Kamis, 26 Juni 2014

Cut Yuniwati: Jurnal Al-Mumtaz, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2014, hal. 1-10

TINGGINYA TINGKAT STRES YANG MEMPENGARUHI KETIDAK TERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA LAMREUNG KECAMATAAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR

Oleh :
Cut Yuniwati

ABSTRAK
Stres diketahui merupakan faktor etiologi terjadinya gangguan siklus menstruasi, misalnya mengacaukan siklus menstruasi. Gangguan menstruasi seperti menstruasi tidak teratur merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita, terutama pada usia remaja. Karena pada masa ini, remaja suka mengeluh tentang sekolah seperti kegiatan belajar, banyaknya tugas, ketakutan menghadapi ujian akhir dan lain-lainnya dapat berpengaruh terhadap siklus menstruasi.Stres dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada hormon dan dapat menyebabkan kegagalan ovulasi pada wanita sehingga terjadinya menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingginya tingkat stres dengan siklus menstruasi pada remaja di Desa Lamreung Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 199 orang remaja putri. Pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling dan menggunakan rumus slovin dengan jumlah 102 orang. Hasil penelitian ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi dengan nilai p = 0,013 (p < 0,05). Kesimpulan: Stress akan mempengaruhi siklus mentruasi pada remaja putri.

Kata Kunci: Tingkat Stres, Siklus Menstruasi, Remaja, Gangguan Mestruasi

PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi dewasa mengalami suatu tahap yang disebut masa pubertas. Remaja perempuan mengalami masa pubertas lebih cepat dibandingkan laki-laki. Pubertas pada remaja perempuan juga ditandai dengan menarche yaitu mendapatkan menstruasi (haid) pertama. Menstruasi adalah pengeluaran darah, mucus dan debris sel dari mukosa uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-35 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause (Wiknjosastro, 2007).
Heffener (2008) menyebutkan ciri khas kedewasaan wanita adalah menstruasi. Pada wanita siklus yang berulang didalam aksis hipotalamus, hipofisis dan ovarium  menyebabkan pematangan dan pelepasan gamet dari ovarium untuk persiapan uterus dalam kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun, jika tidak terjadi konsepsi, setiap siklus berakhir dengan perdarahan menstruasi.
Masa remaja merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan. Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikologisnya. Oleh karena itu sering terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres (Desti, 2010).
Gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja akibat perubahan fisik atau psikis, perubahan lingkungan sosial, kebimbangan mencari identitas diri, minat dalam pendidikan, minat seks dan perilaku seks atau mulai beradaptasi dengan lawan jenis, sehingga keadaan emosionalpun sering mengalami ketidakseimbangan (Yusuf, 2004).
Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Sriarti, 2008). Stres diketahui merupakan faktor etiologi terjadinya gangguan siklus menstruasi .Misalnya mengacaukan siklus menstruasi. Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks. Stres melibatkan sistem hormonal sebagai sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita (Kusuma, 2010).
Stres dan kecemasan sebagai rangsangan melalui sistem saraf diteruskan ke susunan saraf pusat, yaitu sistem limbic dan selanjutnya melalui saraf autonom (simpatis dan parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjarendokrin. Neuroendokrin menuju hipofisis melalui sistem prontal mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) akan mempengaruhi terjadinya proses menstruasi (Sherwood, 2001).
Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita, terutama pada usia remaja. Beberapa studi menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18-55 tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya dan juga dari hasil penelitian pelajar lebih sering menunjukkan variasi menstruasi yang bermasalah, seperti menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi yang abnormal berhubungan dengan stres psikologi (Nepomnaschy, 2007), dan dari hasil penelitian beberapa studi juga menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus menstruasi yang abnormal (Nevid, 2005).
Pada remaja suka mengeluh tentang sekolah, misalkan kegiatan belajar, banyaknya tugas-tugas, ketakutan menghadapi ujian akhir juga minat terhadap pendidikan jenjang yang lebih tinggi untuk meraihnya dan lain-lainnya dapat berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Stres dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada hormon dan dapat menyebabkan kegagalan ovulasi pada wanita sehingga terjadinya menstruasi (Desti, 2010). Gangguan pada siklus menstruasi dipengaruhi oleh gangguan pada fungsi hormon, kelainan sistemik, stres, kelenjar gondok dan hormon prolaktin yang berlebihan (Proverawati, 2009).

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A.     Konsep Dasar Siklus Menstruasi
1.      Pengertian Siklus Menstruasi
            Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah. Siklus menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Bobak, 2004). Siklus menstruasi berkisar antara 21–35 hari. Hanya 10–15% wanita yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari dengan lama menstruasi 3–5 hari, ada yang 7–8 hari. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik, adanya penyakit kronis seperti lupus, diabetes, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan kelainan pada alat reproduksi juga dilihat dari status gizi (Wiknjosastro, 2007).
2.      Gambaran Klinis Menstruasi
            Pada siklus menstruasi menggambarkan suatu interaksi kompleks antara hipotalamus, kelenjar pituitary, ovarium dan endometrium.Siklus menstruasi terdiri dari dua fase, fase di ovarium dan fase di endometrium. Siklus menstruasi dibagi menjadi lima fase yaitu fase awal folikuler, fase akhir folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium (Wiknjosastro, 2007).
3.      Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi
            Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya.Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai (Proverawati, 2009).
a.       Fungsi hormon terganggu
Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa.Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haidpun akan terganggu.
b.      Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme didalam tubuhnya tak bekerja dengan baik atau wanita yang menderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.
c.       Stres
Stresakan mengganggu sistem metabolisme didalam tubuh karena stres wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.
d.      Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok (tiroid)juga bisa menjadi penyebab tidak teraturnya siklus haid.Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
e.       Hormon prolaktin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan.Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktinjuga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak didalam kepala.
4.      Gangguan Siklus Menstruasi
            Gangguan siklus menstruasi disebabkan ketidakseimbangan FSH dan LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan siklus menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi yang tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya seperti nyeri perut, pusing, mual atau mutah (Wiknjosastro, 2007).

a.       Menurut jumlah perdarahan
1)      Hipomenorea;Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya.
2)      Hipermenorea;Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama dari biasanya atau lebih dari 8 hari .
b.      Menurut Siklus atau Durasi perdarahan
1)      Polimenorea;Siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya atau kurang dari 21 hari.
2)      Oligomenorea;Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari.
3)      Amenorea;Keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.

B.     Konsep Dasar Stres
1.      Pengertian Stres
            Stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan ekstrenal (Sriarti, 2008).
            Stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntunan internal maupun eksternal yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis dan melakukan penyesuaian diri terhadap  situasi yang menjadi stressor (Indri, 2007).
2.      Klasifikasi Stres
            Struart dan Sundeen (1998) dalam Maramis (2009) mengklasifikasikan tingkat stres yaitu :
a.       Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi
b.      Stres Sedang
Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
c.       Stres Berat
Pada tingkat stres ini, persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.
3.      Sumber Stres (Stressor)
Sumber stres bisa berasal dari diri sendiri, keluarga dan komunitas sosial. Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres :
a.       Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan.Frustasi merupakan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
b.      Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespons langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan.
c.       Tekanan (presure)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tigkah laku tertentu.Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumberdaya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya. Bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptif.
d.      Krisis
Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus dioperasi.

4.      Respon Terhadap Stres
a.       Respon fisiologis
Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal.Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu mengakitivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya, meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil.Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal. Untuk melepaskan epinefrin dan noreepinefrin ke aliran darah (Pinel, 2009).
Walter Canon (1929) memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebutnya reaksi tersebut sebagai fight or flight respone karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang  mengancam tersebut. Fight or flight respone  menyebabkan individu dapat berespon cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila keadaan fisiologis dan psikologis yang reaktif terhadap rangsangan tersebut tinggi dan terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan individu (Pinel, 2009).
Secara umum orang yang mengalami stres mengalami sejumlah gangguan fisik seperti :
1)      Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu. Contohnya : tekanan darah naik, sistem pencernaan terganggu seperti terjadi kembung, mual atau diare.
2)      Gangguan pada sistem reproduksi, seperti pada wanita terganggunya siklus menstruasi, impoten pada pria.
3)      Gangguan pada sistem pernafasan seperti sesak, nafas terasa berat.
4)      Gangguan lainnya seperti migrain, tegang otot sampai timbulnya jerawat.
b.      Respon psikologik
1)      Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi, kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri dan rasa rendah diri.
2)      Terjadi depersonalisasi; dalam keadaan stres berkepanjangan sering dengan keletihan emosi, ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakukan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘seseorang.
3)      Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses.
c.       Respon perilaku
1)      Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak diteerima oleh masyarakat.
2)      Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
3)      Pelajar yang stres berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti pembelajaran (Chomaria, 2009).
d.      Coping stres
Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya.Efek stres dapat bervariasi tergantung pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarus dan koleganya mengidentifikasi dua dimensi coping :
1)      Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping)
Yaitu mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi.
2)      Coping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping)
Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dengan orang lain.
5.      Penatalaksanaan Stres
Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stesor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetepatan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik.Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup.Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial.Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor.

C.     Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi
            Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada siklus menstruasi.Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Sriarti, 2008).
            Stres mempengaruhi fungsi normal menstruasi, pada keadaan stres terjadi pengaktifan (Hypothalamic-pituitary-adrenal) HPA aksis, mengakibatkan hipotalamus menyekresikan CRH (Corticotropic Releasing Hormone). CRH mempunyai pengaruh negatif terhadap pengaturan sekresi GnRH, ketidaksimbangan CRH memiliki pengaruh terhadap penekanan fungsi reproduksi manusia sewaktu stres (Breen dan Karsch, 2004).
            Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi integratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu CRH. Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen (Nevid, 2005).
            Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan Adenocorticotropin Hormone (ACTH) kedalam darah. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik menunjukan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH (Sriarti, 2008).
            Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres menyebabkan gangguan silkus menstruasi (Sriarti, 2008).
            ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresikan kortisol. Kortisol berperan dalam menghambat sekresi LH oleh pusat aktivasi otak. Kortisol menekan pulsatil LH dengan cara menghambat respons hipofisis anterior terhadap GnRH. Selama siklus menstruasi, peran hormon LH sangat dibutuhkan dalam menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang memiliki peran peranan penting selama siklus menstruasi yang secara normal terjadi pada wanita setiap bulannya (Wiknjsastro, 2007). Pengaruh hormon kortisol ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi, biasanya siklus menstruasi menjadi tidak teratur (Breen dan Karsch, 2004).
            Siklus menstruasi yang abnormal berhubungan dengan stres psikologi. Stres dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada hormon dan dapat menyebabkan kegagalan ovulasi pada wanita sehingga terjadinya menstruasi. Gangguan pada siklus menstruasi dipengaruhi oleh gangguan pada fungsi hormon, kelainan sistemik, stres, kelenjar gondok dan hormon prolaktin yang berlebihan (Proverawati, 2009).

METODE PENELITIAN
            Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Lamreung Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013. Jumlah populasi yang diambil adalah 199 orang pada remaja putri.  Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Jumlah sampel penelitian ini yaitu sebanyak 102 orang

HASIL PENELITIAN
1.      Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi pada Remaja

No
Tingkat Stres
Siklus Menstruasi
Total
p value
Normal
Tidak normal
f
%
f
%
f
%

0,013
1.
Ringan
35
73,5
19
26,5
54
100
2.
Sedang/berat
21
39,3
27
60,7
48
100

            Dari 54 remaja putri yang mengalami stres ringan ada 35 responden (73,5%) yang siklus menstruasinya normal, dan dari 48 remaja putri yang mengalami stress sedang/berat ada 27 responden (60,7%) siklus menstruasinya tidak normal. Hasil uji statistik diperoleh p-value adalah 0,013 (p=0,013 ≤ 0,05), sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi.

PEMBAHASAN
1.      Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Hasil penelitian menunjukka ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi di Desa Lamreung Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur’aini (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi.  Dan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kusuma (2010) yang menyatakan bahwa stres diketahui merupakan faktor etiologi terjadinya gangguan siklus menstruasi. Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks dan pemahaman kita mengenai hubungan ini masih sangat terbatas. Stres melibatkan sistem hormonal sebagai sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita.
Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Sriarti, 2008).
Menurut asumsi peneliti ada hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada remaja dikarenakan siklus menstruasi tidak normal dapat mempengaruhi tingkat stres dibandingkan remaja dengan siklus mentruasi normal. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner responden, didapatkan responden lebih banyak yang mengalami tingkat stres ringan dari pada tingkat stres sedang. Faktor lain yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah fungsi hormon terganggu, kelainan sistemik, kelainan gondok, hormon prolaktin berlebihan dan stres. Biasanya karena stress wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu yang dapat mengakibatkan siklus haidjuga ikut terganggu.

KESIMPULAN
Tk Stress sedang/berat  membuat siklus mentruasi remaja putri di desa lamreung Kecamatan Darul Imarah Kabupaten aceh Besar tidak normal   

SARAN
1.      Kepada remaja putri di Desa Lamreung Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang cara mengatasi stres yang berhubungan dengan siklus menstruasi.
2.      Kepada tempat penelitian agar dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam memberikan informasi tentang bagaimana cara mengatasi stres yang berhubungan dengan siklus menstruasi.


DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.          Breen, L.M dan Karsch F.J. 2004.Does cortisol inhibite pulsatile Leutinizing Hormone secretion on hypothalamus or oituitary level?Endocrinology.
Chomaria, Nurul. 2009. Tips jitu praktis mengusir stres.Yogyakarta: Diva Press.
Desti, Nur. 2010. Hubungan stres dengan pola menstruasi. Surabaya :Fakultas Kedokteran UNS.
Indri, Kemala. 2007. Stres pada remaja.Medan: Fakultas Kedokteran USU.
Maramis, W.F. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Edisi 2.Surabaya: Airlangga University Press.
Nevid, dkk.2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: RinekaCipta.
Nursalam.2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan ;Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nur’aini. 2011. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Asrama Universitas Andalas Padang Tahun 2011.
Sriarti, Aat. 2008. Tinjauan tentang stres.Dikutip pada tanggal 1 April 2013.http://digilib.unsri.ac.id/.../TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.pdf.
Wiknjsastro.2007. Ilmu Kandungan dan Kebidanan.Jakarta:Yayasan Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Yusuf LN, Syamsu. 2004. Psikologi anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar