produksi ASI karena pijat Oksitosin dengan kelancaran
produksi ASI di BLUD RSIA Banda
Aceh.dimana i ketidaklancaran
produksi ASI lebih sering dijumpai pada ibu post partum yang tidak
melakukan pijat oksitosin yaitu 20 ibu (78.9%)
dibandingkan dengan ibu yang melakukan pijat oksitosin yaitu 11 ibu (40.0%).
Hasil
penelitian didukung dengan penelitian yang dilakukan Riskani (2012), yang merupakan kendala
gagalnya program ASI eksklusif adalah dikarenakan budaya ibu-ibu yang
memberikan makanan prelaktal pada
bayinya dalam beberapa hari pertama post
partum. Hal ini disebabkan oleh ketidaklancaran pengeluaran ASI pada beberapa
hari pertama pasca kelahiran. Sehingga ibu beranggapan bahwa ASI tidak dapat
mencukupi kebutuhan bayi, sehingga salah
satu upaya untuk mengatasi ketidak lancaran ASI pada ibu post partum yaitu
dengan pemberian treatment pijat oksitosin. Pijat ini berfungsi untuk
merangsang pelepasan hormon oksitosin
dan prolaktin yang sangat berperan dalam peningkatkan produksi ASI serta
kualitas ASI pada ibu menyusui.
Teknik
pemijatan oksitosindapat dilakukan
dengan cara memijat pada daerah punggung tepatnya pada tulang servikal ke-7
hingga sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga akan merangsang saraf yang
bertanggung jawab terhadap payudara yang berasal dari tulang belakang bagian
atas antara tulang belikat mengirimkan sinyal ke hypofise posterior untuk melepaskan hormon oksitosin. Pengaruh dari hormon oksitosin
ini dapat membuat ibu lebih rileks, lebih tenang dan dapat menurunkan kecemasan
serta dapat menghilangkan kelelahan ibu
akibat proses melahirkan sehingga otomatis ASI dapat keluar secara spontan dan
ibu lebih nyaman dalam menyusui bayinya (Depkes RI, 2007).
Penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa semakin sering dilakukan pijat oksitosinpada ibu post partum oleh tenaga
kesehatan akan semakin lancar pengeluaran ASI.Ibu yang tidak mendapatkan pijat oksitosin
ini yang akan terhambat produksi
ASI pada awal persalinan, karena pemijatan oksitosin dapat merangsang pengeluaran
hormon oksitosin, hormon inilah yang
berperan penting saat proses pengeluaran ASI.
KESIMPULAN
Kelancaran produksi ASI sangat berpegaruh dengan
adanya pijat oksitosin pada ibu post partum
SARAN
1. Ibu post partum diharapkan
segera menyusui bayinya setelah lahir dan ibu mendapatkan pijat oksitosin dari
tenaga kesehatan.
2. Kepada pihak pihak manajemen BLUD
RSIA diharapkan dapat membuat kebijakan untuk
menerapkan pijat oksitosin pada setiap ibu post partum.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas.EGC, Jakarta.
Christin. 2006. Efektifitas kombinasi Areolla Massage dengan Rolling Massage Terhadap
Pengeluaran ASI Secara Dini pada Ibu Post Partum di PKM Cikupa Banten. Tensis.FIK UI, Depok.
Depkes RI. 2007. PelatihanKonselingMenyusui,
DirektoratJenderalBina KesehatanMasyarakatdanDirektoratBinaGiziMasyarakat.
Linkages.
2002.Pemberian ASI ekslusif atau ASI Saja: Satu-Satunya Sumber Cairan
yang dibutuhkan Bayi Usia Dini.
Riskani, R. 2012. Keajaiban ASI.
DuniaSehat, Jogjakarta.
Roesli. 2008. InisiasiMenyusui Dini
Plus ASI Eksklusif.PustakaBunda, Jakarta.
Suherni, dkk. 2010. PerawatanMasaNifas.
Fitramaya, Jakarta.
Suradi, R. 2004. Bahanbacaanmanajemenlaktasi.
Perinasia, Jakarta.
Saleha, Sitti.
2009. Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Salemba
Medika, Jakarta.
Yuliarti, Herti. 2010. KeajaibanASI-Makanan
Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan dan kelincahan Si Kecil. Ed.1. Andi,
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar