PERSEPSI
DOSEN MSI TERHADAP PENERAPAN ONLINE
COURSE
DI PERGURUAN TINGGI
DI PERGURUAN TINGGI
Oleh:
Yuni
Setia Ningsih
ABSTRACT
This writing is intended to discuss on learning that uses internet
connectivity. The teaching learning could be computer based, e-learning,
distance learning, online course, and others. But, in this case this writing is
only focused on online course. Online
course is possible to apply at University level. Somehow, it is a fixed form.
In relation to the issue, the discussion here will expose the perception of MSI
Lecturers on the online course application, possible condition to apply it,
percentage to replace the meeting, and the strengths and weaknesses of it.
Based on the data found, online course is possible to apply because it has the
same purpose in teaching learning, but it is in some considerable conditions.
The conditions are if lecturers get double urgent tasks to do and they cannot
be replaced. Online course is ideally applied only 10-30% of the total number
of meetings. The strengths of it are place and time efficiency. Furthermore,
lecturers can improve their capacity as professional educators. The weaknesses
are lecturers cannot make sure the students’ capability directly. Therefore,
online course can be applied at University level, but on some considerable
conditions.
Kata Kunci: Internet, Online Course,
dan Tatap Muka Perkuliahan
PENDAHULUAN
Dunia
informatika semakin berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Pada zaman
dahulu, informasi lebih banyak didapat melalui audio, tanpa adanya visual,
seperti radio. Radio menjadi sarana penting dalam memperoleh informasi. Akan
tetapi hal itu kini sudah berubah. Audio sudah diringi dengan visual. Televisi
menjadi kotak ajaib yang menghipnotis anak bangsa khususnya generasi muda.
Sebagian besar waktu dihabiskan di depan televisi yang menyajikan erbagai
visualisasi kehidupan.
Perkembangan
teknologi tersebut direspon positif dan juga negatif oleh masyarakat.
Kecanggihan teknologi tersebut menjadi sarana bagi masyarakat, khususnya
generasi muda, untuk mengakses informasi-informasi penting dari berbagai
belahan dunia dalam waktu yang singkat. Hubungan komunikasi yang dulunya terasa
jauh menjadi semakin dekat pada masa sekarang ini. Semua kemudahan-kemudahan
tersebut dapat mendorong masyarakat untuk berpikir maju.
Kecanggihan internet, di sisi yang lain, menjadi
bumerang degradasi moral generasi muda. Kebebasan akses tanpa batas membuat
generasi muda kehilangan identitas. Budaya saling menyapa dan mengunjungi
berubah menjadi budaya mementingkan diri sendiri, bahkan kecenderungan
menyendiri. Sebagian mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan browsing dan chatting di internet
dibandingkan untuk berkunjung. Kemudahan akses situs “dewasa” yang belum layak
ditonton oleh generasi muda berpengaruh pada perilaku moral mereka. Dampak
negatif ini tidak hanya menimpa generasi muda yang masih rentan, akan tetapi juga
menimpa orang dewasa yang tidak memiliki filter diri. Maka tidak heran, jika
kecanggihan internet dikatakan oleh
sebagian masyarakat sebagai motor penggerak kerusakan moral yang sporadis.
Terlepas dari
respon positif dan negatif masyarakat terhadap media internet, media ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Pada zaman
sekarang ini parameter kemajuan suatu bangsa secara global adalah pada kemajuan
IT (Information Technology). Penggunaan media IT, khususnya internet, sudah menjadi kewajiban di berbagai instansi; termasuk
instansi pendidikan. Pemerintah membuat program internet masuk sekolah dengan tujuan agar generasi tidak “gagap
teknologi” dan tidak ketinggalan dengan
negara-negara maju lainnya. Dengan kata lain, internet sudah dikondisikan agar menjadi kebutuhan bagi masyarakat.
Berbicara
tentang internet sebagai kebutuhan
pada instansi pendidikan, maka akan didapati bahwa media ini masuk dalam
program pendidikan. Para pengajar dilatih untuk menyajikan pembelajaran dengan
menggunakan informasi yang dapat diakses secara online. Mereka dapat dengan mudah mengakses media pembelajaran
untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Mereka bisa meng-update konsep dan strategi pembelajaran.
Usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui, salah satunya, internet ditanggapi serius oleh dinas pendidikan. Bantuan hard-ware
seperti komputer diberikan untuk semua sekolah dari tingkat dasar sampai
jenjang tinggi. Di samping itu, pengenalan internet
secara dini juga didukung. Instruksional pembelajaran yang diterapkan
mengarahkan siswa untuk mencari informasi secara online. Program tersebut tidak hanya menuntun siswa agar tahu
kecanggihan dunia cyber, akan tetapi
juga mempermudah pengajar untuk meramu proses pembelajaran.
Pada jenjang
tinggi, khususnya tingkat perguruan tinggi, internet
tidak hanya sebagai program pendukung semata. Internet telah menjadi satu komponen Mata Kuliah yang harus
dipelajari oleh mahasiswa. Apapun itu namanya untuk mata kuliah tersebut, yang
pada intinya mata kuliah tersebut mendorong mahasiswa untuk mempelajari
bagaimana belajar secara online; baik
itu untuk memenuhi tugas dosen ataupun untuk belajar mempersiapkan bahan ajar
(khusus bagi mahasiswa keguruan).
Intensitas
penggunaan internet dipengaruhi oleh
kebutuhan dan pemahaman pengguna, terutama tenaga pengajar, dalam memanfaatkan
program tersebut. Apabila tidak dibutuhkan, tentunya intensitas penggunaannya
pun rendah. Akan tetapi sebaliknya, jika dibutuhkan maka hal tersebut menjadi
krusial. Meskipun media internet
sangat diperlukan dalam pembelajaran, ukuran out-put terbaik tidak selamanya bermuara dari internet. Dalam proses pembelajaran, segala sesuatunya saling
berkaitan untuk mencapai tujuan maksimal.
Oleh karena
itu, dalam tulisan ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan media internet, khususnya yang mengacu pada
pembelajaran online atau online course. Pembahasan ini akan
dispesifikkan pada penggunaan media internet
untuk online course di tingkat Perguruan
Tinggi. Dengan kata lain idealitas dan realitas penggunaan media internet dalam pembelajaran di Perguruan
Tinggi akan dipaparkan. Selanjutnya tulisan ini bertujuan untuk mencari tahu respon
dosen MSI terhadap proses online course dan
mengeksplor atas dasar apa atau atas pertimbangan apa sehingga online course itu boleh serta berapa
persen dari tatap muka yang mungkin untuk dilakukan. Tulisan ini juga
diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan dengan penggunaan media internet dalam pembelajaran di kampus.
PEMBAHASAN
A.
Media Internet dalam
Pembelajaran
Ada beberapa
macam pengertian pembelajaran dengan menggunakan media internet. Masing-masing penamaan menunjukkan spesifikasi khas
fungsi dari internet itu sendiri.
Spesifikasi tersebut apakah internet
hanya sebagai pendukung, sebagai alat, atau hanya sebagai sumber.
Pembelajaran
yang menggunakan perangkat komputer dikatakan pembelajaran berbasis komputer.
Pembelajaran berbasis komputer adalah pembelajaran yang menggunakan komputer
sebagai alat bantu. Melalui pembelajaran ini bahan ajar yang disajikan melalui
media komputer sehingga kegiatan proses belajar mengajar menjadi menarik dan
menantang bagi siswa serta menjadi motivator.[1]
Pembelajaran
jenis ini tidak mengharuskan penggunaan koneksi internet. Kekhasan pembelajaran ini adalah perangkat komputer
sebagai alat untuk mempermudah penyampaian materi atau konsep
pembelajaran. Dengan pembelajaran ini,
pengajar diharapkan dapat membuat instruksi pembelajaran yang menggunakan
komputer sebagai medianya. Dengan kata lain pembelajaran jenis ini hanya
memanfaatkan komuter sebagai media bukan koneksi program internet. Akan tetapi apabila koneksi internet digunakan juga, hal ini boleh saja karena internet bukan menjadi media utamanya.
Selain
pembelajaran berbsis komputer, ada model pembelajaran berbasis elektronik (E-learning). Pembelajaran berbasis elektronik atau E-learning merupakan kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet,
LAN, WAN). Jaringan tersebut digunakan
sebagai metode penyampaian, interaksi, dan memfasilitasi serta didukung
oleh berbagai bentuk layanan lainnya.[2]
Model
pembelajaran ini tidak hanya menggunakan perangkat komputer sebagai hard-ware
akan tetapi juga soft-warenya. Program internet menjadi penting pada model pembelajaran ini. Dosen
memungkinkan untuk memformat modul pembelajaran secara online. Mahasiswa melakukan atau memenuhi tugas belajar secara online sehingga sebagian besar
interaksinya dengan dosen dapat melalui program ini.
Model
pembelajaran lain yang berkaitan erat dengan program internet adalah pembelajaran berbasis web. Pembelajaran berbasis web
(web based learning/wbl) disebut juga
dengan online learning. Atau dengan
kata lain, pembelajaran berbaisi web
ini adalah suatu sistem/proses untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar jarak jauh melalui aplikasi web dan jaringan internet.[3]
Online learning tersebut di atas hamper sama dengan istilah online course yang menjadi focus dalam pembahasan ini. Online learning sebagai sarana untuk
pembelajaran jarak jauh melalui aplikasi web
dan jaringan internet. Aplikasi web digunakan untuk menyajikan modul
atau sejenisnya. Sedangkan internet
untuk mengoperasikan aplikasi web itu
sendiri. Sedangkan yang dimasud dengan online
course di sini adalah instruksi pembelajaran yang diberikan oleh dosen
kepada mahasiswa melalui program internet.
Instruksi tersebut bisaanya berupa tugas tambahan atau tugas pengganti tatap
muka. Program internet yang sering
digunakan adalah e-mail untuk
memberikan dan merespon instruksi secara tertulis antara mahasiswa dan dosen.
Atau juga intruksi pembelajarannya dapat
disajikan melalui blog.
Secara
sederhana, online course yang penulis
maksudkan di sini adalah instruksi pembelajaran yang diberikan dosen kepada
mahasiswa melalui e-mail. Instruksi
itu bisa berupa tugas yang batas waktunya ditentukan. Intsruksi ini juga dapat
sebagai pengganti tatap muka apabila dosen tidak bisa melakukan pembelajaran
secara langsung atau tatap muka. Online
course ini terjadi di luar kelas atau jam pembelajaran yang telah
ditentukan jadwalnya.
B.
Urgensi Online Course
Urgensi online course dapat dilihat dari
beberapa sisi. Pada satu sisi bisa dikatakan urgen atau penting, tapi pada sisi
yang lain bisa jadi tidak penting, biasa-biasa saja, bahkan tidak penting sama
sekali. Online course, kalau dilihat
dari sisi perkembangan teknologi pada masa sekarang ini, menjadi penting untuk
mendukung kesuksesan suatu pembelajaran. Proses belajar adalah mengubah atau
memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman, dan kontak dengan
lingkungannya.[4]
Memberikan instruksi melalui internet
atau secara online sebagai pengalaman
mereka dalam pembelajaran merupakan salah satu motivator. Dengan demikian,
perubahan ke arah yang lebih baik sebagai efek dari pembelajaran melalui
program ini menjadi penting.
Proses
pembelajaran yang dirancang khusus dengan menggunakan internet akan lebih menarik dibandingkan tanpa menggunakan internet. Kemampuan tenaga pengajar
khususnya dosen dalam membuat modul atau instruksi secara online membawa peserta didik merasa ingin tahu apa yang akan
diberikan. Rancangan secara online dapat
memformat waktu yang harus dipenuhi oleh mahasiswa. Dengan kata lain, jam
berapapun mahasiswa mengakses atau memenuhi tugasnya, waktunya akan tercatat.
Pembatasan waktu seperti itu akan membiasakan mereka disiplin dalam memenuhi
tugas. Singkatnya instruksi secara online
tersebut memberikan dampak positif untuk merubah pola belajar mereka.
Apabila internet difungsikan sebagai media
pembelajaran yang sifatnya suplemen atau opsional, maka penggunaan internet tidak terlalu penting. Program internet tidak menjadi core dalam pembelajaran. Internet boleh digunakan dan boleh
tidak. Pada kondisi seperti ini, program internet
tidak berandil dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Tanpa program internet pun, proses pembelajaran tetap
berjalan normal dan dapat mencapai target seperti yang diinginkan.
Hal ini dapat
dicontohkan untuk materi-materi yang sifatnya praktek langsung, baik itu pada
konteks pendidikan agama atau kejuruan. Kompetensi yang menuntut peserta didik
agar dapat melakukan tajhiz mayat,
shalat, wudhu’, atau lainnya yang sejenis, tentunya program internet menjadi pilihan atau opsional.
Pada konteks ini, sekiranya program internet
digunakan, penggunaannya hanya sekedar untuk mencari informasi tatacara
pelaksanaan tajhiz mayat. Apabila
program internet tidak digunakan,
juga tidak menjadi suatu kendala.
Begitu halnya penggunaan program internet sebagai pelengkap atau komplemen. Proses pembelajaran
belum dikatakan lengkap apabila program internet
tidak mengambil peran di dalamnya. Prosentase penggunaan internet lebih sedikit. Misalkan penggunaan internet untuk melaporkan tugas yang diberikan di luar kelas atau
di kelas. Tugas tersebut harus disampaikan secara online. Apabila program internet
tidak digunakan, hal ini tidak menjadi problema akan tetapi tidak lengkap.
Dengan kata lain pembelajaran yang diterapkan belum mengikuti perkembangan
teknologi.
Selain itu,
program internet juga bisa dijadikan
sebagai pengganti pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah
yang bersifat tatap muka. Apabila pengajar tidak memungkinkan untuk hadir di
kelas, maka ia bisa mendesain pembelajaran yang diasuhnya secara online.
Terlepas dari
banyaknya manfaat media internet
dalam pembelajaran, tentunya ada kekurangannya. Seberapa pun canggihnya suatu
media, ia tidak akan selalu cocok untuk segala kondisi dan situasi. Oleh karena
itu, berikut ini akan dijabarkan secara singkat kelebihan dan kekurangan online course.
C.
Kelebihan Online Course
Kelebihan online course di antaranya, pertama,
memudahkan pengajar untuk memperbaharui bahan ajar. Begitu banyak jumlah referensi
secara online yang dapat diakses
untuk pembelajaran. Hal ini membantu pengajar untuk tidak hanya berpegang pada
satu bahan saja. Pengajar dapat memfariasikan materi pembelajarannya. Begitu
juga pengajar dapat memperbaharui bahan ajar sesuatu dengan situasi dan
kebutuhan.
Kelebihan yang
kedua adalah tersedianya waktu luang. Ketersediaan waktu untuk mengembangkan
diri atau membuat penelitian merupakan suatu kondisi yang diharapkan oleh
setiap tenaga pengajar. Pada kebiasaannya, tenaga pengajar selalu disibukkan
dengan mengajar tatap muka yang banyak menyita waktu dan tenaga. Dengan kondisi
seperti ini sulit bagi mereka untuk meluangkan waktu guna melakukan penelitian
dan pengembangan diri. Singkatnya, dengan adanya online course memungkinkan bagi tenaga pengajar untuk melakukan dua
hal tersebut.
Kelebihan yang
ketiga, media ini memudahkan tenaga pengajar untuk mengontrol kebiasaan belajar
siswa/mahasiswa. Melalui media ini setidaknya pengajar dapat mengetahui kapan
saja siswa/mahasiswa mengakses instruksi online
course tersebut. Dengan demikian, pengajar dapat memformat pembelajarannya
yang dapat mendeteksi waktu kapan siswa/mahasiswa mengerjakan tugasnya.
Begitu juga
kelebihan selanjutnya, media ini membantu pengajar mempermudah untuk mnegecek
apakah siswa telah mengerjakan soal-soal latihan atau pun belum, memeriksa
jawaban mereka dan memberitahukan hasilnya.[5]
Dengan kecanggihan media ini, pengajar dapat dengan mudah mengetahui siapa saja
yang memenuhi tugasnya. Apabila soal latihan telah di-attach, maka pengajar dapat memberikan feedback secara individu kapan saja pengajar memiliki waktu
senggang. Dengan kata lain, interaksi secara intens secara individu antara
pengajar dan murid dapat terjadi di sini.
Ada juga yang menyimpulkan
kelebihan pembelajaran dengan menggunakan internet,
yaitu:[6]
1)
Peserta
didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah di manapun di seluruh dunia
tanpa batas institusi atau batas negara.
2)
Peserta didik
dapat dengan mudah berpengajar pada para ahli di bidang yang diminatinya.
3)
Kuliah/belajar
dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada
universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu kini hadir
perpustakan internet yang lebih
dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Ada lima
aplikasi standar internet yang dapat
digunakan untuk keperluan pendidikan. Apalikasi tersebut dilihat dari fungsinya
memberikan manfaat dalam pendidikan. Aplikasi tersebut sebagai berikut:[7]
1.
Electronic mail (e-mail). Fasilitas ini
sering disebut sebagai surat elektronik, merupakan fasilitas yang paling
sederhana dan mudah digunakan.
2.
Mailing List. Ini merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan untuk
membuat kelompok diskusi atau penyebaran informasi. Cara kerja mailing list
adalah pemilik e-mail dapat bergabung
dalam sebuah kelompok diskusi, atau bertukar informasi yang tidak dapat
diintervensi oleh orang di luar kelompoknya. Komunikasi melalui fasilitas ini
sama seperti e-mail bersifat tidak
langsung (asynchronous).
3.
News group. Fasilitas internet
seperti ini dapat digunakan untuk komunikasi antar dua orang atau lebih secara
serentak atau bersifat langsung (synchronous).
4.
File Transfer Protocol (FTP). Melalui FTP
ini seseorang dapat mentransfer data atau file dari satu komputer ke internet (up-load) sehingga bisa diakses oleh pengguna internet di seluruh pelosok dunia. Di samping itu fasilitas ini
dapat mengambil file dari situs internet
ke dalam komputer pengguna (down-load).
5.
World Wide Web atau sering disebut Web.
Fasilitas ini merupakan kumpulan dokumentasi terbesar yang tersimpan dalam
berbagai server yang terhubung menjadi suatu jaringan (internet). Dokumen ini dikembangkan dalam format Hypertext Markup Language (HTML). Melalui format ini dimungkinkan terjadinya link dari satu dokumen ke dokumen lain
dan fasilitas ini bersifat multimedia, yang terdiri dari kombinasi teks, foto,
grafik, audio, animasi, dan video.
Kelebihan internet sebagai media pembelajaran,
yaitu:[8]
1.
Internet memberikan sambungan (konektivitas) dan jangkauan yang sangat luas
sehingga akses data dan informasi tidak dibatasi waktu, tempat, dan negara.
2.
Akses infromasi
di internet tidak dibatasi oleh waktu
karena dunia maya yang dihadirkan secara global tidak pernah tidur. Dengan kata
lain, pencarian informasi melalui internet
dapat dilakukan kapan saja selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
3.
Akses informasi
melalui internet lebih cepat bila
dibandingkan dengan mencari informasi pada halaman-halaman buku di
perpustakaan. Kita tinggal mengklik icon tertentu,
maka apa yang kita inginkan akan muncul di layar monitor komputer.
4.
Internet juga menyediakan kegiatan pembelajaran interaktif seperti
fasilitas e-learning yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan
intelektual, seperti sekolah menulis online,
dan sebagainya. Tentu saja dengan menjadi anggota pada kegiatan tersebut dan
mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga tersebut.
5.
Kita dapat
berdiskusi dengan teman-teman sebaya atau setingkat mengenai berbagai hal jika
kita memasuki mailing list atau
melakukan chatting. Dibandingkan
dengan membeli buku atau majalah asli, penelusuran informasi melalui internet jauh lebih murah. Apalagi pada
saat ini banyak situs yang menyediakan jasa informasi secara cuma-cuma. Kita
tinggal mengunduh atau mencetak informasi yang kita butuhkan.
Kelebihan
lainnya mempermudah pengajar untuk lebih mudah memperbaharui bahan ajar. Dengan
mengakses internet, pengajar dapat
dengan mudah menambahkan apa yang belum maksimal dan apa yang belum dicapai
dari sisi materi. Selain itu, pengajar memiliki waktu lebih untuk pengembangan
diri atau membuat penelitian. Selama ini
yang menjadi keluhan pengajar untuk mengembangkan diri adalah keterbatasan
waktu karena padatnya jadwal mengajar. Kelebihan selanjutnya, pengajar dapat
mengontrol kebiasaan belajar siswa. Kebisaaan belajar mereka dapat diketahui
melalui waktu otomatis yang tercatat ketika mereka mengakses portal yang
ditentukan. Apakah mereka cepat mengrjakan tugas atau kebiasaan di last minute,
sehingga dapat diketahui dampaknya pada hasil belajar mereka. Kelebihan
berikutnya, pengajar dapat mengecek apakah siswa telah mengerjakan soal-soal
latihan, memeriksa jawaban mereka dan memberitahukan hasilnya.[9]
D.
Kekurangan Pembelajaran Online
Berikut ini ada
beberapa kekurangan online course, di
antaranya sebagai berikut:
1.
Frekuensi
kontak secara langsung antar sesama dengan nara sumber sangat minim.
2.
Peluang siswa
untuk bersosialisasi dengan siswa lainnya sangat terbatas.
3.
Aspek akademik
atau aspek sosial sering terabaikan.
4.
Pelatihan atau drill lebih cenderung digunakan daripada
pendidikan itu sendiri.
5.
Peserta didik
yang motivasinya rendah akan mengalami kesulitan dan cenderung gagal.
6.
Terkendala pada
aspek administrasi. [10]
Pendapat
tersebut di atas memberikan gambaran bahwa proses pembelajaran yang baik tidak
hanya tergantung pada media yang digunakan. Pembelajaran itu mencakup beberapa
aspek yang harus dipertimbangkan. Pembelajaran dilakukan hanya satu arah atau
satu cara saja akan memberikan out put
yang kurang maksimal.
Hal krusial
yang perlu dipahami adalah peserta didik atau pembelajar merupakan makhluk
sosial. Secara natural makhluk sosial itu memerlukan interaksi, baik itu dengan
pengajarnya maupun dengan sesamanya (teman-temannya). Dengan kata lain, skil
perlu dikembangkan akan tetapi harus dibarengi dengan pembentukan dimensi
sosial dan bahkan emoisonalnya juga. Oleh karena itu, pembelajaran sangat memperhatikan
proses dan tidak melupakan produk. Keduanya sejalan untuk menciptakan manusia
yang berpendidikan, bukan robot.
E.
Persepsi Dosen terhadap Online
Course di Perguruan Tinggi
Untuk
mengetahui idealita online course di Perguruan
Tinggi, penulis mewawancarai beberapa orang dosen. Mereka mewakili gambaran
pendapat secara umum dosen yang mengajar Mata Kuliah Metodologi Studi Islam di FTK
UIN Ar-Raniry tentang online course.
Informasi yang digali meliputi, pertama, pernah atau tidaknya dosen yang
bersangkutan menerapkan online course pada
Mata Kuliah MSI. Kedua, pendapat mereka tentang pembelajaran tatap muka
digantikan dengan online course.
Ketiga, pendapat mereka tentang kondisi seperti apa yang memungkinkan
diterapkan online course. Keempat,
persentase penerapan online course selama
perkuliahan. Kelima, kelebihan dan kekurangan yang mungkin terjadi dalam
penerapan online course.
Berdasarkan
informasi yang diperoleh, responden belum pernah memanfaatkan aplikasi yang
didesain khusus untuk pendidikan seperti e-learning.
Akan tetapi mereka memanfaatkan aplikasi e-mail
sebagai sarana untuk mengumpulkan tugas. Informasi tersebut didukung oleh
sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya men-suport pembelajaran online.
Meskipun ada beberapa prodi yang mendesain kurikulum dan memunculkan Mata
Kuliah khusus dengan menggunakan aplikasi internet,
tetap saja hal tersebut masih minim. Selain itu, tidak semua dosen secara umum,
dosen MSI pada khususnya, mampu
mendesain pembelajaran secara online,
seperti halnya e-learning. Hanya ada beberapa
dosen yang mampu karena mereka telah dilatih khusus tentang hal tersebut. Jadi
wajar saja pemanfaatan internet dalam
pembelajaran baru sebatas aplikasi e-mail
belum sampai pada tahap mendesain program pembelajaran secara online.
Mereka
berpendapat bahwa online course dapat
menggantikan tatap muka. Hal ini memungkinkan terjadi karena fungsinya relatif sama. Kedua-duanya berfungsi untuk mencapai
tujuan pemebelajaran. Sebagian responden mensyaratkan, apabila proses
pembelajaran tidak bisa dilaksanakan secara langsung di kelas maka online course menjadi alternatif. Akan
tetapi menurut mereka, pembelajaran secara online
kurang memuaskan. Hal ini dimaksudkan karena ada hal-hal tertentu yang
memang harus dilakukan secara tatap muka.
Selanjutnya,
mereka berpendapat bahwa online course
dilakukan sebagai alternatif terakhir, ketika
kondisi mendesak sedangkan pembelajaran harus terjadi. Ada kondisi khusus yang
membuat online course menjadi pilihan
untuk diterapkan. Kondisi tersebut adalah ketika ruang kelas tidak memadai
untuk menampung jumlah mahasiswa yang melebihi kuota. Kondisi lainnya adalah
tenaga pengajar yang memiliki skedul padat. Guru besar atau expert pada bidang tertentu yang particular dan tidak bisa digantikan
oleh orang lain perlu mempertimbangkan penerapan online course sebagai cara untuk menyampaikan keilmuannya. Pada
waktu yang sama, ia juga harus memenuhi tugas dan tanggung jawab urgen lainnya.
Dengan demikian melalui online course,
kedua tugas dapat terlaksana dan tidak ada yang dikorbankan.
Mereka
menyatakan boleh menerapkan online course
sebagai pengganti tatap muka dalam pembelajaran. Akan tetapi hal ini ada
batasannya. Ada dua pendapat untuk hal ini. Pendapat pertama menyatakan bahwa online course boleh dijadikan sebagai
pengganti tatap muka hanya sebanyak 10 % dari jumlah tatap muka yang ada.
Apabila dalam perkuliahan tatap mukanya 16 kali, maka hanya boleh antara 2-3
kali. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa online
course boleh dijadikan sebagai pengganti tatap muka perkuliahan hanya 37-50
%. Dengan kata lain, tatap muka yang memungkinkan adalah 7-8 kali tatap muka.
Oleh karena itu dapat disimpulkan, proses pembelajaran secara tatap muka tidak
boleh sepenuhnya digantikan dengan online
course.
Kelebihan online course menurut mereka dapat
dilihat dari media internet itu
sendiri. Pembelajaran online dengan
menggunakan koneksi internet dapat
dikatakan sebagai pembelajaran yang up to
date, canggih, dan mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran tersebut
lebih menarik karena si pengajar dapat mendesain sedemikian rupa bahan ajarnya.
Online course juga lebih menantang.
Dikatakan menantang karena dosen harus professional mendesain instruksi
pembelajarannya secara online dengan
menggunakan internet. Apabila dosen
“gagap teknologi”, tentunya pembelajaran tersebut tidak akan tercapai secara
maksimal, bahkan gagal.
Mereka juga
mengatakan bahwa online course lebih
efisien dari segi waktu dan tempat. Sepadat apapun jadwal dosen, ia tetap bisa
melaksanakan tugasnya untuk melakukan online
course. Dosen lebih santai karena tidak perlu harus datang ke kelas dalam
kondisi apapun. Di samping itu, apabila dosen memiliki tugas ganda, maka ia
dapat melakukannya sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian, dalam
kondisi apapun, pembelajaran tetap berlangsung.
Online course juga memiliki kekurangan. Menurut mereka kekurangan online course yang tampak jelas adalah
dari sisi dampak tidak langsungnya. Karena proses pembelajaran tidak langsung,
dosen tidak bisa memastikan apakah yang melakukan tugas tersebut mahasiswa yang
bersangkutan atau bukan. Dosen tidak bisa mengontrol hal tersebut. Selain itu,
pengajar tidak bisa memetakan pemahaman mahasiswa secara tepat. Apabila hal
tersebut terjadi, akan berdampak pada hasil belajar yang tidak pasti pula.
Kekurangan online course lainnya adalah kurangnya
fasilitas yang mendukung. Koneksi internet
masih termasuk hal baru. Jaringannya tidak bisa diprediksi, terkadang lancar,
tetapi lebih sering down server-nya. Kondisi seperti ini akan
berimbas pada proses pembelajaran secara online.
Berdasarkan
pendapat tersebut di atas, idealitas online
course di kampus tetap pada jalurnya.
Dalam artian, online course boleh
dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan khusus dan frekwensinya terbatas. Pada
dasarnya, menurut hemat penulis, pembelajaran yang terjadi di Perguruan Tinggi masih
tetap berorientasi pada interaksi edukatif. Meskipun dosen diberikan kewenangan
lebih dibandingkan guru di sekolah, proses pembelajaran tetap dituntut berjalan
dua arah. Setidaknya adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa. Interaksi
tersebut setidaknya memenuhi ciri-ciri berikut:[11]
1.
Mempunyai
tujuan;
2.
Mempunyai
prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan;
3.
Adanya
penggarapan materi khusus;
4.
Adanya
aktivitas anak didik;
5.
Pengajar
sebagai pembimbing;
6.
Disiplin;
7.
Mempunyai batas
waktu;
8.
Diakhiri dengan
evaluasi.
Selain ciri
tersebut di atas, proses pembelajaran tetap memenuhi komponen-komponen
interaksi edukatif. Pertama, adanya tujuan. Setiap pembelajaran harus memiliki
tujuan. Tujuan tersebut tercantum dalam kurikulum, dikembangkan menjadi
silabus, dan dijabarkan ke dalam SAP. Kedua, bahan ajar. Bahan ajar harus
tersedia untuk mencapa tujuan. Jika tidak ada bahan ajar, tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai. Ketiga, kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar
mengajar melibatkan pengajar dan peserta didik. Kedua komponen tersebut harus
ada untuk melangsungkan pembelajaran. Keempat, metode. Metode turut berandil
dalam terwujudnya pembelajaran yang baik. Kelima, alat. Alat sebagai sarana
kelancaran proses pembelajaran diharapkan ada, meskipun minimal. Keenam, sumber
pelajaran. Bahan ajar yang diberikan harus memiliki sumber. Sumber tersebut harus
valid agar dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Dan ketujuh, evaluasi.
Tanpa adanya evaluasi, sebuah pembelajaran tidak bisa dikatakan mencapai target
ataupun tidak. Oleh karena itu evaluasi tidak boleh diabaikan.[12]
KESIMPULAN
Online course merupakan pembelajaran dengan menggunakan aplikasi modern, yaitu internet. Pada zaman sekarang ini memang
tidak bisa menghindari perkembangan teknologi yang semakin canggih. Kecanggihan
teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan agar
menjadi lebih maksimal. Berkaitan dengan hal ini, online course diharapkan demikian.
Online course di Perguruan Tinggi idealnya diterapkan sebagai pengganti tatap
muka di kelas. Hal ini dilakukan dalam kondisi tertentu. Online course hanya mungkin dilakukan antara 10-40%. Meskipun online
course menggunakan aplikasi canggih, tetap ada kekurangannya. Oleh karena
itu, pembelajaran online tidak boleh
sepenuhnya menggantikan tatap muka di kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Lismawaty Simanjuntak, dkk, Metode Mengajar Matematika 1, Jakarta:
Rineka Cipta, 1993.
Made Wena, Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Syaiful Bahri Djamarah, Pengajar dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
[1] Made Wena, Pembelajaran Inovatif
Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hal. 203.
[2] Ibid., 212.
[3] Ibid.
[4] Lismawaty Simanjuntak, dkk, Metode
Mengajar Matematika 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 2.
[5] Ibid., 213.
[9] Made Wena, Pembelajaran Inovatif
Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hal. 215.
[11] Syaiful Bahri Djamarah, Pengajar
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hal. 15-16
[12] Syaiful Bahri Djamarah, Pengajar
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hal. 17-20